Вы находитесь на странице: 1из 5

Menumbuhkan Energi Semesta dalam Keharmonisan

Oleh
Wahyu Yoga Pradana

Kepada yang disucikan Pinandita lanang istri


Kepada yang saya hormati sesepuh dan pinisepuh umat sedharama
Kepada yang berbahagia umat sedharma sekalian
Pertama-tama saya haturkan salam panganjali umat

Om Swastyastu
Hong wilaheng Jagad Dewa Bhatara ya Pramudita Buwana Langgeng

Sebelum saya menyampaikan pesan Dharma ini marilah kita bersama-sama mengucapkan puji dan
syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Gusti Pangeran Kang Maha Kuaos, karena atas asung
kerta wara nugraha beliau kita mendapatkan perlindungan, rejeki, dan keselamatan sehingga kita
dapat berkumpul disini, di Pura Banguntopo, Banguntapan, Bantul, DIY. Pada hari senin legi
tanggal 21 September 2019 dan bertepatan pada persembayangan hari Purnama. Ijinkan lah saya
membawakan pesan dharma yang berjudul menumbuhkan Energi semesta dalam keharmonisan.

Umat Sedharma yang berbahagia


Bahwa kita hidup didunia ini tanpa kita sadari kita mengalami banyak sekali peristiwa yang terjadi
dan kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, baik peristiwa yang berhubungan dengan diri kita
sendiri, berhubungan dengan sesama maupun berhubungan dengan alam sekitar kita. Seperti kita
tahu manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan butuh pertolongan dari sesama
maupun alam sekitar kita. Seperti contohnya jika kita berbuat baik dengan sesama manusia,
bertingkah laku sopan dan santun kita akan mendapatkan perbuatan baik dari sesama kita. Jika kita
menghargai orang lain, tentu orang lain juga akan menggarhai diri kita. Begitu pula jika kita
berbuat baik dengan alam, menjaga alam, merawat maupun melestarikan alam yang ada disekitar
kita. Alam juga akan membalas kebaikan kita. Kita akan mendapatkan hasil dari alam,
mendapatkan oksigen dan udara yang segar dan sehat, dan tentu alam juga akan melindungi kita
dan menjaga kita sebagaimana kita memperlakukan alam dengan baik. Semua disekitar kita
memberikan segala yang kita butuhkan, entah itu berasal dari sesama manusia, hewan, tumbuhan,
bahkan alam sekalipun. Akan tetapi, justru Manusia kadang lalai akan hal itu. Manusia yang
dibekali dengan akal dan Budi yang mampu membedakan tindakan baik dan buruk, seakan-akan
hilang budi mereka. Banyak diantara kita kadang melupakan bahwa kita adalah mahkluk sosial.
Kita sering bersikap acuh tak acuh kepada sesama, sering menghujat bahkan menjatuhkan sesama
untuk kepentingan kita. Orang menjerit meminta bantuan seakan kita tuli dan buta, tetapi jika ada
sesuatu yang menguntungkan kita kita sering kali maju paling depan bagaimanapun caranya
bahkan rela mengorbankan sesama kita. Tak hanya itu, manusia adalah perusak alam nomor satu.
Merusak habitan alam untuk kepentingan dan kekayaan kita. Hutan yang semula menjadi habitan
hewan dan tumbuhan, berganti hutan beton pencakar langit berhabitankan manusia. Tetapi kadang
kita hanya diam dan justru menikmati adegan itu. Adegan menjatuhkan sesama, adegan tak peduli
sesama, bahkan adegan membasmi hutan dan alam sekitar kita. Dan dari penjabaran saya diatas
saya menarik dua pokok permasalahan yaitu:

