Вы находитесь на странице: 1из 11

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

PANGAN DAN HASIL PERTANIAN


EKOLOGI INDUSTRI KELAPA SAWIT

Disusun Oleh Kelompok 3 :


THP C
Hilda Febrinda Sari 151710101007
Faridatul Meikhusna 151710101034
Nany Masrurotin 151710101076
Fadilla Ken Satiti 1517101011

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang
menduduki posisi penting dalam sektor pertanian dan sektor perkebunan. Kelapa
sawit merupakan komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian
pesat. Menurut Ahmad Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian, pemintaan domestik atas kelapa sawit dapat meningkat sekitar 2,2
persen per-tahun hanya dari sektor pangan (Walagri Jati Utama, 2012). Sejalan
dengan semakin meningkatnya produksi kelapa sawit dari tahun ke tahun, akan
terjadi pula peningkatan volume limbahnya. Umumnya limbah padat industri
kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga berdampak pada
pencemaran lingkungan. Penanganan limbah secara tidak tepat akan mencemari
lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengolah dan meningkatkan
nilai ekonomi limbah padat kelapa sawit. Limbah kelapa sawit adalah sisa-sisa
hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau
merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit baik berupa limbah
padat maupun limbah cair. Limbah padat kelapa sawit dapat berupa tandan
kosong, cangkang dan fiber (sabut).
Ekologi Industri adalah bidang ilmu yang difokuskan pada dua tujuan yaitu
peningkatan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi
industri, sistem industri dipandang bukan sebagai suatu sistem yang terisolasi dari
sistem dan lingkungan disekelilingnya, melainkan merupakan satu kesatuan.
Didalam sistem ini dioptimalkan siklus material, dari mulai bahan mentah hingga
menjadi bahan jadi, komponen, produksi dan pembuangan akhir. Faktor-faktor
yang dioptimalkan termasuk sumber daya, energi dan modal (Muntiana, 2016).
Melalui hal tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa dalam industri
pengolahan kelapa terdapat banyak komponen yang dapat diolah lebih lanjut
sehingga penerapan ekologi industri sangat diperlukan untuk mengatasi dampak
limbah dari industri ini. Hasil akhir dari penerapan metode ini diharapkan dapat
meningkatkan nilai ekonomis dari produk dan memperbaiki kualitas lingkungan.
Pembahasan lebih lanjut mengenai teknis penerapan ekologi industri dalam
industri kelapa akan dikaji secara rinci dalam makalah ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah teknologi pengolahan limbah pangan
dan hasil pertanian dengan tema penerapan ekologi industri antara lain :
1. Mengetahui teknologi pengolahan kelapa sawit dan limbah yang dihasilkan
2. Mengetahui kemungkinan pemanfaatan limbah industri kelapa sawit menjadi
produk yang lebih ekonomis.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Ekologi Kelapa Sawit
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dasar utama ekologi
indudtri yaitu metabolisme industri yang merupakan keseluruhan aliran material
dan energi yang ada dalam system industri. Berikut ini tujuan ekologi industri
adalah : Untuk mengorganisasikan sistem industri (termasuk semua aspek
kegiatan manusia didalamnya) sehingga diperoleh suatu jenis operasi industri
yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.

