Вы находитесь на странице: 1из 15

LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI

A. Definisi

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium

yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001: 211).

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3

stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer,

2000 : 47).

Morbili/Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui

rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:

2443)

B. Etiologi

Virus Morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama masa

prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan

droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2,1985)

Virus morbili yang berasal dari secret saluran pernafasan, darah, dan urine dari orang

yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang

yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20 hari, dimana periode yang sangat menular

adalah hari pertama hingga hari ke 4setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium

kataral) (Suriati & Rita, 2010)

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili

paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan

dingin,dandapat diinaktifkan pada suhu 30‫ﹾ‬C dan -20‫ﹾ‬C , sinar , matahari,tripsin.


Sedangkan formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu

aktivitas komplemen. (Rampengan,1997:90-91)

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan

seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan

mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah

umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila

seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%

kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau

III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau

seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal

sebelum usia 1 tahun

C. Patofisiologi

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat

menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi melalui droplet

melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari

setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan

jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun

berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal, bebas

maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal.

Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini

mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.

Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa

berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang

rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid

masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus
infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke

permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.

Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 12

lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali

ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas

diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.

Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran

pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit

berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada

mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14

sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya

daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap

antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang

mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah.

Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di

kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan

kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media

dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat

terjadi pada kasus campak.

D. Manifestasi Klinik

Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan

kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :

1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala

sebagai berikut:
a. Panas

b. Malaise

c. Batuk

d. Fotofobia

e. Konjungtivitis

f. Koriza

Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak

koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu

sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak

koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu

terakhir.

2. Stadium Erupsi

Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:

a. Koriza dan Batuk bertambah

b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole

c. Kadang terlehat bercak koplik

d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan

e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening

f. Splenomegali

g. Diare dan muntah

Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan

pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalensensi

a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)


b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume

2,1985).

Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah:

1. Stadium Kataral (prodromal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,

fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam

sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili,

tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung

jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan

molar bawah.

2. Stadium erupsi

Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di

palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.

Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan

diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang

telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah,

kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.

3. Stadium Konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)

yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal,

kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)

Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian

belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul

gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari,
kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak

bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik.

E. Komplikasi

 Pneumoni

Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang

menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptococcus, pneumococcus, stafilococcus,

hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan

klebsiela.

 Gastroenteritis

 Ensefalitis

Akibat invasi langsung virus morbili ke otakd.

 Gangguan gizi

Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi.

(Rampengan, 1997 : 95)

Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga data terjadi

energi (uji berkulin yang semula positif berubah menjadi negative). Keadaan ini

menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut,

ensefalitis, bronkopneumonia.

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus,

Streptopcoccus, Stayphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematin

bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energy protein, penderita penyakit

menahun (missal tuberculosis ), leukemia, dan lain lain. Oleh karena itu pada keadaan

tertentu perlu dilakukan pencegahan.


Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia,

gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis.

Ensefalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita

morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili

hidup (ensefalitis morbili akut), pada penderita yang sedang mendapat pengobatan

imunosupresif (immunosuppressive measles encephalopathy) dan sebagai subacute

sclerosing panenchepalitis (SSPE).

Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksanten, angka kematian rendah dan

sisa deficit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah

1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah

1,16 tiap 1.000.000 dosis

SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit

ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh gejala

yang terjadi secara tiba- tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan

koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagian besar penderita meninggal dunia dalam 6

bulan- 3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih

bisa terjadi.

Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti- bukti bahwa virus morbili memegang

peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2tahun

sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah

vaksinasi morbili didapatkan kira- kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan penderita SSPE

setelah vaksinasi morbili adalah 0,5 – 1,1 tiap 10juta, sedangkan setelah infeksi morbili

sebesar 5,2 – 9,7 tiap 10 juta. Immunosuppressive measles encephalopathy didapatkan

pada anak dengan morbili yang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau

karena pemakaian obat- obatan imunosupresif. Diafrika didapatkan kebutaan sebagai


komplikasi morbili pada anak yang menderita malnutrisi. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan

Anak FKUI)

F. Pencegahan

1. Imunisasi aktif

Ini dilakukan dengan pemberian “Live attenuated measles vaccine“. Mula-mula

digunakan strain Edmonston B, tetapi karena “strain” ini menyebabkan panas tinggi dan

eksantem ada hari ketujuh sampai hari kesepuluh setelah vaksinasi, maka strain

Edmonston B diberikan bersama-sama dengan globulingama pada lengan yang lain.

Sekarang digunakan starin Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan globulin-gama.

Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung

lama. Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-

10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada

anak berumur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak

dapat nenbentuk antibody secara baik karena masih ada antibody dari ibu.

Tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal didaerah endemis morbili dan terdapat

banyak tuberculosis diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan

pada umur 5 bulan. Diketahui dari penelitian Linnemann dkk. (1982) pada anak yang

divaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan antibody, begitu pula setelah

revaksinasi kadang-kadang titer antibody tidak naik secara bermakna. Di Indonesia saat

ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas.

Vaksin morbili tersebut di atas dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap telur,

karena vaksin morbili ini ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang secara

antigen adalah berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu penyakit alergi

sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili juga dapat
diberikan kepada penderita tuberculosis aktif yang sedang mendapat tuberkulostatika.

