Вы находитесь на странице: 1из 67

BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang

Pada perkembangan zaman sekarang ini,banyak kota-kota metropolitan


membangun konstruksi bangunan tingkat tinggi.Seperti Kota Medan,Sumatera
Utara yang dimana peneliti melakukan Riset di Proyek Pembangunan Hotel
Vivante,Jalan Iskandar Muda.
Proyek Pembangunan Hotel Vivante mulai dilaksanakan pekerjaannya
pada bulan awal Maret 2018, oleh Kontraktor PT.Totalindo Eka Persada.Dalam
pembangunan suatu struktur gedung, berbagai macam tingkat masalah seperti di
Proyek Pembangunan Hotel Vivante yang di rencanakan 14 lantai.
Masalah yang terjadi didalam pembangunan Proyek Vivante ini antara lain
Jenis Tanahnya tergolong jenis tanah lempung (lembek) setelah dilakukan
penggalian sedalam 20 meter dari permukaan jalan dan juga Proyek ini
menggunakan jenis kolom penampang bujur sangkar
Kolom merupakan elemen struktur vertical dari rangka (frame) structural
yang menerima beban dari balok.Fungsi kolom meneruskan beban-beban dari
elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui
pondasi (Nawy,1998).
Keruntuhan pada satu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan keruntuhan (collapse) lantai yang bersangkutan, dan juga
keruntuhan total struktur gedung.Bentuk penampang kolom akan mempengaruhi
kekakuan kolom trsebut dan kekakuan struktur secara keseluruhan.(Khrisnamurti
et al.,2013).
Dari uraian tersebut, maka timbul gagasan penelitian mengenai analisis
kinerja struktur beton bertulang dengan bentuk penampang kolom bujur sangkar
untuk mengetahui kinerja struktur akibat pengaruh beban yang terjadi pada
struktur dan,mengatasi terjadi nya kolom langsing,

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui keamanan dan
kekuatan kolom untuk menahan beban yang bekerja.
Tujuan dalam skripsi ini adalah Menganalisis perhitungan gedung hotel vivante
dengan kapasitas 14 lantai.

I.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini antara lain:


 Menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban
mati,beban hidup,beban angin,beban sendiri,beban
bergerak,(Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983)
 Menghitung kolom terbesar saja pada struktur tersebut dengan
menggunakan SNI 03-2847-2002

1
 Memperhitungkan pengaruh biaxial blending pada kolom
bangunan tersebut,
 Memperhitungkan pengaruh pembesaran momen akibat
kelangsingan penampang.

I.4 Batasan Masalah


Yang menjadi batasan masalah dalam skripsi ini antara lain:

I.5 Metode Pembahasan

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan literatur yaitu
dengan mengumpulkan teori-teori dari beberapa buku yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi ini juga dari materi-materi di perkuliahan dan masukan ide
dari dosen pembimbing.Sebagai dasar struktur dalam perhitungan gaya-gaya yang
terjadi pada struktur tersebut maka digunakan Program SAP 2000.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Portal adalah suatu system yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berfungsi sebagai suatu kesatuan lengkap yang berdiri sendiri
dengan atau tanpa bantuan diafragma-diafragma horizontal atau suatu ikatan lantai
(Sucipto,1998).
Hubungan elemen pembntuk system portal ini biasanya kaku/monolit, serta
ukuran penampang elemen (lebar atau tinggi) adalah kecil bila dibandingkan
dengan bentang. Sistem struktur yang tidak dapat dibedakan unsure elemnya
seperti pelat, cangkang,atau tangki dinamakan system struktur kontinum.
(Struktur Beton Bertulang Badan Penerbit Universitas Semarang).
Gambar dibawah ini menunjukan potongan denah konstruksi dari suatu
system portal yang terdiri dari Plat lantai, balok anak, balok induk, dan
kolom.Dimana Plat lantai menumpu pada balok anak dan balok induk, balok anak
dan balok induk menumpu pada kolom sehingga membentuk suatu kesatuan yang
monolit dan kaku.

Sumber :www.google.co.id

2.2 Kolom

Kolom adalah Komponen struktur bangunan yang tugas utamanya


menyangga beban aksial desak vertical dengan bagian tinggi yang tidak ditopang

3
paling tidak 3\tiga kali dimensi lateral terkecil.Sedangkan rasio bagian tinggi
dengan dimensi laterak terkecil kurang dari tiga disebut pedestal.Kegagalan
kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain yang
berhubungan dengan kolom, umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen
desak tidak diawali dengan tanda peringatanyang jelas, tetapi bersifat
mendadak.Oleh karena itu, dalam merencanakan strukur kolom harus
memperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan kekuatan yang
lebih tinggi daripada komponen struktur lainnya. Dalam kenyataanya, kolom tidak
hanya bertugas menahan beban aksial vertical tetapi juga bertugas menahan
momen lentur.

2.2.1 Jenis-jenis Kolom

Kolom dibedakan beberapa jenis menurut bentuk dan susunan tulangan,


serta letak/posisi beban aksial pada penampang kolom. Disamping itu juga dapat
dibedakan menurut ukuran panjang-pendeknya kolom dalam hubungan dengan
dimensi lateral.

1. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan

Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan menjadi 3


macam, yaitu sebagai berikut :

a. Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur
sangkar, dengan tulangan memanjang dan sengkang.
b. Kolom dengan pengikat, adalah jenis kolom dimana tulangan utama
memanjang dipegang dalam kedudukannya oleh pengikat lateral terpisah
(sengkang) yang ditempatkan dengan jarak 300-600 mm atau pengikat
lateral menerus (spiral) yang ditempatkan dengan jarak 50-75 mm
c. Kolom komposit, adalah jenis kolom beton yang akan menggunakan baja
profil atau pipa baja,tanpa atau dengan penulangan memanjang tambahan.

Gambar 2.2 Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan

Sumber: www.google.co.id

4
2. Jenis Kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial
Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang kolom,
kolom dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kolom dengan posisi beban sentris dan
kolom dengan posisi beban eksentris.
Untuk kolom dengan posisi beban sentris , berarti kolom ini menahan
beban aksial tepat pada sumbu kolom (Lihat Gambar 2.3(a)). Pada keadaan ini
seluruh permukaan penampang beton beserta tulangan kolom menahan beban
tekan.
Untuk kolom dengan posisi beban eksentris, berarti beban aksial bekerja di
luar sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar e (Lihat Gambar 2.3(b)). Beban
aksial P dan eksentrisitas e ini akan menimbulkan momen (M) sebesar M =P.e.
Dengan demikian,kolom yang menahan beban aksial enksetris ini pengaruhnya
sama dengan kolom yang menahan beban aksial sentris P serta momen M seperti
pada Gambar 2.3(c).
Gambar 2.3 Jenis Kolom berdasarkan letak Beban Aksial

Sumber : Buku Kolom Fondasi & Balok T beton bertulang, Ali arsoni

Keadaan lebih lanjut pada kolom dengan beban aksial eksentris ini masih
dibedakan lagi menjadi 4 macam berdasarkan nilai eksentrisitas e, yaitu:
1) Nilai eksentrisitas e kecil
Untuk nilai e kecil,maka momen M (M=P.e) yang ditimbulkan juga
kecil.Pada keadaan ini kolom akan melengkung sesuai dengan arah
momen lentur (Lihat Gambar 2.3(c)), sehingga ada sebagian kecil beton
serta baja tulangan di sebelah kiri menahan tegangan tarik,dan sebagian
besar beton serta baja tulangan di sebalah kanan menahan tegangan
tekan.Karena tegangan tarik yang terjadi pada baja tulangan sebelah kiri
cukup kecil,maka kegagalan kolom akan ditentukan oleh hancurnya
material beton tekan sebelah kanan.Keadaan ini disebut dengan kolom
pada kondisi beton tekan menentukan , atau kolom pada kondisi patah
tekan.
2) Nilai eksentrisitas e sedang

5
Untuk nilai e sedang,maka momen M yang ditimbulkan juga tidak begitu
besar.Pada keadaan ini,sebagian beton serta baja tulangan sebelah kiri
menahan tegangan tarik,sedangkan sebagian beton serta baja tulangan
sebelah kanan akan menahan tegangan tekan. Tegangan tarik yang terjadi
pada baja tulangan sebelah kiri dapat mencapai lelh pada saat yang
bersamaan dengan hancurnya material beton sebelah kanan yang menahan
tegangan tekan.Keadaan ini sering disebut kolom pada kondisi seimbang
(balance).
3) Nilai eksentrisitas e besar
Untuk nilai e besar,maka momen M yang ditimbulkan juga besar.Pada
keadaan ini, tegangan tarik pada baja tulangan sebelah kiri makin besar
sehingga mencapai leleh, tetapi material beton sebelah kanan masih kuat
menahan beban tekan. Maka dari itu kegagalan yang terjadi ditentukan
oleh lelehnya baja tulangan tersebut.Keadaan ini sering disebut kolom
pada kondisi tulangan tarik menentukan, atau kolom pada kondisi patah
tarik.
4) Nilai eksentrisitas e sangat besar
Karena nilai e sangat besar, maka momen M yang ditimbulkan juga sangat
besar, sehingga beban aksial P dapat diabaikan (relatif kecil terhadap
momen M). Pada keadaan ini seolah-olah kolom hanya menahan momen
lentur M saja,sehingga dapat dihitung seperti balok biasa.
3. Jenis kolom berdasarkan panjang kolom
Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya, kolom dibedakan atas 2
macam , yaitu: kolom panjang (sering pula disebut kolom langsing atau kolom
kurus), dan kolom pendek (sering pula disebut kolom tidak langsing atau kolom
gemuk). Beban yang bekerja pada kolom panjang, dapat menyebabkan terjadi
kegagalan/keruntuhan kolom akibat kehilangan stabilitas lateral karena bahaya
tekuk.Tetapi pada kolom pendek,kehilangan stabilitas lateral karena tekuk ini
tidak pernah dijumpai.Jadi kegagalan./keruntuhan pada kolom pendek sering
disebabkan oleh kegagalan materialnya (lelehnya baja tulangan dan atau
hancurnya beton).
2.2.2 Asumsi dasar perencanaan kolom
Sama halnya dengan balok, pada perencanaan kolom juga digunakan
asumsi dasar sebagai berikut (lihat gambar 2.4):
1) Pasal 12.2.2 SNI 03-2847-2002: Distribusi regangan di sepanjang tebal
kolom dianggap berupa garis lurus (linear), seperti terlukis pada gambar
2.4(b)
2) Pasal 12.2.2 SNI 03-2847-2002: Tidak terjadi slip antara beton dan
tulangan
3) Pasal 12.2.3 SNI 03-2847-2002: Regangan tekan maksimal beton dibatasi
pada kondisi ultimit εcu’ = 0,003 (lihat gambar 2.4 (b))
4) Pasal 12.2.5 SNI 03-2847-2002: Kekuatan tarik beton diabaikan.

6
5) Pasal 12.2.4 SNI 03-2847-2002: Tegangan baja tulangan tarik maupun
tekan (fs maupun fs’) yang belum mencapai leleh (< fy) dihitung sebesar
modulus elastisitas baja tulangan (ES) dikalikan dengan reganganya (εs
maupun εs”)
6) Pberbeasal 12.2.6 SNI 03-2847-2002: Hubungan antara distribusi tegangan
tekan beton dan regangan beton dapat diasumsikan persegi,
trapesium,parabola atau bentuk lainnya.
7) Pasal 12.2.7.1 SNI 03-2847-2002, Bila hubingan antara distribusi tegangan
dan regangan beton diasumsikan berbentuk tegangan beton persegi
ekuivalen, maka dipakai nilai tegangan beton sebesar 0,85 fc’ yang
terdistribusi secara merata pada daerah tekan ekivalen (seperti gambar
2.3(c)) yang dibaatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang
sejajar garis netral sejarak a = β1.c dari serat tekan maksimal.
8) Pasal 12.2.7.3 SNI 03-2847-2002:Faktor β1 diambil sebagai berikut:
a) Untuk fc’ ≤ 30 Mpa, β1 = 0,85
fc′ − 𝟑𝟎
b) Untuk fc’ > 30 Mpa, β1 = 0,85 – 0,05( )
7
Tetapi β1 ≥ 0,65

Gambar 2.5 Hubungan beban-regangan pada kolom

Sumber: Buku Kolom Fondasi & Balok T beton bertulang, Ali arsoni

2.2.3 Ketentuan Perencanaan

7
Bebarapa ketentuan yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan
kolom meliputi hal-hal berikut:
1. Luas tulangan total (Ast)
Menurut Pasal 12.9.1 SNI 03-2847-2002, luas total (Ast) tulangan
longitudinal (tulangan memanjang) kolom harus memenuhi syarat berikut:

0,01 Ag ≤ (Ast) ≤ 0,08 Ag

Dengan: Ast = luas total tulangan memanjang, mm2


=
Ag luas bruto penampang kolom, mm2
2. Diameter tulangan geser (begel atau sengkang)
Diameter begel kolom (фbegel) disyaratkan:

10 mm ≤( фbege)≤ 16 mm

3. Gaya tarik dan gaya tekan pada penampang kolom


Kolom yang sering dijumpai/digunakan pada bangunan gedung,yaitu
kolom dengan penampang segi empat seperti telah dilukiskan pada gambar
(2.4). Jika kolom menahan beban eksentris Pn, maka pada penampang
kolom sebelah kiri menahan beban tarik yang akan ditahan oleh baja
tulangan, sedangkan sebelah kanan menahan beban tekan yang akan
ditahan oleh beton dan baja tulangan.
Gaya tarik bagian kiri ditahan oleh tulangan, sebesar
Ts = As.fs
Gaya tekan yang ditahan beton bagian kanan, sebesar
Cc = 0,85.fc’.a.b
Sedangkan gaya tekan yang ditahan oleh tulangan kanan (Cs), yaitu:
a) Jika luas beton tekan diperhitungkan, maka
Cs = As’.(fs’-0.85.fc’)
b) Jika luas beton tekan diabaikan, maka
Cs = As’.fs’
Persamaan (2.2f) merupakan persamaan yang paling mudah dan paling
banyak dipakai pada perencanaan. Selanjutnya dengan memperhatikan
keseimbangan gaya vertikal pada Gambar 2.4 (c),diperoleh gaya aksial:
Pn = Cc + Cs-Ts

2.2.4 Perilaku Kolom Akibat Beban Aksial


Jika beton dan tulangan bekerja bersama dalam deak, maka perbandingan
dari beban yang dipikul masing-masing secara menerus berubah selama
pembebanan.Pada mulanya tegangan di dalam tulangan adalah Es/Ec dikalikan
tegangan beton , sesuai dengan teori elastic.Dengan terjadinya rangkak dan susut
sebagai pengaruh yang tergantung dari waktu tulangan secara perlahan mengambil
alih beban yang lebih besar dibandingkan bagiannya menurut teori elastic
Unsur-unsur struktur yang dibebani aksial, dengan atau kombinasi dengan
lentur sering memikul bagian yang lebih besar dari beban tetap.Akibatnya,

8
pengalihan beban dari beton ke tulangan akibat deformasi yang tergantung waktu,
lebih focus dalam unsure-unsur ini dibandingkan dengan balok.Sekalipun
tegangan yang sebenarnya di bawah beban layan tidak dapat dihitung secara
berarti tetapi kekuatannya dapat ditentukan. Kekuatan nominal Pn dari kolom
yang dibebani gaya aksial dapat dinyatakan sebagai berikut:

Pn = Kc.f’c Ac + fy.Ast + Ks.fsy.Asp

Dengan :
Pn = Kekuatan nominal untuk kolom dengan pengikat (bila bukan spiral suku
ke-3 dihilangkan)
Kc = Koefisien (=0,85) untuk memperhitungkan perbedaan beton dalam
kolom dengan benda uji silinder
F’c = Kekuatan desak beton silinder standar umur 28 hari
Ac = Luas beton bersih, berdasarkan luas kasar beton untuk kolom dengan
sengkang dan luas inti untuk kolom dengan spiral
Ast = Luas tulangan memanjang
Fy = Tegangan leleh tulangan memanjang
Ks = Konstanta yang bervariasi antara 1,502,5 dengan rata-rata 1,95
Fsy = Tegangan leleh tulangan spiral
Asp =Volume tulangan spiral per satuan panjang kolom

Persamaan II.2 menyatakan beban leleh untuk kolom dengan tulangan spiral yang
menunjuka keadaan leleh yang kemudian diikuti oleh deformasi yang besar
sebelum keruntuhan total.(Gambar II.4.1).Pada saat dicapainya titik leleh, selimut
beton menggelupas dan spiral mulai bekerja untuk melindungi beton yang hansur
di dalam inti, sehingga tulangan spiral menyumbangkan hanya sedikit terhadap
kekuatan sebelum titik leleh, namun memberikan daktalitas. Dari persamaan II.2
dapat diamati bahwa tulangan spiral adalah 1,5-2,5 lebih efektif dalam
meningkatkan kekuatan disbanding tulangan utama memanjang, hanya saja spiral
belum bekerja sampai deformasi yang cukup besar.
Gambar 2.5 Hubungan beban-regangan pada kolom

Sumber: Buku Struktur Beton Universitas Semarang

9
2.2.5 Faktor Reduksi Kekuatan φ Untuk Kolom

SK-SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.3 ayat 3 memberikan pembatasan


tulangan untuk komponen strukur yang dibebani kombinasi lentur dan aksial
tekan. Untuk kuat rencana fp kurang dari nilai terkecil anatara 0,10 f’c.Ag.dan
fy.Pb, maka rasio penulangan r komponen tidak boleh melampaui nilai 0,75 rb
dari penampang yang mengalami lentur tanpa beban aksial.Persyaratan tersebut
selaras dengan konsep daktalitas komponen struktur yang menahan momen
lentur.Sejalan dengan hal tersebut untuk komponen dengan beban aksial kecil
diijinkan untuk memperbesar factor reduksi kekuatannya, lebih besar dari nilai
yang digunakan bila komponen yang bersangkutan hanya menahan beban aksial
tekan sentries.Komponen yang menahan lenturan murni, tanpa beban aksial
digunakan factor reduksi kekuatan f= 0,80. Sedangkan dalam pembahasan kolom
sejauh ini digunakan factor reduksi kekuatan f=0,70Untuk kolom dengan pengikat
spiral 0,70 faktor reduksi kekuatannya dan untuk kolom dengan pengikat
sengkang 0,65 faktor reduksi kekuatannya,Padahal seperti diketahui, kolom yang
dibebani eksentris akan menahan beban aksial maupun momen. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk kasus dimana kolom menopang beban aksial kecil
tetapi pasangan momennya besar dapat diberlakukan seperti komponen struktur
lentur atau balok pada umumnya.Kemudian SK SNI T-15-1991-03 pada 3.2.3
ayat 2.2 menetapkan bahwa untuk kolom dengan beban aksial yang semakin
mengecil, nilai f dapat ditingkatkan secara linear sampai 0,80 seharga dengan nilai
fPn yang berkurang dari 0,10 fc’.Ag sampai nol. Sebagai pembatasan tambahan
adalah bahwa fy tidak lebih dari 400 Mpa, penulangan simetris dan g tidak kurang
dari 0,65.Ketentuan tersebut dengan sendirinya berlaku untuk kolom dengan
pengikat spirl maupun sengkang. Dengan demikin dapat disimpulkan penggunaan
nilai f seperti pada contoh-contoh terdahulu adalah sedikit agak memperlonggar
ketentuan yang tercantum dalam peraturan atau dengan kata lain penggunaan f
tersebut memberikan hasil perencanaan yang sedikit konservatif.

Seperti yang diatur dalam peraturan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.3 ayat 2.2,
kuat komponen diperlihatkan sebagai garis putus pada kurva Gambar 9.13 untuk
nilai fPn diantara 525 KN dan nol. Dengan demikian peningkatan nilai f yang
diizinkan untuk beban aksial kecil harus tercermin pula dalam diagram
interaksi.Variasi nilai factor reduksi kekuatan f yang sesuai dengan peraturan
tersebut diatas juga dapat diungkapkan melalu persamaan-persamaan berikut ini:

Untuk kolom dengan pengikat sengkang:


0,20𝛗 𝐏𝐧
𝛗= ≥ 0,65………………….(II.5.1)
0,1.fc′ .Ag

Untuk kolom dengan pengikat spiral :

10
0,15𝛗 𝐏𝐧
𝛗 = 0,80 0,1.fc′.Ag≥ 0,75……….(II.5.2)

Pada persamaan-persaman tersebut diatas Pu= f.Pn, apabila fPnb < 0,1.Ag fc,
maka pada persamaan untuk kolom dengan pengikat sengkang, nilai 0,1 Ag.fc
diganti dengan 0,65Pnb, sedangkan pada kolom dengan pengikat spiral diganti
dengan 0,70 Pnb.

2.2.6 Kolom Pendek dengan beban aksial

Kolom yang menopang beban aksial tekan secara konsentris, bahkan


kombinasi beban aksial dengan eksntrisitas kecil sangat jarang dijumpai.Untuk
memperoleh dasar pengertian perilaku kolom pada waktu menahan beban dan
timbulnya momen pada kolom. Pertama-tama akan dibahas kolom dengan beban
aksial tekan eksentrisitas kecil. Apabila beban tekan P berimpit dengan sumbu
memanjang kolom berarti tanpa eksentrisitas, perhitungan teori menghasilkan
tegangan tekan merata pada permukaan penampang lintangnya, Sedangkan
apabila gaya tekan tersebut bekerja di suatu tempat berjarak q terhadap sumbu
memanjang, kolom cenderung melentur seiiring dengan timbulnya momen M = P
(q).Jarak q dinamakan eksentrisitas gaya terhadap sumbu kolom. Tidak sama
halnya sepertti pada kejadian beban tanpa eksentrisitas, tegangan tekan yang
terjadi tidak merata pada seluruh permukaan penampang tetapi akan timbul lebih
besar pada sau sisi terhadap sisi lainnya.Kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas
yang merupakan keadaan khusus, kuat beban aksial nominal/teoritis
diuangkapkan:

Pn = 0,85 fc’ (Ag-Ast) + fy.Ast

Apabila diuraikan lebih lanjut akan didapatkan :

Po = Ag (0,85 fc’ (1-rg) + fy.rg)

Po= Ag (0,85 fc’ + rg (fy – 0,85 fc’))

Sedangkan peraturan memberikan ketentuan hubungan dasar antara beban dengan


kekuatan sebagai berikut :

Pu £ f Pn

Dimana : Ag = Luas kotor penampang lintang kolom (mm2)

Ast = Luas total penampang penulangan memanjang (mm2)

Pn = Kuat beban aksial nominal atau teoritis tanpa eksentrisitas

Pn = Kuat beban aksial nominal atau teoritis dengan


eksentrisitas tertentu

11
Pu = Beban aksial terfaktor dengan eksentrisitas

Ast
𝑃𝑔 =
Ag

Sehingga apabila memang terjadi, pada kasus beban eksentrisitas, Pn akan


menjadi sama dengan Po. Sungguhpun demikian, SK SNI T-15-1991-03
menentukan bahwa didalam praktek tidak akan ada kolom yang dibebani tanpa
eksentrisitas. Eksentrisitas beban dapat terjadi akibat timbulnya momen antara
lain disebabkan oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicetak secara
monolit.Pelaksanaan pemasangan yang kurang sempurna, ataupun penggunaan
mutu bahan yang tidak merata, Maka ssebagai tambahan factor reduksi kekuatan
untuk kekuatan nominal kolom dengan pengikat sengkang direduksi 20% dan
untuk kolom dengan pengikat spiral direduksi 15%.Ketentuam tersebut diatas
akan memberikan rumus kuat beban aksial maksimum seperti berikut:

Untuk kolom dengan penulangan spiral :

Ɵ Pn (maks) = 0,85 ϕ (0,85 fc’ (Ag-Ast) + fy Ast)

Untuk kolom dengan penulangan sengkang:

Φ Pn (maks) = 0,80 ϕ (0,85 fc’ (Ag-Ast) + fy Ast)

Beban aksial bekerja dalam arah sejajar sumbu memanjang dan titik kerjanya
tidak harus di pusat berat kolom, berada didalam penampang melintang, atau
pusat geometric. Dalam memperhitungkan kuat kolom terhadap beban aksial
eksentrisitas kecil digunakan dasar anggapan bahwa akibat bekerjanya beban atas
(ultimit), beton akan mengalami tegangan sampai nilai 0,85 fc’.Tulangan bajanya
mencapai tegangan luluh fy, sehingga untuk setiap penampan kolom, kuat beban
aksial nominal dengan eksentrisitas kecil dapat dihitung langsung degan
menjumlahkan gaya-gaya dalam dari beton dan tulangan baja pada waktu
mengalami tegangan pada tingkat kuat maksimum tersebut

. Gambar 2.6 : Tulangan sengkang pada kolom

Sumber:www.google.co.id

12
2.2.7 Elemen Kolom dengan Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

Perilaku Kolom Pendek yang dibebani Eksentris

Prinsip-prinsip pada balok mengenai distribusi tegangan dan balok


tegangan segiempat ekivalennya dapat diterapjkan juga pada kolom.Gambar II.7.1
memperlihatkan penampang melintang suatu kolom segiempat tipikal dengan
diagram distribusi regangan,tegangan, dan gaya padanya. Diagram ini berbeda
dengan adanya gaya nominal memanjang Pn yang bekerja pada keadaan runtuh
dan mempunyai eksentrisitas e dari pusat plastis (atau bisa saja pusat geometri)
penampang.Tinggi sumbu netral ini sangat menentuka kebebasan
kolom.Persamaan keseimbangan gaya dan momen untuk kolom pendek dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Gaya tahan aksial nominal Pn dalam keadaan runtuh.

Pn = Cc + Cs- Ts

Momen tahanan nominal Mn, yaitu sebesar Pne, dapat diperoleh dengan
menuliskan keseimbangan momen terhadapa pusat plastis penampang. Untuk
kolom yang penulanganya simetris, pusat plastisnya sama dengan pusat
geometrisnya
a
Mn = Pn = Cc﴾y − 2﴿ + Cs (ў – d’) + Ts (d-ў)

Karena

Cc = 0,85 fc’ba

Cs = A’s f’s

Ts = As. fs

Persamaan ini dapat ditulis juga sebagai:

Pn = 0,85 fc’ba + As’fs’- Asfs


a
Mn = Pne = 0,85 fc’ba﴾𝑦 − 2﴿ + As’f’s (ў-d’) + As fs (d-ў)

Dalam persamaan 11.7.1 , tinggi sumbu netral c dianggaqp kurang daripada tinggi
efektif d penampang, juga baja pada sisi yang tertarik memang mengalami tarik.
Kondisi ini dapat berubah apabila eksentrisitas beban Pn sangat kecil. Untuk
eksentrisitas yang kecil ini yang seluruh bagian penampangnya mengalami tekan
konstribusi tulangan yang tertarik harus ditambahkan kepada konstribusi baja dan
beton yang tertekan.Dalam persamaan ini juga diasumsikan bahwa (ba-Ay) ∞ ba

13
yaitu Volume yang tulang akibat adanya tulangan yang diabaikan.Bahwa gaya
aksial Pn tidak dapat melebihi kekuatan dengan aksial maksimum Pn (maks) yang
dihitung dengan menggunakan II.6.1.Tulangan tekan As’ atau tulangan tarik As
akan mencapai kekuatan lelehnya fy1 bergantung pada besarnya eksentrisitasnya
e.Tegangan f’s pada baja dapat mencapai fy apabila tulangan baja, besaran fs
harus disubsitusikan dengan fy apabila f’s atau fs lebih kecil daripada fy1 maka
yang disubsitusikan adalah tegangan aktualnya, yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan yang diperoleh dari segitiga yang sebangun dengan
distribusi-distribusi regangan di seluruh tinggi penampang (Gambar II.7.1)

600 (X−d′ )
f’s = Es.εs= ≥ fy
X

600 (d−X′ )
f’s = Es.θs = ≤ fy
X

Gambar 2.7: Diagram Penampang Balok

Sumber:www.google.co.id

2.3 Pengaruh Panjang Kolom

Bila tinggi dari suatu unsure tekan yang tegak tidak melebihi tiga kali
dimensi lateral terkecil, maka unsure digolongkan sebagai suatu pedestal dan
harus direncanakan sesuai dengan itu.Untuk unsure yang lebih panjang, harus
ditinjau pengaruh dari angka kelangsingan (Perbandingan panjang tanpa pengaku
Lu terhadap radius girasi r). Telah dipahami bahwa tekuk dapat menentukan
kekuatan dari unsure tekan . Metode perencanaan kekuatan disertai dengan
pengertian yang seksama tentang perilaku unsure tekan, telah menghasilkan unsur
struktur yang lebih langsing sehingga masalah stabilitas telah menjadi semakin
penting.Sebagai tambahan terhadap masalag sekunder yang lebih besar yang
menereapkan produk dari tekan aksial dan lendutan.Besarnya perbandingan
kelangsingan menetukan apakah reduksi kekuatan sudah cukup penting untuk

14
jangan diabaikan.Kondisi referensi untuk angka kelangsingan adalah angka
kelangsingan yang untuk suatu kolom dengan ujung-ujung sendi (yaitu tidak
mempunyai kapasitas tahanan terhadap rotasi).Faktor yang sangat penting di
dalam penentuan dari panjang ujung sendi ekivalen adalah dengan menetapkan
apakah system struktur diberi pengaku untuk mencegah perpindahan relative dari
kedua ujung unsure struktur tekan didaerah transversal terhadap sumbu dari
unsure, atau tanpa pengaku dimana perpindahan relative demikian masih
dimungkinkan dan kekangan dikerahkan hanya oleh kekakuan dari titik hubung
dan kekakuan dari interaksi anatara balok dan kolom.

Tanpa penurunan atau bukti umum, berikut ini dinyatakan bahwa :

Untuk system dengan pengaku k≤ 1,0

Untuk system tanpa pengaku k≥ 1,0

Peraturan kualitatif untuk ini tersedia dari penyelidikan,namun penurunan teoritis


akan memerluka pembahasan dari stabilitas struktur.Pengaturan SNI bertujuan
untuk mengizinkan perencanaan unsure tekan sebagai kolom pendek, tanpa
reduksi kekuatan untuk pengaruh kelangsingan, bila tinjauan pengaruh panjang
mengakibatkan reduksi kekuatan yang kurang dari 5%.

SNI mengizinkan pengabaian dari pengaruh panjang apabila

kLu M1b
<34- 12 (untuk system dengan pengaku)
r M2b

Dimana Mq dan M2b adalah momen-momen lentur ujung pada suatu unsure
struktur yang secara numeric terkecil dan terbesar dan perbandingan M1b / M2b
adalah positif untuk kurvatur tunggal, dan negative untuk kurvatur ganda.

