Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Adapun maksud dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui keamanan dan
kekuatan kolom untuk menahan beban yang bekerja.
Tujuan dalam skripsi ini adalah Menganalisis perhitungan gedung hotel vivante
dengan kapasitas 14 lantai.
1
Memperhitungkan pengaruh biaxial blending pada kolom
bangunan tersebut,
Memperhitungkan pengaruh pembesaran momen akibat
kelangsingan penampang.
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan literatur yaitu
dengan mengumpulkan teori-teori dari beberapa buku yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi ini juga dari materi-materi di perkuliahan dan masukan ide
dari dosen pembimbing.Sebagai dasar struktur dalam perhitungan gaya-gaya yang
terjadi pada struktur tersebut maka digunakan Program SAP 2000.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Portal adalah suatu system yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berfungsi sebagai suatu kesatuan lengkap yang berdiri sendiri
dengan atau tanpa bantuan diafragma-diafragma horizontal atau suatu ikatan lantai
(Sucipto,1998).
Hubungan elemen pembntuk system portal ini biasanya kaku/monolit, serta
ukuran penampang elemen (lebar atau tinggi) adalah kecil bila dibandingkan
dengan bentang. Sistem struktur yang tidak dapat dibedakan unsure elemnya
seperti pelat, cangkang,atau tangki dinamakan system struktur kontinum.
(Struktur Beton Bertulang Badan Penerbit Universitas Semarang).
Gambar dibawah ini menunjukan potongan denah konstruksi dari suatu
system portal yang terdiri dari Plat lantai, balok anak, balok induk, dan
kolom.Dimana Plat lantai menumpu pada balok anak dan balok induk, balok anak
dan balok induk menumpu pada kolom sehingga membentuk suatu kesatuan yang
monolit dan kaku.
Sumber :www.google.co.id
2.2 Kolom
3
paling tidak 3\tiga kali dimensi lateral terkecil.Sedangkan rasio bagian tinggi
dengan dimensi laterak terkecil kurang dari tiga disebut pedestal.Kegagalan
kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang
berhubungan dengan kolom, umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen
desak tidak diawali dengan tanda peringatanyang jelas, tetapi bersifat
mendadak.Oleh karena itu, dalam merencanakan strukur kolom harus
memperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan kekuatan yang
lebih tinggi daripada komponen struktur lainnya. Dalam kenyataanya, kolom tidak
hanya bertugas menahan beban aksial vertical tetapi juga bertugas menahan
momen lentur.
a. Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur
sangkar, dengan tulangan memanjang dan sengkang.
b. Kolom dengan pengikat, adalah jenis kolom dimana tulangan utama
memanjang dipegang dalam kedudukannya oleh pengikat lateral terpisah
(sengkang) yang ditempatkan dengan jarak 300-600 mm atau pengikat
lateral menerus (spiral) yang ditempatkan dengan jarak 50-75 mm
c. Kolom komposit, adalah jenis kolom beton yang akan menggunakan baja
profil atau pipa baja,tanpa atau dengan penulangan memanjang tambahan.
Sumber: www.google.co.id
4
2. Jenis Kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial
Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang kolom,
kolom dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kolom dengan posisi beban sentris dan
kolom dengan posisi beban eksentris.
Untuk kolom dengan posisi beban sentris , berarti kolom ini menahan
beban aksial tepat pada sumbu kolom (Lihat Gambar 2.3(a)). Pada keadaan ini
seluruh permukaan penampang beton beserta tulangan kolom menahan beban
tekan.
Untuk kolom dengan posisi beban eksentris, berarti beban aksial bekerja di
luar sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar e (Lihat Gambar 2.3(b)). Beban
aksial P dan eksentrisitas e ini akan menimbulkan momen (M) sebesar M =P.e.
Dengan demikian,kolom yang menahan beban aksial enksetris ini pengaruhnya
sama dengan kolom yang menahan beban aksial sentris P serta momen M seperti
pada Gambar 2.3(c).
Gambar 2.3 Jenis Kolom berdasarkan letak Beban Aksial
Sumber : Buku Kolom Fondasi & Balok T beton bertulang, Ali arsoni
Keadaan lebih lanjut pada kolom dengan beban aksial eksentris ini masih
dibedakan lagi menjadi 4 macam berdasarkan nilai eksentrisitas e, yaitu:
1) Nilai eksentrisitas e kecil
Untuk nilai e kecil,maka momen M (M=P.e) yang ditimbulkan juga
kecil.Pada keadaan ini kolom akan melengkung sesuai dengan arah
momen lentur (Lihat Gambar 2.3(c)), sehingga ada sebagian kecil beton
serta baja tulangan di sebelah kiri menahan tegangan tarik,dan sebagian
besar beton serta baja tulangan di sebalah kanan menahan tegangan
tekan.Karena tegangan tarik yang terjadi pada baja tulangan sebelah kiri
cukup kecil,maka kegagalan kolom akan ditentukan oleh hancurnya
material beton tekan sebelah kanan.Keadaan ini disebut dengan kolom
pada kondisi beton tekan menentukan , atau kolom pada kondisi patah
tekan.
2) Nilai eksentrisitas e sedang
5
Untuk nilai e sedang,maka momen M yang ditimbulkan juga tidak begitu
besar.Pada keadaan ini,sebagian beton serta baja tulangan sebelah kiri
menahan tegangan tarik,sedangkan sebagian beton serta baja tulangan
sebelah kanan akan menahan tegangan tekan. Tegangan tarik yang terjadi
pada baja tulangan sebelah kiri dapat mencapai lelh pada saat yang
bersamaan dengan hancurnya material beton sebelah kanan yang menahan
tegangan tekan.Keadaan ini sering disebut kolom pada kondisi seimbang
(balance).
3) Nilai eksentrisitas e besar
Untuk nilai e besar,maka momen M yang ditimbulkan juga besar.Pada
keadaan ini, tegangan tarik pada baja tulangan sebelah kiri makin besar
sehingga mencapai leleh, tetapi material beton sebelah kanan masih kuat
menahan beban tekan. Maka dari itu kegagalan yang terjadi ditentukan
oleh lelehnya baja tulangan tersebut.Keadaan ini sering disebut kolom
pada kondisi tulangan tarik menentukan, atau kolom pada kondisi patah
tarik.
4) Nilai eksentrisitas e sangat besar
Karena nilai e sangat besar, maka momen M yang ditimbulkan juga sangat
besar, sehingga beban aksial P dapat diabaikan (relatif kecil terhadap
momen M). Pada keadaan ini seolah-olah kolom hanya menahan momen
lentur M saja,sehingga dapat dihitung seperti balok biasa.
3. Jenis kolom berdasarkan panjang kolom
Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya, kolom dibedakan atas 2
macam , yaitu: kolom panjang (sering pula disebut kolom langsing atau kolom
kurus), dan kolom pendek (sering pula disebut kolom tidak langsing atau kolom
gemuk). Beban yang bekerja pada kolom panjang, dapat menyebabkan terjadi
kegagalan/keruntuhan kolom akibat kehilangan stabilitas lateral karena bahaya
tekuk.Tetapi pada kolom pendek,kehilangan stabilitas lateral karena tekuk ini
tidak pernah dijumpai.Jadi kegagalan./keruntuhan pada kolom pendek sering
disebabkan oleh kegagalan materialnya (lelehnya baja tulangan dan atau
hancurnya beton).
2.2.2 Asumsi dasar perencanaan kolom
Sama halnya dengan balok, pada perencanaan kolom juga digunakan
asumsi dasar sebagai berikut (lihat gambar 2.4):
1) Pasal 12.2.2 SNI 03-2847-2002: Distribusi regangan di sepanjang tebal
kolom dianggap berupa garis lurus (linear), seperti terlukis pada gambar
2.4(b)
2) Pasal 12.2.2 SNI 03-2847-2002: Tidak terjadi slip antara beton dan
tulangan
3) Pasal 12.2.3 SNI 03-2847-2002: Regangan tekan maksimal beton dibatasi
pada kondisi ultimit εcu’ = 0,003 (lihat gambar 2.4 (b))
4) Pasal 12.2.5 SNI 03-2847-2002: Kekuatan tarik beton diabaikan.
6
5) Pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002: Tegangan baja tulangan tarik maupun
tekan (fs maupun fs’) yang belum mencapai leleh (< fy) dihitung sebesar
modulus elastisitas baja tulangan (ES) dikalikan dengan reganganya (εs
maupun εs”)
6) Pberbeasal 12.2.6 SNI 03-2847-2002: Hubungan antara distribusi tegangan
tekan beton dan regangan beton dapat diasumsikan persegi,
trapesium,parabola atau bentuk lainnya.
