Вы находитесь на странице: 1из 18

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sistem Reproduksi Wanita

II.1.1 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan


organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama,
sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan
sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.

Gambar 1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita


(Netter, f.h., 2010. Atlas of Human Anatomy fifth edition. USA;Saunders Elsevier)

a. Organ Genitalia Eksterna


1. Vulva atau pudenda
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari
pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora,
klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan
struktur vascular.
2. Mons veneris (mons pubis)
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis
dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada

5
perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
3. Labia mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
4. Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare.
Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga
ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
5. Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis
dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang
dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
6. Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke
belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil
dan di belakang oleh perineum (fourchette).
7. Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus
vagina ditutupi oleh selaput dara.
8. Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan
diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot
koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma
urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara

6
tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus
transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun
eksternal yang menutupinya.

b. Organ Genitalia Interna

Gambar 2. Anatomi Uterus


(Paulsen, F. & Waschke, J. 2010. Sobotta. Munchen: Elsevier)

1. Vagina (Liang Sanggama)


Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.
Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masingmasing
panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam
yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih
keras disebut kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan vagina dalam
persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian
lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi.
Vagina dapat darah dari :
a. arteri uterine, yang melalui cabangnya ke serviks dan vagina
memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas
b. arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberikan
darah ke vagina bagian 1/3 tengah

7
c. arteria hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang
memberikan darah ke bagian 1/3 bawah.
2. Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan
belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas
5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan
membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus terdiri atas:
a. fundus uteri
b. korpus uteri
c. serviks uteri
3. Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas:
a. pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus
b. pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya
c. pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak
lebar, tempat konsepsi
d. infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai fimbria
4. Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiridan
kanan.Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm (Prawirohardjo, 2010).

8
II.2 USG
Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik noninvasif menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20 kilohertz)
untuk menghasilkan gambaran struktur organ di dalam tubuh.1 Manusia dapat
mendengar gelombang suara 20-20.000 hertz. Gelombang suara antara 2,5 sampai
dengan 14 kilohertz digunakan untuk diagnostik. Gelombang suara dikirim
melalui suatu alat yang disebut transducer atau probe. Obyek didalam tubuh akan
memantulkan kembali gelombang suara yang kemudian akan ditangkap oleh suatu
sensor, gelombang pantul tersebut akan direkam, dianalisis dan ditayangkan di
layar. Daerah yang tercakup tergantung dari rancangan alatnya. Ultrasonografi
yang terbaru dapat menayangkan suatu obyek dengan gambaran tiga dimensi,
empat dimensi dan berwarna

Ultrasonografi (USG) merupakan modalitas radiodiagnostik yang


menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan suatu image dan paling
paling sering dipakai dalam pencitraan ginekologi. Beberapa alasannya adalah
proses pemeriksaaan cepat, biaya murah, availabilitas luas, dan tidak memberikan
efek radiasi. Namun pemeriksaan ini juga memiliki kelemahan, antara lain
kandung kemih harus penuh pada pemeriksaan USG transabdominal, tebalnya
lemak abdomen membuat hasil USG tidak baik, dan hasil pemeriksaan tergantung
keahlian operator (operator dependent). Beberapa teknik yang sering digunakan
antara lain ultrasonografi transabdominal, transvaginal, dan color doppler. Pada
anak-anak atau wanita yang selaput daranya masih utuh, dapat dilakukan USG
transrektal atau transperineal (Putra, 2011; Rasjidi, 2010).

Pemeriksaan USG ginekologi meliputi USG abdomen dan pelvis.


Parameter yang perlu dinilai pada setiap USG ginekologi adalah ukuran uterus,
ketebalan endometrium, ukuran ovarium, kemungkinan tumor di dalam pevis
minor atau adanya cairan bebas intraabdomen. Penilaian ekogenitas dalam
pencitraan USG ginekologi juga penting diketahui. Ekogenitas jaringan umumnya
dibandingkan dengan eko jaringan parenkim hati. Jaringan dengan eko lebih gelap
dari parenkim hati disebut hipoekoik dan yang lebih terang disebut hiperekoik.
Pada uterus, myometrium normal tampak lebih hipoekoik dibandingkan korpus.

