Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1.1 PT Aneka Tambang (ANTAM)

4.1.1.1.1 Sejarah PT Aneka Tambang, Tbk

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk (“Perusahaan”)

didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22

Tahun 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang”, dan

diumumkan dalam tambahan No. 36, Berita Negara No. 56, tanggal 5 Juli 1968.

Pada saat pembentukannya, ANTAM merupakan penggabungan dari Tujuh

perusahaan negara yaitu :

1. BPU Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara – Jakarta.

2. PN Tambang Emas Cikotok – Banten Selatan.

3. PN Pertambangan Bauksit Kijang – Pulau Bintan

4. PN Logam Mulia – Jakarta.

5. PT (Negara) Pertambangan Nikel Indonesia – Sulawesi Tenggara.

6. Proyek Pertambangan Intan Martaputra – Kalimantan Selatan.

7. Proyek Emas Logas - Pekanbaru, Riau.

82
83

Pada tanggal 14 Juni 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26

Tahun 1974, status perusahaan diubah dari perusahaan negara menjadi perusahaan

negara perseroan terbatas (“perusahaan perseroan”) dan sejak itu dikenal sebagai

“Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang”. Dalam perkembangan

selanjutnya, ANTAM memperluas operasinya dengan tambahan Tiga unit

pertambangan lainnya dan Satu unit eksplorasi. Pertambangan Pasir Besi Cilacap

memulai operasinya pada tanggal 10 Juni 1971, sedangkan pertambangan nikel

Gebe dimulai pada tahun 1979. Kegiatan eksplorasi emas di Pongkor dimulai

pada tahun 1988 dan mulai berproduksi pada tahun 1994. karena meningkatnya

aktivitas eksplorasi, ANTAM memutuskan untuk membentuk unit Geologi

didirikan pada tanggal 29 Februari 1980 yang melaksanakan kegiatan eksplorasi.

Sejak tahun 1980, aktivitas unit Geologi telah menjangkau hampir seluruh

wilayah Indonesia dan menghasilkan data eksplorasi yang sangat berharga untuk

ANTAM.

Pada saat ini ANTAM memiliki Tujuh unit operasi, yaitu :

1. Unit Pertambangan Bauksit Kijang – Kijang, Riau.

2. Unit Pertambangan Nikel Pomalaa – Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

3. Unit Pertambangan Nikel Gebe – P.Gebe, Maluku.

4. Unit Pertambangan Emas Pongkor – Pongkor, Jawa Barat.

5. Unit Pertambangan Pasir Besi Cilacap – Cilacap, Jawa Tengah.

6. Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia – Jakarta, DKI.


84

7. Unit Geologi – Jakarta, DKI.

Kantor pusat perusahaan berlokasi di Gedung Aneka Tambang Jl. Letjen T.B.

Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta, Indonesia. Disamping itu,

perusahaan juga memiliki Kantor Perwakilan Makassar yang berada di Jalan

DR.Ratulangi No. 60, yang membantu pembelian persediaan Hasil produksi PT

Antam,Tbk adalah :

1. Nikel

Bijih nikel Antam terbagi atas bijih nikel saprolit dan limonit. Bijih nikel

limonit adalah bijih nikel laterit dengan kadar rendah dan mengandung 0.8% -

1.5% nikel, 25%-35% besi dan sedikit kobalt. Limonit terletak di atas lapisan

saprolit dan lebih murah dan lebih mudah untuk ditambang. Bijih nikel saprolit

terbentuk dibawah zona limonit. Saprolit secara umum mengandung sekitar 1,5%-

2,5% nikel dan digolongkan sebagai bijih laterit kadar tinggi. Dengan melalui

proses pirometalurgi, saprolit digunakan sebagai bahan baku untuk produksi

feronikel. Feronikel Antam mengandung sekitar 20% nikel dan sekitar 80% besi.