7) Pasal 12.2.7.1 SNI 03-2847-2002, Bila hubingan antara distribusi tegangan
dan regangan beton diasumsikan berbentuk tegangan beton persegi
ekuivalen, maka dipakai nilai tegangan beton sebesar 0,85 fc’ yang
terdistribusi secara merata pada daerah tekan ekivalen (seperti gambar
2.3(c)) yang dibaatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang
sejajar garis netral sejarak a = β1.c dari serat tekan maksimal.
8) Pasal 12.2.7.3 SNI 03-2847-2002:Faktor β1 diambil sebagai berikut:
a) Untuk fc’ ≤ 30 Mpa, β1 = 0,85
fc′ − 𝟑𝟎
b) Untuk fc’ > 30 Mpa, β1 = 0,85 – 0,05( )
7
Tetapi β1 ≥ 0,65
Sumber: Buku Kolom Fondasi & Balok T beton bertulang, Ali arsoni
7
Bebarapa ketentuan yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan
kolom meliputi hal-hal berikut:
1. Luas tulangan total (Ast)
Menurut Pasal 12.9.1 SNI 03-2847-2002, luas total (Ast) tulangan
longitudinal (tulangan memanjang) kolom harus memenuhi syarat berikut:
10 mm ≤( фbege)≤ 16 mm
8
pengalihan beban dari beton ke tulangan akibat deformasi yang tergantung waktu,
lebih focus dalam unsure-unsur ini dibandingkan dengan balok.Sekalipun
tegangan yang sebenarnya di bawah beban layan tidak dapat dihitung secara
berarti tetapi kekuatannya dapat ditentukan. Kekuatan nominal Pn dari kolom
yang dibebani gaya aksial dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dengan :
Pn = Kekuatan nominal untuk kolom dengan pengikat (bila bukan spiral suku
ke-3 dihilangkan)
Kc = Koefisien (=0,85) untuk memperhitungkan perbedaan beton dalam
kolom dengan benda uji silinder
F’c = Kekuatan desak beton silinder standar umur 28 hari
Ac = Luas beton bersih, berdasarkan luas kasar beton untuk kolom dengan
sengkang dan luas inti untuk kolom dengan spiral
Ast = Luas tulangan memanjang
Fy = Tegangan leleh tulangan memanjang
Ks = Konstanta yang bervariasi antara 1,502,5 dengan rata-rata 1,95
Fsy = Tegangan leleh tulangan spiral
Asp =Volume tulangan spiral per satuan panjang kolom
Persamaan II.2 menyatakan beban leleh untuk kolom dengan tulangan spiral yang
menunjuka keadaan leleh yang kemudian diikuti oleh deformasi yang besar
sebelum keruntuhan total.(Gambar II.4.1).Pada saat dicapainya titik leleh, selimut
beton menggelupas dan spiral mulai bekerja untuk melindungi beton yang hansur
di dalam inti, sehingga tulangan spiral menyumbangkan hanya sedikit terhadap
kekuatan sebelum titik leleh, namun memberikan daktalitas. Dari persamaan II.2
dapat diamati bahwa tulangan spiral adalah 1,5-2,5 lebih efektif dalam
meningkatkan kekuatan disbanding tulangan utama memanjang, hanya saja spiral
belum bekerja sampai deformasi yang cukup besar.
Gambar 2.5 Hubungan beban-regangan pada kolom
9
2.2.5 Faktor Reduksi Kekuatan φ Untuk Kolom
Seperti yang diatur dalam peraturan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.3 ayat 2.2,
kuat komponen diperlihatkan sebagai garis putus pada kurva Gambar 9.13 untuk
nilai fPn diantara 525 KN dan nol. Dengan demikian peningkatan nilai f yang
diizinkan untuk beban aksial kecil harus tercermin pula dalam diagram
interaksi.Variasi nilai factor reduksi kekuatan f yang sesuai dengan peraturan
tersebut diatas juga dapat diungkapkan melalu persamaan-persamaan berikut ini:
10
0,15𝛗 𝐏𝐧
𝛗 = 0,80 0,1.fc′.Ag≥ 0,75……….(II.5.2)
Pada persamaan-persaman tersebut diatas Pu= f.Pn, apabila fPnb < 0,1.Ag fc,
maka pada persamaan untuk kolom dengan pengikat sengkang, nilai 0,1 Ag.fc
diganti dengan 0,65Pnb, sedangkan pada kolom dengan pengikat spiral diganti
dengan 0,70 Pnb.
Pu £ f Pn
11
Pu = Beban aksial terfaktor dengan eksentrisitas
Ast
𝑃𝑔 =
Ag
Beban aksial bekerja dalam arah sejajar sumbu memanjang dan titik kerjanya
tidak harus di pusat berat kolom, berada didalam penampang melintang, atau
pusat geometric. Dalam memperhitungkan kuat kolom terhadap beban aksial
eksentrisitas kecil digunakan dasar anggapan bahwa akibat bekerjanya beban atas
(ultimit), beton akan mengalami tegangan sampai nilai 0,85 fc’.Tulangan bajanya
mencapai tegangan luluh fy, sehingga untuk setiap penampan kolom, kuat beban
aksial nominal dengan eksentrisitas kecil dapat dihitung langsung degan
menjumlahkan gaya-gaya dalam dari beton dan tulangan baja pada waktu
mengalami tegangan pada tingkat kuat maksimum tersebut
Sumber:www.google.co.id
12
2.2.7 Elemen Kolom dengan Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
Pn = Cc + Cs- Ts
Momen tahanan nominal Mn, yaitu sebesar Pne, dapat diperoleh dengan
menuliskan keseimbangan momen terhadapa pusat plastis penampang. Untuk
kolom yang penulanganya simetris, pusat plastisnya sama dengan pusat
geometrisnya
a
Mn = Pn = Cc﴾y − 2﴿ + Cs (ў – d’) + Ts (d-ў)
Karena
Cc = 0,85 fc’ba
Cs = A’s f’s
Ts = As. fs
Dalam persamaan 11.7.1 , tinggi sumbu netral c dianggaqp kurang daripada tinggi
efektif d penampang, juga baja pada sisi yang tertarik memang mengalami tarik.
Kondisi ini dapat berubah apabila eksentrisitas beban Pn sangat kecil. Untuk
eksentrisitas yang kecil ini yang seluruh bagian penampangnya mengalami tekan
konstribusi tulangan yang tertarik harus ditambahkan kepada konstribusi baja dan
beton yang tertekan.Dalam persamaan ini juga diasumsikan bahwa (ba-Ay) ∞ ba
13
yaitu Volume yang tulang akibat adanya tulangan yang diabaikan.Bahwa gaya
aksial Pn tidak dapat melebihi kekuatan dengan aksial maksimum Pn (maks) yang
dihitung dengan menggunakan II.6.1.Tulangan tekan As’ atau tulangan tarik As
akan mencapai kekuatan lelehnya fy1 bergantung pada besarnya eksentrisitasnya
e.Tegangan f’s pada baja dapat mencapai fy apabila tulangan baja, besaran fs
harus disubsitusikan dengan fy apabila f’s atau fs lebih kecil daripada fy1 maka
yang disubsitusikan adalah tegangan aktualnya, yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan yang diperoleh dari segitiga yang sebangun dengan
distribusi-distribusi regangan di seluruh tinggi penampang (Gambar II.7.1)
600 (X−d′ )
f’s = Es.εs= ≥ fy
X
600 (d−X′ )
f’s = Es.θs = ≤ fy
X
Sumber:www.google.co.id
Bila tinggi dari suatu unsure tekan yang tegak tidak melebihi tiga kali
dimensi lateral terkecil, maka unsure digolongkan sebagai suatu pedestal dan
harus direncanakan sesuai dengan itu.Untuk unsure yang lebih panjang, harus
ditinjau pengaruh dari angka kelangsingan (Perbandingan panjang tanpa pengaku
Lu terhadap radius girasi r). Telah dipahami bahwa tekuk dapat menentukan
kekuatan dari unsure tekan . Metode perencanaan kekuatan disertai dengan
pengertian yang seksama tentang perilaku unsure tekan, telah menghasilkan unsur
struktur yang lebih langsing sehingga masalah stabilitas telah menjadi semakin
penting.Sebagai tambahan terhadap masalag sekunder yang lebih besar yang
menereapkan produk dari tekan aksial dan lendutan.Besarnya perbandingan
kelangsingan menetukan apakah reduksi kekuatan sudah cukup penting untuk
14
jangan diabaikan.Kondisi referensi untuk angka kelangsingan adalah angka
kelangsingan yang untuk suatu kolom dengan ujung-ujung sendi (yaitu tidak
mempunyai kapasitas tahanan terhadap rotasi).Faktor yang sangat penting di
dalam penentuan dari panjang ujung sendi ekivalen adalah dengan menetapkan
apakah system struktur diberi pengaku untuk mencegah perpindahan relative dari
kedua ujung unsure struktur tekan didaerah transversal terhadap sumbu dari
unsure, atau tanpa pengaku dimana perpindahan relative demikian masih
dimungkinkan dan kekangan dikerahkan hanya oleh kekakuan dari titik hubung
dan kekakuan dari interaksi anatara balok dan kolom.
kLu M1b
<34- 12 (untuk system dengan pengaku)
r M2b
Dimana Mq dan M2b adalah momen-momen lentur ujung pada suatu unsure
struktur yang secara numeric terkecil dan terbesar dan perbandingan M1b / M2b
adalah positif untuk kurvatur tunggal, dan negative untuk kurvatur ganda.