9
Korpus dan serviks uteri tidak berbeda ekogenisitasnya. Berikut ini adalah gradasi
warna pada USG yang menunjukkan unsur penyusunnya (Putra, 2011):

Indikasi pemeriksaan ultrasonografi ginekologi (Putra, 2011):

Arus darah dan gelombang velositas arus darah dapat dievaluasi dengan
beberapa indeks, misalnya rasio sistolik/diastolik (rasio S/D), Resistive Index (RI),
dan Pulsatility Index atau index impedansi (PI). Rasio S/D adalah indeks paling
sederhana, nilai > 8,0 dianggap sangat tinggi. Resistive Index (RI) dapat
membantu dalam penentuan jenis lesi. RI = (PSV – EDV) / PSV (keterangan:
PSV = Peak Sistolic Velocity, EDV = End Diastolic Velocity). RI rendah (< 0,4):
umumnya keganasan; namun dapat pula ditemui pada korpus luteum, massa
dengan metabolism aktif, dan inflamasi. RI tinggi (> 0,4): lesi jinak. Pulsatility
index (PI) = (PSV – EDV) / rerata. Nilai PI membutuhkan perhitungan komputer
atas rerata velositas.

10
a. Uterus

Ultrasonografi merupakan modalitas terpilih untuk melakukan


skrining kelainan uterus. Orientasi uterus pada USG 2D biasanya dilakukan
pada bidang transversal dan sagital. Evaluasi yang lebih akurat pada berbagai
irisan dimungkinkan dengan USG 3D yang akan menghasilkan tayangan
simultan bidang koronal, sagital dan transversal. Dengan USG 3D akan
didapat visualisasi lesi yang lebih baik, perkiraan volume yang lebih akurat,
pengkajian invasi tumor, dan dapat mengidentifikasi lokasi kelainan lebih
akurat untuk intervensi bedah. Sistem power doppler 3D dapat memberikan
informasi mengenai vaskularisasi normal dan abnormal sehingga dapat
memvisualisasikan pembuluh-pembuluh darah dan hubungannya satu sama
lain serta hubungan dengan jaringan sekitarnya (Putra, 2011).
USG transvaginal sangat baik untuk visualisasi endometrium, USG
Color Doppler untuk evaluasi lesi endometrium fokal, USG 3D untuk evaluasi
kelainan duplikasio uterus. Miometrium tampak homogen dengan struktur eko
rendah sampai moderate. Rongga endometrium tampak sebagai suatu garis
ekogenik, akibat permukaan endometrium yang berhadapan. Pengukuran
terbaik endometrium adalah pada potongan sagital midline uterus, dan diambil
dari perbatasan endometrium anterior/miometrium ke perbatasan endometrium
posterior/miometrium. Gambaran endometrium bervariasi tergantung pada
siklus menstruasi:
1. Fase menstruasi : tipis, 1 – 2 mm, terlihat sebagai double layer.
2. Fase proliferasi : 3 – 5 mm; ekogenitas menurun seiring
perkembangan proliferasi. Pada akhir masa proliferasi terbentuk triple
line, yaitu garis sentral lebih ekogenik karena pertemuan bagian
anterior dan posterior, disebabkan endometrial-myometrial junction
(basal layer echo). Tampak area relatif hipoekoik di sekeliling garis
ekogenik sentral yang merupakan refleksi edema pada lapisan
fungsional.
3. Fase sekresi : 6 – 12 cm; lapisan fungsional menjadi
hiperekoik sebagai refleksi dari peningkatan glikogen dan mukus pada
glandula.