Diproduksi dalam bentuk shots (butiran) atau ingots (batangan) serta dengan

karbon kadar tinggi atau karbon kadar rendah, feronikel digunakan sebagai bahan

baku untuk produksi baja nirkarat. Penambangan bijih nikel saat ini di Pomalaa (

Sulawesi Tenggara) dan Pulau Gebe (Maluku) sedangkan pengelolaannya berada

di Pomalaa. Nikel sebagai salah satu “usaha inti” PT Antam,Tbk ditunjang oleh

potensi cadangan nikel yang cukup besar. Upaya lebih lanjut dalam memantapkan

bisnis inti adalah dengan jalan membangun pabrik stainless steel dengan bahan

baku utama feronikel. Telah dilaksanakan pembangunan perluasan pabrik


85

feronikel Pomalaa sejak 1992, bekerjasama dengan Mitsui and Co.Ltd. Sejak awal

tahun 1995 sudah beroperasi secara komersial dengan kapasitas 11.000 ton nikel

pertahun. Citra mutu feronikel Pomalaa sangat baik dan terus diupayakan

peningkatannya untuk mendukung usaha diversifikasi pasar nikel. Pada tanggal 3

April 1996, PT Antam,Tbk UPNP (Unit Penambangan Nikel Pomalaa) telah

mendapatkan sertifikat ISO 9002 dari SGS Yaesley. Hal ini menunjukkan bahwa

komitmen PT Antam,Tbk untuk selalu menjaga mutu produk serta meningkatkan

kualitas managemen, telah dilaksanakan dengan konsisten.

2. Emas dan Perak

Indonesia sesuai struktur geologinya dinilai sebagai salah satu negara yang

memiliki potensi emas dan perak yang cukup besar. PT Antam,Tbk melakukan

program eksplorasi secara terencana dan sistematis terutama di daerah Jawa Barat.

Dari hasil eksplorasi telah ditemukan cadangan baru emas dan perak dalam

jumlah besar di daerah gunung Pongkor, Kabupaten Bogor dan mulai berproduksi

secara komersial sejak bulan Mei 1994. Fasilitas pengolahannya mampu

menghasilkan 2,5 ton Emas dan 20 ton perak per tahunnya dengan cadangan

untuk masa eksploitasi kurang lebih empat puluh tahun.

PT Antam,Tbk memiliki unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia

dengan kapasitas produksi per tahunnya sebesar 100 ton Emas dan 270 ton Perak.

Emas dan Perak hasil produksi PT Antam telah dipasarkan secara luas di dalam

negeri maupun ke manca negara dengan merk LM (Logam Mulia). Produk emas

dan perak Logam Mulia telah terakreditasi lisensi merek dagang internasional dari

London Bullion Market Association (LBMA).


86

3. Bauksit

Bauksit adalah sumber bijih yang utama untuk produksi alumunium.

Bauksit mengandung 30-54% alumina (Al2O3) dan selebihnya terdiri dari

campuran silika, berbagai oksida besi dan titanium dioksida. Indonesia memiliki

potensi bauksit yang cukup besar. Pada saat ini, pertambangan bauksit di

Indonesia hanya terdapat di Kijang, Pulau Bintan, yang baru mulai ditambang dan

diekspor pada tahun 1935 oleh NV NIBEM (NV Nederlansch Indische Bauxite

Exploratie Maatschappij), yang kemudian berkembang menjadi bagian dari PT

Antam. Sejak tahun 1988, PT Antam,Tbk memperoleh pangsa pasar baru di

Amerika Serikat, selain Jepang.

4. Pasir Besi

Kegiatan penambangan pasir besi dimulai sejak 1971 di daerah Cilacap

dan dilanjutkan ke daerah Kutoarjo, Jawa Tengah sejak 1980. Produk pasir besi

PT Antam,Tbk dipergunakan oleh hampir semua pabrik semen di Sumatra, Jawa

dan Sulawesi. Cadangan pasir besi terdapat di sepanjang pantai selatan pulau Jawa

dalam jumlah yang cukup banyak. Cadangan terbesar terdapat di daerah

Yogyakarta antara sungai Progo dan Bogowonto.

5. Geologi

Unit geologi merupakan satu dari tujuh unit usaha PT Antam,Tbk. Misi

yang diemban oleh unit tersebut, ditujukan untuk menawarkan jasa-jasa eksplorasi

baik itu untuk PT Antam maupun perusahaan-perusahaan lainnya. Keberhasilan

unit Geologi dalam menjalankan usahanya antara lain terlihat dari keberhasilan
87

menemukan deposit emas di gunung Pongkor Jawa Barat, yang saat ini

merupakan salah satu dari “tambang utama” PT Antam,Tbk.

4.1.1.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi Perusahaan

Adapun visi Antam 2020 adalah ”Menjadi korporasi global berbasis

pertambangan dengan pertumbuhan sehat dan standar kelas dunia.”

Arti Visi Antam :

A. Global

Menerapkan praktik manajemen bisnis bertaraf internasional serta

meningkatkan skala usaha dan/atau memperluas wilayah operasi ke luar negeri

untuk menjadi pelaku bisnis kelas dunia.