15
tiba-tiba runtuh. Urutan kejadian diatas umumnya terjadi dengan cepat,yang
dinamakan keruntuhan tiba-tiba (sudden).Tulangan Pengikat yang ditempatkan
dengan spasi yang cukup dekat memberikan kurungan (confinement) dan
meningkatkan regangan pada mana beton runtuh lebih besar dari harga 0,003 yang
digunakan pada SNI.
Provisi berikut ini telah ditetapkan oleh Peraturan ACI untuk tulangan pengikat
lateral dalam kolom:
16
ACI sejak tahun 1940 adalah menggunakan spiral secukupnya untuk
meningkatkan kapasitas inti dengan jumlah yang sama dengan kapasitas selimut
beton, sehingga menjaga kapasitas leleh kolom pada saat selimut beton terkelupas.
Ag f′c
s= 0,375 ( - 1) fxy
Ac
Ag f′c
s= 0,375 ( - 1) fxy
Ac
Yang dinyatakan di dalam SNI .Perlu dicatat bahwa kekuatan leleh fxy dari
tulangan spiral tidak boleh melampaui 60.000 lb/inci2.
Hubungan perencanaan dapat diperoleh dengan mengingat defenisi dari s
menurut persamaan
𝐴𝑠𝑝 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑙𝑜𝑜𝑝
𝑠 = 𝐴𝑐
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠
𝐚𝟓 (𝐃𝐂−𝐝𝐛
= 𝛑𝐃𝟐
( )𝐬
𝟒
17
Dimana DC adalah garis tengah dari inti a adalah luas dari spiral dan db adalah
diameter dari tulangan spiral
Gambar 2.9: Kolom dengan tulangan sengkang spiral
Sumber :www.google.co.id
2.3.3 Batas Jumlah Tulangan
Persentase dari tulangan memanjang dinyatakan terhadap luas penampang
kasar harus berada diantara 1 dan 8% (SNI). Namun SNI mengijinksn pendasaran
persentase tulangan atas luas beton yang diredusir Ag dalam hal yang luas
penampang kasar beton melebihi dari yang diperlukan untuk beban, namun dalam
keadaan apapun pg tidak boleh diambil kurang dari 0,005 berdasarkan luas
penampang kasar yang ada.
Maksud utama dari provisi tulangan minimum ini adalah untuk mencegah
ragam keruntuhan berubag menjadari keruntuhan dari kolom beton polos, yang
lebih berbahaya dari keruntuhan tiba-tiba dari tulangan pengikat kolom yang
sudah di jelaskan sebelumnya.Batas atas dari tulangan memanjang dalah
berdasarkan praktek dimana bila tersedia jarak bersih yang cukup antara tulangan,
sedikit lebih dari pg = 0,08 masih dapat dipakai untuk penampang.
Dengan demikian batas maksimum dari pg adalah dalam satu segi
merupakan pemeriksaan ganda terhadap batasan minimum jarak tulangan.TIdak
ada batasan atas ukuran tulangan atau dimensi agar mengizinkan “penggunaan
yang lebih luas dari unsure beton tekan dalam struktur dengan ukuran yang lebih
kecil dan beban yang ringan seperti bangunan tinggal yang tidak tinggi .
18
eksentrisitas minimum 0,05 h untuk kolom bertulangan spiral atau komposit
dengan pembungkus baja, atau 0,10 h untuk kolom pengikat, namun tak kurang
dari 1 inchi untuk semua hal.
Eksentrisitas minimum diukur terhadap salah satu dari sumbu utama
dengan h sebagai dimensi total kolom. Persyaratan eksentrisitas minimum ini
berarti bahwa setiap unsure tekan, sekalipun memikul momen lentur yang kecil,
harus direncanakan untuk mempunyai kekuatan.misalnya didefenisikan oleh titik
A dengan perkataan lain idak hanya gaya aksial tidak boleh melampaui kekuatan
yang dinyatakan dalam oleh titik A, tetapi juga suatu momen lentur sbesar Mb.
Momen lentur Mb harus ditinjau sebagai bekerja bersamaan yaitu bagian
horizontal dari kurvea kekuatan melalui A tidak tersedia benar-benar dalam
perencanaan. Prosedur eksentrisitas minimum adalah layak selama dimensi
penampang masih cukup kecil dan kelangsingan relative besar.Momen yang
berhubungan dengan 1 inchi dan eksenrisitas 1 inchi pada kolom yang berisi 12
inchi adalah cukup layak.
Namun eksentrisitas e/h minimum 0,1 menjadi tidak layak. Sebagai
eksentrisitas tidak terduga untuk pedestal mesin pembangkit tenaga nuklir yang
berukuran 6 feet bujur sangkar dengan tinggi 20 feet. Eksentrisitas tidak
terdugasebesar 6 inchi adalah tidak mungkin, sekalipun kekautan aksial nominal
maksimum yang lebih kecil dari Po adalah wajar.
Sejak tahun 1997, Peraturan ACI menetapkan (ACI 10.3.5) bahwa untuk
unsur struktur terhadap mana pengaruh kelangsingan dapat diabaikan, kekuatan
aksial nominal maksimum Pn (maks) tidak boleh melampaui 0,80 Po untuk kolom
dengan tulangan pengikat dan 0,85 Po untuk kolom dengan tulangan spiral,.
Prosedur ini membuat tersedianya seluruh bagian horizontal dari diagram interaksi
kekuatan yang didefenisikan oleh Pn (maks).
Dengan perkataan lain titik C menjadi satu titik yang berlaku dalam
perencanaan yang meberikan harga maksimum Pn yang dapat dibandingkan
dengan kekuatan aksial yang berkaitan dengan eksentrisitas minimum e/h = 0,1
untuk kolom dengan pengikat atau e/h = 0,05 untuk kolom dengan tulangan spiral,
namun perencanaan tidak diberikan berlaku secara eksplisit untuk momen yang
besarnya Pn dikalikan dengan 0,1h atau 0,05h.
Prosedur yang berlaku sekarang juga lebih sederhana untuk keadaan
dengan momen lentur yang kecil (yang kurang dari momen yang berkaitan dengan
e/h = 0,1 untuk kolom dengan pengikat misalnya). Pengambilan Pn (maks) sebagai
suatau harga perbandingan dari Po merupakan perhitungan yang sederhana,
sedangkan sebelumnya Pn(maks) hanya dapat ditentuka menghitung titk A yaitu
titik perpotongan dari garis e/h dengan diagram interaksi kekuatan.
Jika perbandingan kelangsingan cukup tinggi untuk membutuhkan
tinjauan pengaruh panjang, harus ditambahkan seuatu eksentrisitas minimum
sebesar (15 + 0,003h) di dalam perhitungan dari momen terfaktor yang dibesarkan
19
dan untuk keadaan yang manapun kekuatan nominal Pn yang dihasilkan tidak
boleh melampaui Pn(maks).
Didalam situasi yang kurang mungkin seperti yang diperlhatkan oleh
gambar diatas , dimana Pn(maks) secara vertical lebih besar dari titik A.Harga dati
Pn pada titik A pada diagram interaksi harus digunakan untuk perencanaan bila
pengaruh kelangsingan harus ditinjau, namun dimana kelangsingan dapat
diabaikan,bagian horizontal melalui C dapat digunakan di dalam perecanaan tekan
aksial.