11
Bila ketebalan endometrium pada pasca menopause > 5 mm, harus
dipertimbangkan sebagai abnormal (Rasjidi, 2010).

Gambar 3. Uterus premenopausal


normal. Potongan sagital USG
transvaginal menunjukkan
lapisan dalam miometrium yang
hipoekoik (kepala panah) dan
lapisan luar miometrium yang
lebih hiperekoik. Garis ekogenik
tipis (panah pendek)
menunjukkan endometrium dan
menandai lokasi cavum uterus.
Pembuluh darah arkuata terlihat
sebagai struktur anekoik (panah
panjang) di tepi miometrium.
FU: Fundus Uteri; CX: Serviks
(Doubilet and Benson, 2003)

Serviks biasanya ditayangkan pada irisan sagital. Pada orientasi ini,


ujung probe hampir menyentuh bibir serviks. Buli-buli akan tampak di
atasnya. Ostium internal tampak pada sisi kanan kanalis servikalis. Kanalis
servikalis berada pada sudut 90o terhadap sumbu vagina atau probe
transvaginal. Panjang serviks normal yang diukur dari ostium internal
sampai eksternal adalah sekitar 3 cm. USG bukan metode lini pertama untuk
diagnosis kanker serviks tetapi penting untuk mengenali lesi keganasan
serviks dan berbagai proses lainnya (Putra, 2011).

12
b. Adneksa
Tuba Falopii merupakan saluran telur yang menghubungkan rongga
peritoneum daerah ovarium dengan cavum uteri. Panjang rata-rata tuba adalah
8 – 14 cm (Cunningham, 2010). Secara struktural tuba terdiri dari 4 bagian:
1. Pars interstisial/intramural, yaitu segmen yang menembus dinding
uterus
2. Pars isthmika, terletak 3 – 6 cm lateral dari uterus, merupakan bagian
tuba yang paling sempit (diameter 2 – 3 mm)
3. Pars ampularis, merupakan segmen tuba yang paling luas, tempat
terjadinya fertilisasi.
4. Infundibulum, merupakan bagian lateral tuba yang menjorok ke
ovarium, memiliki ujung bebas membentuk tonjolan-tonjolan yang
disebut fimbriae.
Pars interstisial dapat dilihat dengan USG transvaginal di bagian atas
kanan dan kiri lateral korpus uteri. Gambaran sonografik adalah garis lurus
ekogenik yang muncul dari kanal endometrium dan memanjang melalui
dinding uterus. Isthmus, ampula dan infundibulum biasanya tidak tampak pada
USG transabdominal atau transvaginal kecuali terdapat patologi tertentu atau
cairan bebas dalam kantong pelvis lateral (Putra, 2011).

Gambar 5.
Tuba normal pada irisan sagital
adneksa
(Putra, 2011).

Ovarium merupakan organ berbentuk almond, dan saat usia


peritoneum. Secara struktural, ovarium terdiri dari bagian medula dan korteks.
Bagian medula kaya vaskularisasi dan mendapatkan suplai dari bagian hilum.

13
Bagian korteks mengandung folikel-folikel ovarium dalam berbagai tahapan
maturitas (Cunningham, 2010). Volume ovarium bervariasi bergantung pada
usia:
1. Anak < 5 th : < 1 cc
2. Menarke : 4,2 ± 2,3 cc
3. Usia subur : 9,8 ± 5,8 cc
4. Menopause : 2,9 ± 2,2 cc
Pada usia subur, umum dijumpai kista fisiologis, dengan ciri-ciri berukuran ≤
3 cm dan tanpa sekat/septum dan/atau komponen padat.
USG juga merupakan modalitas terpilih untuk skrining massa
ovarium. Gambaran ovarium normal berubah sesuai dengan usia dan fase
siklus menstruasi. Ovarium normal mempunyai ciri relatif homogen pada
korteks, dengan lebih ekoik pada sentral medula. Area anekoik kecil atau
folikel kecil dapat terlihat di perifer korteks. Ovarium yang atrofi pada
menopause sulit untuk divisualisasi. USG transvaginal dapat menggambarkan
daerah adneksa dengan lebih baik, sedangkan USG transrektal dapat
menggambarkan daerah serviks dan vagina (Rasjidi, 2010).

