Вы находитесь на странице: 1из 29

PROBLEM SOLVING

OLEH:

KELOMPOK IV

1. MindaUbahManoraSiregar (8176171019)
2. Philips Siagian (8176171024)
3. SyamsahFitri (8176171034)

MATA KULIAH : Arah Kecenderungan dan Isu Dalam


Pendidikan Matematika
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Hasrattudin, M.Pd
KELAS / PRODI : A1 / Pasca Pendidikan Matematika

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017/2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar
mengajar. Belajar diartikan sebagai proses memperoleh kompetensi yang
dilakukan oleh peserta didik, sedangkan mengajar merupakan proses yang
dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki peserta
didik. Secara umum, proses belajar mengajar atau proses pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses memperoleh dan mengembangkan kompetensi peserta
didik yang dilakukan melalui interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan baik yang akan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas
memerlukan persiapan yang baik dari pendidik semua mata pelajaran. Persiapan
yang dimaksud adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
merupakan skenario dalam pembelajaran. Dalam penyusunan RPP seorang
pendidik perlu memperhatikan pendekatan, metode, dan strategi yang akan
dipakai dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pemilihan suatu stratergi
pembelajaran tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi
yang akan diajarkan kepada peserta didik. Pada hakikatnya tidak pernah terjadi
satu materi pelajaran disajikan dengan menggunakan hanya satu metode.
Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian
tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran dengan menggunakan
banyak metode dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat
tercapai dengan baik karena tidak semua strategi pembelajaran cocok dengan
materi pelajaran yang akan diajarkan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan,
metode, dan strategi pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Di dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai usaha
dalam memperdayakan cara mengajar, sumber belajar, media pembelajaran,
sarana dan prasarana, serta lingkungan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat banyak strategi pembelajaran, diantaranya strategi

2
pembelajaran diskusi, strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran
problem solving, dan lain-lain. Strategi pembelajaran problem solving merupakan
strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan saat ini, karena sesuai dengan
kurikulum saat ini yang menginginkan bahwa siswa yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran problem solving juga dapat melatih
kemampuan siswa dalam menganalisis setiap masalah yang diberikan kepada
mereka.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami (1) pengertian strategi pembelajaran problem solving, (2) karakteristik
strategi pembelajaran problem solving, (3) tahapan (syntax) dari strategi
pembelajaran problem-solving, (4) kelebihan dan kekurangan strategi
pembelajaran problem solving, dan (5) penerapan strategi pembelajaran problem
solving dalam pembelajaran matematika.
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat dalam
membantu pebelajar lebih memahami strategi pembelajaran problem solving,
karakteristik strategi pembelajaran problem solving, tahapan dalam strategi
pembelajaran problem solving, kekurangan dan kelebihan strategi pembelajaran
problem solving, serta penerapan strategi pembelajaran problem solving dalam
pembelajaran matematika. Bagi Pendidik, diharapkan makalah ini bermanfaat
dalam menerapkan strategi problem solving dalam Pembelajaran, khususnya
dalam pembelajaran matematika.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam Makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan pemecahan masalah matematika (problem
solving)?
2. Apasajakah karakter pembelajaran berbasis masalah (problem solving)?
3. Apa alat ukur pembelajaran berbasis masalah (problem solving)?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian pemecahan masalah (problem solving)
2. Untuk mengetahui karakter pemecahan masalah (problem solving)
3. Untuk mengetahui alat ukur pembelajaran berbasis masalah (problem solving)

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Matematika berasal dari perkataan Yunani, mathematike, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang besaran, struktur, ruang dan perubahan. Secara Etimologis
kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno Mathema, yang berarti
pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti
teknisnya menjadi “pengkajian matematika”. Kata sifat dari mathema adalah
matematikhos, berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauh
berarti matematis.
Menurut Hamzah, matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang
merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi,
generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain
aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis. Sedangkan menurut Reys bahwa
matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola
berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan sebuah alat.
Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa
tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi
mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, Hamzah B.Uno
(dalam Istarani, 2014: 2) mengatakan bahwa “pembelajaran memusatkan
perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”,dan bukan pada “apa yang
dipelajari siswa”.
Menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman, 2012: 202)
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan Hubungan–hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (dalam
Abdurrahman, 2012: 202) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia

4
memikirkan, mencatat, dan mengomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas, Kline juga mengemukakan bahwa matematika bahasa simbolis dan ciri
utamanya adalah penggunaan bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
bernalar induktif.
Berdasarkan uraian diatas yang kami dapat dari beberapa jurnal maka, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses pendidikan dimana
terjadi proses sosialisai individu siswa dengan lingkungannya yang di dalamnya
ada proses pembelajaran untuk membangun pamahaman matematika, yang
dimana siswa tidak hanya berinteksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan terutama dalam pembelajaran
matematika.