B. Berbasis Pertambangan

Berbasis sumber daya mineral dan batu bara dengan diversifikasi dan integrasi

terkait dalam bisnis pertambangan.

C. Pertumbuhan sehat

Pertumbuhan berkesinambungan di atas rata-rata industri pertambangan.

D. Standar kelas dunia

Kemampuan dan budaya organisasi berkinerja tinggi dan penerapan praktik-

praktik terbaik kelas dunia.

2. Misi Perusahaan

Adapun misi Antam adalah :

A. Membangun dan menerapkan praktik-praktik terbaik kelas dunia untuk

menjadikan Antam sebagai pemain global.


88

B. Menciptakan keunggulan operasional berbasis biaya rendah dan teknologi

tepat guna dengan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja serta

lingkungan hidup.

C. Mengolah cadangan yang ada dan yang baru untuk meningkatkan

keunggulan kompetitif.

D. Mendorong pertumbuhan yang sehat dengan mengembangkan bisnis

berbasis pertambangan, diversifikasi dan integrasi selektif untuk

memaksimalkan nilai pemegang saham.

E. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai serta

mengembangkan budaya organisasi berkinerja tinggi.

F. Berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar

wilayah operasi, khususnya pendidikan dan pemberdayaan ekonomi.

4.1.1.2 PT Bukit Asam, Tbk

4.1.1.2.1 Sejarah PT Bukit Asam, Tbk

Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman

kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka

(open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya.

Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah

(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan

komersial dimulai pada 1938.


89

Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para

karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang

menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian

mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN

TABA). Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan

Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang

selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan

industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan

Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program

pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan

Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002,

Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia

dengan kode “PTBA”.

4.1.1.2.2 Visi dan Misi PT Bukit Asam, Tbk

1. Visi Perusahaan

PERUSAHAAN ENERGI KELAS DUNIA YANG PEDULI

LINGKUNGAN.

2. Misi Perusahaan

A. Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi

korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah

maksimal bagi stakeholder dan lingkungan.


90

B. Mampu melihat jauh kedepan dan membuat proyeksi jangka

panjang dalam pengembangan bisnis.

C. Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur,

berkomitmen dan bertanggung jawab.

D. Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh terobosan

baru untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari

sebelumnya.

E. Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi, dengan

kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh, dalam kerjasama

untuk keahlian yang terus menerus meningkat.

F. Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengelolaan aktivitas

dengan menjalankan usaha atau asas manfaat yang maksimal dan

kepedulian lingkungan.

G. Mempersembahkan Sumber Energi untuk Kehidupan Dunia dan

Bumi yang lebih baik.

H. Kami berkomitmen mewujudkan visi, misi dan nilai-nilai PTBA

dan terbentuknya budaya sebagai pondasi kesuksesan jangka

panjang.
91

4.1.1.3 PT Bumi Resources, Tbk

4.1.1.3.1 Sejarah PT Bumi Resources, Tbk

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang didirikan pada 1973 adalah salah

satuperusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak di sektor pertambangan

material logam dan mineral alam dalam hal eksplorasi, eksploitasi, menambang,

penjualan cadangan batu bara, dan eksplorasi minyak terutama di Indonesia.

Untuk menunjang kegiatan usahanya tersebut, PT Bumi Resources Tbk. memiliki

hak untuk eksplorasidan eksploitasi batu bara di lahan seluas hampir 90.938 hek

tare di Kalimantan Timur dan 70.153 hektare di Kalimantan Selatan. Melalui

kepemilikan KPC (Kaltim Prima Coal) dan Arutmin, PT Bumi Resources Tbk.

merupakan produsen batubara thermal terbesar di Indonesia, terhitung sekitar

sepertiga dari Indonesia total produksi batubara pada tahun 2005. Dengan

produksi kotor dari 44.9 juta ton pada tahun 2005, BUMI juga merupakan salah

satu dari lima eksportir batubara thermal terbesar di dunia. Pada tahun 2005,

BUMI telah meraih output yang mencapai pertumbuhan produksi kotor tahunan

sebesar 23,5% dari 36,4 juta ton pada tahun 2004. Dari total produksi batu bara

2005 kotor, sekitar 30% dari output yang diambil oleh armada pertambangan

BUMI sementara 70% berasal dari kontraktor independen. didasarkan pada

tempat penjualan. Sedangkan untuk KPC, 79% didasarkan pada

kontrak jangka dengan sisa 21% didasarkan pada tempat penjualan. Sebagian

besar jangka kontrak ini adalah untuk periode satu tahun atau lebih. Strategi

BUMI adalah lebih mengandalkan pada kontrak jangka panjang dalam rangka

untuk mengurangi volatilitas harga jual serta menjamin pendapatan stabil selama
92