Vaksin morbili tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak dengan tuberculosis yang

tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan

imunosupresif.

Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja atau sebagai vaksin

measles- mumps- rubella (MMR)

Di Indonesia digunakan pula vaksin morbili buatan perum biofarma yang terdiri dari

virus morbili yang hidup dan sangat dilemahkan, strain Scwarz dan ditumbuhkan dalam

jaringan janin ayam dan kemudian di beku- keringkan. Tiap dosis dari vaksin yang sudah

dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1.00 TCID50 dan neomisin B

sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram

Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Terjadi

anergi terhadap tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila seseorang telah

mendapat immunoglobulin atau transfuse darah maka vaksinasi dengan vaksin morbili

harus ditangguhkan sekurang – kurangnya 3 bulan. Vaksin ini tidak boleh diberikan

kepada anak dengan infeksi saluran pernafasan akut atau infeksi akut lainnya yang

disertai demam, anak dengan defisiensi imunologik, anak yang sedang diberi pengobatan

intensif dengan obat imunosupresif

2. Imunisasi pasif

Baik diketahui bahwa morbili yang perjalanan penyakitnya diperingan dengan pemberian

globulin- gama dapat mengakibatkan ensefalitis dan penyebaran proses tuberculosis. (Staf

Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985)


3. Imunisasi Campak

Pada tahun 1954, Peebles dan Enders pertama kali berhasil mengembangbiakkan

virus campak pada kultur jaringan. Virus campak tersebut berasal dari darah kasus

campak bernama David Edmonston.

Saat ini ada beberapa macam vaksin campak,

a. Monovalen

b. Kombinasi vaksin campak dengan vaksin rubella (MR)

c. Kombinasi dengan mumps dan rubella (MMR)

d. Kombinasi dengan mumps, rubella dan varisela (MMRV)

Telah dikeluarkan Permenkes no 42 tahun 2013 mengenai pemberian imunisasi untuk

campak diberikan 2 kali, yaitu pada umur 9 bulan sebagai imunisasi dasar dan pada umur

2 tahun sebagai imunisasi lanjutan. Kemudian pada anak usia sekolah dasar, diberikan

imunisasi campak yang ketiga pada Bulan imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer,

pasien TB yang tidak boleh diobati, pasien keganasan atau transplantasi organ, mereka

yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anakimunokompromais

yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa

bukti kekebalan terhadap campak bisa mendapat imunisasi campak.

Kesulitan untuk mencapai dan mempertahankan angka cukup yang tinggi bersama-

sama dengan keinginan untuk menunda pemberian imunisasi sampai antibody maternal

hilang merupakan suatu hal yang berat dalam pengendalian campak. Pada anak-anak di

Negara berkembang, antibody maternal akan hilang pada usia 9 bulan, dan pada anak-

anak di Negara maju setelah 15 bulan.


G. PENANGANAN
1. Obat anti demam untuk meredakan demam

2. Kompres udara hangat dengan cara menyeka badan selama 5-10 menit.

3. Humidifier untuk meringankan batuk

4. Berikan anak cairan ( minum ) lebih banyak. Dan makan karena anak perlu nutrisi

untuk penyembuhan

5. Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respon


antibody terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka
kejadian komplikasi diare dan pneumonia

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Serologi

Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik

pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi,

metode antibody fluoresensi tidak langsung.

2. Patologi anatomi

Pada organ limfoid dijjumpai: hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum

yang besar, sel Warthin-Finkeldey (sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel

ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan

tanda patognomonik sampak). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil,

neovaskularisasi.

3. Darah tepi

Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.

4. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.

Pemeriksaan untuk komplikasi


5. Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit

darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia (dilakukan

pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).


PENYIMPANGAN KDM
Paramyxoviridae
1.
Morbili Virus Mengendap pada Saluran
Organ

Epitel Cerna
Masuk Sel Nafas Saluran
Kulit Hiperplasi Jaringan
Napas Limfoid

Ditangkap Oleh Poliferasi Sel Endotel


Makrofag Kapiler dalam
Korium
Fungsi Silia
Iritasi Mukosa
Usus
Menyebar ke Kelenjar
Limpa Regional
Eksudasi Sekret
Serum/Eritrosit
dalam Sekresi
Epidermis Reflek Batuk
Mengalami
Replikasi Ruam Peristaltik
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Virus Dilepas ke Diare
Nafas
Aliran Darah
(Viremia Primer)
Gang. Citra Dehidrasi
Gang.
Diri Integritas
Kulit
Virus sampai RES Ketidakseimbangan
Cairan &
Histamin Elektrolit
Replikasi Kembali Set Poin

Gatal (Nyeri Meningkat


Peningkatan Suhu
Ringan)
Virus sampai ke multiple
tissue site (viremia Tubuh
sekunder) Hipert
Gang. Rasa
emi
Reaksi Radang Nyaman
Nafsu Makan

Pengeluaran Mediator
Intake
kimia Kimia
Nutrisi
Ketidakseimbangan
Mempengaruhi
Termostat dalam Nutrisi Kurang dari
Hipotalamus
Kebutuhan Tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi Pertama. Jakarta :

Salemba Medika

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC


Rampengan T.H , Laurents I.R . 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak . Edisi 1,

Cetakan III. Jakarta : EGC

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1. Jakata : EGC

Вам также может понравиться