Gambar 6. Ovarium normal pada wanita


(menstrual age).
Ovarium (tanda panah) tampak sebagai
struktur dengan ekogenisitas moderat,
mengandung beberapa kista fungsional
kecil (kepala panah)
(Doubilet and Benson, 2003)

14
Gambar 7. Ovarium normal pada wanita postmenopause. USG transvaginal dengan
potongan sagital (a) dan koronal (b) memperlihatkan ovarium kanan pada wanita
postmenopause. Ovarium tersebut kecil dan homogen serta tidak terlihat kista
fisiologis (Doubilet and Benson, 2003).

II.2.1 USG Doppler


Ultrasonografi Doppler adalah ultrasonografi medis yang menggunakan
efek Doppler untuk menghasilkan pencitraan gerakan jaringan dan cairan tubuh
(biasanya darah) dan kecepatan relatifnya ke probe. Dalam warna Doppler,
perubahan frekuensi diubah menjadi warna di layar. Biru berarti darah bergerak
menjauh dari transduser; merah berarti darah bergerak menuju transduser (catatan:
biru dan merah tidak selalu berarti darah rendah oksigen dan tinggi oksigen
masing-masing). Penjelasan: ketika darah bergerak menuju transduser, panjang
gelombang gelombang suara memendek, frekuensi suara meningkat (pergeseran
Doppler positif). Kebalikannya terjadi dalam darah bergerak menjauh dari
transduser (= pergeseran Doppler negatif)

Fundus Uterus

15
II.3 Elastografi

Elastografi secara noninvasif dapat mengevaluasi kekakuan lesi.


Elastografi dapat menilai deformabilitas jaringan dengan memberikan informasi
mengenai elastisitas dan karakteristik jaringan. Hal ini didasarkan pada dasar
pemikiran bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam sifat mekanik dari jaringan
yang dapat dideteksi dengan menerapkan kekuatan mekanik eksternal. (Goddi,
2012; Su Hyun Lee et al, 2013)
Salah satu keterampilan pemeriksaan fisik pertama yang dipelajari setiap dokter
adalah palpasi, yang didasarkan pada premis bahwa kanker akan terasa lebih keras
daripada jaringan di sekitarnya. (Garra, 2007)
Tujuan dari elastografi adalah untuk menilai kekakuan jaringan yang didasarkan
pada 3 tahap yaitu :
1. Eksitasi : transmisi tegangan pada jaringan (mekanis, getaran,pergeseran)
2. Akuisisi : rekaman sinyal yang di induksi oleh deformasi jaringan akibat
tegangan
3. Analisis : regangan jaringan yang diinduksi oleh propagasi tegangan
Dengan menggunakan elastografi, kekakuan maupun elastisitas jaringan
dapat diukur dan diubah menjadi gambar. Dasar fisika elastografi ini bergantung
pada kekakuan jaringan yang dihitung dengan modulus Young (E atau elastisitas),
yang ditentukan dengan menghitung rasio antara kompresi (s atau tegangan) yang
di lakukan pada jaringan dan deformasi jaringan yang dihasilkan (e atau
regangan). Prinsip ini didasarkan pada respon mekanik dari medium setelah
diberikan tekanan geser dan longitudinal. Satuan Modulus Young (E) adalah
kilopascal (kPa). (Garra, 2007)
Modulus Young = tegangan (stress)
atau E = s regangan (strain) e
Jika jumlah tegangan (stres) yang awalnya diterapkan pada jaringan diketahui,
elastisitasnya bisa ditentukan. Sebagian besar kanker terasa kaku pada palpasi
karena memiliki nilai regangan lebih rendah dan modulus Young yang lebih
tinggi. Meskipun palpasi secara inheren subjektif, kekakuan dapat diukur dengan
elastografi, dengan menggunakan proses 3 langkah:
1. Menerapkan tegangan kecil ke jaringan (s)