Gambar 2.12: Kondisi Regangan Berimbang-Penampang Persegi
600
𝑋𝑏 = d
600 + fy
20
Cs = A’s (fy – 0,85 f’c)
Dengan demikian Persamaan ( menjadi
Pb = 0,85 85f’c 1b.b + A’s (fy – 0,85 f’c) - As . fy
21
Sumber : Buku Struktur Beton Universitas Semarang
Eksentrisitas (eb) diukur dari titik pusat plastis yang didefenisikan dalam
gambar.Untuk penampang simetris titik pusat plastis berada pada tengah tinggi
penampang.Keseimbangan rotasi dan gaya-gaya dalam Gambar dipenuhi dengan
mengambil momen terhadap titik dimana saja, misalnya titik pusat plastis.
a
Pb.eb = Cc (𝑑 − 2 d") + Cs (d-d’-d”) + Td”
Persamaan dapat diselesaikan secara simultan untuk mendapatkan Pb dan eb
22
sebagai “tekan” menentukan gaya tarik T dengan itu akan didasarkan pada
regangan untuk eksentrisitas yang sanga kecil.
Kekuatan nominal Pn untuk eksentrisitas yang diberikan e<eb dapat
diperoleh dengan jalan meninjau variasi regangan yang sebenarnya sebagai
besaran yang tidak diketahui dan dengan menggunakan prinsip-prinsip statistika.
Ini merupakan cara yang paling rasional. Sebagai usaha alternative terhadap
penyelesaian langsung untuk garis netral.
23
2.5.1 Tampang Dengan Kombinasi Beban Desak Aksial dan Lentur Biaksial.
24
mengajukan pendekatan terhadap S3 untuk digunakan didalam perencanaan dan
analisa Bresler telah mengusulkan cara-cara praktis dalam penggunaan dari
permukaan S3.
Gambar 2.15 Permukaan runtuh berbalikan S1 (I/Pn,ex,ey)
25
PxeyB); dan Py adalah kekuatan nominal pada eksentrisitas uniaksial eyA (Mny =
PyexA).
Dengan perkataan lain, Titik A mewakili suatu titik (Pnx, Mny) pada
diagram interaksi uniaksial Pn-Mn, seperti dalam gamabr untuk lentur terhadap
sumbu y; titik B menyatakan suatu titik (Pnx, Mnx) pada diagram interaksi
uniaksial Pn-Mn terhadap sumbu x ; dan titik C adalah satu titik bersama untuk
kedua diagram interaksi.
Persamaan bidang S’2 dapat ditentukan menurut ketiga titik A,B,dan C
dengan menuliskan x = ex, y = ey dan z = I/Pn, Persamaan umum dari bidang
adalah:
Arx+ Azy + A3Z + A4 = 0
Pemasukan koordinat-koordinat dari titik A,B, dan C ke dalam persamaan
memberikan :
𝟏
A1exA + 0 +A3𝐏𝐲 + A4 = 0
𝟏
0 + A2eyb + A3𝐏𝐲 + A4 = 0
𝟏
0 + 0 + A3𝐏𝐱 + A4 = 0
Gambar 2.16 Grafik Penampilan dari metode beban berbalikan
A3 = - Po A4
Dengan memasukkan persamaan diatas sehingga diperoleh
26
𝐱 𝐏𝐨 𝐲 𝐏𝐨
𝑨𝟒 𝐞 𝐏𝐲 − 𝟏) + (𝐏𝐱 − 𝟏) − 𝐏𝐨𝐳 + 𝟏 ) = 0
𝐱𝐀 𝐞𝐲𝐁
Pembagian persamaan diatas dengan Po merubah persamaan dari bidang S’2
menjadi
x 1 1 y 1 1 1
( − )+ ( − )– Z + =0
exA Py Po eyb Px PO PO
Pada titik (x = exA, y = eyb, z = I/P1) pada bidang yang mendekati titik (x = exA,
y=eyb,z = i/Pni) pada permukaan runtuh yang sebenarnya, persamaan menjadi
1 1 1 1 1 1
(P − ) + (P − )-P +P =0
y Po x Po i O
Atau
Mnx = Mnx ; Mny = Moy
27
Gambar. 2.18Kontur Beban tak Berdimensi Pada Pn tetap
28
Gambar 2.19 . Hubungan interaksi untuk lentur biaxial (kontur beban )
dinyatakan dalam nilai b
29
(d) Susunan 12 Tulangan
30
Gambar 2.20. Pendekatan garis lurus dari kontur beban untuk perencanaan
Bila Mny /Moy lebih kecil dari Mnx / Mnx, persamaan pendekatan garis lurus
untuk AB adalah
𝐌𝐧𝐲 𝐌 𝟏−𝛃
+ 𝐌𝐧𝐱 - ( )=1
𝐌𝐧𝐲 𝐧𝐱 𝛃
Untuk keperluan perencanaan , Persamaan ( dan ( dapat dituliskan
Moy 1−β Mny Moy
Mny + Mnx + ( M -( ) = 1 = Moy; ( untuk M ≥M
ox β ny ox
31
yang mempunyai perbandingan kelangsingan L/r yang rendah (L= tinggi kolom
dan r=radius girasi)
√𝐈
𝒓= 𝒂
√I √1/12bh3
𝑟= == = 0,288h = 0,30 h
A bh
32
2.7 Tekuk Kolom dengan Beban Aksial
π2 Et I
𝑃𝑐 =
(k Lo )2
Dimana,
Po = beban tekuk
Et = modulus elastisitas tangent dari beton pada beton tekuk
I = momen inersia dari penampang efektif
kLo = Panjang ekivalen dengan sendi ujung (Lo=panjang tanpa pengaku yang
sebenarnya)
33
Dimana modulus elastisitas diambil sebesar 29.000.000 lb/inci. Salah satu
diagram tegangan-regangan yang lebih realisitis untuk beton didalam tekan
.dimana modulus elastsitas awal untuk beton diambil sebesar Ec = 1.800.000 +
500 fc’ bl/m2.Dimana fc” = 0,85 f”c.Hubungan tegangan-regangan yang
sedemikian ini dapa digunakan bersamaan dengan pemisahan.
Gambar 2.2.2 Kurva kekuatan untuk kolom beton bertulang dengan beban
konsentris dan kedua ujung sendi (f’c=4000ib/in2 = 28 Mpa)
Bahwa beton tidak memikul tarik, terdapat variasi yang lurus dalam
penampang ,dan bentuk lendutan merupaka bagian dari gelombang
sinus.Berdasarkan pemisalan-pemisalan ini, perhitungan dari persamaan II.5.1
memberikan kurva kekuatan kolom cirian untuk beban konsentrisDari gambar
diatas menunjukan bahwa dalam kurva-kurva untuk fy = 40.000lb/inci2 terdapat
bagian yang mendatar dari kurva, yang meberikan leleh dari tulangan dengan
penurunan yang tiba-tiba dalam Es dari 29 x 106 lb/inci2 ke nol. Dalam hal-hal
yang demikian dimana εy < εo beton masih dapat meningkatkan kapasitas dengan
pertambahan regangan sampai dengan εo untuk fy = 50.000 lb/m2 dan f’c = 4000
lb/m2,
regangan εy = 0,00173 dan εo = 0,00194 hampir sama sehingga hanya sedikit
pertambahan diatas bagian mendatar dari leleh dalam baja yang masih dapat
terjadi .Pengaruh dari rangkak pada pembebanan jangka panjang diberikan dalam
bagian yang diarsir.
2.8 Panjang Ekivalen Kolom dengan Perletakan Sendi
Untuk keadaan yang lain dari ujung-ujung sendi dimana factor k dalam
Persamaan ( besarnya adalah 1,0 maka factor k untuk panjang ujung sendi
ekivalen (juga disebut panjang efektif ) harus ditentukan untuk bermacam-macam
kondisi pengekangan ujung terhadap rotasi dan translasi. Untuk translasi kedua
ujung yang dicegah seckupnya, maka jarak anatara titik-titik diperlihatkan dalam
34
gambar untuk semua hal yang sdemikian diperoleh panjang ujung sendi ekivalen
yang lebih kecil dari panjang tanpa
Gambar 2.23 Panjang ujung sendi ekivalen, tanpa translasi titik buhul
(c) Satu ujung dikekang lainnya dilepas (d) Pengekangan sebagian pada
masing-masing ujung
Sumber: Buku Beton Bertulang Universitas Semarang
35
Gambar 2.24 Panjang ujung sendi ekivalen, translasi titik buhul diumungkinkan
dan kolom-kolom yang membentuk portal
36
dari tekan aksial.Dapat diasumsikan bahwa momen lentur sekunder mengambil
bentuk sebagai kurva sinus (hampir eksak untuk unsure tanpa kekangan ujung dan
yang momen primer dan lendutannya mempunyai harga maksimum pada tengah
bentang). Lendutan tengah bentang ∆1 sama dengan momen akibat dari diagram
M/(EI) (untuk momen lentur sekunder) yang berada diantara dua tumpuan dan
titik tengah, diambil terhadap tumpuan, menurut prinsip dari bidang
momen,sehingga.