1. Bagaiman upaya untuk mewujudkan keseimbangan dalam kehidupan


2. Bagaimana landasan sastra Veda dalam penghormatan terhadap alam

Bagaiman upaya untuk mewujudkan keseimbangan dalam kehidupan


Umat Sedharna yang berbahagia

Di dalam agama Hindu kita mengenal adanya tentang keseimbangan. Keseimbangan dalam
kehidupan merupakan sebuah konsep yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Semua
yang ada, baik dalam dunia mikro kosmos maupun dalam dunia makro kosmos didasari oleh
konsep keseimbangan. Demikian juga yang ada dalam dunia yang kelihatan (sekala) maupun yang
tidak kelihatan (niskala), tidak luput mengikuti konsep keseimbangan. Dalam agama Hindu konsep
keseimbangan dikenal dengan Rwa Bhineda. Jika ditilik dari arti katanya, Rwa berati Dua dan
Bhineda yang berarti yang Berbeda. Hal ini bisa diterjemahkan sebagai dua hal berbeda dalam
kehidupan yang selalu menjadi satu dan tak terpisahkan satu sama lain. Sesuatu yang jika ada,
maka yang lainnya pasti akan selalu ada sebagai balancer-nya. Ada siang ada malam. Ada sedih
ada bahagia. Ada tua, ada muda. Ada utara, ada selatan. Ada positive, ada negative. Dan
seterusnya. Itulah yang dimaksudkan dengan Rwa Bhineda. Rwa Bhineda inilah yang menjadi
dasar dari hukum keseimbangan dalam semesta.

Sebagai aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, jika dalam kehidupan ini kita menjaga alam
merawat alam alam akan juga akan merawat dan menyediakan kebutuhan kita. Tetapi jika kita
merusak alam kita juga akan hancur karena itu Hal ini juga dinyatan dalam Pustaka suci Rgveda
III.51.5 yang menyatakan:

“Indraa ya dyaava osadhir uta aapah. Rayim raksanti jiyaro vanani”

artinya
tanpa melindungi sumber-sumber alam tersebut manusia tidak akan pernah mendapatkan
kehidupan yang aman damai dan sejahtera

Sloka tersebut sudah jelas mengatakan jika kita tidak melindungi, menjaga dan merawat alam
Kita tidak akan mendapatkan kehidupan yang sejahterah. Yang dimaksut alam disini adalah
semesta beserta isinya. Baik itu Gunung, laut, hutan, tumbuhan, hewan, maupun manusia.
Lebih jauh lagi konsep ini kemudian menjadi pengantar terhadap hukum alam yang lainnya yang
sangat kuat mengakar pada kehidupan masyarakat sehari-hari yakni Hukum Karma yang juga
bertumpu pada keseimbangan dalam bentuk lain. Apapun yang kita lakukan dalam hidup ini, suatu
saat akan membuahkan hasil yang serupa. Bila kebaikan yang kita tanam, maka kebahagiaan lah
yang akan kita tuai. Sebaliknya jika keburukan yang kita lakukan, maka penderitaanlah yang akan
menghampiri kita. Contoh paling sederhananya bisa kita lihat setiap hari secara instant antara lain,
jika kita tersenyum kepada seseorang maka orang lain akan segera memberikan senyum kembali
kepada diri kita yang bisa kita rasakan dalam bentuk kebahagiaan hati. Sebaliknya jika kita
cemberut, maka orang lainpun akan mengerenyitkan dahi tanda tidak simpati kepada kita yang
membuat kita merasa semakin tidak diterima.

Keseimbangan alam dan semesta, juga diterjemahkan dalam bentuk lain dalam aplikasi kehidupan.
Penghargaan & penghormatan terhadap sesama manusia dan terhadap semua mahluk ciptaanNya
yang lain, misalnya tumbuhan, hewan atau bahkan mahluk lain yang tidak kelihatan oleh mata
biasa. Ada hari raya khusus untuk memberikan penghormatan terhadap alam lingkungan
sekitarnya, misalnya ada hari Tumpek Uduh untuk menghormati tumbuh-tumbuhan, lalu ada hari
Tumpek Kandang untuk memberikan penghormatan pada hewan hewan dan sebagainya sehingga
kita semua selalu diingatkan untuk tidak serakah dan hanya mengambil secukupnya dari alam guna
kelangsungan hidup kita semua. Melakukan penghormatan & penghargaan kepada siapa saja
sesama mahluk ciptaanNya dalam kehidupan kita sehari-hari, tentunya akan memberi kebahagiaan
tersendiri bagi kita dan juga sekaligus membantu tercapainya keseimbangan alam yang lebih baik.