jangka panjang. Untuk mendukung penjualan, BUMI menggunakan agen

pemasaran internasional seperti Mitsubishi untuk pasar Jepang dan Glencore pasar

non-Jepang, dan BHP Billiton untuk keseluruhan pasar internasional. Untuk pasar

Indonesia, penjualan dilakukan oleh Enercorp. Karena strategi BUMI adalah

untuk menjaga kestabilan dan memberikan rasa aman pada pelanggan melalui

kontrak jangka panjang, terdapat kecenderungan bagi BUMI untuk memahami

harga jual rata-rata batubara yang berlaku di bawah harga spot batubara global,

terutama ketika harga pasar terus meningkat. Namun demikian, BUMI

menganggap bahwa nilai yang diterimanya dari arus pendapatan yang stabil yang

didukung kontrak jangka panjang, hasilnya jauh lebih bagus daripada keuntungan

sementara yang lebih tinggi berasal dari harga berfluktuasi.

4.1.1.3.2 Visi, Misi, dan Filosofi

1. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan operator bertaraf internasional dalam sektor energi

dan pertambangan

2. Misi Perusahaan

Menjaga keseimbangan usaha dan daya saing Perseroan dalam

mengahadapi persaingan terbuka di masa mendatang dengan tujuan untuk:

A. Meningkatkan hasil yang optimal bagi Pemegang Saham

B. Meningkatkan kesejahteraan para karyawan

C. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah operasipertambangan

D. Menjaga kelestarian lingkungan di seluruh areal operasi Pertambangan


93

Visi dan misi BUMI yang menjadi tumpuan dalam setiap aktivitas yang

dilakukan menjadikan BUMI sebagai perusahaan yang mampu

menjaminkesejahteraan perusahaan, karyawan dan lingkungan. Hal tersebut juga

menjadikan landasan yang dijadikan perdoman dalam pengembangan BUMI. Hal

tersebut tertuang dalam Filosofi Perseroan.

3. Filosofi Perseroan

Langkah-langkah BUMI berpedoman pada tiga prinsip dasar:

A. Bagaimana cara terbaik untuk menciptakan nilai

B. Bagaimana cara terbaik untuk mencapai kemakmuran

C. Bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan peluang-peluang

4.1.2 Penerapan Good corporate governance pada Perusahaan


Pertambangan di Bursa Efek Indonesia dan mengikuti survey
Corporate Governance Perception Index( CGPI ) 2009-2012

Penerapan Good corporate governance pada penelitian ini diambil dari

data sekunder yaitu dari corporate governance perception index (CGPI). Indeks

ini dibagi kedalam tiga kategori pemeringkatan, yaitu cukup terpercaya,

terpercaya dan sangat terpercaya. Dikategorikan cukup terpercaya jika corporate

governance perception index berada pada rentang 55-69. Kemudian dikategorikan

terpercaya jika corporate governance perception index berada pada rentang 70-84

dan dikategorikan sangat terpercaya jika corporate governance perception index

berada pada rentang 85-100. Berikut data corporate governance perception index

perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini.


94

Tabel 4.1
Data Corporate Governance Perception Index( CGPI ) Perusahaan Pertambangan
tahun 2009-2012
No Perusahaan Tahun CGPI Kriteria
1 ANTM 2009 85,87% Sangat Terpercaya
2010 85,49% Sangat Terpercaya
2011 86,15% Sangat Terpercaya
2012 86,56% Sangat Terpercaya
2 BUMI 2009 73,82% Terpercaya
2010 69,33% Cukup Terpercaya
2011 70,83% Terpercaya
2012 72,80% Terpercaya
3 PTBA 2009 82,27% Terpercaya
2010 84,11% Terpercaya
2011 84,33% Terpercaya
2012 82,56% Terpercaya
Sumber: Data yang Telah Diolah

Pada tabel diatas terlihat PT.Aneka Tambang Tbk memiliki peringkat

corporate governance perception index masuk dalam kategori sangat terpercaya

selama periode tahun 2009-2012. Kemudian PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

memiliki peringkat corporate governance perception index masuk dalam kategori

terpercaya selama periode tahun 2009-2012. Kemudian pada PT.Bumi Resources

Tbk, peringkat corporate governance perception index pada tahun 2010 sempat

masuk dalam kategori cukup terpercaya, akan tetapi pada tahun 2011 dan tahun

2012 peringkanya naik menjadi terpercaya.