2.3.1 Penempatan Tulangan Utama Dan Tulangan Pengikat Lateral

Tulangan pengikat lateral digunakan untuk memegang tulangan vertical


pada tempatnya, memberikan tumpuan lateral sehingga tulangan individual hanya
dapat menekuk hanya diantara tumpuan pengikat. Tulangan pengikat tidak dalam
awal-awal tahun 1930-an.Penyelidikan telah menunjukan bahwa persyratan
tulangan pengikat yang sekarang adalah konservatif untuk kolom dengan tulangan
tingkat 40 namun boleh jadi tidak konservatif untuk tulangan mutu
tinggi.Pengaruh dari tulangan pengikat terhadap perilaku kolom adalah
rumit.Sewaktu kolom dengan tulangan pengikat dibebani sampai runtuh, yang
pertama terjadi adalah mengelupasnya selimut beton, yang berakibat pindahnya
beban ke inti beton dan tulangan memanjang.Hilangnya kekuatan dari tulangan
memanjang yang mulai meleleh atau menekuk keluar, menimbulkan tegangan
tambahan pada inti beton.Sekali inti mencapai kekuatan runtuhnya, kolom secara

15
tiba-tiba runtuh. Urutan kejadian diatas umumnya terjadi dengan cepat,yang
dinamakan keruntuhan tiba-tiba (sudden).Tulangan Pengikat yang ditempatkan
dengan spasi yang cukup dekat memberikan kurungan (confinement) dan
meningkatkan regangan pada mana beton runtuh lebih besar dari harga 0,003 yang
digunakan pada SNI.

Provisi berikut ini telah ditetapkan oleh Peraturan ACI untuk tulangan pengikat
lateral dalam kolom:

1. Semua batang tulangan yang tidak prategang untuk kolom dengan


tulangan pengikat harus diliputi oleh pengikat lateral, paling tidak #3
untuk tulangan memanjang yang lebih besar dari #10, dan paling tidak #4
untuk tulangan memanjang yang bernomor #11,#14,#18 dan yang
berkelompok.
2. Spasi tulangan pengikat tidak boleh melebihi 16 kali garis tengah tulangan
memanjang 48 kali garis tengah tulangan pengikat, atau dimensi terkecil
kolom.
3. Tulangan pengikat harus disusun sedemikian rupa sehingga semua
tulangan memanjang disudut atau pengisi harus mempunyai tumpuan
lateral yang diberikan oleh sudut dari tulangan pengikat yang mempunyai
sudut cakupan yang tidak boleh jauh dari 6 inci dalam jarak bersih di
kedua pihak dari tulangan yang ditumpu lateral. Bila digunakan tulangan
yang ditempatkan sepanjang keliling dari lingkaran dapat digunakan
tulangan pengikat melingkar.
Gambar 2.8: Bentuk Begel Pada Kolom

Sumber : Buku Struktur Beton Universitas Semarang


2.3.2 Penulangan Spiral dan Penempatan Tulangan Memanjang
Tulangan spiral memberikan kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi yang cukup besar sebelum keruntuhan (8). Keuletan ini merupakan
keuntungan utama yang diperoleh dengan menggunakan kolom bertulangan
spiral.Pengetahuan mengenai perilaku spiral didasarkan pada penelitian kolom
pada awal tahun 1930-an (6). Sekalipun tulangan spiral secara jelas menyumbang
terhadap kekakuan kolom (pada tahun 1903 Considire (1.2) menyatakan bahwa
spiral adalah 2,4 kali lebih efektif dari tulangan memanjang di dalam
menyediakan kapasitas kolom).Paham konservatif yang dianut dalam persyaratan

16
ACI sejak tahun 1940 adalah menggunakan spiral secukupnya untuk
meningkatkan kapasitas inti dengan jumlah yang sama dengan kapasitas selimut
beton, sehingga menjaga kapasitas leleh kolom pada saat selimut beton terkelupas.

Dengan menggunakan suku ketiga pada persamaan dengan harga rata-rata


ks = 2, maka kekuatan yang dikerahkan oleh penulangan spiral adalah :
Pn=2.0 fsy.Asp
Suatu pendekatan alternative didalam penerimaan harga ks yang
berdasarkan percobaan yang telah disajikan oleh Huang (24), yang meninjau
kondisi pembebanan triaksial yang terjadi bila tulangan spiral bekerja di dalam
tarik.
Misalkan s sebagai perbandingan dari volume tulangan spiral terhadap
volume inti (sisi luar ke sisi luar spiral) atau s = Asp/Ac Persamaan sekarang
mejadi
Pn= 2.0 fxy.s.Ac

Dengan menyamakan persamaan dengan kekuatan dari kulit beton (shell)


dan dengan mengambil kekuatan selimut beton sebesar 90% dari kekuatan intin
beton, atau 0,75f’c

2.0 fxy.s.Ac = 0,75 f’c (Ag-Ac)

Dari mana diperoleh

Ag f′c
s= 0,375 ( - 1) fxy
Ac

Dengan menyediakan factor keamanan tambahan sebesar 1,20 untuk menjamin


bahwa kekuatan spiral akan melebihi kekuatan selimut beton, persamaan menjadi:

Ag f′c
s= 0,375 ( - 1) fxy
Ac

Yang dinyatakan di dalam SNI .Perlu dicatat bahwa kekuatan leleh fxy dari
tulangan spiral tidak boleh melampaui 60.000 lb/inci2.
Hubungan perencanaan dapat diperoleh dengan mengingat defenisi dari s
menurut persamaan
𝐴𝑠𝑝 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑙𝑜𝑜𝑝
𝑠 = 𝐴𝑐
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠

𝐚𝟓  (𝐃𝐂−𝐝𝐛
= 𝛑𝐃𝟐
( )𝐬
𝟒

17
Dimana DC adalah garis tengah dari inti a adalah luas dari spiral dan db adalah
diameter dari tulangan spiral
Gambar 2.9: Kolom dengan tulangan sengkang spiral

Sumber :www.google.co.id
2.3.3 Batas Jumlah Tulangan
Persentase dari tulangan memanjang dinyatakan terhadap luas penampang
kasar harus berada diantara 1 dan 8% (SNI). Namun SNI mengijinksn pendasaran
persentase tulangan atas luas beton yang diredusir Ag dalam hal yang luas
penampang kasar beton melebihi dari yang diperlukan untuk beban, namun dalam
keadaan apapun pg tidak boleh diambil kurang dari 0,005 berdasarkan luas
penampang kasar yang ada.
Maksud utama dari provisi tulangan minimum ini adalah untuk mencegah
ragam keruntuhan berubag menjadari keruntuhan dari kolom beton polos, yang
lebih berbahaya dari keruntuhan tiba-tiba dari tulangan pengikat kolom yang
sudah di jelaskan sebelumnya.Batas atas dari tulangan memanjang dalah
berdasarkan praktek dimana bila tersedia jarak bersih yang cukup antara tulangan,
sedikit lebih dari pg = 0,08 masih dapat dipakai untuk penampang.
Dengan demikian batas maksimum dari pg adalah dalam satu segi
merupakan pemeriksaan ganda terhadap batasan minimum jarak tulangan.TIdak
ada batasan atas ukuran tulangan atau dimensi agar mengizinkan “penggunaan
yang lebih luas dari unsure beton tekan dalam struktur dengan ukuran yang lebih
kecil dan beban yang ringan seperti bangunan tinggal yang tidak tinggi .

2.4 Desain Kekuatan Kolom Tampang Segi-Empat dan Bulat Kekuatan


Maksimum Dalam Tekan Aksial.
Oleh karena jarangnya pembebanan kolom yang betul-betul konsetris,
maka diperlukan penyediaan eksperimen yang minimum.Eksentrisitas yang tidak
terduga dapat terjadi dalam kodisi ujung, kekurang telitian pengerjaan di pabrik,
atau variasi dalam bahan, sekalipun beban secara teoritis adalah konsentris.
Peraturan ACI mengatakan bahwa berapapun kecilnya e yang dihitung dari
pembebanan yang sebenarnya, unsure-unsur tekan harus direncanakan untuk suatu

18
eksentrisitas minimum 0,05 h untuk kolom bertulangan spiral atau komposit
dengan pembungkus baja, atau 0,10 h untuk kolom pengikat, namun tak kurang
dari 1 inchi untuk semua hal.
Eksentrisitas minimum diukur terhadap salah satu dari sumbu utama
dengan h sebagai dimensi total kolom. Persyaratan eksentrisitas minimum ini
berarti bahwa setiap unsure tekan, sekalipun memikul momen lentur yang kecil,
harus direncanakan untuk mempunyai kekuatan.misalnya didefenisikan oleh titik
A dengan perkataan lain idak hanya gaya aksial tidak boleh melampaui kekuatan
yang dinyatakan dalam oleh titik A, tetapi juga suatu momen lentur sbesar Mb.
Momen lentur Mb harus ditinjau sebagai bekerja bersamaan yaitu bagian
horizontal dari kurvea kekuatan melalui A tidak tersedia benar-benar dalam
perencanaan. Prosedur eksentrisitas minimum adalah layak selama dimensi
penampang masih cukup kecil dan kelangsingan relative besar.Momen yang
berhubungan dengan 1 inchi dan eksenrisitas 1 inchi pada kolom yang berisi 12
inchi adalah cukup layak.
Namun eksentrisitas e/h minimum 0,1 menjadi tidak layak. Sebagai
eksentrisitas tidak terduga untuk pedestal mesin pembangkit tenaga nuklir yang
berukuran 6 feet bujur sangkar dengan tinggi 20 feet. Eksentrisitas tidak
terdugasebesar 6 inchi adalah tidak mungkin, sekalipun kekautan aksial nominal
maksimum yang lebih kecil dari Po adalah wajar.
Sejak tahun 1997, Peraturan ACI menetapkan (ACI 10.3.5) bahwa untuk
unsur struktur terhadap mana pengaruh kelangsingan dapat diabaikan, kekuatan
aksial nominal maksimum Pn (maks) tidak boleh melampaui 0,80 Po untuk kolom
dengan tulangan pengikat dan 0,85 Po untuk kolom dengan tulangan spiral,.
Prosedur ini membuat tersedianya seluruh bagian horizontal dari diagram interaksi
kekuatan yang didefenisikan oleh Pn (maks).
Dengan perkataan lain titik C menjadi satu titik yang berlaku dalam
perencanaan yang meberikan harga maksimum Pn yang dapat dibandingkan
dengan kekuatan aksial yang berkaitan dengan eksentrisitas minimum e/h = 0,1
untuk kolom dengan pengikat atau e/h = 0,05 untuk kolom dengan tulangan spiral,
namun perencanaan tidak diberikan berlaku secara eksplisit untuk momen yang
besarnya Pn dikalikan dengan 0,1h atau 0,05h.
Prosedur yang berlaku sekarang juga lebih sederhana untuk keadaan
dengan momen lentur yang kecil (yang kurang dari momen yang berkaitan dengan
e/h = 0,1 untuk kolom dengan pengikat misalnya). Pengambilan Pn (maks) sebagai
suatau harga perbandingan dari Po merupakan perhitungan yang sederhana,
sedangkan sebelumnya Pn(maks) hanya dapat ditentuka menghitung titk A yaitu
titik perpotongan dari garis e/h dengan diagram interaksi kekuatan.
Jika perbandingan kelangsingan cukup tinggi untuk membutuhkan
tinjauan pengaruh panjang, harus ditambahkan seuatu eksentrisitas minimum
sebesar (15 + 0,003h) di dalam perhitungan dari momen terfaktor yang dibesarkan

19
dan untuk keadaan yang manapun kekuatan nominal Pn yang dihasilkan tidak
boleh melampaui Pn(maks).
Didalam situasi yang kurang mungkin seperti yang diperlhatkan oleh
gambar diatas , dimana Pn(maks) secara vertical lebih besar dari titik A.Harga dati
Pn pada titik A pada diagram interaksi harus digunakan untuk perencanaan bila
pengaruh kelangsingan harus ditinjau, namun dimana kelangsingan dapat
diabaikan,bagian horizontal melalui C dapat digunakan di dalam perecanaan tekan
aksial.
Gambar 2.12: Kondisi Regangan Berimbang-Penampang Persegi

Sumber: Buku Struktur Beton Universitas Semarang

2.4.1 Keadaan Regangan Berimbang Penampang Persegi


Keadaan regangan berimbang memberikan titik pembagian daerah antara
tekan menenukan dan tarik menentukan dari diagram interaksi kekuatan. Keadaan
ini didefenisikan menurutcara yang sama dengan yang ada, sebagai kejadian yang
bersamaan dari regangan sebesar 0,003 pada serat tekan ekstrim beton dan
regangan = fy/Es pada tulangan tarik. Dapat diperhatikan bahwa dalam hal
momen lentur tanpa beban aksial, keadaan regangan berimbang tidak
diperkenankan oleh Peraturan ACI.Namun, didalam hal kombinasi lentur dengan
beban aksial, keadaan
𝐗𝐛 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟑
=
𝐝 𝐟𝐲/𝐄𝐒+ 𝟎,𝟎𝟎𝟑

600
𝑋𝑏 = d
600 + fy

Keseimbangan gaya-gaya mensyaratkan


Pb = Cc + Cs – T
Dimana
Cc = 0,85f’c.ab = 0,85f’c 1b.b
T = As .fy
Dan bila tulangan tekan meleleh pada keadaan regangan berimbang

20
Cs = A’s (fy – 0,85 f’c)
Dengan demikian Persamaan ( menjadi
Pb = 0,85 85f’c 1b.b + A’s (fy – 0,85 f’c) - As . fy

Gambar2 : Diagram 2.11 Interaksi Kekuatan aksial momen(P,M)

Sumber : Buku Struktur Beton Universitas Semarang


Gambar 2.12: Kondisi Regangan Berimbang-Penampang Persegi

21
Sumber : Buku Struktur Beton Universitas Semarang

Eksentrisitas (eb) diukur dari titik pusat plastis yang didefenisikan dalam
gambar.Untuk penampang simetris titik pusat plastis berada pada tengah tinggi
penampang.Keseimbangan rotasi dan gaya-gaya dalam Gambar dipenuhi dengan
mengambil momen terhadap titik dimana saja, misalnya titik pusat plastis.

a
Pb.eb = Cc (𝑑 − 2 d") + Cs (d-d’-d”) + Td”
Persamaan dapat diselesaikan secara simultan untuk mendapatkan Pb dan eb

2.4.2 Pemeriksaan Kekuatan di dalam daerah Tekan Menentukan Penampang


Persegi

Bila kekuatan Pn melampaui kekuatan berimbang Pb atau apabila


eksentrisitas e lebih kecil dari harga berimbangeb untuk struktur berlaku lebih

22
sebagai “tekan” menentukan gaya tarik T dengan itu akan didasarkan pada
regangan untuk eksentrisitas yang sanga kecil.
Kekuatan nominal Pn untuk eksentrisitas yang diberikan e<eb dapat
diperoleh dengan jalan meninjau variasi regangan yang sebenarnya sebagai
besaran yang tidak diketahui dan dengan menggunakan prinsip-prinsip statistika.
Ini merupakan cara yang paling rasional. Sebagai usaha alternative terhadap
penyelesaian langsung untuk garis netral.