P L21 pl2
Diperoleh ∆1 = EI (∆1 + ∆1 )2 π π = ( ∆0 + ∆1) π2 EI
𝟐
𝐩𝐋𝟐/(𝛑 𝐄𝐈) 𝛂
∆1 = ∆0 = ∆0 ( )
𝟏−𝒑𝑳𝟐 /(𝝅𝟐 𝑬𝑰) 𝟏−𝒂
Pemasukan rumus untuk ∆maks dari persamaan dan dengan menuliskan P = a2
EI/L2, persamaan menjadi
Cm
Mmaks = Mm ( 1−𝑎 ) = Mmᵷ
Dimana,
C
m
ᵷ = 1−𝑎 = factor pembesaran
dan
π2 EI∆0
Cm = 1+ -1=
M m L2
37
Gambar 2.26 Momen lentur primer dan sekunder
d2 MZ 2 1 d2 M1
+ M z =
dz 2 EI d𝑧 2
Mz = A sin z + B cos z
Terhadap jawaban ini harus ditambahkan jawaban partikuler yang memenuhi ruas
kanan dari persamaan difrensial . Didalam hal khusus dengan momen-momen
ujung yang tidak sama tanpa beban transversal,
38
M2− M1
Mi = M1 + Z
L
Karena
d2 M1
=0
dz2
A
Tan z =B
Mz = A sin L + M1 cos L
M −M L
A = ( 2 Sin1 cCos ) sin z + M1 cos z
L
Dan
(M2− M1 cos .L)
Mmaks√ + 𝑀12
sin L
39
Untuk menetapkan momen ekivalen, masukan M1=M2=Mekivalen dalam persamaan
𝟐(𝟏−𝐜𝐨𝐬 𝑳)
Mmaks = Mekivalen√ 𝒔𝒊𝒏𝟐 𝑳
Penyamaan persamaan ( dan ( memberikan
(𝑴𝟏/𝑴𝟐)−𝟐(𝑴
𝟏/𝑴𝟐) 𝐜𝐨𝐬 𝑳+𝟏
Mekivalen = M2√ 𝟐(𝟏−𝐜𝐨𝐬 𝑳)
Sehingga
1
Mmaks = Mekivalen 1−
Pemasukan Persamaan ( ke dalam persamaan ( memberikan
cm
Mmaks = M2 (1−𝑎 )
Dimana
40
(𝑀1/𝑀2)−2(𝑀
1/𝑀2) cos 𝐿+1
Cm =√ 2(1−cos 𝐿)
M
Cm = 0,6+0,4 M1b ≥ 0,4
2b
Dimana indeks bawah tambahan b digunakan untuk menyatakan bahwa momen-
momen ini adalah momen yang bekerja pada unsur tekan yang ‘diperlaku
(braced”)
41
selanjutnya pandanglah keadaan pada gambar.Berapapun derajat penahanan pada
bagian atas dan bawah dari unsur dua-tingkat ini, kurva lendutan dan karenannya
momen lentur sekunder (P dikalikan lendutan), secara layak dapat dimisalkan
sebagai kurva sinus, didalam keadaan mana penurunan rumus yang digunakan
untuk keadaan tanpa goyangan gamabar juga berlaku di sini.Oleh karena 2L dari
Gambar sama dengan L dari Gambar , Persamaan untuk Cm menjadi
π2 EID
𝐶𝑚 = 1 + (4L2 M 0 − 1) 𝛼
m
Panjang efektif yang lebih besar (2L ketimbang L) juga digunakan di dalam
perhitungan 𝛼.Selanjutnya, dengan melihat Gambar ......
H
( 2 )L3
∆0 =
3EI
HL3
Mm =
2
Pemasukan Persamaan ke dalam persamaan menghasilkan
π2 EI HL3 2
𝐶𝑀 = 1 + 2 ( )( )−1
4L 6EI 11L
𝜋
𝐶𝑀 = 1 + ( − 1) α = 1 − 0,18α
12
Yang disarankan oleh AISC Commentary (28) untuk portal tanpa pengaku. Sekali
lagi adalah konservatif mengambil Cm = 1 untuk potal tanpa pengaku, seperti
yang disyaratkan dalam perhitungan dari pengaruh kelangsingan didalam ACI -
10-111.5.3.
2.10 Faktor Panjang Efektif k
Tikat kelangsingan suatu struktur kolom digunakan sebagai rasio
kl
kelangsingan ,𝑥 = rudimana,
√1
= ; ditetapkan 0,30 h dimana h ukuran dimensi kolom persegi pada
A
arah bekerjanya momen; atau 0,25D, dimana D adalah diameter kolom bulat .
Sebelum melangkah untuk memperhitungkan momen rencana yang diperbesar
akibat dari kelangsingan, sudah tentu harus dilakukan pemeriksanaan terlebih
dahulu untuk menetukan apakah kelangsingan suatu komponen struktur tekan
42
harus diperhitungkan atau dapat diabaikan.SNI 03-2847-2002 memberikan
ketentuan bahwa untuk komponen struktur lateral dengan pengaku lateral, efek
kelangsingan dapat diabaikan apabila rasio kelangsingan memenuhi:
𝐤𝐥𝐮 (Mlb)
< 34-12 (M2b)
𝐫
Dimana M1b dan M2b adalah momen-momen ujung terfaktor pada kolom yang
posisinya berlawanan.Momen-momen tersebut terjadi akibat beban yang tidak
menimbulkan goyangan ke samping yang besar, dihitung dengan analisi struktur
elastic. Momen M2b adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar dan selalu
positif,sedangkan momenM1b bernilai negative apabila komponen kolom
terlentur dalam lengkungan gandadan positif apabila terlentur dalam lengkungan
tunggal.
Untuk komponen struktur tekan tanpa pengaku lateral, atau tidak disokong untuk
tertahan kearah samping, efek kelangsingan dapat diabaikan apabila memenuhi:
𝐤𝐥𝐮
< 22
𝐫
43
Gambar : Struktur Kolom bergoyang kesamping tidak tertahan
44
Anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan di dalam penyusunnya dari
grafik alignment untuk portal dengan pengaku (Gambar.....) adalah sebagai
berikut
1. Semua kolom mencapai beban kritis masing-masing secara bersamaan
2. Struktur dimisalkan terdiri dari portal persegi yang simetris
3. Pada titilk kumpul, momen menahan yang dikerahkan oloeh balok-balok
dibagikan diantara kolom secara sebanding dengan kekakuan masing-
masing
4. Balok-balok secara elastis dikekang pada ujung-ujung oleh kolom dan
pada saat terjadinya tekuk, rotasi ujung-ujung suatu balok adalah sama
besarnya namun berbeda tamda (yaitu balok melendut dalam
kelengkungan tunggal)
5. Balok-balok tidak memikul beban aksial
Untuk grafik dari portal tanpa pengaku (gambar......) (b) semua anggapan
kecuali anggapan (4) tidak berubah, namun balok-balok dianggap melentur dalam
kelengkungan ganda , dimana rotasi ujung-ujung adalah sama besar dan
arah.Dengan mengggunakan grafik alignment, faktor k untuk suatu kolom
prismatis di dalam suatu portal bertingkat dan berbentang banyak, dapat
ditentukan.
Dengan portal baja mana bahan adalah homogen dan isotropis, modulus
elastisitas E adalah konstan untuk semua unsur, dan momenb inersia I dihitung
untuk penampang bruto. Di dalam beton bertulang,E bervariasi tergantung dari
tingkat retak dan persentase tulangan. ACI 10.11.12 menyerahkan bahwa faktor
panjang efektif k untuk portal tanpa pengaku “ harus ditentukan dengan meninjau
pengaruh dari retak dan penulangan pada kekuatan relatif. Untuk portal dengan
pengaku, ACI-10.11.2.1 hanya mengatakan bahwa faktor panjang efektif ‘harus
diambil sebesar 1,0 kecuali analisa menunjukkan bahwa suatu harga yang lebih
rendah dapat digunakan”. Diyakini bahwa penggunaan yang layak dari grafik
alignment akan memberikan suatu analisa yang disyaratkan oleh Peraturan ACI.