Secara grafik nilai corporate governance perception index dari ke-3

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode

tahun 2009-2012 dapat dilihat pada gambar berikut.


95

100%

80%

60% ANTM

40% BUMI
PTBA
20%

0%
2009 2010 2011 2012

Gambar 4.1

Diagram corporate governance perception index

Pada grafik diatas dapat dilihat corporate governance perception index

PT.Aneka Tambang Tbk merupakan yang paling tinggi selama periode tahun

2009-2012. sebaliknya corporate governance perception index PT.Bumi

Resources Tbk merupakan yang paling rendah selama periode tahun 2009-2012

4.1.2 Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Jakarta

Untuk mengukur profitabilitas perusahaan peneliti menggunakan return on

equity, yaitu kemampuan perusahaan mengelola modal yang dimiliki untuk

menghasilkan keuntungan. Berikut disajikan nilai ROE masing-masing emiten

berdasarkan selama periode tahun 2009-2012.

Tabel 4.2
Data Profitabilitas (ROE) Masing-Masing Emiten
Selama Periode Tahun 2009 – 2012
Laba Bersih Total Equity
No Perusahaan Tahun (Ribuan) (Ribuan) ROE
1 ANTM 2009 Rp.1.604.307.088 Rp.8.148.939.490 19,69%
2010 Rp. 1.683.399.992 Rp.9.580.098.225 17,57%
96

2011 Rp. 1.924.739.414 Rp. 10.772.043.550 17,87%


2012 Rp. 2.989.024.589 Rp. 12.832.316.056 23,29%
2 BUMI 2009 $ 311.179.547 $ 1.617.725.376 19,24%
2010 $ 190.448.692 $ 1.353.749.107 14,07%
2011 $ -231.904.300 $ 1.124.481.704 -20,62%
2012 $ -258.424.945 $ 392.149.703 -65,90%
3 PTBA 2009 Rp. 2.727.734.000 Rp. 5.701.372.000 47,84%
2010 Rp. 2.008.891.000 Rp. 6.366.736.000 31,55%
2011 Rp. 3.087.949.000 Rp. 8.162.170.000 37,83%
2012 Rp. 2.269.074.000 Rp. 8.505.169.000 26,68%
Sumber: Data Sekunder yang Telah Diolah

Pada tabel 4.2 dapat dilihat return on equity PT.Aneka Tambang Tbk

cenderung mengalami kenaikan dari tahun ketahun selama periode tahun 2009-

2012, sebaliknya return on equity PT.Bumi Resources Tbk terus mengalami

penurunan dari tahun ketahun selama periode tahun 2009-2012. Demikian juga

return on equity PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tbk cenderung mengalami

penurunan selama periode tahun 2009-2012

Secara grafik nilai return on equity dari ke-3 perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Burasa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2012 dapat

dilihat pada gambar berikut.

60%
40%
20%
ANTM
0%
-20% BUMI
-40%
-60% PTBA
-80%
2009 2010 2011 2012

Gambar 4.2

Diagram Return on equity


97

Pada grafik diatas dapat dilihat trend return on equity pada PT.Aneka

Tambang Tbk cenderung naik dari tahun ke tahun selama periode tahun 2009-

2012. Namun hal sebaliknya terlihat pada return on equity pada PT.Bumi

Resources Tbk dan PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, dimana cenderung

menurun dari tahun ke tahun selama periode tahun 2009-2012. Secara rata-rata

selama periode tahun 2009-2012 PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

memiliki return on equity yang paling tinggi, sebaliknya PT.Bumi Resources Tbk

memiliki return on equity yang paling rendah.