2.5 Aksial Tarik dan Lentur


Didalam keadaaan yang relative tidak biasa dalam kombinasi antara titik
aksial dan momen lentur, diagram interaksi kekuatan dapat diperluas ke pihak as
negative dari Pn’seperti yang terlihat pada gambar.Analisa kekuatan untuk harga-
harga tarik dari Pn adalah serupa dengan yang digunakan untuk beban tekan di
dalam daerah “tarik”.
Yang menetukan ‘Jika beban eksentris adalah tarik,maka jarak garis netral x akan
lebih kecil dari jarak x untuk lentur murni (Mo).Jika terjadi aksial dan momen
lentru, maka kecendrungan umum adalah untuk memproporsikan penampang
dengan cara yang serupa dengan perencanaan balok.Masalah tarik aksial yang
dikombinasikan dengan momen lentru telah dibahas oleh harris.
Oleh karena keadaan yang umumadalah penampang dengan penulangan
yang tidak simetris,Bahwa momen yang digunakan pada diagram interaksi harus
didefenisikan secara jelas apakah merupakan momen dari gaya tarik terhadap titik
pusat penampang beton atau terhadap ‘titik pusat plastis” dalam tekan atau
terhadap “titik pusat plastis” dalam tarik.
Selanjutnya arah dari momen sehubungan dengan tulangan yang tidak
simetris harus didefenisikan secara jelas,Villata Careira dan Erler telah
memperluas digram interaksi ke semua empat kuadran dari sumbu-sumbu Pn dan
Mn.Didalam kejadian manapun,pembaca harus memeriksa penampang dengan
menggunakan diagram regangan dan memastika bahwa beban luar yang bekerja
secara eksentris betul-betul dimbangi oleh gaya dalam.
Gambar 2.13: Diagram interaksi kekuatan yang menunjukkan tekan aksial dan
tarik aksial

Sumber: Buku Struktur Beton Universitas Semarang

23
2.5.1 Tampang Dengan Kombinasi Beban Desak Aksial dan Lentur Biaksial.

Pemeriksaan atau perencanaan dari penampang bujur sangkar atau persegi


yang dibebani dengan tekan aksial di kombinasikan dengan kombinasi momen
lentru didaerah sumbu x dan y telah mendapat perhatian yan seksama.Satu metode
analisa adalah menggunakan prinsip-prinsip dasar dari keseimbangan dengan
pemisalan kekauatan yang sama.
Metode ini pada hakekatnya mencakup suatu proses coba-coba didalam
mendapatkan posisi miring dan garis ntral sehingga metode seperti ini akan cukup
rumit dan tidak ada rumus yang dapat dikembangkan untuk penggunaan praktis.
 Perrmukaan Runtuh
Konsep penggunaan permukaan runtuh telah disajikan oleh Bresler dan
Panel.Kekuatan minimal batas dari suatu penampang dalam lentru biaksial
dan tekan merupakan fungsi dari tigavariabel, yaitu Pn,Mnx yang juga dapat
dinyatakan didalam gaya aksial Pn yang bekerja dengan eksentrisitas ey =
Mnx/Pn dan ey =Mnx/Pn masing-masing menrut sumbu x dan y.
Gambar.2.14:notasi

Sumber: Buku Struktur Beton Universitas Semarang


Didefenisikan tiga tipe permukaan runtuh. Dalam tipe yang pertama Sp
variable yang digunakan sepanjang ketiga sumbu orthogonal adalah Pn,ex, dan ey
seperti terlihat pada gambar dan dalam tipe yang ketiga S3 variabel-variabel
adalah Pn,Mnx, dan Mgy yang diberikan dalam gambar. Bresler telah mendapatkan
suatu prosedur analisa yang sangat bermanfaat dengan menggunakan permukaan
lawan (reciprocal) S2.
Tipe yang ketiga permukaan runtuh S3 merupakan perluasan tiga dimensi
dari diagram interaksi untuk lentur uniaksial dan tekan seperti yang telah
digunakan didalam bagian terdahulu dari bab ini. Sejumlah peneliti telah

24
mengajukan pendekatan terhadap S3 untuk digunakan didalam perencanaan dan
analisa Bresler telah mengusulkan cara-cara praktis dalam penggunaan dari
permukaan S3.
Gambar 2.15 Permukaan runtuh berbalikan S1 (I/Pn,ex,ey)

Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang


Didalam penyajian berikut ini, diberikan dua metode analisa,yang pertama
denggan menggunakan permukaan lawan I/Pn- ex-ey (S2) yang memberikan alat
yang sederhana, dan kedua menggunakan permukaan Pn-Mnx-Mny (S3) yang
berguna didalam perencanaan.
Metode Beban berlawanan dari Bresler. Didalam usaha unuk menyusun
suatu prosedur yang realistis untuk analisa, Bresler menyarankan pendekatan
untuk suatu titik (I/Pn1,exA dan exB) pada permukaan runtuh berlawanan S2 dengan
satu titik (I/P1,exA dan exB) pada suatu bidang datar S’2 yang melalui titik A,B,dan
C.
Masing-masing titik pada permukaan sebenarnya didekati dengan bidang
yang berbeda atau keseluruhan permukaan runtuh didefenisikan oleh tak terhingga
jumlah bidang-bidang.Soal sekarang adalah untuk menenukan kekuatan Pn1 yang
ada dengan eksenrisitas biaksial exA dan eyB dengan memisalkan bahwa Pn1sama
dengan harga P1 yang tercitak pada bidang S’2 yang khusus di tetapkan untuk itu.
Bidang khusus ditentukan dengan jalan melakukan bidang ini melalui tiga titik
A,B,dan C yang diketahui terletak pada permukaan runtuh yang sebenarnya S2
1
A𝑒𝑥𝐴 , 0, Py
1
B(0, exB , Px)
1
C( 0,0 P0)

Dimana Po adalah kekuatan nominal dibawah tekan aksial saja tanpa


eksentrisitas; Px adalah kekuatan nominal eksentrisitas uniaksial eyB (Mnx =

25
PxeyB); dan Py adalah kekuatan nominal pada eksentrisitas uniaksial eyA (Mny =
PyexA).
Dengan perkataan lain, Titik A mewakili suatu titik (Pnx, Mny) pada
diagram interaksi uniaksial Pn-Mn, seperti dalam gamabr untuk lentur terhadap
sumbu y; titik B menyatakan suatu titik (Pnx, Mnx) pada diagram interaksi
uniaksial Pn-Mn terhadap sumbu x ; dan titik C adalah satu titik bersama untuk
kedua diagram interaksi.
Persamaan bidang S’2 dapat ditentukan menurut ketiga titik A,B,dan C
dengan menuliskan x = ex, y = ey dan z = I/Pn, Persamaan umum dari bidang
adalah:
Arx+ Azy + A3Z + A4 = 0
Pemasukan koordinat-koordinat dari titik A,B, dan C ke dalam persamaan
memberikan :
𝟏
A1exA + 0 +A3𝐏𝐲 + A4 = 0
𝟏
0 + A2eyb + A3𝐏𝐲 + A4 = 0
𝟏
0 + 0 + A3𝐏𝐱 + A4 = 0
Gambar 2.16 Grafik Penampilan dari metode beban berbalikan

Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang.

Penyelesaian dari persamaan untuk A1,A2, dan A3 di dalam A4 memberikan:


𝟏 𝐏
𝑨𝟏 = 𝐞 (𝐏𝟎 − 𝟏 ) 𝐀 𝟒
𝐱𝐀 𝐲
𝟏 𝐏
A1 =𝐞 (𝐏𝟎 − 𝟏 ) 𝐀𝟒
𝐲𝐁 𝐗

A3 = - Po A4
Dengan memasukkan persamaan diatas sehingga diperoleh

26
𝐱 𝐏𝐨 𝐲 𝐏𝐨
𝑨𝟒  𝐞  𝐏𝐲 − 𝟏) + (𝐏𝐱 − 𝟏) − 𝐏𝐨𝐳 + 𝟏 ) = 0
𝐱𝐀 𝐞𝐲𝐁
Pembagian persamaan diatas dengan Po merubah persamaan dari bidang S’2
menjadi
x 1 1 y 1 1 1
( − )+ ( − )– Z + =0
exA Py Po eyb Px PO PO

Pada titik (x = exA, y = eyb, z = I/P1) pada bidang yang mendekati titik (x = exA,
y=eyb,z = i/Pni) pada permukaan runtuh yang sebenarnya, persamaan menjadi

1 1 1 1 1 1
(P − ) + (P − )-P +P =0
y Po x Po i O

Yang menciut menjadi bentuk berikut untu Pi


1 1 1 1
=P +P -P
Pi x y O

Bleser telah mendapatkan bahwa harga-harga Pi yang dihitunh dengan


menggunakan persamaan adalah sangat cocok dengan hasil-hasil percobaan,
dengan penyebaran (deviasi) maksimum 9,4% dan rata-rata 3,3%.Jadi persamaan
diatas boleh jadi kurang layak bila diterapkan untuk beban aksial yang kecil,
seperti misalnya kalau Pn/Po berada di dalam batas harga yang kurang dari 0,06.
Di dalam cara parme, suatu titik B pada kontur beban didefenisikan
sedemikian rupa sehingga kekuatan momen biaksial Mnx dan Mny pada titik ini
adalah didalam perbandingan yag sama dengan kekuatan momen unaksial Mox
dan Mny sehingga pada titik B berlaku :
Mny Mny
=M
Mnx nx
Gambar 2.17 Kontur beban di bidang Pn yang tetap dan dipotong melalui
permukaan runtuh S1

Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Atau
Mnx =  Mnx ; Mny =  Moy

27
Gambar. 2.18Kontur Beban tak Berdimensi Pada Pn tetap

Sumber; Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Bila keliling beban dalam gambar disesuaikan untuk mengambil benuk


yang tak berdimensi pada gamabr, titik akan mempunyai perbandingan  yang
didefenisikan oleh persamaan. Sebagai koordinat x dan y .Di dalam pengertian
fisik, perbandingan  merupakan bagian yang konstan dari kekuatan momen
unaksial yang diperbolehkan bekerja secara serentak pada penampang kolom.
Harga yang sebenarnya dari  tergantung pada perbandingan dari Pn
terhadap Po, disamping sifat-sifat bahan dan penampang, namun harga yang
umum berkisar antara 0,55 dan 0,70.Harga rata-rata  = 0,65 disarankan untuk
perencanaan. Harga-harga  yang lbih teliti telah dihitung dengan menggunakan
prinsip-prinsip dasar dari kseimbangan dan nomogram untuk  yang telah
disajikan di dalam regrensi 43. Grafik-grafik harga ini terlihat sebgai dalam
gambar
Setelah harga empiris untuk  ditetapkan untuk suatu penampang dan
pembebanan keliling beban tak berdimensi yang penuh menjadi tertentu jika
persamaan ( diterima sebagai hubungan yang sebenarnya. Hubungan antara  dari
persamaan ( dan diperoleh dengan menggunakan koordinat dari titik , yang
diketahui terletak pada keliling.
Sehingga pemasukan dari koordinat  ke dalam persamaan ( menghasilkan:
βM βMoy
( M nx)+ ( Mo ) = 1
nx y
1
 =2
log = 0,5
log 0,5
𝛼=
log β

28
Gambar 2.19 . Hubungan interaksi untuk lentur biaxial (kontur beban )
dinyatakan dalam nilai b

(a) Susunan 4 Tulangan

(b) Susunan 8 Tulangan

(c) Susunan 6,8, dan 10 Tulangan

29
(d) Susunan 12 Tulangan

Untuk tujuan perencanaan, keliling beban yang tidak berdimensi pada


gambar dapat didekati dengan dua garis lurus AB dan BC seperti terlihat dalam
gambar. Bila Mny/Moy melampaui Mnx/Mox persamaan pendekatan garis untuk
BC adalah
𝐌𝐧𝐲 𝐌 𝟏−𝛃
+ 𝐌𝐧𝐱 - ( )=1
𝐌𝐧𝐲 𝐧𝐱 𝛃

Sumber; Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

30
Gambar 2.20. Pendekatan garis lurus dari kontur beban untuk perencanaan

Sumber; Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Bila Mny /Moy lebih kecil dari Mnx / Mnx, persamaan pendekatan garis lurus
untuk AB adalah

𝐌𝐧𝐲 𝐌 𝟏−𝛃
+ 𝐌𝐧𝐱 - ( )=1
𝐌𝐧𝐲 𝐧𝐱 𝛃
Untuk keperluan perencanaan , Persamaan ( dan ( dapat dituliskan
Moy 1−β Mny Moy
Mny + Mnx + ( M -( ) = 1 = Moy; ( untuk M ≥M
ox β ny ox

Moy 1−β Mny Moy


Mny + Mnx + ( M -( ) = 1 = Moy; ( untuk M ≥M
ox β ny ox

Dengan demikian Persamaan (11.12.) dan memberikan rumus aljabar


alternative terhadap persamaan eksponensial pada persaman atau gambar
Bila digunakan penampang persegi dengan tulangan yang disebarkan merata
sepanjang keempat sisi, perbandingan dari Moy terhdap Mox (yaitu Mny/Mnx
pada gambar kurang lebih sama dengan perbandingan b terhadap h , sehingga:
𝐌𝐨𝐲 𝐛
( 𝐌 - (𝐡)
𝐨𝐱
Yang memberikan masing-masing untuk persamaan
b 1−β Mny Moy
Mny + Mnx (h) ( ) ≈ Moy; ( untukM ≥M )
β ny ox
b 1−β Mny Moy
Mnx + Mny (h) ( ) ≈Moy; ( untukM ≥M )
β ny ox

2.6 Kolom langsing


Didalam peninjauan dasar dari unsure-unsur tekan .diambil anggapan
bahwa pengaruh-pengaruh dari tekuk dan kekuatan lendutan lateral atas kekuatan
adalah cukup kecil dan dapat diabaikan. Unsur-unsur tekan yang pendek yaitu,

31
yang mempunyai perbandingan kelangsingan L/r yang rendah (L= tinggi kolom
dan r=radius girasi)
√𝐈
𝒓= 𝒂

Bila diberi beban lebih, akan mengalami keruntuhan beban (runtuhnya


beton) sebelum mencapai ragam keruntuhan tekuk. Selanjutnya, lendutan lateral
dari unsur tekan pendek yang dibebani momen lentur, adalah kecil sehingga
menimbulkan momen lentru sekunder P∆ yang cukup kecil.Pengaruh-pengaruh
dari tekuk dan lendutan inilah yang mengurangi kekuatan dari suatu unsur tekan
di bawah harga yang dihitung,Pemakaian dari metode kekuatan didalam
perencanaan, bersamaan dengan penggunaan tulangan dan beton yang bermutu
lebih tinggi, telah mengarahkankepada peningkatan penggunaan unsur-unsur yang
lebih langsing. Unsur yang gemuk dan pendek dengan L/r yang kurang dari 20
secara hakiki akan mencapai kekuatan.Sedangkan suatu unsure yang mempunyai
kelangsingan L.r yang melebihi harga sekitar 70 akan mengalami reduksi yang
nyata didalam kekuatan, akibat kecendrungan untuk menekuk maupun akibat
momen lentur sekunder. Untuk memberikan fleksibilitas dalam perencanaan
struktur, harus diberikan spesifikasi di dalam penentuan kekuatan yang cukup
dengan semua harga perbandingan kelangsingan.Dengan demikian provisi dalam
ACI-10.10 Dan 10.11 mengikutkan pengaruh panjang pada unsir tekan yang
langsing.Didalam menghitung r, untuk kolom dengan lebar b dan tinggi h, SNI.91
menggunakan suatu harga sederhana yang diberikan oleh

√I √1/12bh3
𝑟= == = 0,288h = 0,30 h
A bh

Dan untuk kolom lingkaran dengan diameter h


√I √ℿh4 (4)
𝑟= == = 0,285h
A 64ℿh2

Didalam peraturan SNI perhitungan dari pengaruh kelangsingan dapat


didekati dengan menggunakan cara pembesaran momen (moment magnifier
approach)., dimana jumlah dari momen primer dan sekunder (Gambar II.14.1)
diperlakukan sama dengan perkalian momen primer dengan suatu factor pengali ᵷ.
Ide umum yang berkaitan dengan cara ini dapat diturunkan dari persamaan
diferensial balok-kolom.
Gambar 2.21 Momen Primer dan sekunder untuk balok-kolom