Sebagai suatu alternatif terhadap penggunaan dari nomogram pada
Gambar telah diusulkan beberapa rumus pendekatan untuk faktor panjang efektif
k dan telah diakui oleh ACI Commentary.
Untuk unsur dalam portal dengan pengaku, British Code Standart Practice tahun
1979 (39) menyarankan agar untuk batas dari untuk k digunakan harga yang
terkecil dari dua persamaan berikut
K = 0,7 + 0,05 (ΨB+ΨB) ≤ 1,0
K = 0,85 + 0,05 Ψmin ≤ 1,0
Dimana ΨA dan ΨB merupakan harga-harga Ψ pada kedua ujung unsur,
dan Ψmin merupakan yang terkecil dari keduanya.
Untuk unsur di dalam portal tanpa pengaku,Furlomg mengusulkan bahwa untuk
unsur-unsur yang dikekang pada ujung
Bila Ψrata-rata > 2 (yaitu, kekangan ujung yang tinggi),
20−Ψrata−rata
K= 20
√1 + Ψrata−rata
Bila Ψrata-rata > 2 (yaitu, kekangan ujung yang tinggi),
K = 0,9 √1 + Ψrata−rata
45
dimanaΨrata-rata adalah harga rata-rata dari harga Ψvpada kwdua ujung
unsur. Perssamaan memeberikan harga-harga k yang berbeda dalam 2% dari yang
diperoleh nomogram..Untuk unsur dalam portal tanpa pengaku untuk unsur
dengan sendi pada satu ujung mengusulkan
k = 2,0 + 0,3 Ψ
dimana Ψ adalah harga pada ujung yang ditahan
untuk menjawab pertayaan apaakah suatu penopang kolom cukup kuat
untuk an bertahan terhadap goyangn ke samping harus diberikan kekuatan yang
jelas, sehingga dapat dibedakan secara tegas dengan struktur tanpa penopang.
Goyangan ke samping dapat dijabarkan sebagai suatu deformasi dimana satu
ujung komponen bergerak ke arah lintang terhadap ujung lainnya (kolom
kantilever). Kolom seperti ini akan tertekuk seperti terlihatr pada gambar .
Ujung atas bergerak melintang (bergoyang ke samping) terhadap ujung
bawah karena tidak ditopang atau disangga, dan pergerakan tersebut yang
dinamakan goyangan ke arah lateral.Pada struktur betulang sangat jarang dihadapi
permasalahan struktur tunggal seperti diatas, umumnya merupakan berbagai
bentuk rangka kaku.
Contoh lainnya adalah berupa rangka portal sederhana seperti tampak pada
ujung bagian atas rangka daapt bergerak kearah lateral karena tidak ditopang atau
disangga.Pada ujung hubungannya dapat berupa sendi,jepit atau keadaan diantara
keduanya.Seperti yang telah dijelaskan, pergerakan ke arah lateral itulah yang
dimaksudkan sebagai goyangan kesamping, yang apabila terjadi tentunya akan
berakibat pada perubahan bentuk komponen struktur tekan yang terbebani.Dengan
demikian panjang efektif tidak hanya merupakan fungsi dari kondisi ujung dan
panjang akstual, tetapi juga dipengaruhi adanya pergerakan atau tidak.
Dalam struktur beton bertulang, untuk bertahan terhadap pergerakan
menyamping dikenal sebagai cara.Sebagai contoh, cara yang lazim adalh
menggunakan struktur dinding geser,partisi penyekat, atau pertambahan diagonal
yang cukup kuat dan kaku pada bidangnya untuk bertahan pada pergerakan
horizontal.Cara lain yang umum diterapkan dalam sistem struktur adalah
menggunakan ruang inti pusat kaku (core) penahan geser yang direncanakan
mampu menahan beban lateral dan juga gerakan lateral akibat kondisi
pembebanan yang tidak simetris, pada struktur bangunan gedung biasanya
dimanfaatkan juga sebagai ruang tangga, ruang elevator, atau kebutuhan arsitektur
lainnya.
Dimana M1b ≤ M2b dimana untuk kelengkungan tunggal M1b/M2b > 0
Apabila hasil dari Analisis struktur menunjukan bahwa kedua ujung tidak terdapat
momen, rasio M1b/M2b diambil sama dengan satu. Sedangkan apabila
eksentrisitas ujung yang didapat kurang dari (15 + 0,03b) mm, momen ujung
yanng didapat dari perhitungan boleh digunakan untuk menentukan rasio
M1b/M2b. Apabila perhitungan menunjukan bahawa kedua ujung komponen
struktur kolom,baik berpengaku maupun tidak, tidak terdapat momen atau
eksentrisitas ujung kurang dari (15+0,03 h) mm, terhadap setiap sumbu utama
secara terpisah (Lihat SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 5.4 dan ayat
5.5).Untuk komponen struktur lainnya Cm ditentukan sama dengan 1,0.
Didalam peraturan SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.3.11 ayat 5.2
memberikan ketentuan untuk memperhitungkan EI sebagai berikut:
46
Apabila memperhitungkan dampak sifat non elastik beton,retak,dan rangkak
untuk pembinaan jangka panjang, maka nilai EI diperhitungkan sama dengan
balok terlentur tanpa beban aksial:
1
(Ec Ig ) Es Isc
𝐸𝐼 = 5
1 + βd
Untuk komponen bertulangan sedikit (ρg ≤ 3%) dapat dihitung secara konservatif,
(Ec Ig )
𝐸𝐼 =
2,50(1 + βd )
Dimana,Ec = Modulus elastisitas beton
Es = Modulus elastisitas baja tulangan
Ig = Momen inersia beton kotor (penulangan diabaikan) terhadap
sumbu berat penampang
Isc = Momen inersia terhadap sumbu pusat penampang komponen
struktur
βd = Bagian dari momen rencana yang dianggap memberikan
konstribusi tetap terhadap kombinasi biasanya ditentukan sebagai nilai banding
dari momen beban mati terfaktor maksimum terhadap momen beban total
terfaktor maksimum, nilainya selalu positif.
Perencanaan komponen struktur tekan dengan menggunakan cara
perkiraan momen yang diperbesar dapat digunakan apabila nilai rasio
kelangsingan kIuIi < 100. Apabila nilai kIuIr> 100, maka perencanaan harus
menggunakan Analisa struktur order kedua yang cukup rumit karena
memperhitungkan efek defleksi dan menggunakan alat bantu komputer untuk
memecahkan sekumpulan persamaan secara smimulatan, Akan tetapi hal
demikian ini jarang terjadi karena umumnya nilai batas atas (maksimum) rasio
kelangsingan kolom struktur bangunan beton bertulang kurang lebih adalah 70.
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 5 menetapkan bahwa perencanaan
komponen struktur tekan bertulang dilaksanakan dengan menggunakan beban
aksial rencana Pu yang didapat dari analisa rangka elastik dan momen rencana
yang sudah dibesarkan Mc yang didefenisikan sebagai:
Mc = δb M2b + δsM2b...........................Pers SK SNI T 15-1991-03(3.3-6)
Dimana, indeks 2 menunjuk kepada yang terbesar dari kedua momen
ujung komponen tekan.Indeks b menyatakan dengan pengaku atau besar momen-
momen yang dihasilkan dari goyangan lateral yang tidak besar, dan indeks s
menyatakan momen yang berhubungan dengan goyangan.
Mc = Momen rencana yang diperbesar digunakan hanya untuk
merencanakan komponen struktur beton bertulang.
δ = Faktor pembesar momen, diuraikan menjadi δb yaitu faktor
pembesar untuk portal dengan pengaku yang mencerminkan pengaruh dari
kelengkungan diantara kedua ujung komponen tekan dengan momen adalah akibat
beban vertikal atau beban gravitasi δb adalah faktor pembesar momen untuk
portal tanpa pengaku yang mencerminkan pergeseran akibat momen ujung dan
beban yang menyebabkan goyangan lateral yang besar, seperti beban angin,beban
gempa, dan gaya gravitasi.
47
M2b = momen terfaktor terbesar pada ujung komponen tekan akibat
dari beban yang tidak menyebabkan goyangan besar, momen akibat dari gaya
vertikal dihitung dengan analisis portal elastik.
M2S = momen terfaktor terbeasr yamg terjadi dimanapun di sepanjang
kompoen struktur lateral tekan akibat dari beban yang menyebabkan goyangan
lateral yang besar, dihitung dengan analisa portal elastik.