2.2. Pengertian Pemecahan Masalah (Problem solving)


Sebelum membahas tentang apa itu problem solving (pemecahan masalah),
terlebih dahulu harus diketahui terlebih dahulu pengertian masalah. Menurut John
Dewey (dalam Killen, 2007) masalah adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu
yang belum pasti. Menurut pendapatnya masalah yang perlu dikemukakan
memiliki 2 kriteria, yaitu (1) Masalah yang dipelajari harus sesuatu yang penting
untuk masyarakat dan perkembangan kebudayaan, (2) Masalah yang dipelajari
adalah sesuatu yang penting dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi
peserta didik. Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi
keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan.
Secara umum, masalah dipisahkan menjadi 3 kategori, yaitu: masalah dalam
kegiatan sehari-hari (routine problem), masalah yang bukan merupakan kegiatan
sehari-hari (non-routine problem), dan Open-ended problem (Killen, 2007).
Routine problem adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan penerapan
proses yang sudah diketahui sebelumnya. Banyak soal matematika sederhana
tergabung dalam kategori ini, dan mungkin disebut yang terbaik untuk latihan.
(Sebagai contoh, untuk kebayakan anak-anak umur 7 tahun, ini menjadi sebuah
routine problem: jika Ani menghabiskan Rp.10.000 di suatu toko dan Rp.5.000 di
toko yang lain, berapa banyak uang yang dihabiskan Ani?). Non-routine problem

5
adalah permasalahan yang mana metode pemecahan masalah harus ditemukan
sebagai bagian dari proses pemecahan masalah. Dalam pembelajaran matematika,
masalah disajikan dalam bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita,
penggambaran fenomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Masalah
tersebut kemudian disebut masalah matematika karena mengandung konsep
matematika (Contoh “Banyak laki-laki dibandingkan banyak perempuan yang
akan menumpang sebuah kapal laut adalah 2 : 5. Bila diantara para pria yang ikut
itu ada 6 orang yang tidak jadi ikut, maka perbandingan jumlah laki-laki dan
perempuan yang ikut menjadi 1 : 2. Berapa banyak orang yang ikut berangkat
dengan kapal tersebut?”). Problem solving adalah permasalahan yang dapat
dipecahkan dengan beberapa metode yang berbeda dan terdapat lebih dari satu
jawaban tergantung pada asumsi yang dibuat. Sebagai contoh, bagaimana
pemakaian petrol di Australia dapat berkurang? Atau dalam pelajaran matematika
10+5 =…? Jawabannya dapat bermacam macam, seperti: 10+5 = 15, 10+5 = 30-
15, 10+5 = 5x3, 10+5 = 16-1, dan masih banyak lagi.
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini
peserta didik belajar merumuskan pemecahan masalah, memberikan respon
terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi
problematika, yang menggunakan semua kaidah yang dikuasainya. Pemecahan
masalah adalah suatu proses kompleks yang menuntut seseorang untuk
mengkoordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan intuisi dalam
rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi.
Menurut Sumarmo (2000) pemecahan masalah adalah suatu proses untuk
mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Sedangkan pemecahan masalah matematika merupakan kegiatan menyelesaikan
soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain.
Menurut Mayo, Donnelly, Nash, & Schwartz (dalam Killen, 2007) strategi
pemecahan masalah adalah sebuah strategi pendidikan untuk mengemukakan
situasi-situasi dunia nyata, bermakna, dan kontekstual, serta menyediakan sumber
daya, bimbingan, dan pengajaran kepada siswa ketika mereka mengembangkan
pengetahuan konten dan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah.

6
Kemampuan memecahkan masalah lebih dari sekedar pengumpulan pengetahuan
dan aturan-aturan. Kemampuan memecahkan masalah merupakan pengembangan
strategi-strategi kognitif fleksibel yang membantu menganalisis situasi-situasi
yang belum terdefinisi secara jelas dan tidak terantisipasi sebelumnya yang
kemudian menghasilkan jawaban yang jelas.
Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan
masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah
adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan
strategi pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah teknik
mengajar melalui pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya
terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu sendiri. Mengajar memecahkan
masalah berarti, pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran,
sedangkan pemecahan masalah sebagai suatu strategiberar kedudukan pemecahan
masalah itu hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pengajaran.
Untuk menggunakan problem solving sebagai sebuah strategi pembelajaran,
pendidik perlu melalukan kerja lebih banyak dibandingkan hanya memberikan
beberapa permasalahan di papan tulis, kemudian membiarkan peserta didik
berlatih dengan mengerjakan permasalahan tersebut. Pendidik perlu menjelaskan
kepada peserta didik apa yang pendidik inginkan untuk dipelajari oleh peserta
didik, mengapa pendidik menggunakan pemecahan masalah untuk mengajar, dan
harapan pendidik tentang interaksi antara peserta didik dan peserta didik, serta
interaksi antara peserta didik dan peserta didik lainnya. Melalui proses
pembelajaran ini, fokus pendidik adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman mereka mengenai konsep-konsep penting (bukan
hanya prosedur pemecahan masalah). Pencapaian terbaik didapatkan dengan
permasalahan yang nyata dan menggunakan waktu lama untuk memecahkannya
serta mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman secara
mendalam dibandingkan permasalahan yang membutuhkan waktu yang singkat
untuk dipecahkan.
Dari beberapa jurnal yang kami dapat maka kami dapat menyimpulkan
secara umum bahwa pemecahan masalah matematika adalah suatu usaha
menemukan solusi dari suatu masalah matematika dengan menggabungkan