Kelapa sawit adalah salah satu pohon palem produktif utama yang
dikembangkan di Indonesia. Tumbuhan ini adalah penghasil minyak nabati
terbesar di dunia, terutama karena minyak dapat diproduksi baik dari serabut buah
maupun inti. Minyak ini dapat digunakan untuk minyak masak, minyak industri,
maupun bahan bakar (biodiesel). Sifatnya yang tahan oksidasi dengan tekanan
tinggi dan kemampuannya melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan
pelarut lainnya, serta daya melapis yang tinggi membuatnya dapat digunakan
untuk beragam peruntukan. Daerah penyebaran kelapa sawit di Indonesia
terutama di daerah pantai timur Sumatra, Aceh, Kalimantan, Sulawesi dan Papua
Barat.
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis,
karena berhubungan dengan sektor pertanian ( agro‐based industry) yang banyak
berkembang di negara‐negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand
(Departemen Perindustrian, 2007). Permintaan kelapa sawit yang terus meningkat
seiring dengan peningkatan populasi penduduk di dunia. Menurut Ahmad
Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, pemintaan
domestik atas kelapa sawit dapat meningkat sekitar 2,2 persen per-tahun hanya
dari sektor pangan (Walagri Jati Utama, 2012).Peningkatan luas perkebunan
kelapa sawit telah mendorong tumbuhnya industri-industri pengolahan,
diantaranya pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang menghasilkan crude palm
oil (CPO). PMKS merupakan industri yang sarat dengan residu pengolahan.
PMKS hanya menghasilkan 25-30 % produk utama berupa 20-23 % CPO dan 5-7
% inti sawit (kernel). Sementara sisanya sebanyak 70-75 % adalah residu hasil
pengolahan berupa limbah (William, 2011).

2.2 Industri Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar
(TBS), setelah diolah tandan buah segar akan menghasilkan minyak yang terdiri
atas 2 macam : minyak berasal dari daging buah (messocarp) yang dihasilkan
melalui perebusan dan pemerasan (press), minyak jenis ini dikenal sebgai minyak
sawit kasar atau crude palm oil (CPO) ; minyak bersal dai inti sawit, dikenal
sebagai minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). CPO dan PKO dapat dibuat
menjadi berbagai produk, pabrik CPO dan PKO disebut refineri dan ekstraksi
yang mengaslkan beberapa jenis minyak siap pakai seperti minyak goreng dan
berbagai jenis minyak yang harus diproses lebih lanjut untuk menghasilkan
produk lain.
A. Pengolahan CPO
Proses awal dimulai dengan penyiapan bahan baku TBS yang diambil dari
perkebunan sawit. TBS yang sudah diangkut oleh truck ditempatkan di loading
ramp. Tandan Buah Segar dari loading ramp ini kemudian dimasukkan kedalam
lori-lori yaitu tempat meletakkan buah kelapa sawit untuk proses perebusan yang
berkapasitas 3,75 ton Tandan Buah Segar pada setiap lorinya. Tandan Buah Segar
yang dimasukkan kedalam lori dengan membuka pintu loading ramp yang diatur
dengan sistem hidrolik.Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO diawali dengan
proses perebusan TBS ke dalam sterilizer bertipe horizontal tank.. Kemudian buah
yang telah masak dimasukkan ke dalam thresser untuk proses pemisahan antara
tandan kosong dan daging buah sawit. Dari tempat tersebut buah sawit yang
terpisah dari tandan kosong dimasukkan ke digester dan diaduk sedemikian rupa
sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari biji.
Selanjutnya proses pengadukan dan pelumatan buah lebih lanjut akan
menghasilkan bubur buah yang mengandung minyak. Minyak bebas dibiarkan
keluar secara kontinu melalui lubang dasar digester. Massa yang keluar dari
digester diperas dalam screw press pada tekanan30-50Bar dengan kondisi screw
press bersuhu 90-95°C. Setelah proses pengepresan untuk selanjutnya adalah
proses penyaringan memakai vibrating screenbertujuan untuk memisahkan Nonoil
Solid (NOS) yang berukuran besar seperti serabut, pasir, tanah, kotoran-kotoran
lain yang terbawa dengan minyak. Minyak yang keluar dari vibrating screen ke
crude oil tank untuk ditampung sementara sebelum dipompakan ke stasiun
pemurnian. Dari sini minyak dipompakan ke cylinder setting tank untuk
mengendapkan lumpur, pasir, dengan perbedaan berat jenisnya dan waktu
pengendapannya, maka minyak yang mempunyai densitasnya lebih ringan, maka
akan terapung ke permukaan bagian atas CST. Minyak dari CST menuju ke pure
oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil purifier.
Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak melalui pompa oil purifier dipompakan ke
vacum dryerdengan tipe spray dryer. Sludge yang masih mengandung minyak
pada bagian CST di alirkan ke sludge oil tank untuk pengendapan lumpur, sludge
kembali dan dipanaskan dengan suhu 80-90 C.
Dengan menggunakan sistem coil untuk memudahkan pemisahan lumpur,
air dan minyak Minyak setelah melalui alat pengering (vacum dryer) dengan mutu
standar melalui pompa oil transfer pump, kemudian dipompakan ke storage tank,
dengan suhu sampai 45-60 C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit.
Minyak yang dihasilkan dari daging buah ini berupa minyak kasar atau disebut
juga Crude Palm Oil (CPO).