Untuk rangka struktur yang menggunakan pengaku terhadapa goyangan
kerah lateral misalnya, menggunakan dinding geser, momen yang diperhitungkan
hanyalah M2b dan faktor pembesar δs 1,0. Pada umumnya, apabila defleksi lateral
tidak melampaui ℓn/1500, struktur rangka dianggap berpengaku.
Faktor δb dan δs adalah pembesar momen yang secara empiris dapat ditentukan
sebagai berikut:
Cm
𝛿𝑑 = P ≥ 1,0
1 − фPu
c
1
𝛿𝑑 = ƩP ≥ 1,0
1 − фƩPu
c
Dimana Pc adalah beban tekuk Euler
π2 EI
𝑃𝑐 =
(kℓu )
Dan Pu adalah beban rencana beban aksial terfaktor, Ʃpu dan ƩPc adalah
jumlah untuk semua kolom dalam suatu tingkat Cm adalah faktor koreksi seperti
ditentukan berikut ini.Untuk komponen struktur ditopang tertahan kesamping
(berpengaku) dan tanpa beban transversal pada dukungan
M1b
𝐶𝑚 = 0,60 + 0,40 ( ) ≥ 0,40
M2b
48
Gambar 2.30 Diagram interaksi kekuatan untuk unsur balok kolom, termasuk
penampang efektif untuk momen lembam
49
instabilitas (instability failure)’ tidaklah umum namun dapat terjadi dalam portal
tanpa pengaku.
Didalam penyusunan diagram interaksi, seperti terlihat dalam Gambar ,
suatu keruntuhan bahan yang terjadi di titik D pada kurva kL/r = 0 akibat beban
aksial P1 ditambah momen yang diperbesar Mmδ (sama dengan Mm + P1Δmaks)
dapat digambarkan untuk pengaturan beban khusus di titik C pada garis radial dari
momen primer. Bagaimanapun pengaturan dari beban lentur primer seperti beban
aksial dengan eksentrisitas yang sama pada kedua ujung, beban aksial dengan
eksentrisitas yang berbeda, atau beban transversal lateral-lendutan unsur akan
berbeda seperti titik D. Garis radial melalui titik C merupakan fungsi dari momen
primer saja, yang sama untuk semua perbandingan kelangsingan.
Penyusunan dari diagram interaksi yang betul untuk unsur dengan
kelangsingan yang tinggi, seperti terlihat dalam gambar (b), akan memerlukan
analisa yang dalam untuk setiap struktur dengan mengikutkan peninjauan dari
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Hubungan momen kelengkungan yang realisitis
2. Pengaruh waktu dan retak pada lendutan
3. Pengaruh beban dari aksial pada kekakuan lentur pada unsur
2.11.1 Pertaruan ACI-Metode Pembesaran Momen Untuk Portal dengan
Pengaku
Telah ditunjukan dalam Pasal 13.4 sampai 13.6 bahwa momen maksimum
di dalam suatu balok kolom yang elastis diberikan oleh persamaan
PΔ0
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = Mm+ ρΔmaks= Mm
1−𝑎
Dimana ά = P/Pc dan Pc= η2EI/L2. Selanjutnya Persamaan dan berlaku
untuk portal dengan pengaku menunjukkan momen maksimum juga dapat
dinyatakan sebagai momen primer maksimum Mm dikalikan dengan faktor
pembesaran δb
Cm
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = ( ) Mn
1−𝑎
= δbMn
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa metode ini dapat digunakan untuk unsur
beton bertulang dengan menggunakan metode perencanaan kekuatan.
Perencanaan dari unsur-unsru didasarkan pada aksial berfaktor Pu dikombinasikan
dengan momen faktor Mu yang bersangkutan dari analisa portal elastis dilakukan
dengan faktor δb Mm adalah momen maksimum yang bekerja pada unsur dan
yang dapat terjadi pada salah satu ujung atau bila ada beban transversal, didalam
daerah tengah bentang.
Kekuatan Nominal disyaratkan untuk penampang harus
Pu Mm Cm
𝑃𝑐 = dan Mn = ( )
ф ф 1 − P n Pc
50
Untuk tujuan praktek maka faktor reduksi kekuatan ф didalam penyebut dapat
diperoleh seperti yang diperlihatkan, atau sebagai faktor pembesaran di ruas
lainnya dari persamaan namun, oleh karena Pn muncul didalam pembesaran,
rumus untuk δb mencakup ф
Cm
𝛿𝑏 = P
1 − фPu
c
Yang merupakan rumus (10-7) ACI , faktor Cm .Besaran Cm mempunyai dua arti
dasar antara lain:
1. Untuk Portal dengan pengaku dan mengaami lendutan-kelengkungan tunggal
akibat tranversal,Cm merupakan bagia yang sebenarnya dari pembesaran
momen.
2. Untuk Portal dengan pengaku dan momen-momen ujung saja, faktor Cm
sebenarnya bukan bagian dari pembesaran, akan tetapi Cm Mm memberikan
momen merata ekivalen yang kemudia diperbesar dengan mengalikan faktor
I/L=Pu/(фPc). Untuk arti Cm yang pertama yang diberikan persamaan ACI-
10.11.5.3 mengatakan “Cm harus diambil sebesar 1,0.Ini merupakan metode
yang konservatif oleh karena harga Cm yang menurut sebenarnya berada
diantara 0,90 dan 1,0 dengan demikian penggunaan dari Cm menurut ACI-
10-11.15 untuk portal dengan pengaku dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Beban transversal,
Cm=1,0
b. Momen-momen ujung saja, digunakan persamaan
M
Cm= 0,6+0,4 𝑀 IB ≥ 0,4
2𝑏
Pu Mn C
𝑃𝑐 = dan Mn = (1−Pm )
ф ф n/Pc
yang sedikit dimodifikasi dari bentuk yang digunakan Pasal 13.4 sampai 13.6
dengan kLu, yang merupakan panjang Lu tanpa tahanan dari unsur dalam portal
beton bertulang dan dimodifikasi dengan faktor k untuk kondisi sendi ujung.
Kesulitan utama dengan metode perkalian ini adalah bahwa
diperlakukannya besaran EI,seperti digambarkan dalam penurunan umum dalam
pasal 13.8 secra tepatnya EI bervariasi akibat retak, pengaruh yang merupakan
fungsi dari waktu, dan kurva tegangan-tegangan yang tidak linier untuk beton.
Mac gregor mengusulkan penggunaan yang terbesar dari dua rumus sederhana
bila harga-harga yang lebih teliti tidak tersedia.Ini terlihat dalam masing-masing
Rumus (10-9) dan (10-10) dalam ACI-10.11.5.2,
0,2EC I8 + Ec I8
𝐸𝐼 =
1 − βd
Atau
51
0,4EC I8
𝐸𝐼 =
1 + βd
Dimana
Ec = modulus elastisitas beton =57000 √f′c untuk beton berbobot normal
(ACI-8-5)
Ig = momen inersia bruto beton, mengabaikan tulangan
Is = momen insersia tulangan
βA = bagian dari momen beban terfaktor yang dianggap tetap dalam
menyumbang terhadap deformasi yang menurut waktu (biasanya momen beban
mati berfaktor terhadap momen total berfaktor)
harga yang lebih besar dari persamaan dan adalah layak digunakan dan
masih menaksir EI yang betul secara lebih kecil.Ketelitian yang relatif dari rumus
EI ditunjukan dalam gambar .Harga teoritis adalah untuk hal dimana tidak ada
beban tetap (βd=0).Peraturan ACI menaksir harga-harga EI untuk sekitar 100
keadaan dengan menggunakan diagram beban-beban kelengkungan teoritis yang
dihitung dengan cara yang sama dimana ditinjau kolom dengan dimensi,kekuatan,
dan persentase tulangan yang variabel.
Rumus-rumus alternatif untuk EI telah diusulkan ,dimana sejumlah
keadaan perbandingan EI teoritis terhadap EI yang dihitung dengan rumus yan
glebih kecil dari 1,0 harga yang diperoleh menjadi tiga kali lebih besar dari yang
tidak dibagikan, khususnya bila perbandingan tulangan cukup kecil.Dengan itu
Peraturan ACI, memutuskan untuk memepertahankan faktor (1+βd) sebagai faktor
pembagi untuk masing-masing suku yang menyangkut tulangan beton.