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Analisis Penerapan Good corporate governance

Penerapan Good Corporate Governanace pada perusahaan pertambangan

dapat dilihat berdasarkan data corporate governance perception index yang

terdapat pada tabel 4.1, selanjutnya dihitung nilai statistik deskriptif yang meliputi

jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan

standar deviasi untuk variabel penerapan good corporate governance. Hasil

perhitungan dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics 20 didapat

hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Corporate Governance Perception Index
Tahun 2009-2012

Descriptive Statistics
CGPI
Emiten N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
ANTM 4 86,0175 ,45162 85,49 86,56
BUMI 4 71,6950 2,00650 69,33 73,82
PTBA 4 83,3175 1,05266 82,27 84,33
Total 12 80,3433 6,60135 69,33 86,56
98

Berdasarkan tabel deskriptif diketahui bahwa penerapan Good Corporate

Governanace bervariasi. Dimana rata-rata nilai Good Corporate Governanace

yaitu sebesar 80,34%, dengan nilai maksimum sebesar 86,56% yaitu didapat PT

Aneka Tambang Tbk tahun 2012 dan nilai minimum sebesar 69,33% yang didapat

PT Bumi Resources Tbk pada tahun 2010. Secara rata-rata selama periode tahun

2009-2012 Good Corporate Governanace PT Aneka Tambang Tbk menjadi yang

tertinggi, hal ini dikarenakan penerapan prinsip-prinsip GCG yang telah dilakukan

oleh perusahaan sudah baik serta penilaian indikator GCG yakni Self Assessment,

Dokumen, Makalah serta Observasi memiliki nilai yang sangat tinggi, sedangkan

Good Corporate Governanace PT Bumi Resources Tbk menjadi yang terendah,

hal ini dikarenakan penerapan prinsip-prinsip GCG yang telah dilakukan oleh

perusahaan belum cukup baik serta penilaian indikator GCG yakni Self

Assessment, Dokumen, Makalah serta Observasi memiliki nilai yang sangat

rendah.

4.2.2 Analisis Profitabilitas Perusahaan

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.2, selanjutnya dapat dihitung

nilai statistik deskriptifnya yang meliputi jumlah sampel (N), rata-rata sampel

(mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi untuk variabel

profitabilitas perusahaan. Hasil perhitungan dengan menggunakan software IBM

SPSS Statistics 20 didapat hasilnya sebagai berikut :


99

Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Return on equity (ROE)
Tahun 2009-2012
Descriptive Statistics
ROE
Emiten N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
ANTM 4 19,6050 2,62919 17,57 23,29
BUMI 4 -13,3025 39,27811 -65,90 19,24
PTBA 4 35,9750 9,13230 26,68 47,84
Total 12 14,0925 30,05770 -65,90 47,84

Berdasarkan tabel deskriptif diketahui bahwa nilai return on equity

bervariasi. Dengan nilai rata-rata sebesar 12,45%, nilai minimum sebesar -65,90

yaitu dialami PT Bumi Resources Tbk tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar

47,84 yang diperoleh PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk pada tahun 2009.

Secara rata-rata selama periode tahun 2009-2012 return on equity PT Tambang

Batubara Bukit Asam Tbk menjadi yang tertinggi, hal ini dikarenakan laba bersih

perusahaan yang tinggi dimana hal ini diakibatkan oleh penjualan yang naik dari

tahun ke tahun serta efisiensi biaya yang dilakukan perusahaan, tercermin dari

semakin menurunnya beban operasional perusahaan. dan return on equity PT

Bumi Resources Tbk menjadi yang terendah, hal ini dikarenakan penjualan yang

tidak naik akan tetapi beban operasional dari tahun ketahun naik, sehingga

perusahaan mengalami kerugian besar pada tahun 2012.

4.3 Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap


Profitabilitas.

Selanjutnya untuk menjawab identifikasi masalah penelitian, pada bagian

ini akan diuji pengaruh penerapan good corporate governance terhadap

profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek


100

Indonesia menggunakan analisis regressi linier sederhana. Dari data penerapan

good corporate governance dan return on equity, kemudian disusun pasangan

data kedua variabel yang digunakan untuk perhitungan analisis regressi seperti

yang dijabarkan pada tabel berikut.

Tabel 4.5
Pasangan Data Variabel X dan Variabel Y Untuk Analisis Regressi
No Perusahaan Tahun CGPI ROE
1 ANTM 2009 85,87% 19,69%
2010 85,49% 17,57%
2011 86,15% 17,87%
2012 86,56% 23,29%
2 BUMI 2009 73,82% 19,24%
2010 69,33% 14,07%
2011 70,83% -20,62%
2012 72,80% -65,90%
3 PTBA 2009 82,27% 47,84%
2010 84,11% 31,55%
2011 84,33% 37,83%
2012 82,56% 26,68%

Data yang terdapat pada tabel 4.5 selanjutnya diolah menggunakan analisis

regressi linier sederhana untuk mendapatkan persamaan regressi yang

menunjukkan hubungan fungsional antara penerapan good corporate governance

dengan return on equity.