7
konsep-konsep dan aturan-aturan matematika yang telah diperoleh sebelumnya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran ini menekankan pada
berpikir kritis siswa dan keterampilan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensi dari materi pelajaran dengan mengaitkan pada dunia nyata dan
pengalaman siswa. Peran guru dalam pendekatan pembelajaran ini adalah
menyajikan masalah. Pembelajaran Berbasis masalah dilain pihak berlandaskan
kepada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya. Fokus pembelajaran
tidak begitu banyak pada apa yang dilakukan siswa (perilaku), melainkan kepada
apa yang dipikirkan siswa (kognisi) pada saat mereka melakukan kegiatan itu.
Walaupun peran guru pada pembelajaran ini kadang melibatkan presentasi dan
penjelasan sesuatu hal kepada siswa, namun yang lazim adalah berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar memecahakan masalah oleh
mereka sendiri.
Berdasarkan beberapa konsep tentang pemecahan masalah (problem solving)
seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi
pembelajaran problem solving adalah suatu strategi pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah
serta dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada
tersebut.

2.3. Karakteristik Pemecahan Masalah (Problem solving)


Ciri-ciri strategi pembelajaran problem solving secara umum adalah sebagai
berikut:
1) Diawali dari sebuah masalah
2) Adanya tuntutan dari peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif
3) Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah
4) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
5) Peserta didik bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil
6) Pengajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-
persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak
kemungkinan cara pemecahannya (open-minded problem)

8
7) Peserta didik menggunakan banyak pendekatan dalam belajar
8) Hasil dari pemecahan masalah adalah tukar pendapat (sharing) diantara semua
peserta didik.
Pemilihan pemasalahan yang sesuai merupakan hal terpenting dalam strategi
pembelajaran problem solving. Pedoman yang berguna untuk memilih
permasalahan adalah bahwa permasalahan tersebut harus memenuhi ketiga
kriteria dasar, yaitu : permasalahan tersebut harus relevan, komperhensif
(menyeluruh), dan memiliki kerumitan yang sesuai.
1) Permasalahan tersebut harus relevan, artinya permasalahan tersebut dapat
menjaga ketertarikan peserta didik dalam jangka waktu yang lama yang
memungkinkan peserta didik untuk memindahkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang baru diperoleh keluar ruang kelas,
sehingga pengalaman tersebut dapat menambah kemampuan mereka dalam
memecahkan permasalahan dunia nyata dan peserta didik dapat melihat
bagaimana professional menganalisis dan memecahkan permasalahan
2) Ketertarikan peserta didik dalam jangka waktu yang lama yang
memungkinkan peserta didik untuk memindahkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang baru diperoleh keluar ruang kelas,
sehingga pengalaman tersebut dapat menambah kemampuan mereka dalam
memecahkan permasalahan dunia nyata dan peserta didik dapat melihat
bagaimana professional menganalisis dan memecahkan permasalahan.
3) Untuk menjadi komperhensif, permasalahan harus mengijinkan peserta
didik untuk menjelajah konsep yang luas dan mengembangkan keterampilan
yang khusus. Saat merancang permasalahan, sangat berguna untuk memulai
dari pemikiran dasar atau konsep utama, lalu mengidentifikasi fakta dasar,
konsep, atau ide yang pendidik inginkan untuk peserta didik temukan ketika
mereka memecahkan permasalahan. Selanjutnya, pendidik harus menyusun
proses pembelajaran sehingga dapat menyelidiki isu tersebut.
4) Kerumitan dari suatu permasalahan harus merefleksikan kerumitan dari
permasalahan dunia nyata. Hal ini akan menjamin ada lebih dari satu
jawaban untuk suatu permasalahan, hal itu mengijinkan perspektif yang
berbeda dan pemecahan yang diekplorasi. Permsalahan yang rumit juga

9
mendorong peserta didik untuk memasukkan pendekatan multidisiplin ke
dalam pemecahan masalah.
Branca, N.A (dalam Hasrat, 2015) dalam metematika pemecahan masalah
(problem solving) memiliki kekhasan tersendiri, secara garis besar terdapat 3
macam interprestasi istilah problem solving dalam pembelajaran matematika
yaitu:
1. Problem solving sebagai tujuan (as a goal)
Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran
maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau
metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini
adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve
problem) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar matematika.
2. Problem solving sebagai proses (as a prosess)
Dalam aspek ini problem solving dapat diartikan sebagai proses
mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan
tidak biasa. Yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi,
heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu maslah.
3. Problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill)
Keterampilan dasar yang dikemukakan antara lain keterampilam berhitung,
keterampilan aritmetika, keterampilan logika, keterampilan “matematika”,
dan lainnya.
Jadi, pemecahan masalah matematika merupakan hal yang sangat penting,
sehingga menjadi tujuan umum pengajaran metematika bahkan sebagai
jantungnya metematika, lebih mengutamakan proses daripada hasil, sebagai fokus
dari matematika sekolah dan bertujuan untuk membantu dalam mengembangkan
berpikir secara matematis.