Bagaimana landasan sastra Veda dalam penghormatan terhadap alam


Umat Sedharma yang berbahagia
Kita sadari bahwa Alam semesta ini termasuk manusia menurut Veda terdiri dari unsur Panca
Maha Butha. Pertiwi(padat), Apah (zat cair), Teja (api), Bayu (zat udara), Akasa (eter) yang semua
saling berkaitan satu dengan yang lain. Semua kompenen elemen itu ada dan saling bersenergi satu
sama lain. Agar terjadi sinergi yang baik maka berbagai kitab Hindu merumuskannya dalam
upacara Yadnya. Salah satunya upacara Bhuta Yadnya. Bhuta Yadnya adalah bukan saja
dipersembahkan untuk para Asura, maupun Bhuta Kala tetapi Bhuta Yadnya juga Yadnya yang
dipersembahkan manusia kepada alam. Karena alam telah memberikan semua yang kita butuhkan
dan kita perlukan. Seperti yang dinyatakan Di dalam BG Bab III Sloka 10 disebutkan

saha-yajñāḥ prajāḥ sṛs ̣tvā


̣
purovāca prajāpatiḥ
anena prasavis ̣yadhvam
es ̣a vo 'stv is ̣ta-kāma-dhuk
̣

Artinya

Pada awal ciptaan, Prajapati menciptakan manusia dengan jalan Yadnya dan bersabda: dengan ini
kau berkembang dan mendapatkan kebahagianmu sesuai dengan keinginanmu

Dalam sloka tersebut mengatakan bahwa Tuhan menciptakan dunia material dengan Yadnya dan
dengan Yadnya pula kita bisa membayar hutang kita. Kita mempunya banyak hutang kepada alam
semeseta ini. Baik gunung, laut, sungai, hutan dan lain-lain. Lalu bagaimanakah kita membayar
semua itu? Caranya adalah melakukan yadnya (korban-korban suci) kepada Alam, atau lebih
dikenal dengan Sad Kerti.Sad Kertih adalah 6 yajna atau upacara yang ditujukan kepada alam
untuk menjaga keharmonisan. baik itu alam kecil (bhuana alit) maupun alam besar (buana agung).
Bagian-bagian dari Sad kertih yang pertama adalah
Atman Kertih adalah upaya menjaga agar kesucian Atma sebagai bagian dari Paramaatma yang
berada pada setiap Bhuwana alit (microcosmos) dapat menyinari perilaku manusia menjadi baik,
benar dan suci. Serta berupaya untuk melakukan pelestarian untuk menyucikan Sang Hyang Atma
dari belenggu Tri Guna.. Untuk menegakkan kesucian Atma membutuhkan ruang , sarana,
perhatian dan waktu tersendiri dalam kehidupan di dunia.
Yang kedua adalah Samudra Kertih. Samudra Kertih adalah upaya untuk menjaga kelestarian laut
atau samudra dan berbagai sumber-sumber alam yang ada didalamnya. Pelestarian itu dalam wujud
skala dan niskala. Di laut itulah diadakan upacara upacara melasti. Upacara tersebut bermakna
untuk memotivasi umat agar memelihara kelestarian laut Dalam kehidupan modern sekarang ini
banyak sekali ada usaha perusakan laut seperti pembuangan limbah industri kelaut. Ternyata sudah
sejak dari dulu Hindu memperhatikan laut dan menerapkan sebuah ajaran untuk menjaga
kelestarian laut agar tetap dapat memberikan kesejahteraan untuk umat manusia.
Yang ketiga adalah Wana Kertih. Wana Kertih adalah upaya untuk menjaga kelestarian hutan.
Hutan dikatakan sebagai sumber penyucian alam dimana patra (tumbuh-tumbuhan) dan pertiwi
(tanah) merupakan pelebur dari segala hal yang kotor di dunia ini
Yang keempat adalah Danu Kertih. Danu Kertih yaitu upaya untuk menjaga kelestarian sumber-
sumber air tawar didaratan, seperti mata air, danau, sungai dan lain-lain. Seperti halnya di danau
ini juga diadakan upaya keagamaan yang berbentuk ritual sakral. Ada upacara mendak tirta ke
ataupun melasti ke danau. Hal ini juga dinyatakan di Dalam Manawa Dharmasastra IV. 56

Napsu mutram purisam va


sthivanam va samutsrjet,
amedhya liptam any
adva lohitam vavisani va.

Artinya:

Hendaknya ia jangan melempar air kencingnya atau kotorannya ke dalam air sungai,tidak pula air
ludahnya, juga tidak boleh melemparkan perkataan yang tidak suci, tidak pula kotoran-kotoran,
tidak pula yang lain, tidak pula darah atau suatu yang berbisa.

sloka Manawa Dharmasasta telah cukup untuk acuan hukum bahwa agama Hindu yang sangat
melarang prilaku merusak air apa lagi sumber-sumbernya. Sayang ajaran yang begitu jelas tidak
disertai oleh tingginya pemahaman dan pengetahuan umat tentang adanya sloka yang mengatur
prilaku manusia terhadap sumber air.