16
2. Mengukur perpindahan jaringan (e)
3. Perkirakan kekakuan berdasarkan perpindahan jaringan (dengan
menghitung rasio regangan (strain ratio) atau modulus Young)
Dalam praktek klinis, penentuan tegangan awal yang diterapkanpada jaringan
(yaitu, langkah 1) menimbulkan tantangan yang signifikan karena tegangan
biasanya dibuat oleh tekanan transduser berulang, yangbervariasi antar operator
yang berbeda atau bahkan operator yang sama. Tegangan awal juga tergantung
pada sudut di mana gaya diterapkan.(Garra, 2007)

Gambar 9. Teknik ultrasound elastografi (Rosa dkk, 2017)

Gambar 10. Skor Tsukuba. Skor 1 mengindikasikan elastisitas lesi pada


seluruh bagian lesi (seluruh lesi tampak berwarna hijau sama seperti
jaringan normal disekitarnya). Skor 2 mengindikasikan elastisitas sebagian
besar lesi (lesi tampak berwarna hijau dan biru). Skor 3 mengindikasikan

17
elastisitas lesi pada perifer dengan sparing pada bagian tengah lesi
(bagian tengah lesi berwarna biru dengan area perifer yang berwarna
hijau). Skor 4 mengindikasikan tidak tampak elastisitas lei secara
keseluruhan (seluruh lesi berwarna biru) dan skor 5 mengindikasikan tidak
tampak elastisitas lesi secara keseluruhan dan area sekitar (lesi dan area
sekitar berwarna biru). (Lee et al, 2014)

II. 4 HSG

Histerosalpingografi atau HSG sendiri pengertiannya adalah Pemeriksaan secara


radiologi organ reproduksi wanita bagian dalam pada daerah uterus, tuba fallopii,
cervix dan ovarium mengunakan media kontras positif. Pemeriksaan ini biasanya
sering dilakukan pada ibu-ibu dengan indikasi Infertil baik primer maupun
sekunder. Akan tetapi juga bisa dilakukan untuk indikasi-indikasi lain yang
tentunya merupakan kelainan pada organ reproduksi wanita.
a. Indikasi Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)
Indikasi pemeriksaan Histerosalpingografi adalah :
1. Menentukan keberhasilan tindakan operasi sterilitas, Sterilitas primer
maupun sekunder untuk melihat normal tuba (paten tidaknya tuba),
2. Fibronyoma pada uteri
3. Hypoplasia endometri
4. Perlekatan-perlekatan dalam uterus,adenomiosis.

b. Kontra Indikasi Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)


Kontra Indikasi dari pemeriksaan HSG adalah :
1. Menstrurasi
2. Peradangan dalam rongga pelvis
3. Persarahan dalam kavum uteri
4. Alergi terhadap bahan kontras
5. Setelah dikerjakannya curettage
6. Kecurigaan adanya kehamilan.