2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem solving)


Polya 1973 (dalam Hasrat, 2015) mengembangkan model, prosedur, atau
heuristik pemecahan masalah yang dikelompokkan atas tahapan-tahapan
pemecahan masalah, yaitu:

10
1. Memahami masalah (understanding the problem)
Memahami masalah merujuk pada identifikasi fakta, konsep, atau informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, sehinnga kemampuan yang
dituntut pada tahap ini dalam menyelesaikan masalah antara lain
mengidentifikasi: apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui
(ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus
dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih
operasional (dapat dipecahkan).
2. Merencanakan pemecahan (devising a plan)
Membuat rencana merujuk pada penyusunan model matematika dari masalah.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah: mencoba mencari atau
mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan
dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun
prosedur penyelesaian (membuat konjektur).
3. Melaksanakan rencana pemecahan masalah (carrying out the plan) .
Melaksanakan rencana merujuk pada penyelesaian model matematika.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah: menjalankan prosedur
yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian,
memeriksa apakah semua langkah sudah benar, dan dapatkah dibuktikan
apakah langkah tersebut sudah benar.
4. Memeriksa kembali kebenaran penyelesaian (looking back)
Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah: menganalisis dan
mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh
benar, atau apakah ada prosedur lain, dapatkah hasil atau cara itu digunakan
untuk masalah lain.
Proses dinamis pemecahan masalah menurut Wilson et al (dalam Hasrat,
2015) dapat digambarkan sebagai berikut :
Understanding the problem

Looking Back Making a plan

Carrying out the plan

11
Sehingga, alat untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis
dalam penelitian ini adalah:
1. Memahami masalah (understanding the problem), yaitu mengidentifikasi
kecukupan data untuk menyelesaikan masalah sehingga memperoleh
gambaran lengkap apa yang diketahui dan ditanyakan dalam masalah
tersebut.
2. Merencanakan penyelesaian (devising a plan), yaitu menetapkan langkah-
langkah penyelesaian, pemilihan konsep, persamaan dan teori yang sesuai
untuk setiap langkah.
3. Menjalankan rencana (carrying out the plan), yaitu menjalankan penyelesaian
berdasarkan langkah -langkah yang telah dirancang dengan menggunakan
konsep, persamaan serta teori yang dipilih.
4. Melihat kembali apa yang telah dikerjakan (looking back), yaitu tahap
pemeriksaan, apakah langkah-langkah penyelesaian telah terealisasikan sesuai
rencana sehingga dapat memeriksa kembali kebenaran jawaban yang pada
akhirnya membuat kesimpulan akhir.

2.5. Kisi – kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Langkah Pemecahan No.
Indikator Yang Diukur Materi
Masalah Matematika Soal
1. Memahami masalah  Menuliskan yang diketahui
 Menuliskan cukup, kurang atau
berlebihan hal-hal yang
diketahui
 Menulis untuk menyelesaikan
soal 1,2,3,4
Lingkaran
2. Merencanakan  Menuliskan cara yang
Pemecahannya digunakan dalam
menyelesaikan soal.
3. Menyelesaikan  Melakukan perhitungan, diukur
masalah sesuai dengan melaksanakan rencana

12
rencana yang sudah di buat serta
membuktikan bahwa langkah
yang dipilih benar.
4.Memeriksa kembali Melakukan salah satu kegiatan
prosedur dan hasil berikut:
penyelesaian.  Memeriksa penyelesaian
(mengetes atau menguji coba
jawaban).
 Memeriksa jawaban adakah
yang kurang lengkap atau
kurang jelas.

contoh soal pemecahan masalah :


 Sebuah tabung yang memiliki jari jari 5 cm dan tinggi 8 cm akan kita
gunakan untuk menuangkan air ke dalam tabung yang lebih besar dengan
jari-jari 20 cm dan tinggi 2 m. Berapa kalikah kita harus menuangkan air
dengan tabung kecil itu agar tabung besar terisi penuh?
Jawab:
 Pada tabung kecil
Dik: jari-jari (r) = 5 cm
Tinggi (t) = 8 cm
 Pada tabung Besar
Dik : jari-jari (r) = 20 cm
Tinggi (t) = 2 m = 200 cm
Ditanya: Berapa kalikah kita harus menuangkan air dengan tabung kecil
itu agar tabung besar terisi penuh?
Maka volume tabung kecil, 𝑉𝑘 = 𝜋𝑟 2 𝑡
𝑉𝑘 = 3,14 𝑥 52 𝑥 8
𝑉𝑘 = 628 𝑐𝑚3
Maka volum tabung besar, 𝑉𝑏 = 𝜋𝑟 2 𝑡
𝑉𝑘 = 3,14 𝑥 202 𝑥 200
𝑉𝑏 = 251.200 𝑐𝑚3