B. Pengolahan PKO
Selanjutnya pengolahan minyak inti sawit atau biasa disebut Palm Kernel
Oil (PKO) melalui beberapa tahapan, tahap awal adalah Ampas kempa dari screw
press yang terdiri dari serat dan biji yang masih mengempal masuk ke screw
conveyor. Alat ini berfungsi memindahkan fiber dan kernel menuju ke alat
pemisahan yang disebut depericarper. Depericarper adalah alat untuk memisahkan
ampas dengan biji serta memisahkan biji dari sisa-sisa serabut yang masih
melekat pada biji dengan bantuan 2 buah blower untuk mendorong atau
menghempaskan serat ke atas yang kemudian akan masuk ke dalam cyclone. Serat
(ampas) akan dipisahkan dari debu dan kotoran lain maupun mengurangi kadar air
yang terdapat dalam ampas/serat dengan menggunakan cyclone untuk kemudian
ampas yang diperoleh diproses kembali didalam metode Fraksinasi CO2 super
kritis atau Super Critical Fluid Extraction (SCFE) untuk mengambil atau
mengekstrak sisa minyak yang masih terkandung dalam ampas. Fraksinasi ini
dilakukan untuk mengambil jumlah minyak yang masih terdapat di ampas.
Upaya ini dilakukan agar menghasilkan produk minyak CPO lebih banyak
dan meminimalisir minyak yang terbuang.CPO yang telah dipisahkan dari
ampasnya dilakukan proses pemurnian lebih lanjut melalui CPO Purification.
CO2 digunakan kembali dengan menghilangkan kandungan air melalui proses
absorpsi terlebih dahulu. Lalu dikondisikan dengan tekanan tertentu agar bisa di
recycle kembali dengan menggunakan pompa sentrifugal sebagai alat transfernya
menuju kolom ektraksi. Proses selanjutnya menuju ke nut silo, fungsi dari alat ini
adalah untuk tempat pemeraman biji. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar
air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.nut silo juga
berfungsi untuk menurunkan pengaruh pectin (yang berfungsi sebagai lem
perekat) yang terdapat antara cangkang dan inti. Dari nut silo masuk ke nut
cracker yakni dengan tipe hammer mill untuk memecah inti kernel sehingga inti
terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor akan
mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting kuat
yang menyebabkan inti pecah.
Selanjutnya masuk ke dalam hydro cyclone, berfungsi sebagai alat
pemisah inti dengan cangkang dengan menggunakan media air. Proses pemisahan
ini secara basah dengan memanfaatkan berat jenis dari bahan yang dipisahkan
diantara kedua bahan tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian
yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke nut
dryer untuk mengurangi kadar air. Inti yang telah melalui proses pengeringan
selanjutnya di press dalam screw press dengan tipe press roller mill. Cara kerjanya
adalah bahan masuk melalui bagian tengah lalu kemudian 2 buah roller akan
bergerak berlawanan arah sehingga menjepit bahan dan menjadi bahan
hancur.Setelah didapat minyak PKO kemudian di murnikan dalam proses
purifikasi. Produk PKO setelah melalui alat palm kernel oil purifier dengan mutu
standar melalui pompa oil transfer pump, kemudian dipompakan ke storage Tank.
2.2 Industri Pulp
Setiap pabrik minyak sawit mentah akan menghasilkan TKS kering rata-
rata 7-15 ton/jam, jadi untuk setiap tahunnya dapat menghasilkan 55440 – 118800
ton (Erwinsyah, 2000). Dengan semakin meningkatnya areal penanaman kelapa
sawit setiap tahunnya ketersediaan TKS akan semakin meningkat juga. Hasil
penelitian yang dikembangkan oleh Balai Besar Pulp dan Kertas menunjukkan
bahwa TKS dapat dibuat pulp dengan kekuatan yang cukup tinggi dan pulp
tersebut dapat dipergunakan untuk bahan baku kertas tulis cetak, substitusi kertas
kantong semen dan kertas HVO. TKS memiliki panjang serat rata-rata 0,74 mm
dan diameter luar 10,14 µm serta tebal dinding 3,52 µm.