2.12 Pembebanan
a. Beban Mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin- mesin
52
serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung
itu.
b. Beban Hidup adalah Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lainnya yang tidak termasuk beban konstruksi dan
beban lingkungan, seperti beban angin,beban hujan,beban gempa,beban banjir
atau beban mati
c. Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan .
Untuk hunian atau penggunaan yang tidak tercantum dalam pasal ini, besar
beban hidup harus ditentukan sesuai dengan metode yang disetujui oleh pihak
yang berwenang.
2.12.2 Beban hidup yang diperlukan
Beban hidup yang digunakan dalam perencanaan bngunan gedung dan struktur
lain harus beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian, dan
penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata
minimum yang ditetapkan dalam Tabel 2.1
2.12.3 Ketentuan untuk partisi
Pada bangunan gedung atau kantor atau bangunan gedung lainnya dimana
partisi-partisi akan didirikan atau daur ulang, ketentuan berat partisi-partisi
tersebut harus ditetapkan terlepas dari keberadaan partisi-partisi tersebut dalam
rencana-rencana.Beban-beban partisi tidak boleh diambil kurang dari 15 psf (0,72
kN/m2). Pengecualian: Beban hidup partisi tidak diperlukan apabila beban hidup
minimumyang ditetapkan melebihi 80mpsf (3,83 kN/m2).
Reduksi Beban Hidup Merata
Mengikuti pembatasan dari pasal 4.7.3 (SNI 1727-2013), komponen struktur
yang memiliki nilai KllAr adalah 400 ft2 (37,16 m2) atau lebih diizinkan untuk
dirancang dengan beban hidup tereduksi sesuai dengan rumus berikut:
15
L=Lo(0,25 + )
√𝐾𝑙𝑙𝐴𝑟
Dimana
L=beban hidup rencana reduksi per ft2(m2) dari luasan yang didukung
Lo = beban hidup rencana tanpa reduksi per ft2 (m2) dari luasan yang didukung
oleh komponen struktur
53
Ar = luas tributaridalam ft2 (m2)\
L tidak boleh kurang dari 0,50 Lo untuk komponen struktur yang mengandung
satu lantai dan L tidak boleh kurang dari 0,40 Lo untuk komponen struktur yang
mendukung dua lantai atau lebih dari dua lantai.
Pengecualian: untuk komponen struktural pada rumah tinggal satu atau dua
keluarga yang menahan lebih dari satu beban lantai, sebagai alternatif bisa
digunakan reduksi beban hidup lantai sebagai berikut:
54
- Ruang Operasi,laboratorium 60 (2,87)
- Ruang Pasien 40 (1,92)
Koridor diatas lantai pertama 80(3,83)
Hotel (Lihat rumah tinggal)
Perpustakaan
- Ruang Baca 60(2,87)
- Ruang Penyimpanan 150(7,18)
Koridor di atas lantai pertama 80(3,83)
Pabrik 125(6,00)
Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia SNI 1727-2013
1. Tekanan lateral
Dalam perancangan struktur dibawah tanah,harus diperhatikan tekanan
lateral tanah disampingnya.Bila tidak ada beban tanah dalam laporan
penyelidikan tanah yang disetujui oleh pihak yang berwenang, beban tanah
yang diberikan dalam Tabel 2.2 harus dipakai sebagai beban lateral
minimum.Harus diberikan beban yang cukup untuk kemungkinan beban
permukaan tetap atau bergerak.Bila sebagian atau seluruh tanah yang ada
disampingnya berada dibawah permukaan air, perhitungan harus dilakukan
berdasarkan pada taanah yang berkurang karena gaya apung, ditambah
dengan tekanan hidrostatis penuh. Tekanan lateralharus ditambah jika
tanah tersebut memiliki potensi yang mengandung seperti yang diperlukan
dalam penyelidikan tanah
2. Gaya angakt pada lateral dan fondasi
Dalam perencangan lantai basemen dan elemen-elemen yang hampir
horizontal sejenis lainnya yang berada dibawah permukaan tanah ,tekanan
air ke atas bila ada harus diambil sebesar tekanan hidrostatis penuh dan
diterapkan diseluruh luasan. Besarnya tekanan hidrostatis harus diukur dari
55
sisi bawah struktur.Beban-beban ke atas lainnya harus diperhitungkan
dalam rancangan tersebut.
Bila dibawah fondasi atau pelat tertumpu langsung diatas tanah terdapat
tanah mengembang, fondasi,pelat dan komponen lain tersebut harus
dirancang agar dapat mengikuti pergerakan atau menahan tekanan kea tas
yang disebabkan oleh tanah mengembang tersebut, kalau tidak , tanah
mengembang tersebut harus diganti atau harus dilakukan stabilisasi tanah
disekitar dan dibawah struktur.
56
500 kg/m2
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c,d,e,f dan g
250 kg/m2
k. Lantai untuk pabrik, bengkel,gudang, perpustakaan , ruang arsip,took
buku
400 kg/m2
l. Lantai gedung parker bertingkat
800 kg/m2
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar
300 kg/m3
Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung SNI 1737-2013
1) Peluang ujntuk tercapainya sautu presentase tertentu dari beban hidup yang
membebani struktur pemikul suatu gedung selama umur gedung tersebut
2) Pada perencanaan balok-balok induk dan portal-portal dari system struktur
pemikul beban dari suatu gedung, maka untuk memperhitungkan peluang
terjadinya nilai-nilai beban hidup yang berubah-ubag
3) Pada perencanaan system struktur penahan beabn horizontal dari suatu
gedung, beban hidup pada gedung itu ikut menentukan besarnya beban gempa
yang harus dipikul oleh system struktur tersebut.
4) Pada perencanaan unsure-unsur struktur vertical seperti kolom-kolom dan
dinding-dinging serta fondasinya yan g memikul beberapa lantai tingkat,
beban hidup yang bekerja pada masing-masing lantai tingkat tersebut
mempunyai peran penting dalam menentukan kekuatan
5) Pada perencanaan unsure-unsur struktur vertikal seperti kolom-kolom dan
dinding-dinding serta fondasiya yang memikul lantai tingkat
6) Pada perencanaan fondasi pendaruh beban hidu pada lantai yang menumpu
diatas tanah harus turut ditinjau.
Ada berbagai jenis beban yang bekerja pada struktur , namun dalam
mennetukan beban struktur belum tentu semua menggunakan kombinasi dari
beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban angin dalm hal penuh bekerja,
karena beban-beban maksimum ini tidak akan terjadi pada saat yang bersamaan.
Atau kecil kemungkinan terjadi pada saat bersamaan. Kedua kombinasi dari
beban-beban maksimum suatu waktu akan memberikan nilai minimum, atau
diantara beban-beban yang bekerja akan saling mengurangi. Oleh karena hal
tersebut SNI 03-2847-2002 memberikan ketentuan kombinasi pembebanan
berikut:
57
B. Kombinasi pembebanan sementara : Beban mati + beban hidup +
gempa
C. Kombinasi pembebanan khusus : Beban mati + beban hidup +angin
+khusus
Apabila muatan angin,gempa dan muatan hidup, baik yang membebani bangunan
secara penuh maupun sebagian, secara tersendiri atau dalam kombinasi
pembebanan tersebut tidak boleh ditinjau dalam perhitungan
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
59
4. Mendapatkan gaya-gaya dalam dari hasil aplikasi SAP 2000 tersebut,
adapun cara-caranya sebagai berikut:
a. Buka Program SAP 2000 V.14.
b. Tentukan Satuan berat,panjang pada sudut kanan bawah layar
monitor.
60
e. Blok 2 bentang sebelah kanan, untuk merubah panjang bentang
paling kiri.
Menu edit move
61
Tetapkan Massa persatuan volume = 240 kg/m3,berat persatuan
volume = 2400 kg/m3.
h. Tetapkan Penampang Balok dan Kolom
i. Menu Define Frame Sections Add Rectangular
62
j. Tetapkan Jenis-jenis beban ,Define Static Load Cases
63
Add New Combo
64
l. Menetapkan Gaya-gaya yang bekerja
65
Show Element Forces/Stresses= Melihat gaya dalam
o. Melihat hasil analisis SAP 2000 pada print out
Menu File Print Out Tables ok
66
Diagram Alir
MULAI
PENGUMPULAN DATA
&
IDENTIFIKASI
PEMBEBANAN
ANALISA STRUKTUR
KOLOM
(MENGGUNAKAN
APLIKASI SAP 2000 V.14
PENULANGAN STRUKTUR
KOLOM (MENURUT SNI- OK
2002)
KONTROL
KESIMPULAN
67