13
𝑉𝑏 251.200
= = 400
𝑉𝑘 628
Dengan demikian, agar tabung besar terisi penuh air , maka kita harus
menuangkan air dengan tabung kecil sebanyak 400 kali.
Jawaban Indikator
Pada tabung kecil 1. Memahami Masalah
Dik: jari-jari (r) = 5 cm  Data di ketahui dan ditanya
Tinggi (t) = 8 cm  Bagaimana kondisi soal
Pada tabung Besar  Jika perlu maka buat gambar
Dik : jari-jari (r) = 20 cm
Tinggi (t) = 2 m = 200 cm
Ditanya:
Berapa kalikah kita harus menuangkan air 2. Rencana penyelesaian
dengan tabung kecil itu agar tabung besar  Adakah soal yang sama atau
terisi penuh? serupa dalam bentuk lain
 Adakah soal yang berkaitan
Maka volume tabung kecil, dengan masalah tersebut
2
𝑉𝑘 = 𝜋𝑟 𝑡 3. Melaksanakan rencana
2
𝑉𝑘 = 3,14 𝑥 5 𝑥 8  Laksanakan rencana
3
𝑉𝑘 = 628 𝑐𝑚  Periksa tiap langkah
Maka volum tabung besar,  Apakah langkah sudah
2
𝑉𝑏 = 𝜋𝑟 𝑡 benar/dapat dibuktikan
2
𝑉𝑘 = 3,14 𝑥 20 𝑥 200
𝑉𝑏 = 251.200

4. Pengecekan/tinjau Ulang
 Apakah solusi ini sudah
𝑉𝑏 251.200 benar
= = 400
𝑉𝑘 628
 Dapatkah hasilnya dicari
Dengan demikian, agar tabung besar terisi
dengan cara lain
penuh air , maka kita harus menuangkan air
 Dapatkah cara itu digunakan
dengan tabung kecil sebanyak 400 kali.
untuk masalah lain

14
Pedoman Penskoran KemampuanPemecahan Masalah
Aspek yang Dinilai Reaksi Terhadap Masalah Skor
Memahami Tidak ada jawaban sama sekali 0
Masalah Salah menginterpretasikan sebagian soal 1
Menulis data/informasi dari soal dengan lengkap 2
dan benar
Merencanakan Tidak ada jawaban sama sekali 0
Pemecahan Strategi yang digunakan tidak relevan atau tidak 1
Masalah sesuai dengan masalah sama sekali
Menuliskan informasi dan strategi tapi tidak 2
lengkap
Menuliskan informasi dan strategi lengkap dan 3
benar
Melaksanakan Tidak ada penyelesaian sama sekali 0
Pemecahan Menggunakan langkah-langkah penyelesaian 1
Masalah yang mengarah kesolusi yang benar tetapi tidak
lengkap
Menggunakan langkah-langkah penyelesaian 2
dengan lengkap tetapi hasilnya salah
Hasil dan prosedur benar 3
Memeriksa Tidak ada pemeriksaan sama sekali 0
Kembali Ada pemeriksaan tetapi tidak lengkap 1
Pemeriksaan dilaksanakan dengan lengkap untuk 2
melihat kebenaran hasil dan proses

15
2.6. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving)dan
Jawaban

Nama Siswa :

Kelas : VIII-

No.Urut :

Petunjuk Khusus : Waktu : 80 Menit


 Tulisalah terlebih dahulu nama, kelas, dan nomor urut pada lembar jawaban
yang tersedia.
 Periksa dan bacalah soal serta petunjuk pengerjaannya sebelum menjawab.
 Tanyakan kepada Ibu/Bapak Guru pengawas jika ada soal yang kurang jelas.
 Dahulukan menjawab soal yang mudah.
 Kerjakan pada lembar jawaban yang disediakan.

SOAL
1. Sebuah meja berbentuk lingkaran mempunyai Jari-jari 105 cm dan luas
3,4650 cm2.Berapakah keliling meja tersebut?
a. Dari informasi diatas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari
soal! Apakah data yang diketahui kurang, cukup atau berlebihan untuk
menghitung hal yang ditanyakan ?
b. Bagaimana cara menghitung keliling meja tersebut?
c. Hitunglah keliling meja tersebut!
d. Menurut Ari keliling meja adalah 660 cm sedangkan menurut Ani keliling
meja adalah420 cm, manakah yang benar ? Berikan jawabanmu !
2. Sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 8 m dan
lebar 6 m. Di dalam taman tersebut terdapat sebuah kolam berbentuk
setengah lingkaran dengan panjang diameter 6 m. Taman tersebut akan
ditanami rumput kecuali kolamnya.