4.1.3.1 Pengujian Asumsi Regresi

Sebelum hasil analisis regressi diuji dan dianalisa lebih lanjut, ada

beberapa asumsi yang harus diuji guna mengetahui apakah kesimpulan dari hasil

regressi tersebut tidak bias, diantaranya adalah uji normlitas, uji multikolinieritas
101

(untuk regressi linear berganda), uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi (untuk

data yang berbentuk deret waktu). Pada penelitian ini hanya tiga asumsi yang

disebutkan diatas tersebut harus diuji karena variabel bebas yang digunakan pada

penelitian ini hanya satu sehingga tidak perlu dilakukan uji multikolinieritas.

1) Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

Asumsi normalitas merupakan syarat yang sangat penting pada pengujian

kebermaknaan koefisien regressi, apabila model regressi tidak berdistribusi

normal maka kesimpulan dari uji t masih diragukan, karena statistik uji t dalam

analisis regressi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan

uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regressi dan

berdasarkan hasil pengolahan diperoleh output sebagai berikut.

Tabel 4.6
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 12
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 24,33070585
Absolute ,231
Most Extreme Differences Positive ,120
Negative -,231
Kolmogorov-Smirnov Z ,801
Asymp. Sig. (2-tailed) ,542
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (asymp.sig.) yang

diperoleh pada uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,542. Karena nilai probabilitas

pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5%


102

(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi dari model regressi

berdistribusi normal.

2) Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar error term

tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak efisien.

Untuk menguji apakah varian dari error term homogen atau tidak, digunakan uji

korelasi rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan variabel bebas terhadap

nilai absolut dari error term. Apabila koefisien korelasi signifikan pada tingkat

kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Pada tabel 4.7

berikut dapat dilihat nilai signifikansi koefisien korelasi variabel bebas dengan

nilai absolut error term.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas


Correlations
Absolut CGPI
residual
Spearman's rho Correlation Coefficient 1,000 -,510
Absolut
Sig. (2-tailed) . ,090
residual
N 12 12
Correlation Coefficient -,510 1,000
CGPI Sig. (2-tailed) ,090 .
N 12 12

Berdasarkan hasil olahan seperti yang terlihat pada tabel 4.7 diatas dapat

dilihat nilai signifikansi dari koefisien korelasi variabel bebas dengan nilai absolut

error term (0,090) masih lebih besar dari 0,05. Karena nilai korelasi variabel

bebas dengan nilai absolut error term tidak signifikan maka dapat disimpulkan
103

bahwa error term dari persamaan regresi mempunyai varians yang sama (tidak

terjadi heteroskedastisitas).

3) Pengujian Asumsi Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur

berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error term

dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error term dari observasi yang

sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien

regresi yang diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya

menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi


Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 ,587a ,345 ,279 25,51826 2,052
a. Predictors: (Constant), CGPI
b. Dependent Variable: ROE
Dari hasil pengolahan pada tabel 4.8 diperoleh nilai statistik Durbin-

Watson (D-W) sebesar 2,052, kemudian dari tabel Durbin-Watson pada tingkat

kekeliruan 5%, untuk jumlah variabel bebas = 1 dan jumlah pengamatan n = 12

diperoleh batas bawah nilai tabel (dL) = 0,927 dan batas atasnya (dU) = 1,324.

Karena 2,052 jatuh diantara dU (1,324) dan 4-dU (2,676), yaitu daerah tidak ada

autokorelasi, maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala autokorelasi pada

model regressi. Setelah ketiga asumsi regressi terpenuhi, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil estimasi model regressi pengaruh penerapan good corporate


104

governance terhadap return on equity memenuhi syarat BLUE (best linear unbias

estimation) sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian hipotesis.

4.2.3.2 Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat perubahan yang

terjadi pada return on equity yang disebabkan oleh tindakan/penerapan good

corporate governance. Data yang digunakan dalam analisis regressi berdasarkan

data tahunan selama 4 tahun pengamatan sehingga total unit analisis yang akan

digunakan adalah 12 data yang tercatat dari 3 perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2012.