Sumber; Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

32
2.7 Tekuk Kolom dengan Beban Aksial

Rumus modulus tangent sekarang telah diterima dalam memberikan batas


bawah dari kekuatan tekuk kolom dengan beban konsetris,

π2 Et I
𝑃𝑐 =
(k Lo )2

Dimana,
Po = beban tekuk
Et = modulus elastisitas tangent dari beton pada beton tekuk
I = momen inersia dari penampang efektif
kLo = Panjang ekivalen dengan sendi ujung (Lo=panjang tanpa pengaku yang
sebenarnya)

Pembatasan perencana dasar dari kekuatan aksial maksimum dengan 80 sampai


85% dari kapasitas konsetris Po berarti tentunya, bahwa dari segi praktek, kolom
yang dibebani konsentris dianggap tidak ada. Namun, untuk membantu pembaca,
mengerti akan pengaruh kelangsingan atas perilaku dari balok-kolom untuk
seluruh daerah pembebanan dari Pn = Po dan Mn = 0 sampai dengan Pn = 0 dan
Mn = 0.
Agar menerpkan Persamaan (II.15.1), rumusan yang realitas untuk Et dari beton
harus digunakan.Oleh karean tekuk secara praktis dapat terjadi pada setiap harga
dari regangan beton. Adalah perlu untuk mengetahui tegangan pada setiap
tingkatan regangan dengan seteliti mungkin.Diagram tegangan-regangan yang
diidealisir untuk tulang diperlihatkan pada perkataan diatas.
Gambar 2.27 Balok-kolom dengan momen ujung tanpa beban melintang

Sumber; Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

33
Dimana modulus elastisitas diambil sebesar 29.000.000 lb/inci. Salah satu
diagram tegangan-regangan yang lebih realisitis untuk beton didalam tekan
.dimana modulus elastsitas awal untuk beton diambil sebesar Ec = 1.800.000 +
500 fc’ bl/m2.Dimana fc” = 0,85 f”c.Hubungan tegangan-regangan yang
sedemikian ini dapa digunakan bersamaan dengan pemisahan.
Gambar 2.2.2 Kurva kekuatan untuk kolom beton bertulang dengan beban
konsentris dan kedua ujung sendi (f’c=4000ib/in2 = 28 Mpa)

Sumber; Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Bahwa beton tidak memikul tarik, terdapat variasi yang lurus dalam
penampang ,dan bentuk lendutan merupaka bagian dari gelombang
sinus.Berdasarkan pemisalan-pemisalan ini, perhitungan dari persamaan II.5.1
memberikan kurva kekuatan kolom cirian untuk beban konsentrisDari gambar
diatas menunjukan bahwa dalam kurva-kurva untuk fy = 40.000lb/inci2 terdapat
bagian yang mendatar dari kurva, yang meberikan leleh dari tulangan dengan
penurunan yang tiba-tiba dalam Es dari 29 x 106 lb/inci2 ke nol. Dalam hal-hal
yang demikian dimana εy < εo beton masih dapat meningkatkan kapasitas dengan
pertambahan regangan sampai dengan εo untuk fy = 50.000 lb/m2 dan f’c = 4000
lb/m2,
regangan εy = 0,00173 dan εo = 0,00194 hampir sama sehingga hanya sedikit
pertambahan diatas bagian mendatar dari leleh dalam baja yang masih dapat
terjadi .Pengaruh dari rangkak pada pembebanan jangka panjang diberikan dalam
bagian yang diarsir.
2.8 Panjang Ekivalen Kolom dengan Perletakan Sendi
Untuk keadaan yang lain dari ujung-ujung sendi dimana factor k dalam
Persamaan ( besarnya adalah 1,0 maka factor k untuk panjang ujung sendi
ekivalen (juga disebut panjang efektif ) harus ditentukan untuk bermacam-macam
kondisi pengekangan ujung terhadap rotasi dan translasi. Untuk translasi kedua
ujung yang dicegah seckupnya, maka jarak anatara titik-titik diperlihatkan dalam

34
gambar untuk semua hal yang sdemikian diperoleh panjang ujung sendi ekivalen
yang lebih kecil dari panjang tanpa
Gambar 2.23 Panjang ujung sendi ekivalen, tanpa translasi titik buhul

(a) Rotasi Ujung dilepas (b) Rotasi Ujung dikekang

(c) Satu ujung dikekang lainnya dilepas (d) Pengekangan sebagian pada
masing-masing ujung
Sumber: Buku Beton Bertulang Universitas Semarang

jika digoyangkan kesamping atau translasi ujung mungkin terjadi, seperti


dalam hal portal tanpa pengaku, sepanjang sendi ekivalen melebihi panjang tanpa
pengaku yang sbenarnya (k lebih besar dari 1,0), seperti terlihat dlaam gambar.
Oleh karena itu kolom beton umumnya merupakan bagian dari portal yang
lebih besar adalah perlu untuk mengetahui tentang konsep dari portal dengan
pengaku (dimana translasi titik ujung dicegah oleh pengaku, dinding geser atau
hubungan dengan struktur gabungan). Dan tanpa pengaku ( dimana stabilitas
tekuk tergantung pada kelakuan balok-balom)

35
Gambar 2.24 Panjang ujung sendi ekivalen, translasi titik buhul diumungkinkan
dan kolom-kolom yang membentuk portal

Sumber: Buku Beton Bertulang Universitas Semarang


Gambar 2.25 Panjang Ujung Sendi ekivalen,untuk Portal

Sumber: Buku Beton Bertulang Universitas Semarang

2.9 Pembesaran Momen


Hampir semua unsure tekan secara bersamaan dibebani dengan momen
lentur yang menyebabkan lendutan lateral.Unsur tekan yang melendut lebih jauh
dibebani dengan momen sekunder P, seperti dalam gambar.Ini dapat dipandang
sebagai suatu pelipatgandaan dari momen lentur yang bekerja.Suatu penentuan
pendekatan dari pengaruh pembesaran ini dapat dilakukan dengan meninjau
unsure yang menderita lendutan akhir sebesar ∆maks, yang terdiri dari lendutan ∆o
akibat momen lendutan primer dan lendutan tambahan ∆1 akibat momen sekunder

36
dari tekan aksial.Dapat diasumsikan bahwa momen lentur sekunder mengambil
bentuk sebagai kurva sinus (hampir eksak untuk unsure tanpa kekangan ujung dan
yang momen primer dan lendutannya mempunyai harga maksimum pada tengah
bentang). Lendutan tengah bentang ∆1 sama dengan momen akibat dari diagram
M/(EI) (untuk momen lentur sekunder) yang berada diantara dua tumpuan dan
titik tengah, diambil terhadap tumpuan, menurut prinsip dari bidang
momen,sehingga.
P L21 pl2
Diperoleh ∆1 = EI (∆1 + ∆1 )2 π π = ( ∆0 + ∆1) π2 EI
𝟐
𝐩𝐋𝟐/(𝛑 𝐄𝐈) 𝛂
∆1 = ∆0 = ∆0 ( )
𝟏−𝒑𝑳𝟐 /(𝝅𝟐 𝑬𝑰) 𝟏−𝒂

Dimana  = PL2/(2EI), Oleh karena maks merupakan jumlah dari ∆0 dan ∆1


𝛂 𝟎 ∆
∆maks = ∆0 + ∆0 (𝟏−𝒂 ) = 𝟏−𝒂

Momen lentur maksimum, termasuk pengaruh beban aksial, menjadi


Mmaks = Mm + P∆maks

Pemasukan rumus untuk ∆maks dari persamaan dan dengan menuliskan P = a2
EI/L2, persamaan menjadi
Cm
Mmaks = Mm ( 1−𝑎 ) = Mmᵷ

Dimana,
C
m
ᵷ = 1−𝑎 = factor pembesaran

dan
π2 EI∆0
Cm = 1+ -1=
M m L2

Dengan demikian, untuk keadaan-keadaan umum dengan lendutan kelengkungan


tunggal, maka factor pembesaran yang harus diterapkan terhadap momen lentur
primer adalah sama dengan Cm/ (1-). Untuk keadaan 1 sampai 7 yang terlihat
dalam table, dapat diperoleh jawaban eksak untuk persamaan difrensial termasuk
suku Py didalam rumus dari EI (d2 y/dz2). Harga-harga pendekatan dan hasil-
hasil yang diperoleh umumnya cocok dengan hasil-hasil teoritis meskipun
persamaan diturunkan dengan menggunakan lendutan kurva sinus,. Harga-harga
pendekatan dari Cm untuk momen negatif diberika dalam AISC Commentary .
Dapat dicatat bahwa untuk semua keadaan harga dari Cm cukup dengan
1,0 oleh karena didalam struktur beton yang sebenarnya  jarang melampaui 0,3.
Peninjauan kedekatan kelangsingan dalam ACI-10.11.5 secara konservatif
mensyaratkan agar Cm diambil sebesar 1,0 untuk semua keradaan dengan
transversal diantara tumpuan.

37
Gambar 2.26 Momen lentur primer dan sekunder

Sumber: Buku Beton Bertulang Universitas Semarang

2.9.1 Pembesaran Momen Unsur dengan Momen-Momen Ujung saja tanpa


transilasi titik ujung.
Pandanglah keadaan yang umum seprti dalam gambar dimana momen-
momen ujung M1 dan M2 memberikan momen lentur primer M1 yang merupakan
fungsi dari z. Jumlah dari momen primer dan sekunder menimbulkan lendutan y
dari unsure yang memberikan momen sekunder Py. Dengan menyatakan momen
total pada penampang z dengan Mz pada gambar diperoleh
Gambar 2.27 Balok-kolom dengan momen ujung tanpa beban melintang

Sumber; Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Dengan menyederhanakan dan menuliskan 2 = P/EI

d2 MZ 2 1 d2 M1
+  M z =
dz 2 EI d𝑧 2

Yang sama bentuknya dengan difrensial lendutan, persamaan

Mz = A sin z + B cos z
Terhadap jawaban ini harus ditambahkan jawaban partikuler yang memenuhi ruas
kanan dari persamaan difrensial . Didalam hal khusus dengan momen-momen
ujung yang tidak sama tanpa beban transversal,

38
M2− M1
Mi = M1 + Z
L

Karena
d2 M1
=0
dz2

Persamaaan ( menjadi persamaan homogeny dalam mana persamaan mewakili


keseluruhan
Untuk menentukan momen maksimum
d2 MZ
= 0 = Acos z - Bsin z
dz2

A
Tan z =B

Pada tempat denganMx maksimum


A A
Sin z = Cos z = `
√A+B √A+B

Sekarang tetapan A da B dihitung dengan menerapkan syarat-syarat batas


terhadap persamaan . Syarat-syarat batas adalah:
(1) Pada z = 0 Mz = M1
(2) Pada Z = L, Mz = M2

Mz = A sin  L + M1 cos  L
M −M L
A = ( 2 Sin1 cCos ) sin  z + M1 cos  z
L
Dan
(M2− M1 cos .L)
Mmaks√ + 𝑀12
sin  L

𝟏−𝟐 (𝐌𝟏/𝐌𝟐) 𝐜𝐨𝐬 𝐋+(𝐌


𝟏+𝐌𝟐)𝟐
M2√ 𝐒𝐈𝐍𝟐  𝐋

Untuk keadaan umum dari balok-balok dengan momen-momen ujung,


momen maksimum boleh jadi merupakan (1) momen ujung yang lebih besar 𝑀2
Pada tempat tumpuan, atau (2) momen yang diperbesar dan diberikan oleh
persamaan yang terjadi pada suatu tempat di sepanjang bentang gambar ,
tergantung pada perbandingan M1/M2 dengan harga , karena L = √𝛼. Untuk
memeriksa kekuatan dari balok-kolom, perlu untuk mengetahui apakah momen
maksimum terjadi diantara tumpuan dan jika demikian, jarak yang betul.Untuk
menghindarkan keperluan akan informasi ini digunakan konsep momen merata
ekivalen. Dengan demikian untuk keadaan dengan momen ujung yang sama tidak
sama, penggunaan dari momen ekivalen memisalkan terjadinya Mmaks pada
tengah bentang.

39
Untuk menetapkan momen ekivalen, masukan M1=M2=Mekivalen dalam persamaan
𝟐(𝟏−𝐜𝐨𝐬 𝑳)
Mmaks = Mekivalen√ 𝒔𝒊𝒏𝟐 𝑳
Penyamaan persamaan ( dan ( memberikan

(𝑴𝟏/𝑴𝟐)−𝟐(𝑴
𝟏/𝑴𝟐) 𝐜𝐨𝐬 𝑳+𝟏
Mekivalen = M2√ 𝟐(𝟏−𝐜𝐨𝐬 𝑳)

Menurut prosedur dalam pasal ,rumus pendekatan untuk momen


maksimum diberikan sebagai
𝐂𝐦
Mmaks = Mm ᵷ = Mm𝟏−𝒂
Untuk keadaan momen mreata (M1=M2=Mekivalen)
𝐌𝐞𝐤𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 𝐋𝟐
∆0= 𝟖 𝐄𝐈
Mm = Mekivalen
𝛑𝟐 𝐄𝐈 𝐌𝐞𝐤𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧 𝐋𝟐
Cm = 1+ (( ) − 𝟏) 𝛂 ≈ 𝟏
𝐋𝟐 𝟖 𝐄𝐈𝐌𝐫𝐤𝐢𝐯𝐚𝐥𝐞𝐧

Gambar 2.28 Perbandingan Cm teoritis terhadap saran rencana untuk unsur


unsur dengan momen ujung saja, tanpa translasi titik buhul.