16
a. Dari informasi diatas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari
soal? Apakah data yang diketahui kurang, cukup atau berlebihan untuk
menghitung hal yang ditanyakan ?
b. Bagaimana cara menghitung luas taman yang ditanami rumput?
c. Hitunglah luas taman yang ditanami rumput!
d. Menurut Nita luas taman yang di tanami rumput adalah 400 cm2
sedangkan menurut Rita luas taman yang di tanami rumput adalah 300
cm2, manakah yang benar ? Berikan jawabanmu!
3. Beberapa anak kecil bermain-main di halaman rumah. Mereka berlari dan
membentuk lintasan berbentuk lingkaran. Lintasan tersebut diukur dari ujung
sisi keujung sisi yang lainnya sehingga membagi dua sama bagian lintasan
tersebut dengan panjang 500 m, tentukan luas halaman tersebut!
a. Dari informasi diatas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari
soal! Apakah data yang diketahui kurang, cukup atau berlebihan untuk
menghitung hal yang ditanyakan ?
b. Bagaimana cara menghitung Luas halaman tersebut?
c. Hitunglah luas halaman tersebut!
d. Menurut kiki luas halaman adalah 1000 cm2 sedangkan menurut Robi luas
halaman adalah 1500 cm2, manakah yang benar ? Berikan jawabanmu!
4. Mina mengukur keliling kolam ikan yang berbentuk lingkaran dengan tali.
Setelah di ukur, ternyata panjang tali adalah 43,96 m. Berapakah jari- jari
kolam tersebut ?
a. Dari informasi diatas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari
soal! Apakah data yang diketahui kurang, cukup atau berlebihan untuk
menghitung hal yang ditanyakan ?
b. Bagaimana cara menghitung jari-jari kolam tersebut?
c. Hitunglah jari- jari kolam teresebut!
d. Menurut Sari jari-jari kolam adalah 4 m sedangkan menurut Rani jari-jari
kolam adalah 3m, manakah yang benar ? Berikan jawabanmu!
5. Lingkaran A memiliki diameter sebesar D, lingkaran B diameternya 3D.
Perbandingan Luas lingkaran A dan lingkaran B adalah....

17
a. Dari informasi diatas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dari
soal! Apakah data yang diketahui kurang, cukup atau berlebihan untuk
menghitung hal yang ditanyakan ?
b. Bagaimana cara mencari perbandingan luas lingkaran diatas?
c. Carilah perbandingan luas lingkaran A dan B!
d. Menurut Fika perbandingan luas lingkaran A dan B adalah 2: 3 sedangkan
menurut Fani perbandingan luas lingkaran A dan B adalah 1: 3, manakah
yang benar ? Berikan alasanmu!

Selamat Bekerja

18
Kunci Jawaban Dan Rubrik Penilaian
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Nomor
Soal Kunci Jawaban Skor
1. A. Memahami Masalah 6
Membuat model Matematika
Dik : Meja berbentuk Lingkaran
Jari-jari (r) = 105 cm
Luas meja (L) = 34650 cm2
Dit : Keliling meja
Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi tersebut
berlebih untuk menghitung keliling meja.
B. Merencanakan Penyelesaian Masalah
Untuk menghitung keliling meja dapat di hitung dengan 4
menggunakan rumus keliling lingkaran yaitu:
K=2πxr
Atau dapat mencari terlebih dahulu panjang diameter meja dengan :
d = 2r = 210 cm
K=πxd
C. Menyelesaikan Pemecahan Masalah
CARA I CARA II
K=πxd K=2πxr
22 22 6
K= x 210 K=2x x 105
7 7
K = 660 cm K = 660 cm
Jadi, keliling meja adalah 660 cm
D. Memeriksa kembali
Menurut Ari keliling meja adalah 660 cm
Keliling meja = π x d 4
22
= x 210
7
= 660 cm

19
660 = 660
Sedangkan menurut Ani keliling meja adalah 420 cm.
Keliling meja = π x d
22
= x 210
7
= 660 cm
420 ≠ 660
Jadi, jawaban Ari benar dan jawaban Ani salah.
2. A. Memahami Masalah
Membuat model Matematika 6
Dik : Taman berbentuk persegi panjang dengan ukuran Panjang (p)
=8 m
Lebar (l) = 6 m.
Di dalamnya terdapat kolam berbentuk ½ lingkaran dengan
diameter (d) = 6 m
Dit : Luas taman yang ditanami dengan rumput
Jadi, informasi diatas cukup untuk menghitung luas taman yang
diatanami rumput.
B. Merencanakan Penyelesaian Masalah
Untuk menghitung luas taman yang ditanami rumput, maka terlebih
dahulu menghitung luas taman keseluruhan yaitu :
L. Taman =pxl
= 8 x 6 m = 48 m2
Kemudian menghitung luas kolam yaitu :
d = 6 m, r = 3 m
L. kolam (½ lingkaran ) = ½ x 𝜋 r2 4
= ½ x 3,14 x 32
= 14,13 m2
C. Menyelesaikan Pemecahan Masalah
Luas taman yang ditanami rumput adalah
= L. taman - L. kolam
= 48 – 14,13 m2

20
= 33, 87 m2
Jadi, Luas taman yang ditanami rumput adalah 33, 87 m2
D. Memeriksa kembali
Menurut Nita luas taman yang di Tanami rumput adalah 400m2. 6
Luas taman yang ditanami rumput adalah
= L. taman - L. kolam
= 48 – 14,13 m2
= 33, 87 m2
400 ≠ 33, 87
sedangkan menurut Rita luas taman yang di Tanami rumput adalah
300 m2.
Luas taman yang ditanami rumput adalah
= L. taman - L. kolam 4
= 48 – 14,13 m2
= 33, 87 m2
300 ≠ 33, 87 m2
Jadi, jawaban Nita dan Rita Salah.
3. A. Memahami Masalah
Membuat model Matematika 6
Dik : Lintasan bermain anak-anak membentuk lingkaran. Lintasan
tersebut diukur dari ujung sisi keujung sisi yang lainnya
sehingga membagi dua sama bagian lintasan tersebut dengan
panjang 500 m
Jadi, diameter (d) = 500 m
Dit : Luas halaman bermaian anak-anak
Jadi, informasi diatas cukup untuk menghitung Luas halaman
bermain anak-anak
B. Merencanakan Penyelesaian Masalah
Untuk menghitung Luas halaman bermain anak-anak, yaitu pertama
dengan cara mencari dan menentukan diameter dari halaman
tersebut. Diameter dapat ditentukan dengan mengambil ukuran dari
ujung sisi ke ujung sisi yang lainnya sehingga membagi lingkaran