Yang kelima adalah Jagat Kertih, Jagat Kerti adalah usaha untuk melestarikan bumi dalam hal ini
tanah yang menjadi sumber kehidupan hingga tanah menjadi produktif dan menghasilkan suatu
yang berguna untuk manusia dari sini terjadi suatu hubungan timbal balik antara bumi dan manusia
sehingga manusia tidak lagi hanya menjadi benalu seperti yang dominan terjadi pada saat ini. Saat
ini bumi benar telah dirusak oleh manusia, banyak masalah yang terjadi dari ulah manusia itu
sendiri. Konsep Cakra Yajna sangat diperlukan dalam kondisi yang seperti ini karena dengan
adanya konsep ini akan terjadi suatu suasana yang dapat menumbuhkan suasana harmanonis
dimana semua manusia, ciptaan dan alam. Serta Jagat Kertih berupaya untuk melestarikan
keharmonisan hubungan sosial yang dinamis dan produktif berdasarkan kebenaran. Wadah
kehidupan bersama mewujudkan kebenaran membangun keharmonisan sosial yang dinamis dalam
bermasyarakat
Yang terakhir adalah Jana kertih, Jana Kertih lebih pada individu dalam membangun sebuah
lingkungan spiritual hingga tercipta suasana religius di sekitar individu tersebut ini sangat berguna
dalam membina hubungan sosial hingga tercipta suatu hubungan yang harmonis antar individu,
hubungan ini tidak lagi memandaang perbedaan sebagai hambatan suatu kedekatan, karena pada
dasarnya semua manusia itu bersaudara. Artinya mengupayakan kualitas manusia individu yang
ideal. Manusia sebagai individu ideal akan dapat dikembangkan dalam wadah lingkungan alam
dan lingkungan sosial yang kondusiv. Peluang bagi setiap orang untuk mengembangkan diri secara
individual harus mendapatkan perhatian yang seimbang dengan kehidupan manusia sebagai
mahluk sosial.

Umat Hindu yang berbahagia


Jadi kesimpulan dari pesan dhrama ini adalah didalam Berbakti kepada Tuhan harus
didayagunakan untuk memotivasi diri masing-masing untuk memperlakukan alam dan manusia
menurut hukum rta dan dharma. Tuhan telah menciptakan alam dengan hukum rta-nya. Sepanjang
manusia tidak merusak dinamika hukum rta dan menjaga keseimbangan alam maka alam akan
senantiasa lestari dan selalu menyediakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di bumi
ini. Demikian juga sesama manusia wajib hidup untuk saling beriteraksi, sopan santun dan
beryadnya sesuai dengan swadharma masing-masing.

Umat Sedharma yang berbahagia


Marilah hidup yang berorientasi pada hidup sekala dan niskala. Memandang kehidupan ini dengan
konsep Tri Hita Karana. Maksudnya apa yang kita lakukan dewasa ini hendaknya berorientasi
pada masa lampau dan merumuskan harapan masa depan Dengan cara pandang selain hubungan
harmonis dengan Tuhan, kita juga harus menjaga hubungan harmonis dengan sesame manusia dan
alam. Kita bisa melakukan hal itu dengan cara Beryajya.hidup rukun dan saling mengasihi dan
tidak mengeksploitasi alam hanya untuk kepuasan hidup kita saat ini saja. Perhitungkan juga
kehidupan generasi yang akan datang. Dengan pandangan demikian kita bisa lebih hemat
menggunakan sumber daya alam. Dalam meniti kehidupan ini hendaknya kita juga berpegang pada
konsep Tri Kona yaitu menciptakan sesuatu yang sepatutnya kita ciptakan (utpati), memelihara
sesuatu yang sepatutnya kita pelihara dan lindungi (Stithi). Demikian juga menghilangkan atau
meninggalkan sesuatu yang memang sudah sepatutnya kita hilangkan atau tinggalkan (Pralina).
Konsep pengendali dinamika hidup Utpati, Stithi dan Pralina itu dalam semua aspek kehidupan.

Umat Hindu Yang Berbahagia demikanlah pesan dharma yang saya sampaikan atas perhatiannya
saya ucapkan terima kasih

Om Santih, SAntih, santih Om


Wilujeng Sagung Dumugi Rahayu

Вам также может понравиться