Pembuatan pulp dilakukan melalui dua cara yaitu proses semikimia


(CTMP) dan Alkaline Peroxide Mechanical Pulping (APMP). Proses semikimia
meliputi pemanasan serat TKS dengan steam pada suhu 100 C selama 1 jam
kemudian ditambahkan bahan kimia NaOH dalam autoclave dengan variasi 4, 6, 8
dan 10%. Pembuatan pulp dilakukan dalam rotary digester pada suhu 120 – 135
oC dimana waktu pada suhu maksimum 1 – 2 jam. Serat TKS selanjutnya
diuraikan dalam refier 2 tingkat yaitu refier kasar dan refier halus. Setelah itu
dilakukan penyaringan menggunakan saringan bergetar untuk memisahkan serat-
serat halus dan seratserat kasar. Selanjutnya dari serat-serat halus (pulp)
ditentukan rendemennya.
Pembuatan pulp APMP meliputi impregnasi serpih dengan steam pada
suhu 100oC selama1 jam dan penguraian serat kasar. Selanjutnya impregnasi
kimia yang dibagi menjadi dua tahap yaitu impregnasi kimia-1 (penambahan
DTPA 1%, Na2SiO3 1,3%, NaOH 1,8%, H2O2 1,4%) pada suhu 80 C selama 2 jam
dan impregnasi kimia-2. Impregnasi kimia-2 dibagi menjadi tiga target. Target
low brightness dengan penambahan Na2SiO3 2%, NaOH 1,8% dan H2O2 2% pada
suhu kamar selama 2 jam. Target mid brightness dengan penambahan Na2SiO3
3%, NaOH 3,8% dan H2O2 4% pada suhu kamar selama 2 jam. Target high
brightness dengan penambahan Na2SiO3 4%, NaOH 4,5% dan H2O2 6% pada
suhu kamar selama 2 jam. Selanjutnya refiing tahap pertama untuk mendapatkan
pulp mekanis dengan konsistensi 10 – 15%. Refiing tahap kedua untuk
mengetahui tingkat pekembangan kekuatan dan kemampuan serat untuk
membentuk lembaran di atas mesin kertas. Tahap terakhir pencucian pulp dari sisa
bahan kimia dan penyaringan agar diperoleh kualitas produk akhir pulp mekanis
yang seragam.

2.3 Bahan Bakar Briket Arang


Menurut Effendi (2008), cangkang buah kelapa sawit merupakan turunan
dari Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang kalau diolah dapat berfungsi
sebagai bahan bakar untuk pengganti BBM. Biasanya cangkang ini digunakan
untuk briket sejenis briket batubara. Cangkang sawit memiliki potensi yang cukup
besar jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena nilai kalor yang dimilikinya
cukup tinggi, sekelas dengan batubara jenis lignit.
TKKS sawit dimasukkan ke dalam tungku untuk proses karbonisasi atau
pembakaran selama 4 sampai 5 jam, kemudian dilakukan pendinginan selama 12
jam. Hasil karbonisasi kemudian dihaluskan sebelum dilakukan pencetakan.
Serbuk yang sudah halus dimasukkan ke dalam cetakan arang briket. Setelah
pencetakan arang dimasukkan ke dalam oven untuk proses pengeringan atau
menurunkan kadar air dari briket arang tersebut, prose pengeringan di dalamoven
di lakukan selama 12 jam kemudian briket dikeluarkan untuk didinginkan dengan
suku ruangan.

Вам также может понравиться