21
menjadi dua bagian yang sama. Kemudian memasukkan nilai
diameter ke dalam rumus luas lingkaran yaitu :
L = ¼ x 𝜋 d2
C. Menyelesaikan Pemecahan Masalah 4
Luas Halaman bermain:
L = ¼ x 𝜋 d2
L = ¼ x 3,14 x 5002
L = 196.250 m2
Jadi, Luas halaman bermain adalah 196.250 m2
D. Memeriksa kembali
Menurut Kiki luas halaman bermaian anak-anak adalah 1000m2.
Luas Halaman bermain:
L = ¼ x 𝜋 d2
L = ¼ x 3,14 x 5002
L = 196.250 m2
1000 ≠ 196.250 m2.
sedangkan menurut Robi luas bermaian ank-anak adalah 1500m2.
Luas Halaman bermain:
L = ¼ x 𝜋 d2 6
L = ¼ x 3,14 x 5002
L = 196.250 m2
1500 ≠ 196.250 m2.
Jadi, jawaban Kiki dan Robi salah.

4. A. Memahami Masalah
Membuat model Matematika
Dik : Kolam ikan berbentuk lingkaran 6
Panjang tali = 43,96 m

22
Dit : Jari – jari kolam (r) = ?
Jadi, informasi diatas cukup untuk menghitung jari-jari kolam.
B. Merencanakan Penyelesaian Masalah
Untuk menghitung jari-jari kolam tersebut terlebih dahulu kita dapat
mengetahui keliling kolam dari data diatas. Diketahui bahwa
panjang tali untuk mengukur kolam yaitu 43,96 m. Panjang tali =
Keliling kolam (K) = 43,96 m.
C. Menyelesaikan Pemecahan Masalah
Menghitung jari-jari kolam dengan :
K =2𝜋r 4
K = 2 x 3,14 x r
43,96 = 6,2 8 r
43,96
r =
6,28
r = 7m
Jadi, jari- jari kolam adalah 7 m.
D. Memeriksa kembali
Menurut Sari jari-jari kolam adalah 4 m.
K =2𝜋r 6
K = 2 x 3,14 x r
43,96 = 6,2 8 r
43,96
r =
6,28
r = 7m

4≠7m
sedangkan menurut Rani jari-jari kolam adalah 3m.
K =2𝜋r
K = 2 x 3,14 x r
43,96 = 6,2 8 r 4
43,96
r =
6,28

23
r = 7m
3 ≠ 7 m.
Jadi, jawaban Sari dan Rani Salah.
5. A. Memahami Masalah
Model matematikanya : 6
Dik : Lingkaran A memiliki diameter sebesar D
Lingkaran B diameternya 3D.
dA = D
dB = 3D
Dit : Perbandingan Luas lingkaran A dan lingkaran B
Jadi, data diatas cukup untuk menghitung pernbandingan
L.lingkaran A dan L.lingk B
B. Merencanakan Penyelesaian Masalah
Untuk menghitung perbandingan antara Luas lingk.A dan Luas
Lingk.B, Maka terlebih dahulu mencari masing-masing luas dari
lingkaran A dan B.
C. Menyelesaikan Pemecahan Masalah
L. Lingk. A = 1/4 π D2 L. Lingk. B = 1/4 π D2
L. Lingk. A = 1/4 D 2
L. Lingk. B = 1/4 π(3D)2
Luas lingkaran A 1/4 D 2

Luas lingkaran B 1/4 3D2 4

Luas lingkaran A 1
=
Luas lingkaran B 9
Jadi, perbandingan luas lingkaran A dan luas lingkaran B adalah 1:
9
D. Memeriksa kembali
Menurut Fika perbandingan luas lingkaran A dan B adalah 2:3.
Luas lingkaran A 1/4 D 2
 1
Luas lingkaran B 1/4 3D2 = 9

2:3 ≠ 1: 9. 6

sedangkan menurut Fani perbandingan luas lingkaran A dan B


adalah 1:3.