c. Prosedur Pemeriksaan
1. Pelaksanaan Pemeriksaan HSG

18
Sebaiknya pemeriksaan HSG dilaksanakan pada masa Subur / Fertile efektifnya
yaitu 10 hari setelah HPHT (Hari Pertama Haid Terahir). Akan tetapi pada
prakteknya tidak pasti sperti itu. Untuk pasien dengan siklus haid Normal ( Haid 7
hari) maka pemeriksaan dilakukan 10-14 hari setlah HPHT. Dan untuk pasien
dengan siklus haid tidak Normal maka pemeriksaan dilakukan 3-4 hari setelah
haid selesai.
2. Persiapan Pasien
Persiapan penderita untuk pemeriksaan HSG adalah sebagai berikut :
a. Penderita sejak hari pertama menstruasi yang terakhir sampai hari
kesepuluh tidak diperkenankan melakukan persetubuhan (koitus) terlebih
dahulu.
b. Pada pemeriksaan sebaiknya rektum dalam keadaan kosong, hal ini dapat
dilakukan dengan memberi penderita tablet dulcolak suposutoria beberapa
jam sebelum pemeriksaan atau sebelum lavemen.
c. Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit, atas perintah dokter
penderita dapat diberi obat penenang, dan anti spasmodik.
d. Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil
terlebih dahulu untuk menghindari agar penderita tidak buang air selama
jalannya pemeriksaan sehingga pemeriksaan tidak terganggu dan berjalan
lancar.
e. Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan
dilakukan, serta jalannya pemeriksaan agar pasien merasa aman dan
tenang sehingga dapat diajak kerjasama demi kelancaran pemeriksaan.
3. Pemasukan Media Kontras
Pemasukan media kontras bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
HSG Set dan dengan Katerer. Media kontras yang dipakai adalah media kontras
positif jenis Iodium water soluble yang sering digunakan adalah Urografin 60%,
Urografin 76 %.

19
Gambar 11. Pemasukan media kontras menggunakan HSG Set

Gambar 12. Pemasukan media kontras menggunakan Kateter

a. Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan


menggunakan desinfektan, diberi juga obat antiseptik daerah cervix.
b. Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan kateter
masuk kemudian bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadin,
kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah
uteri.
c. Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung
kateter, sebelumnya kateter diisi terlebih dahulu dengan media kontras
sampai lumen kateter penuh.
d. Dengan bantuan long forcep, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri
externa
e. Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon
mengembang diantara ostium interna & externa, balon ini harus terkait
erat pd canalis servicalis, kemudian spekulum dilepas.

20
f. Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media
kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih
g. Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang
akan dilakukan serta ambil radiografinya
h. Balon dikempeskan dan kateter dapat ditarik secara perlahan
i. Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.
d. Proyeksi
Untuk pemasukan media kontras dengan HSG set maupun kateter proyeksi
yang digunakan sama. Foto diambil dengan proyeksi sebagai berikut.
1. AP Plan foto
2. AP dengan Kontras
3. Oblik dengan Kontras
4. AP Post miksi

1. Proyeksi AP
a. Proyeksi AP ini digunakan untuk plan foto, proyeksi setelah
dimasukannya media kontras,dan post miksi. Prosedurnya sebagai berikut:
b. Posisi Pasien : pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan untuk plan
foto dan post miksi, lakukan posisi Lithotomi saat pemasukan HSG Set
atau kateter dan untuk proyeksi AP setelah pemasukan media kontras.
c. Posisi Objek : Daerah pelvis true AP dan atur MSP tbuh pada pertengahan
kaset atau meja pemeriksaan. Atur kaset pada posisi membujur.
d. Central Ray : Vertical tegak lurus film. Central Point: 5 cm proximal
symphisis phubis
2. Proyeksi Oblique
a. Proyeksi Oblique ini digunakan untuk proyeksi setelah dimasukannya
media kontras pada vagina. Prosedurnya sebagai berikut:
b. Posisi Pasien: Pasien tidur semi supine ke salah satu sisi tubuh (LPO atau
RPO)
c. Posisi Objek : Atur daerah pelvis posisi oblik kira-kira 45 derajat. Atur
kaset pada posisi membujur.

21
d. Central Ray : Vertical tegak lurus film. Central Point: 5 cm proximal
symphisis pubis. RPO : 2 cm kearah kiri dari MSP. LPO : 2 cm kearah
kanan dari MSP.