Koefisien regressi penerapan good corporate governance terhadap return

on equity pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dihitung menggunakan software SPSS 20 dan hasilnya disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 4.9
Hasil Regressi Antara Penerapan good corporate governance Terhadap Return on
equity
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -200,707 93,932 -2,137 ,058
1
CGPI 2,674 1,166 ,587 2,294 ,045
a. Dependent Variable: ROE

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti terlihat pada tabel 4.9 dapat

dibentuk sebuah persamaan regressi dengan model matematis sebagai berikut:


105

Yˆ  200,707  2,674 X

keterangan :
X = Penerapan good corporate governance (CGPI)
Ŷ = Nilai estimasi return on equity (ROE)

Pada persamaan tersebut dapat dilihat nilai koefisien regressi variabel

penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan

sebesar 2,647 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan/peningkatan

corporate governance perception index sebesar 1 persen diprediksi akan

meningkatkan return on equity sebesar 2.647 persen. Kemudian nilai konstanta

bernilai positif sebesar -200,707% pada persamaan diatas merupakan nilai

estimasi rata-rata return on equity pada perusahaan pertambangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia apabila tidak ada penerapan good corporate governance.

4.2.3.3 Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan antara penerapan

good corporate governance dengan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan hasil

pengolahan data penerapan good corporate governance dan data profitabilitas

perusahaan diperoleh koefisien korelasi seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.10
Koefisien Korelasi Penerapan Good Corporate Governance Dengan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Correlations
ROE CGPI
ROE 1,000 ,587
Pearson Correlation
CGPI ,587 1,000
ROE . ,022
Sig. (1-tailed)
CGPI ,022 .
ROE 12 12
N
CGPI 12 12
106

Pada tabel 4.10 dapat dilihat nilai koefisien korelasi sebesar 0,587, nilai ini

menunjukkan kekuatan hubungan antara penerapan good corporate governance

dengan profitabilitas perusahaan. Jadi hubungan antara penerapan good corporate

governance dengan profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia termasuk cukup kuat atau cukup erat. Koefisien korelasi

bertanda positif menunjukkan bahwa semakin baik penerapan good corporate

governance diikuti dengan peningkatan profitabilitas perusahaan.

4.2.3.4 Pengujian Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji apakah penerapan good corporate governance

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan maka

dilakukan pengujian secara statistik dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho :  = 0 Penerapan good corporate governance tidak memiliki pengaruh


yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

Ha:   0 Penerapan good corporate governance memiliki pengaruh yang


signifikan terhadap profitabilitas perusahaan pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pada tabel 4.9 diperoleh nilai thitung koefisien variabel penerapan good

corporate governance sebesar 2,294 dengan nilai signifikansi sebesar 0,045.

Kemudian dari tabel distribusi t pada tingkat signifikansi 5% ( = 0.05) dan

derajat bebas 12-2 = 10 diperoleh nilai ttabel untuk pengujian dua arah sebesar

2,228. Karena thitung (2,294) lebih besar dari ttabel (2,228), maka pada tingkat
107

kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima. Jadi

berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa penerapan good corporate

governance tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara

visual daerah penerimaan dan penolakan Ho dapat digambarkan sebagai berikut.

Daerah Daerah
Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho Penolakan Ho

0
- t0 ,975 ;10 = - 2, 228 t0,975;10 = 2,228 thitung = 2 ,294

Gambar 4.3
Grafik Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

Pada grafik diatas dapat dilihat nilai thitung (2,294) jatuh pada daerah

penolakan Ho sehingga disimpulkan bahwa penerapan good corporate

governance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.1.3.5 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dihitung untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi/pengaruh variabel penerapan good corporate governance terhadap

variabel profitabilitas perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengolahan data penerapan good


108

corporate governance dan data profitabilitas perusahaan diperoleh koefisien

determinasi seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.11

Koefisien Determinasi Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance

Terhadap profitabilitas Perusahaan

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 ,587a ,345 ,279 25,51826 2,052
a. Predictors: (Constant), CGPI
b. Dependent Variable: ROE
Pada tabel 4.11 dapat dilihat nilai R-Square sebesar 0,345 yang dikenal

dengan koefisien determinasi. Nilai ini menunjukkan besarnya pengaruh

penerapan good corporate governance terhadap profitabilitas perusahaan pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jadi selama

periode tahun 2009-2012 penerapan good corporate governance memberikan

kontribusi atau pengaruh sebesar 34,5 persen terhadap profitabilitas pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan

sisanya sebesar 65,5% merupakan pengaruh faktor-faktor lain diluar penerapan

good corporate governance, yaitu komposisi aktiva, ukuran perusahaan, inflasi,

harga komoditi, efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya perusahaan,

kesempatan bertumbuh perusahaan serta nilai tukar kurs rupiah.

Вам также может понравиться