Sumber : Buku Beton Bertulang Universitas Semarang

Sehingga
1
Mmaks = Mekivalen 1−
Pemasukan Persamaan ( ke dalam persamaan ( memberikan
cm
Mmaks = M2 (1−𝑎 )
Dimana

40
(𝑀1/𝑀2)−2(𝑀
1/𝑀2) cos 𝐿+1
Cm =√ 2(1−cos 𝐿)

Dengan membandingkan persamaan dengan persamaan ,CmM2 dapat dipandang


sebagai momen ekivalen sepanjang bentang.
Persamaan memisalkan bahwa kekuatan dari balok-balok dibatasi oleh lendutan
yang berlebihan bahwa kekuatan dari balok-kolom dibatasi oleh lendutan yang
berlebihan di dalam bidang lentur. Juga persamaan tersebut tidak sepenuhnya
mencakup keadaan dengan kelengkungan ganda dimana M1/M2 berbeda diantara
-0,5 dan 1,0. Ragam, keruntuhan yang sebenarnya dari unsur yang dilentur dalam
kelengkungan ganda dengan perbandingan momen yang demikian umumnya
merupaakn hal ‘membuka gulng (unwinding)” dari kelengkungan ganda ke
tunggal dalam semcam tekuk yan gterjadi tiba-tiba.
Didalam metode kekuatan ACI, 𝛼 dihitung dengan menggunakan kekuatan
nominal Pn=Pu/ф untuk P.Dengan demikian rumus (10-11) dari ACI-10.11.5.3
untuk unsur yang diperlukan terhadap goyangan ke samping tanpa beban
transversal di antara tumpuan menjadi

M
Cm = 0,6+0,4 M1b ≥ 0,4
2b
Dimana indeks bawah tambahan b digunakan untuk menyatakan bahwa momen-
momen ini adalah momen yang bekerja pada unsur tekan yang ‘diperlaku
(braced”)

2.9.2 Pembesaran Momen-Unsur dengan kemungkinan Goyangan ke samping


Portal dengan pengaku, atau portal dengan translasi titik buhul yang
mungkin terjadi akibat instabilitas yang timbul akibat kelangsingan dari elemen-
elemen tekan, tidak mengikuti metode bahasan yang sederhana tapi relatif lenih
lengkap dari portal elastis dengan dan tanpa pengaku dapat ditemukan ditempat
lainSuatu pendekatan yang sederhana Cm untuk keadaan ini dapat diperoleh
dengan jalan melalui dari persamaan yang berlaku untuk hal kelengkungan
tunggal.
Gambar2.29 Balok-Kolom dengan instabilitas goyangan ke samping

(a) (b) (c) Momen lentursekunder

Sumber : Buku Struktur Beton Bertulang Universistas Semarang

41
selanjutnya pandanglah keadaan pada gambar.Berapapun derajat penahanan pada
bagian atas dan bawah dari unsur dua-tingkat ini, kurva lendutan dan karenannya
momen lentur sekunder (P dikalikan lendutan), secara layak dapat dimisalkan
sebagai kurva sinus, didalam keadaan mana penurunan rumus yang digunakan
untuk keadaan tanpa goyangan gamabar juga berlaku di sini.Oleh karena 2L dari
Gambar sama dengan L dari Gambar , Persamaan untuk Cm menjadi
π2 EID
𝐶𝑚 = 1 + (4L2 M 0 − 1) 𝛼
m

Panjang efektif yang lebih besar (2L ketimbang L) juga digunakan di dalam
perhitungan 𝛼.Selanjutnya, dengan melihat Gambar ......
H
( 2 )L3
∆0 =
3EI
HL3
Mm =
2
Pemasukan Persamaan ke dalam persamaan menghasilkan

π2 EI HL3 2
𝐶𝑀 = 1 + 2 ( )( )−1
4L 6EI 11L
𝜋
𝐶𝑀 = 1 + ( − 1) α = 1 − 0,18α
12
Yang disarankan oleh AISC Commentary (28) untuk portal tanpa pengaku. Sekali
lagi adalah konservatif mengambil Cm = 1 untuk potal tanpa pengaku, seperti
yang disyaratkan dalam perhitungan dari pengaruh kelangsingan didalam ACI -
10-111.5.3.
2.10 Faktor Panjang Efektif k
Tikat kelangsingan suatu struktur kolom digunakan sebagai rasio
kl
kelangsingan ,𝑥 = rudimana,

K =factor panjang efekif komponen ekan


Lu = Panjang komponen struktur yang tidak di topang
R = Jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang komponen struktur
tekan

√1
= ; ditetapkan 0,30 h dimana h ukuran dimensi kolom persegi pada
A
arah bekerjanya momen; atau 0,25D, dimana D adalah diameter kolom bulat .
Sebelum melangkah untuk memperhitungkan momen rencana yang diperbesar
akibat dari kelangsingan, sudah tentu harus dilakukan pemeriksanaan terlebih
dahulu untuk menetukan apakah kelangsingan suatu komponen struktur tekan

42
harus diperhitungkan atau dapat diabaikan.SNI 03-2847-2002 memberikan
ketentuan bahwa untuk komponen struktur lateral dengan pengaku lateral, efek
kelangsingan dapat diabaikan apabila rasio kelangsingan memenuhi:
𝐤𝐥𝐮 (Mlb)
< 34-12 (M2b)
𝐫

Dimana M1b dan M2b adalah momen-momen ujung terfaktor pada kolom yang
posisinya berlawanan.Momen-momen tersebut terjadi akibat beban yang tidak
menimbulkan goyangan ke samping yang besar, dihitung dengan analisi struktur
elastic. Momen M2b adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar dan selalu
positif,sedangkan momenM1b bernilai negative apabila komponen kolom
terlentur dalam lengkungan gandadan positif apabila terlentur dalam lengkungan
tunggal.
Untuk komponen struktur tekan tanpa pengaku lateral, atau tidak disokong untuk
tertahan kearah samping, efek kelangsingan dapat diabaikan apabila memenuhi:
𝐤𝐥𝐮
< 22
𝐫

Panjang efektif klu diperlukan sebagai panjang modifikasi kolom untuk


memperhitungkan efek tahanan ujunh bukan sendi. Faktor panjang efektif tahanan
ujung k bervariasi anatara nilai 0,50-2,0 tergantung kondisi, untuk keadaan tipikal
adalah sebagai nilai-nilai berikut ini:

 Kedua ujung sendi, tidak tergerak lateral k = 1,0


 Kedua ujung jepit k = 0,50
 Satu ujung jepit, ujung lain bebas k = 2,0
 Kedua ujung jepit, ada gerak lateral k = 1,0

Untuk kolom yang merupakan komponen rangka yang dikenal sebagai


portal balok-kolom, tahanan ujungnya terletak diantara kondisi sendi dan jepit
dengan nilai k diantara 0,75-0,90.Untuk kolom kaku tertahan plat lantai, nilai k
berkisar diantara 0,95-1,0.Untuk komponen yang dipotong terhadap pergerakan
kea rah lateral seperti pada gambar dibawah
Panjang efektifnya separuh dari apabila komponen tanpa dipotong
terhadap pergerakan lateral.Gambar dibawah mempunyai kapasitas menyangga
beban aksial empat kali lebih besar. Tentu saja komponen sruktur tekan yang
bebas tertekuk dalam keadaan tidak tertahan ke arah lateral adalah lebih lemah
daripada ditopang tertahan terhadap gerakan lateral.
SNI 03-2847-2002 memberikan ketentuan untuk komponen sruktur tekan
yang ditopanh dan tertahan terhadap gerakan kea rah lateral , nilai factor panjang
efektif k diambil 1,0 kecuali dapat dibuktikan dengan suatu analisa bahwa nilai
lebih kecil dapat digunakan. Sedangkan untuk komponen struktur tekan tanpa
ditopang terhadap pergerakan kea rah lateral.
Nilai k lebih besar dari 1,0 dan tergantung pada beberpa variable seperti
retak beton dan penulangan kekakuan relative struktur. Pada dasarnya digunakan
nilai k = 1,0 apabila pada titik pertemuan dengan balok-balok di ujung idak
terdapat momen.

43
Gambar : Struktur Kolom bergoyang kesamping tidak tertahan

(a) Goyangan kesamping ditahan (b) Goyangan kesamping tidak ditahan

Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Faktor k diperhitungkan sebagai fungsi dari kekakuan relative ѱ dari


kolom terhadap balok-balok pada pertemuan di ujung-ujung kolom.Kekakuan
relative ѱ adalah nilai banding antara jumlah kekakuan kolom dibagi dengan
panjang kolom, dan jumlah kolom balok dibagi denga panjanh balok.Nilai-nilai
factor panjang efektif (k) tersebut ditunjukan dalam hubungan grafik alignment.
Apabila kekakuan relative pada masing-masing ujung kolom A dan B
sudah di dapat, yaitu ѱ A dan ѱw hubungkan kedua nilai tersebut dengan suatu
garis lurus yang akan memotong garis skala nilai k yang berada di tengah. Untuk
ujung kolom yang berupa sendi, nilai ѱ = ∞, sedangkan untuk ujung jepit, nilai ѱ
= 0.Dalam hal ini dibedakan antara skala stuktur yang ditopang terhadap gerakan
lateral dan tanpa penopang.
Portal struktur baja dimana bahayanya lebih bersifat serba sama dan
isotropis, modulus elastisitas E bernilai tetap dan momen insersia I didasarkan
atas luas penampang kotor. Sedangkan untuk bahan beton nilai E bervariasi sesuai
dengan tingkat retak dan rasio penulangan terpasang.
Faktor panjang efektif k merupakan fungsi dari faktor kekengan ujung
EI
Ʃ L Untuk unsur − unsur kolom dalam bidang datar
ᴪ = EI
Ʃ L Untuk unsur − unsur kolom dalam bidang datar
yang untuk ujung sendi memberikan Ψ = ∞ dan ujung jepit Ψ = 0,oleh karena
sendi tanpa gesekan tidak ada dalam praktek,harus diambil sebesar 10 untuk ujung
yang dalam analisa dimisalkan sebagai sendi .
Suatu prosedur untuk panjang efektif telah diakui oleh ACI-10.11 didalam
perhitungan pendeketan dari pengaruh kelangsingan. Grafik aligment untuk
menghitung faktor k secara terkandung diakui dengan pencantumnya di dalam
ACI Commentary (37).

44
Anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan di dalam penyusunnya dari
grafik alignment untuk portal dengan pengaku (Gambar.....) adalah sebagai
berikut
1. Semua kolom mencapai beban kritis masing-masing secara bersamaan
2. Struktur dimisalkan terdiri dari portal persegi yang simetris
3. Pada titilk kumpul, momen menahan yang dikerahkan oloeh balok-balok
dibagikan diantara kolom secara sebanding dengan kekakuan masing-
masing
4. Balok-balok secara elastis dikekang pada ujung-ujung oleh kolom dan
pada saat terjadinya tekuk, rotasi ujung-ujung suatu balok adalah sama
besarnya namun berbeda tamda (yaitu balok melendut dalam
kelengkungan tunggal)
5. Balok-balok tidak memikul beban aksial

Untuk grafik dari portal tanpa pengaku (gambar......) (b) semua anggapan
kecuali anggapan (4) tidak berubah, namun balok-balok dianggap melentur dalam
kelengkungan ganda , dimana rotasi ujung-ujung adalah sama besar dan
arah.Dengan mengggunakan grafik alignment, faktor k untuk suatu kolom
prismatis di dalam suatu portal bertingkat dan berbentang banyak, dapat
ditentukan.
Dengan portal baja mana bahan adalah homogen dan isotropis, modulus
elastisitas E adalah konstan untuk semua unsur, dan momenb inersia I dihitung
untuk penampang bruto. Di dalam beton bertulang,E bervariasi tergantung dari
tingkat retak dan persentase tulangan. ACI 10.11.12 menyerahkan bahwa faktor
panjang efektif k untuk portal tanpa pengaku “ harus ditentukan dengan meninjau
pengaruh dari retak dan penulangan pada kekuatan relatif. Untuk portal dengan
pengaku, ACI-10.11.2.1 hanya mengatakan bahwa faktor panjang efektif ‘harus
diambil sebesar 1,0 kecuali analisa menunjukkan bahwa suatu harga yang lebih
rendah dapat digunakan”. Diyakini bahwa penggunaan yang layak dari grafik
alignment akan memberikan suatu analisa yang disyaratkan oleh Peraturan ACI.
Sebagai suatu alternatif terhadap penggunaan dari nomogram pada
Gambar telah diusulkan beberapa rumus pendekatan untuk faktor panjang efektif
k dan telah diakui oleh ACI Commentary.
Untuk unsur dalam portal dengan pengaku, British Code Standart Practice tahun
1979 (39) menyarankan agar untuk batas dari untuk k digunakan harga yang
terkecil dari dua persamaan berikut
K = 0,7 + 0,05 (ΨB+ΨB) ≤ 1,0
K = 0,85 + 0,05 Ψmin ≤ 1,0
Dimana ΨA dan ΨB merupakan harga-harga Ψ pada kedua ujung unsur,
dan Ψmin merupakan yang terkecil dari keduanya.
Untuk unsur di dalam portal tanpa pengaku,Furlomg mengusulkan bahwa untuk
unsur-unsur yang dikekang pada ujung
Bila Ψrata-rata > 2 (yaitu, kekangan ujung yang tinggi),
20−Ψrata−rata
K= 20
√1 + Ψrata−rata
Bila Ψrata-rata > 2 (yaitu, kekangan ujung yang tinggi),
K = 0,9 √1 + Ψrata−rata

45
dimanaΨrata-rata adalah harga rata-rata dari harga Ψvpada kwdua ujung
unsur. Perssamaan memeberikan harga-harga k yang berbeda dalam 2% dari yang
diperoleh nomogram..Untuk unsur dalam portal tanpa pengaku untuk unsur
dengan sendi pada satu ujung mengusulkan
k = 2,0 + 0,3 Ψ
dimana Ψ adalah harga pada ujung yang ditahan
untuk menjawab pertayaan apaakah suatu penopang kolom cukup kuat
untuk an bertahan terhadap goyangn ke samping harus diberikan kekuatan yang
jelas, sehingga dapat dibedakan secara tegas dengan struktur tanpa penopang.
Goyangan ke samping dapat dijabarkan sebagai suatu deformasi dimana satu
ujung komponen bergerak ke arah lintang terhadap ujung lainnya (kolom
kantilever). Kolom seperti ini akan tertekuk seperti terlihatr pada gambar .
Ujung atas bergerak melintang (bergoyang ke samping) terhadap ujung
bawah karena tidak ditopang atau disangga, dan pergerakan tersebut yang
dinamakan goyangan ke arah lateral.Pada struktur betulang sangat jarang dihadapi
permasalahan struktur tunggal seperti diatas, umumnya merupakan berbagai
bentuk rangka kaku.
Contoh lainnya adalah berupa rangka portal sederhana seperti tampak pada
ujung bagian atas rangka daapt bergerak kearah lateral karena tidak ditopang atau
disangga.Pada ujung hubungannya dapat berupa sendi,jepit atau keadaan diantara
keduanya.Seperti yang telah dijelaskan, pergerakan ke arah lateral itulah yang
dimaksudkan sebagai goyangan kesamping, yang apabila terjadi tentunya akan
berakibat pada perubahan bentuk komponen struktur tekan yang terbebani.Dengan
demikian panjang efektif tidak hanya merupakan fungsi dari kondisi ujung dan
panjang akstual, tetapi juga dipengaruhi adanya pergerakan atau tidak.
Dalam struktur beton bertulang, untuk bertahan terhadap pergerakan
menyamping dikenal sebagai cara.Sebagai contoh, cara yang lazim adalh
menggunakan struktur dinding geser,partisi penyekat, atau pertambahan diagonal
yang cukup kuat dan kaku pada bidangnya untuk bertahan pada pergerakan
horizontal.Cara lain yang umum diterapkan dalam sistem struktur adalah
menggunakan ruang inti pusat kaku (core) penahan geser yang direncanakan
mampu menahan beban lateral dan juga gerakan lateral akibat kondisi
pembebanan yang tidak simetris, pada struktur bangunan gedung biasanya
dimanfaatkan juga sebagai ruang tangga, ruang elevator, atau kebutuhan arsitektur
lainnya.
Dimana M1b ≤ M2b dimana untuk kelengkungan tunggal M1b/M2b > 0
Apabila hasil dari Analisis struktur menunjukan bahwa kedua ujung tidak terdapat
momen, rasio M1b/M2b diambil sama dengan satu. Sedangkan apabila
eksentrisitas ujung yang didapat kurang dari (15 + 0,03b) mm, momen ujung
yanng didapat dari perhitungan boleh digunakan untuk menentukan rasio
M1b/M2b. Apabila perhitungan menunjukan bahawa kedua ujung komponen
struktur kolom,baik berpengaku maupun tidak, tidak terdapat momen atau
eksentrisitas ujung kurang dari (15+0,03 h) mm, terhadap setiap sumbu utama
secara terpisah (Lihat SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 5.4 dan ayat
5.5).Untuk komponen struktur lainnya Cm ditentukan sama dengan 1,0.
Didalam peraturan SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.3.11 ayat 5.2
memberikan ketentuan untuk memperhitungkan EI sebagai berikut:

46
Apabila memperhitungkan dampak sifat non elastik beton,retak,dan rangkak
untuk pembinaan jangka panjang, maka nilai EI diperhitungkan sama dengan
balok terlentur tanpa beban aksial:
1
(Ec Ig ) Es Isc
𝐸𝐼 = 5
1 + βd
Untuk komponen bertulangan sedikit (ρg ≤ 3%) dapat dihitung secara konservatif,

(Ec Ig )
𝐸𝐼 =
2,50(1 + βd )
Dimana,Ec = Modulus elastisitas beton
Es = Modulus elastisitas baja tulangan
Ig = Momen inersia beton kotor (penulangan diabaikan) terhadap
sumbu berat penampang
Isc = Momen inersia terhadap sumbu pusat penampang komponen
struktur
βd = Bagian dari momen rencana yang dianggap memberikan
konstribusi tetap terhadap kombinasi biasanya ditentukan sebagai nilai banding
dari momen beban mati terfaktor maksimum terhadap momen beban total
terfaktor maksimum, nilainya selalu positif.
Perencanaan komponen struktur tekan dengan menggunakan cara
perkiraan momen yang diperbesar dapat digunakan apabila nilai rasio
kelangsingan kIuIi < 100. Apabila nilai kIuIr> 100, maka perencanaan harus
menggunakan Analisa struktur order kedua yang cukup rumit karena
memperhitungkan efek defleksi dan menggunakan alat bantu komputer untuk
memecahkan sekumpulan persamaan secara smimulatan, Akan tetapi hal
demikian ini jarang terjadi karena umumnya nilai batas atas (maksimum) rasio
kelangsingan kolom struktur bangunan beton bertulang kurang lebih adalah 70.
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.11 ayat 5 menetapkan bahwa perencanaan
komponen struktur tekan bertulang dilaksanakan dengan menggunakan beban
aksial rencana Pu yang didapat dari analisa rangka elastik dan momen rencana
yang sudah dibesarkan Mc yang didefenisikan sebagai:
Mc = δb M2b + δsM2b...........................Pers SK SNI T 15-1991-03(3.3-6)
Dimana, indeks 2 menunjuk kepada yang terbesar dari kedua momen
ujung komponen tekan.Indeks b menyatakan dengan pengaku atau besar momen-
momen yang dihasilkan dari goyangan lateral yang tidak besar, dan indeks s
menyatakan momen yang berhubungan dengan goyangan.
Mc = Momen rencana yang diperbesar digunakan hanya untuk
merencanakan komponen struktur beton bertulang.
δ = Faktor pembesar momen, diuraikan menjadi δb yaitu faktor
pembesar untuk portal dengan pengaku yang mencerminkan pengaruh dari
kelengkungan diantara kedua ujung komponen tekan dengan momen adalah akibat
beban vertikal atau beban gravitasi δb adalah faktor pembesar momen untuk
portal tanpa pengaku yang mencerminkan pergeseran akibat momen ujung dan
beban yang menyebabkan goyangan lateral yang besar, seperti beban angin,beban
gempa, dan gaya gravitasi.

47
M2b = momen terfaktor terbesar pada ujung komponen tekan akibat
dari beban yang tidak menyebabkan goyangan besar, momen akibat dari gaya
vertikal dihitung dengan analisis portal elastik.
M2S = momen terfaktor terbeasr yamg terjadi dimanapun di sepanjang
kompoen struktur lateral tekan akibat dari beban yang menyebabkan goyangan
lateral yang besar, dihitung dengan analisa portal elastik.
Untuk rangka struktur yang menggunakan pengaku terhadapa goyangan
kerah lateral misalnya, menggunakan dinding geser, momen yang diperhitungkan
hanyalah M2b dan faktor pembesar δs 1,0. Pada umumnya, apabila defleksi lateral
tidak melampaui ℓn/1500, struktur rangka dianggap berpengaku.
Faktor δb dan δs adalah pembesar momen yang secara empiris dapat ditentukan
sebagai berikut:
Cm
𝛿𝑑 = P ≥ 1,0
1 − фPu
c
1
𝛿𝑑 = ƩP ≥ 1,0
1 − фƩPu
c
Dimana Pc adalah beban tekuk Euler
π2 EI
𝑃𝑐 =
(kℓu )
Dan Pu adalah beban rencana beban aksial terfaktor, Ʃpu dan ƩPc adalah
jumlah untuk semua kolom dalam suatu tingkat Cm adalah faktor koreksi seperti
ditentukan berikut ini.Untuk komponen struktur ditopang tertahan kesamping
(berpengaku) dan tanpa beban transversal pada dukungan
M1b
𝐶𝑚 = 0,60 + 0,40 ( ) ≥ 0,40
M2b

2.11 Diagram interaksi dengan pengaruh kelangsingan

Peraturan ACI berikut pendekatan-pendekatan yang dibahas dalam pasal


13.9 sampai 13.12 diberikan metode umum dalam menentukan suatu titik pada
diagram dasar Pn-Mn untuk kL/r yang tidak nol. Didalam Bab 11 diberikan
kekuatan dasar dari penampang dengan kL/r yang nol, dan menghasilkan diagram
interval seperti Gambar dan dikenal dalam dengan kL/r = 0
Titik A dan B memberikan kombinasi dari Pu dan Mn dengan garis netral
(NA) yang terletak masing-masing pada Xa dan X b diukur dari serat tekan
ekstrim dengan regangan runtuh sebesar 0,0003.Didalam penurunan berikut ini
akan ditunjukan bahwa bila kL tidak nol, kekuatan nominal total Mn untuk
memikul momen primer dan sekunder dapat dicapai dengan regangan pada serat
tekan ekstrim kurang dari 0,0003. Kurva yang diberi label kL/r=60 dalam
menyatakan kurva interaksi kekuatan cirian yang mencakup pengaruh
kelangsingan

48
Gambar 2.30 Diagram interaksi kekuatan untuk unsur balok kolom, termasuk
penampang efektif untuk momen lembam

Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Dari gambar telah sediakan bahasan yang seksama dari pengaruh


kelangsingan pada diagram interaksi kolom panjang dapat runtuh dalam salah satu
dari dua cara : (1) dengan mencapai kombinasi Pn-Mn yang melampaui kekuatan
penampang yang dihitung dengan metode-metode oleh instabilitas bila
penambahan infinitesimal dalam beban aksial mengakibatkan lendutan tambahan
sehingga keseimbangan tidak dapat dicapai.
Dengan melihat gambar (....), unsur yang kelangsingannya yang besar, katakanlah
misalnya kL/r = 100, umumnya akan mengikuti jalannya pembebanan sampai
dengan titik D dimana kekkuatan bahan dicapai. Titik D berada pada diagram
interaksi kolom pendek (kL/r=0) namun dengan beban aksial Ppanjang yang lebih
kecil dari seharusnya (Ppendek dalam gambar (.....)(a)Jika kL/r sekiranya nol. Jika
kolom runtuh akibat instabilitas, maka kolom akan mengikuti jalan (garis putus-
putus) sampai dengan E; Yaitu kolom tidak akan mampu mencapai mencapai
diagran interaksi kekuatan bahan (untuk kL/r = 0)

Gambar 2.31.Diagram tegangan-regangan menurut Hongestad untuk lentur

(a) Perilaku kolom langsing (b) Diagram-diagram interaksi

Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

Umumnya kolom-kolom dalam portal dengan pengaku mampu untuk


mencapai “keruntuhan bahab (material failure)” sedangkan “keruntuhan

49
instabilitas (instability failure)’ tidaklah umum namun dapat terjadi dalam portal
tanpa pengaku.
Didalam penyusunan diagram interaksi, seperti terlihat dalam Gambar ,
suatu keruntuhan bahan yang terjadi di titik D pada kurva kL/r = 0 akibat beban
aksial P1 ditambah momen yang diperbesar Mmδ (sama dengan Mm + P1Δmaks)
dapat digambarkan untuk pengaturan beban khusus di titik C pada garis radial dari
momen primer. Bagaimanapun pengaturan dari beban lentur primer seperti beban
aksial dengan eksentrisitas yang sama pada kedua ujung, beban aksial dengan
eksentrisitas yang berbeda, atau beban transversal lateral-lendutan unsur akan
berbeda seperti titik D. Garis radial melalui titik C merupakan fungsi dari momen
primer saja, yang sama untuk semua perbandingan kelangsingan.
Penyusunan dari diagram interaksi yang betul untuk unsur dengan
kelangsingan yang tinggi, seperti terlihat dalam gambar (b), akan memerlukan
analisa yang dalam untuk setiap struktur dengan mengikutkan peninjauan dari
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Hubungan momen kelengkungan yang realisitis
2. Pengaruh waktu dan retak pada lendutan
3. Pengaruh beban dari aksial pada kekakuan lentur pada unsur
2.11.1 Pertaruan ACI-Metode Pembesaran Momen Untuk Portal dengan
Pengaku
Telah ditunjukan dalam Pasal 13.4 sampai 13.6 bahwa momen maksimum
di dalam suatu balok kolom yang elastis diberikan oleh persamaan
PΔ0
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = Mm+ ρΔmaks= Mm
1−𝑎
Dimana ά = P/Pc dan Pc= η2EI/L2. Selanjutnya Persamaan dan berlaku
untuk portal dengan pengaku menunjukkan momen maksimum juga dapat
dinyatakan sebagai momen primer maksimum Mm dikalikan dengan faktor
pembesaran δb
Cm
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = ( ) Mn
1−𝑎
= δbMn
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa metode ini dapat digunakan untuk unsur
beton bertulang dengan menggunakan metode perencanaan kekuatan.
Perencanaan dari unsur-unsru didasarkan pada aksial berfaktor Pu dikombinasikan
dengan momen faktor Mu yang bersangkutan dari analisa portal elastis dilakukan
dengan faktor δb Mm adalah momen maksimum yang bekerja pada unsur dan
yang dapat terjadi pada salah satu ujung atau bila ada beban transversal, didalam
daerah tengah bentang.
Kekuatan Nominal disyaratkan untuk penampang harus
Pu Mm Cm
𝑃𝑐 = dan Mn = ( )
ф ф 1 − P n Pc

50
Untuk tujuan praktek maka faktor reduksi kekuatan ф didalam penyebut dapat
diperoleh seperti yang diperlihatkan, atau sebagai faktor pembesaran di ruas
lainnya dari persamaan namun, oleh karena Pn muncul didalam pembesaran,
rumus untuk δb mencakup ф
Cm
𝛿𝑏 = P
1 − фPu
c

Yang merupakan rumus (10-7) ACI , faktor Cm .Besaran Cm mempunyai dua arti
dasar antara lain:
1. Untuk Portal dengan pengaku dan mengaami lendutan-kelengkungan tunggal
akibat tranversal,Cm merupakan bagia yang sebenarnya dari pembesaran
momen.
2. Untuk Portal dengan pengaku dan momen-momen ujung saja, faktor Cm
sebenarnya bukan bagian dari pembesaran, akan tetapi Cm Mm memberikan
momen merata ekivalen yang kemudia diperbesar dengan mengalikan faktor
I/L=Pu/(фPc). Untuk arti Cm yang pertama yang diberikan persamaan ACI-
10.11.5.3 mengatakan “Cm harus diambil sebesar 1,0.Ini merupakan metode
yang konservatif oleh karena harga Cm yang menurut sebenarnya berada
diantara 0,90 dan 1,0 dengan demikian penggunaan dari Cm menurut ACI-
10-11.15 untuk portal dengan pengaku dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Beban transversal,
Cm=1,0
b. Momen-momen ujung saja, digunakan persamaan
M
Cm= 0,6+0,4 𝑀 IB ≥ 0,4
2𝑏

Yang merupakan rumus (10-11)ACI.Perhatikan bahwa M2b lebih besar


dari M1b dan perbandingan Mib/M2b positif bila unsur dilenturkan menurut
kelengkungan tunggal. Parameter kekuatan EI.Besaran lainnya yang diperlukan
untuk menghitung penggali momen δb adalah

Pu Mn C
𝑃𝑐 = dan Mn = (1−Pm )
ф ф n/Pc
yang sedikit dimodifikasi dari bentuk yang digunakan Pasal 13.4 sampai 13.6
dengan kLu, yang merupakan panjang Lu tanpa tahanan dari unsur dalam portal
beton bertulang dan dimodifikasi dengan faktor k untuk kondisi sendi ujung.
Kesulitan utama dengan metode perkalian ini adalah bahwa
diperlakukannya besaran EI,seperti digambarkan dalam penurunan umum dalam
pasal 13.8 secra tepatnya EI bervariasi akibat retak, pengaruh yang merupakan
fungsi dari waktu, dan kurva tegangan-tegangan yang tidak linier untuk beton.
Mac gregor mengusulkan penggunaan yang terbesar dari dua rumus sederhana
bila harga-harga yang lebih teliti tidak tersedia.Ini terlihat dalam masing-masing
Rumus (10-9) dan (10-10) dalam ACI-10.11.5.2,
0,2EC I8 + Ec I8
𝐸𝐼 =
1 − βd
Atau

51
0,4EC I8
𝐸𝐼 =
1 + βd
Dimana
Ec = modulus elastisitas beton =57000 √f′c untuk beton berbobot normal
(ACI-8-5)
Ig = momen inersia bruto beton, mengabaikan tulangan
Is = momen insersia tulangan
βA = bagian dari momen beban terfaktor yang dianggap tetap dalam
menyumbang terhadap deformasi yang menurut waktu (biasanya momen beban
mati berfaktor terhadap momen total berfaktor)
harga yang lebih besar dari persamaan dan adalah layak digunakan dan
masih menaksir EI yang betul secara lebih kecil.Ketelitian yang relatif dari rumus
EI ditunjukan dalam gambar .Harga teoritis adalah untuk hal dimana tidak ada
beban tetap (βd=0).Peraturan ACI menaksir harga-harga EI untuk sekitar 100
keadaan dengan menggunakan diagram beban-beban kelengkungan teoritis yang
dihitung dengan cara yang sama dimana ditinjau kolom dengan dimensi,kekuatan,
dan persentase tulangan yang variabel.
Rumus-rumus alternatif untuk EI telah diusulkan ,dimana sejumlah
keadaan perbandingan EI teoritis terhadap EI yang dihitung dengan rumus yan
glebih kecil dari 1,0 harga yang diperoleh menjadi tiga kali lebih besar dari yang
tidak dibagikan, khususnya bila perbandingan tulangan cukup kecil.Dengan itu
Peraturan ACI, memutuskan untuk memepertahankan faktor (1+βd) sebagai faktor
pembagi untuk masing-masing suku yang menyangkut tulangan beton.

Gambar 2.32 :Perbandingan dari Persamaan EI dengan harga EI dan diagram


momen-kelengkungan untuk pembebanan jangka pendek (βd = 0)

(a) Persamaan915.10.8 Peraturan ACI (b) Persamaan (15.10.9)

Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang Universitas Semarang

2.12 Pembebanan

Konstruksi beton bertulang harus diperhitungkan terhadap pembebanan


diantaranya:

a. Beban Mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin- mesin

52
serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung
itu.

b. Beban Hidup adalah Beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lainnya yang tidak termasuk beban konstruksi dan
beban lingkungan, seperti beban angin,beban hujan,beban gempa,beban banjir
atau beban mati

c. Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan .

2.12.1 Beban Hidup

Untuk hunian atau penggunaan yang tidak tercantum dalam pasal ini, besar
beban hidup harus ditentukan sesuai dengan metode yang disetujui oleh pihak
yang berwenang.
2.12.2 Beban hidup yang diperlukan
Beban hidup yang digunakan dalam perencanaan bngunan gedung dan struktur
lain harus beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian, dan
penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata
minimum yang ditetapkan dalam Tabel 2.1
2.12.3 Ketentuan untuk partisi
Pada bangunan gedung atau kantor atau bangunan gedung lainnya dimana
partisi-partisi akan didirikan atau daur ulang, ketentuan berat partisi-partisi
tersebut harus ditetapkan terlepas dari keberadaan partisi-partisi tersebut dalam
rencana-rencana.Beban-beban partisi tidak boleh diambil kurang dari 15 psf (0,72
kN/m2). Pengecualian: Beban hidup partisi tidak diperlukan apabila beban hidup
minimumyang ditetapkan melebihi 80mpsf (3,83 kN/m2).
Reduksi Beban Hidup Merata
Mengikuti pembatasan dari pasal 4.7.3 (SNI 1727-2013), komponen struktur
yang memiliki nilai KllAr adalah 400 ft2 (37,16 m2) atau lebih diizinkan untuk
dirancang dengan beban hidup tereduksi sesuai dengan rumus berikut:
15
L=Lo(0,25 + )
√𝐾𝑙𝑙𝐴𝑟

Dimana

L=beban hidup rencana reduksi per ft2(m2) dari luasan yang didukung

Lo = beban hidup rencana tanpa reduksi per ft2 (m2) dari luasan yang didukung
oleh komponen struktur

KLL = Faktor elemen beban hidup

53
Ar = luas tributaridalam ft2 (m2)\

L tidak boleh kurang dari 0,50 Lo untuk komponen struktur yang mengandung
satu lantai dan L tidak boleh kurang dari 0,40 Lo untuk komponen struktur yang
mendukung dua lantai atau lebih dari dua lantai.

Pengecualian: untuk komponen struktural pada rumah tinggal satu atau dua
keluarga yang menahan lebih dari satu beban lantai, sebagai alternatif bisa
digunakan reduksi beban hidup lantai sebagai berikut:

L= 0,7 x (Lo1+ Lo2+....)

Lo1,Lo2 adalah beban hidup lantai tanpa direduksi

Tabel 2.1 Beban Hidup SNI 1727-2013

Hunia atau Penggunaan


Apartmen (Lihat Rumah Tinggal)
Sistem lantai akses
-Ruang Kantor 50
-Ruang Komputer 100
Gedung persenjataan dan ruang latihan 150
Ruang Pertemuan
Kursi tetap (terikat di lantai) 100
- Lobi 100 (4,79)a
- Kursi dapat dipindahkan 100 (4,79)a
- Panggung pertemuan 100 (4,79)a
- Lantai Podium 100 (4,79)a
Balkon dan dek
1,5 kali beban hidup untuk daerah yang dilayani.Tidak perlu melebihi 100 psf
(4,79 kN/m2)
Jalur untuk akses pemeliharaan 40 (1,92)
Koridor
- Lantai Pertama 100 (4,79)
- Lantai lain 100 (4,79)
Ruang Makan dan restoran 100 (4,79)a
Hunian (lihat rumah tinggal)
Ruang mesin elevator (pada daerah 2in x 2in [50 mm x 50 mm]
Konstruksi pelat lantai finishing ringan (pada area 1 inx 1in [25 mmx 25 mm]
Jalur penyelamatan terhadap kebakaran
- Hunian satu keluarga saja 100 (4,79)a
Tangga permanen lihat pasal 4.5
Garasi/Parkir 40 (1,92)a
Mobil Penumpang saja
Truk dan bus
Hellpad 60 (2,87)a
Tidak boleh direduksi
Rumah Sakit

54
- Ruang Operasi,laboratorium 60 (2,87)
- Ruang Pasien 40 (1,92)
Koridor diatas lantai pertama 80(3,83)
Hotel (Lihat rumah tinggal)
Perpustakaan
- Ruang Baca 60(2,87)
- Ruang Penyimpanan 150(7,18)
Koridor di atas lantai pertama 80(3,83)
Pabrik 125(6,00)
Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia SNI 1727-2013

2.12.4 Beban Mati


Beban Mati pada lantai gedung
1. Berat bahan dan konstruksi
Dalam menentukan beban mati untuk perancangan, harus digunakan
konstruksi yang sebenarnya dengan ketentuan bahwa jika tidak ada
informasi yang jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang
disetujui oleh pihak yang berwenang.
2. Berat Peralatan layan tetap
Dalam menetukan beban mati rencana harus diperhitungkan berat
peralatan layan yang digunakan dalam bangunan gedung seperti
plambing,mekanikal elektrikal, dan alat pemanas,ventilasi,dari sistem
pengondisian udara.

Beban tanah dan tekanan hidrostatis

1. Tekanan lateral
Dalam perancangan struktur dibawah tanah,harus diperhatikan tekanan
lateral tanah disampingnya.Bila tidak ada beban tanah dalam laporan
penyelidikan tanah yang disetujui oleh pihak yang berwenang, beban tanah
yang diberikan dalam Tabel 2.2 harus dipakai sebagai beban lateral
minimum.Harus diberikan beban yang cukup untuk kemungkinan beban
permukaan tetap atau bergerak.Bila sebagian atau seluruh tanah yang ada
disampingnya berada dibawah permukaan air, perhitungan harus dilakukan
berdasarkan pada taanah yang berkurang karena gaya apung, ditambah
dengan tekanan hidrostatis penuh. Tekanan lateralharus ditambah jika
tanah tersebut memiliki potensi yang mengandung seperti yang diperlukan
dalam penyelidikan tanah
2. Gaya angakt pada lateral dan fondasi
Dalam perencangan lantai basemen dan elemen-elemen yang hampir
horizontal sejenis lainnya yang berada dibawah permukaan tanah ,tekanan
air ke atas bila ada harus diambil sebesar tekanan hidrostatis penuh dan
diterapkan diseluruh luasan. Besarnya tekanan hidrostatis harus diukur dari

55
sisi bawah struktur.Beban-beban ke atas lainnya harus diperhitungkan
dalam rancangan tersebut.
Bila dibawah fondasi atau pelat tertumpu langsung diatas tanah terdapat
tanah mengembang, fondasi,pelat dan komponen lain tersebut harus
dirancang agar dapat mengikuti pergerakan atau menahan tekanan kea tas
yang disebabkan oleh tanah mengembang tersebut, kalau tidak , tanah
mengembang tersebut harus diganti atau harus dilakukan stabilisasi tanah
disekitar dan dibawah struktur.

2.12.2 Beban Mati


Beban Mati pada lantai gedung
1) Beban hidup pada lantai gedung harus diambil menurut kedalam beban hidup
tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan kegunaan lantai
ruang yang bersangkutan dan juga dinding-dinding penahan ringan dengan
berat tidak lebih dari 100 kg/m2
2) Beban hidup yang ditentukan dalam pasal ini tidak perlu dikalikan dengan
suatu koefisien lanjut
3) Lantai-lantai gedung yang dapat diharapkan akan dipakai untuk berbagai-
bagai tujuan, harus direncanakan terhadap beban hidup terberat yang
mungkin dapat terjadi.
Beban hidup pada atap gedung
1) Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung (c

Tabel 2.2 Beban Hidup pada lantai gedung

a. Lantai dan tangga rumah tinggal


200 kg/m2
b. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak
penting.
125 kg/m2
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor,took,restoran,hotel, asrama, dan
rumah sakit
250 kg/m2
d. Lantai ruang olah raga
400 kg/m2
e. Lantai ruang dansa
500 kg/m2
f. Lantai dan balkon-balkon dari ruang untuk pertemuan lainnya
400 kg/m2
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau penonoton
yang berdiri
500 kg/m2
h. Tangga,bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c
300 kg/m2
i. Tangga,bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d,e,f dan g

56
500 kg/m2
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c,d,e,f dan g
250 kg/m2
k. Lantai untuk pabrik, bengkel,gudang, perpustakaan , ruang arsip,took
buku
400 kg/m2
l. Lantai gedung parker bertingkat
800 kg/m2
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar
300 kg/m3
Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung SNI 1737-2013

Reduksi Beban Hidup

1) Peluang ujntuk tercapainya sautu presentase tertentu dari beban hidup yang
membebani struktur pemikul suatu gedung selama umur gedung tersebut
2) Pada perencanaan balok-balok induk dan portal-portal dari system struktur
pemikul beban dari suatu gedung, maka untuk memperhitungkan peluang
terjadinya nilai-nilai beban hidup yang berubah-ubag
3) Pada perencanaan system struktur penahan beabn horizontal dari suatu
gedung, beban hidup pada gedung itu ikut menentukan besarnya beban gempa
yang harus dipikul oleh system struktur tersebut.
4) Pada perencanaan unsure-unsur struktur vertical seperti kolom-kolom dan
dinding-dinging serta fondasinya yan g memikul beberapa lantai tingkat,
beban hidup yang bekerja pada masing-masing lantai tingkat tersebut
mempunyai peran penting dalam menentukan kekuatan
5) Pada perencanaan unsure-unsur struktur vertikal seperti kolom-kolom dan
dinding-dinding serta fondasiya yang memikul lantai tingkat
6) Pada perencanaan fondasi pendaruh beban hidu pada lantai yang menumpu
diatas tanah harus turut ditinjau.

2.12.3 Kombinasi Pembebanan

Ada berbagai jenis beban yang bekerja pada struktur , namun dalam
mennetukan beban struktur belum tentu semua menggunakan kombinasi dari
beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban angin dalm hal penuh bekerja,
karena beban-beban maksimum ini tidak akan terjadi pada saat yang bersamaan.
Atau kecil kemungkinan terjadi pada saat bersamaan. Kedua kombinasi dari
beban-beban maksimum suatu waktu akan memberikan nilai minimum, atau
diantara beban-beban yang bekerja akan saling mengurangi. Oleh karena hal
tersebut SNI 03-2847-2002 memberikan ketentuan kombinasi pembebanan
berikut:

A. Kombinasi pembebanan tetap : Beban mati + beban hidup

57
B. Kombinasi pembebanan sementara : Beban mati + beban hidup +
gempa
C. Kombinasi pembebanan khusus : Beban mati + beban hidup +angin
+khusus

Apabila muatan angin,gempa dan muatan hidup, baik yang membebani bangunan
secara penuh maupun sebagian, secara tersendiri atau dalam kombinasi
pembebanan tersebut tidak boleh ditinjau dalam perhitungan

58
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Proyek Pembangunan
Gedung Pendidikan Fakultas MIPA jurusan fisika Universitas Negeri
Medan,Sumatera Utara. Adapun waktu penelitian yang direncanakan
berkisar selama 3 bulan mulai tanggal 1 oktober sampai dengan 10
desember 2018

3.2 Metode Analisis Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Ali
Arsoni mengenai Perencanaan kolom terhadap pengaruh beban.Data-data
yang diperoleh dari lapangan akan diambil untuk dijadikan bahan dalam
menganalisis data baik secara manual ataupun software.

3.3 Instrumen Penelitian


Untuk memudahkan perhitungan dan untuk kelengkapan kajian pustaka
maka analisis data dilakukan menggunakan SAP 2000 v.14.2.1serta bahan
literatur dari buku-buku.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilapangan harus dilakukan dengan cara seteliti
mungkin agar diperoleh data akurat dan memenuhi.Data yang dibutuhkan
untuk proses perhitungan akan langsung diminta kepada Pihak Kontraktor
atau Konsultan yang mengerjakan Proyek tersebut. Ada beberapa data
yang akan dikumpulkan untuk kebutuhab skripsi ini adalah sebagai
berikut:
3.4.1 Gambar,Layout, dan Profil Proyek
Untuk mengetahui apakah titik yang ditinjau untuk penelitian
cukup representatif dalam perencanaan dalam konsolidasi pada
proyek yang diteliti, diperlukan gambar layout proyek. Data-data
ini terdapat pada gambar perencanaan proyek dan dapat diminta
kepada Kontraktor Pelaksana Proyek.
3.5 Teknik Pengolahan data
1. Menghitung pembebanan bangunan berdasarkan Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983
2. Memodelisasi Tata letak kolom yang ditinjau untuk analisa struktur
pada aplikasi SAP 2000
3. Penetuan Desain Struktur Kolom

59
4. Mendapatkan gaya-gaya dalam dari hasil aplikasi SAP 2000 tersebut,
adapun cara-caranya sebagai berikut:
a. Buka Program SAP 2000 V.14.
b. Tentukan Satuan berat,panjang pada sudut kanan bawah layar
monitor.

c. Menu File New Model From Template Pilih Portal

Portal terbagi atas 3 bentang (bays) dan 3 tingkat (story).


d. Rubah Perletakan dari sendi menjadi perletakan jepit
Menu Assign Joint Restraints

60
e. Blok 2 bentang sebelah kanan, untuk merubah panjang bentang
paling kiri.
Menu edit move

Tulis pada baris delta X,Y,Z


f. Blok bentang paling kanan, untuk merubah panjang bentang
yang ditengah.
Menu edit move

Tulis pada baris delta X


g. Tetapkan Material
Menu Define Materials

61
Tetapkan Massa persatuan volume = 240 kg/m3,berat persatuan
volume = 2400 kg/m3.
h. Tetapkan Penampang Balok dan Kolom
i. Menu Define Frame Sections Add Rectangular

62
j. Tetapkan Jenis-jenis beban ,Define Static Load Cases

Load 1= Berat sendiri balok dan kolom (Beban Mati)


Pelat = Berat sendiri pelat dan balok memanjang (Beban
Mati)
MHL1= Beban hidup lantai (Momen Maksimum Lapangan)
MHL2 = Beban hidup lantai (Momen Maksimum Lapangan)
MHL3 = Beban hidup lantai (Gaya normal maksimum kolom
dan momen jepit maksimum balok)
MHL4 = Beban hidup lantai (Gaya normal maksimum kolom
dan momen jepit maksimum balok)
WK1 = angin dari kiri
WKA = angin dari kanan
k. Tetapkan kombinasi muatan, Define Load Combinations

63
Add New Combo

Kuat Perlu (SK SNI 2002)


U = 1,4 DL (DL= bebam mati=berat sendiri)
U = 1,2 DL +1,6 LL (LL= muatan hidup lantai)
U = 1,2 DL+ 1,0 LL ± 1,6 W (W = muatan angin kiri/kanan)
Combi, Title U = 1,4DL, Load 1 Load Case + Pelat Load Case

Comb2,Title U = 1,2 DL+1,6 LL


Load1 load Case + Pelat Load Case + MHL1 Load Case

64
l. Menetapkan Gaya-gaya yang bekerja

Menu Assign Frame Static Loads Point and


Uniform Pilih Jenis Beban, Load Case Name
(Pelat,MHL1,MHL2,MHL3,MHL4,WKI atau WKA).
m. Lakukan eksekusi program
Menu Analyze Run
n. Melihat hasil analisis SAP 2000 pada layar monitor
Menu Display

 Show Loads= melihat beban-beban yang bekerja


 Show Deformed Shape=melihat pelenturan

65
 Show Element Forces/Stresses= Melihat gaya dalam
o. Melihat hasil analisis SAP 2000 pada print out
Menu File Print Out Tables ok

66
Diagram Alir

MULAI

PENGUMPULAN DATA

&
IDENTIFIKASI

PEMBEBANAN

BEBAN HIDUP (LL)


BEBAN MATI (DL)
BEBAN GEMPA
(QL)

ANALISA STRUKTUR
KOLOM

(MENGGUNAKAN
APLIKASI SAP 2000 V.14

PENULANGAN STRUKTUR
KOLOM (MENURUT SNI- OK
2002)

KONTROL

KESIMPULAN

67

Вам также может понравиться