Gambar 13. Radiograf HSG

22

Вам также может понравиться

  • Laporan Kasus Mata Pterigium Okk
    Laporan Kasus Mata Pterigium Okk
    Документ34 страницы
    Laporan Kasus Mata Pterigium Okk
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Mata Pterigium Okk
    Laporan Kasus Mata Pterigium Okk
    Документ34 страницы
    Laporan Kasus Mata Pterigium Okk
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Obat Tokolitik
    Obat Tokolitik
    Документ27 страниц
    Obat Tokolitik
    Jon Wafa Azwar
    100% (1)
  • Obat Tokolitik
    Obat Tokolitik
    Документ27 страниц
    Obat Tokolitik
    Jon Wafa Azwar
    100% (1)
  • Jurnal Kulit Dermatitis Atopik
    Jurnal Kulit Dermatitis Atopik
    Документ18 страниц
    Jurnal Kulit Dermatitis Atopik
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Avian Influenza
    Avian Influenza
    Документ19 страниц
    Avian Influenza
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Hipertensi Teratai
    Hipertensi Teratai
    Документ14 страниц
    Hipertensi Teratai
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Penyakit Pes
    Penyakit Pes
    Документ34 страницы
    Penyakit Pes
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Lapsus Asma Bronkial Ok
    Lapsus Asma Bronkial Ok
    Документ31 страница
    Lapsus Asma Bronkial Ok
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • 5.bab 3
    5.bab 3
    Документ8 страниц
    5.bab 3
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • KDK TB
    KDK TB
    Документ61 страница
    KDK TB
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • KDK Eta Okk
    KDK Eta Okk
    Документ14 страниц
    KDK Eta Okk
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Pra SMD
    Pra SMD
    Документ35 страниц
    Pra SMD
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Long Case - Elsya Melinda 1810221016
    Long Case - Elsya Melinda 1810221016
    Документ27 страниц
    Long Case - Elsya Melinda 1810221016
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • ObstetridanGinekologi 1519359454293 PDF
    ObstetridanGinekologi 1519359454293 PDF
    Документ282 страницы
    ObstetridanGinekologi 1519359454293 PDF
    Citra Utami Viollety
    Оценок пока нет
  • Pra SMD
    Pra SMD
    Документ35 страниц
    Pra SMD
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • 4.bab 2
    4.bab 2
    Документ12 страниц
    4.bab 2
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Ibu Hamil
    Ibu Hamil
    Документ2 страницы
    Ibu Hamil
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Bab I Laporan Kasus
    Bab I Laporan Kasus
    Документ22 страницы
    Bab I Laporan Kasus
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Pengesahan, Katpeng, Dafis3
    Pengesahan, Katpeng, Dafis3
    Документ8 страниц
    Pengesahan, Katpeng, Dafis3
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Rumah Sehat5 Revisi1
    Rumah Sehat5 Revisi1
    Документ62 страницы
    Rumah Sehat5 Revisi1
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Skor SPM MANDIRI
    Skor SPM MANDIRI
    Документ72 страницы
    Skor SPM MANDIRI
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • BAB 1-Rev Oishi
    BAB 1-Rev Oishi
    Документ3 страницы
    BAB 1-Rev Oishi
    Ryantino Irdan
    Оценок пока нет
  • SMD Tambahan Septi
    SMD Tambahan Septi
    Документ2 страницы
    SMD Tambahan Septi
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Kanker Nasofaring
    Kanker Nasofaring
    Документ18 страниц
    Kanker Nasofaring
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • BAB 1-Rev Oishi
    BAB 1-Rev Oishi
    Документ3 страницы
    BAB 1-Rev Oishi
    Ryantino Irdan
    Оценок пока нет
  • 5.bab 3
    5.bab 3
    Документ8 страниц
    5.bab 3
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Lapsus Hepatitis C Anestesi - Elsya
    Lapsus Hepatitis C Anestesi - Elsya
    Документ28 страниц
    Lapsus Hepatitis C Anestesi - Elsya
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • REFLEKSI KASUS Traumatumpul Devia
    REFLEKSI KASUS Traumatumpul Devia
    Документ32 страницы
    REFLEKSI KASUS Traumatumpul Devia
    elsyamelinda
    Оценок пока нет
  • Lapsus Pterigium
    Lapsus Pterigium
    Документ40 страниц
    Lapsus Pterigium
    elsyamelinda
    Оценок пока нет