24
Luas lingkaran A 1/4 D 2

Luas lingkaran B 1/4 3D2 = 4
1: 3 ≠ 1: 9.
Jadi, Jawaban Fani dan Fika Salah.
Jumlah 100

2.7. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem


Solving)

Berdasarkan hasil dari jawaban siswa kelas IX-1 diketahui bahwa,


kemampuan pemecahan masalah rata – rata yang dimiliki siswa masih sangat
rendah ditunjukkan oleh jawaban siswa yang mendapatkan nilai dibawah 60 dari
5 soal yang ujikan. Banyak siswa yang belum mampu dalam menyelesaikan soal

25
dikarenakan kurang memahami dan teliti dalam memecahkan masalah salah satu
hasil jawaban siswa ditunjukkan oleh foto pertama merupakan hasil dengan nilai
tertinggi dan foto kedua dengan nilai terendah.
Dilihat dari soal no 1 dan 2 rata – rata siswa mengerjakan soal hanya sampai
pada tahap memahami masalah dan merencanakan penyelesaian masalah. Hanya
lembar jawaban yang pada foto 1 menyelesaikan maslah sudah sampai pada tahap
menyelesaikan pemecahan masalah, tidak ada siswa yang mengerjakan soal
sampai pada ke tahap memeriksa kembali jawaban mereka.
Lebih lengkapnya hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa
ditunjukkan pada tabel berikut :
No Soal Total
No Nama Siswa
1 2 3 4 5 Skor
1 Daniel 8 10 6 6 6 36
2 Titohn 10 6 8 6 6 36
3 Rosa 10 8 6 6 6 36
4 Edwin 18 8 6 6 6 42
5 Andam 16 10 8 6 6 46
6 Riffaldi 16 12 8 6 6 48
7 Natalia 12 10 6 6 6 40
8 Juli 8 6 6 6 6 32
9 Oktavia 6 6 6 6 6 30
10 Jusmi 10 8 6 6 6 36
11 Abim 8 11 10 8 6 43
12 Agung 12 10 6 6 6 40
13 Cristian 12 6 6 6 6 36
14 Eko 12 6 6 6 6 36
15 Aldinan 10 6 6 6 6 34
16 fresli 8 6 6 6 6 32
17 Irfan 12 6 6 6 6 36
18 Riki 12 10 6 6 6 40
19 Risfan 12 10 6 6 6 40

26
20 Dodi 8 10 6 6 6 36
Jumlah 220 165 130 122 120 755

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemecahan masalah matematika (problem solving) adalah suatu usaha
menemukan solusi dari suatu masalah matematika dengan menggabungkan
konsep-konsep dan aturan-aturan matematika yang telah diperoleh sebelumnya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran ini menekankan pada
berpikir kritis siswa dan keterampilan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensi dari materi pelajaran dengan mengaitkan pada dunia nyata dan
pengalaman siswa.
Strategi pembelajaran problem solving adalah suatu strategi pembelajaran
yang mengaktifkan peserta didik yang dapat melatih peserta didik untuk
menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah atau solusi
dari permasalahan yang ada tersebut.
Adapun karakteristik dari strategi pembelajaran problem solving adalah (1)
Diawali dari sebuah masalah, (2) Adanya tuntutan dari peserta didik untuk
berpikir dan bertindak kreatif, (3) Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk
memecahkan masalah, (4) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta
didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, (5) Peserta didik
bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil, (6) Pengajaran
ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk
dipecahkan.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran problem
solving. Salah satu kelebihan dari strategi ini adalah pemecahan melibatkan
peserta didik secara aktif dan sengaja belajar masalah, mengembangkan pemikiran
mereka dan penalaran mereka serta keterampilan mereka yaitu berupa,
kemampuan mereka untuk menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan mereka
yang sudah ada dengan situasi baru, untuk mengenali perubahannya antara fakta

27
dan opini, dan untuk membuat penilaian objektif. Sedangkan salah satu
kekurangannya adalah kecuali peserta didik memahami mengapa mereka sedang
berusaha untuk memecahkan masalah tertentu, mereka mungkin tidak belajar apa
yang menjadi tema belajarnya. Misalnya, mereka fokus pada strategi dan bukan
pada prinsip-prinsip yang pendidik ingin mereka temukan.
Adapun tahapan-tahapan dalam strategi pembelajaran problem solving yaitu,
Tahap analisis masalah untuk mendapatkan rumusan masalah dan menyimpulkan
data yang ada, Tahap perencanaan pemecahan masalah, Tahap melakukan
perhitungan,Tahap pengecekan. Strategi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran
kimia, contohnya dalam pokok bahasan asam basa dengan memberikan contoh
permasalahan yang relevan dengan kehidupan nyata.

28
DAFTAR PUSTAKA
Hasratuddin. 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika. Medan : Perdana
Publishing
Djamarah, S.Bahari dan Zain.A. 2006. Strategi Belajara Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Triyanto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana
Gamze Sezgin Selcuk, September 2008, The Effects of Problem Solving
Instruction of Physics Achievement, Problem Solving Performance and
Strategy Use. Jurnal of Physics Education. Volume 2, No. 3.
Patnani Miwa, 2013, Upaya Meningkatkan Kemampuan Problem
Solving Pada Mahasiswa. Jurnal Psikogenesis Vol. 1 No. 2
Winarso Widodo, 2014. Problem solving, Creativity dan Decision Making Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Eduma Vol. 3 No. 1
Sumartini Sri Tina, 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Pembelajaran Berbasis Masalah . Jurnal Moshrafa Vol.
8 No.3. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut

29

Вам также может понравиться