Вы находитесь на странице: 1из 45

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar,adalah masa

keemasan dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk

meletakan dasar-dasar kemampuan fisik, bahasa, emosional, seni, moral dan nilai-

nilai agama dan sosial sehingga upaya perkembangan seluruh potensi anak usia

dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara

optimal.

Aspek perkembangan yang dapat dikembangkan dalam pendidikan anak

usia dini adalah aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, perkembangan

sosia, emosianal dan kemandirian, perkembangan bahasa, perkembangan

kognitif,perkembangann fifik/motorik dan perkembangan seni. Aspek

perkembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina agar anak

dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan berintraksi dengan sesamanya

maupun dengan orang dewasa dengan baik,serta dapat menolong dirinya sendiri

dalam rangka mengembangkan kecakapan hidupnya kelak.

Pendidikan di taman kanak-kanak (TK) dilaksanakn secara terencana,

terprogram dengan tepat mempethatiakn karalterristik,tingkat perkembangan

psikologis,pertumbuhan fisik dan kebutuhan anak sehingga seluruh kemampuan

atau potensi yang ada pada dirinya berkembang secara optimal.

1
2

Serta siap memasuki pendidikan selanjutnya. Berpegang teguh pada prinsip

pembelajaran di TK, yaitu bermain seraya belajar, akan lebih menyenangkan,

menarik dan bermakna. Melalui bermain anak memiliki keempat untuk

bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasidan belajar

secara menyenangkan selain itu melalui bermain membantu anak mengenal

dirinya sendiri orang laindan lingkungan, serta dapat berpatisipasi dalam

kehidupan bermasyarakat.

Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan

usia dini yang berada pada jalur pendidikan formal sebagaimana tertuang pada

undang-undang sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 ayat

(3)menyatakn bahwa”pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK)

perkembangan anak terjadi mulai dari aspek sosial, emosional dan interaksi yang

berkembang pesat saat anak memasuki usia persekolah (3-6 Tahun) dan bisa di

sebut dengan golden age.

Perilaku sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain.

Kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal

bertingkah laku yang dapat di terima oleh orang lain. belajar memainkan peran

sosial yang dapat diterima oleh orang lain.serta upaya mengembangkan sikap

sosial yang layak di terima oleh orang lain.

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

terhadap perkembangan prilaku sosial anak sebelum anak mengenal tentang

lingkungan TK oleh karena itu, orang tua perlu berhati-hati dalam menerapkan

berbagai pola asuh kepada anak. Anak usia dini cenderung meniru setiap yang di
3

lakukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Hal ini membuktikan bahwa

lingkungan keluarga memiliki pengaruh penting dalam menumbuh kembangkan

anak.

Perubahan tatanan sosial yang terjadi saat ini adalah karena kurangnya

kesadran orang tua bahwa suasana keluarga merupakan cikal bakal masa depan

anak yang dapat mempengaruhi prilaku sosial anak. Suasana kurang kondusif

yang tercipta di lingkungan keluarga akan berakibat negatif bagi perkembangan

anak.

Anak diharapkan bisa untuk bertumbuh kembang ke arah yang positif,

namun karena dalam keluarga menerapkan pola asuh yang berbeda sehingga

perkembangan anak juga berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga

pemilihan orang tua untuk menerapkan pola asuh yang paling tepat akan

membantu perkembangan anak lebih optimal.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan calon peniliti di kelompok B

TK AL-Khairaat Parigi, menemukan masalah perilaku sosial anak belum

berkembang sesuai harapan. hal tersebut di tunjukan melalui perilaku anak yang

kurang sopan berbicara kepada guru,cenderung breaksi negatif terhadap

pendekatan orang lain, sukar di ajak kerja sama. Gejala yang paling menonjol

yaitu anak-anak masih belum menunjukan sikap bekerja sama dengan baik anak

cenderung mementingkan diri sendiri, pendiam, masih cenderung memilih-milih

teman bermain, sering berselisih dengan teman , sering menangis.

Hal tersebut terjadi karena kurangnya penghargaan guru terhadap hasil

karya anak, serta pembelajaran yang digunakan hanya berpusat pada lingkungan
4

yang terus menerus digunakan, tentunya anak merasa bosan dengan keadaan atau

media pembelajaran yang terus menerus digunakan. Anak mempunyai karakter

yang berbeda antara satu dengan yang lain dan mereka juga mempunyai latar

belakang yang berbeda, baik perbedaan latar belakang sosial, latar belakang

ekonomi, pekerjaan dan masi banyak lagi perbedaan lainnya. Perbedaan ini

menjadi faktor pembentukan perkembangan sosial anak.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “ Pengaruh Metode Karya Wisata Terhadap Perilaku Sosial Anak di

Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku sosial anak sebelum dan sesudah diterapkan metode

karya wisata di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi ?

2. Bagaimana penerapan metode karya wisata di kelompok B TK Al-

Khairaat Parigi ?

3. Apakah metode karya wisata berpengaruh terhadap perilaku sosial anak

di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Perkembangan perilaku sosia anak di Kelompok B TK Al-Khairaat

Parigi.

2. Penerapan metode karya wisata di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi.


5

3. Pengaruh Metode Karya wisata terhadap perilaku sosial anak di

Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasrkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan dalam pendidikan. Adapun

manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan, khususnya untuk penggunaan

metode karya wisata dalam mengembangkan perilaku sosial anak.

2. Untuk menambah wawasan akademik dalam mengembangkan perilaku

sosial anak melalui metode karya wisata.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapaun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Anak: Sebagai wadah unuk mengembangkan semua potensi yang

dimiliki serta membentuk karakteristik dan menjadi generasi bangsa yang

berkualitas.

2. Guru: Menjadi tolak ukur guru dalam menentukan serta menerapkan

metode dalam pembelajaran sesuai kebutuhan anak agar potensi yang

dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.

3. Kepala TK: Untuk menjadi sarana informasi dalam meningkatkan mutu

pembelajaran di TK Al-Khairaat Parigi. Serta dapat menciptkan suatu


6

interaksi yang baik dilingkungan TK antara guru dengan guru, guru

dengan peserta didik maupun peserta didik dan peserta didik lainnya.

4. Peneliti lain: untuk menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya jika akan

melakukan penelitian yang berkaaitan atau ada kaitanya dengan pengaruh

metode karya wisata terhadap perilaku sosial anak.

1.5 Batasan Masalah

Suatu penelitian dikatakan baik apabila masalah yang diteliti ada

batasannya. Maka demikian untuk menghindari pemahaman yang salah di

samping keterbatasan penulis maka dirasa perlu membatasi permasalahan dalam

penelitian ini. Adapun penelitian ini terbatas pada pengaruh metode karya wisata

terhadap perilaku sosial anak dilingkungan TK dengan sasaran adalah anak-anak

di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi.

1.6 Batasan Istilah

1.6.1 Perilaku Sosial

Perilaku sosial adalah hubungan antar perorangan atau dengan kelompok

manusia, yang dipengaruhi oleh hadirnya orang lain, tingkah laku kelompok, atau

tingkah laku yang berada di bawah konttrol masyarakat. Dalam perkembangan

sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. pemikiran itu

terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari

hasil pergaulannya dengan orang lain.

1.6.2 Metode Karya wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar dengan peragaan secara

langsung berupa obyek pelajaran yang sesungguhnya sehingga anak memperoleh


7

gambaran langsung tentang apa yang dipelajarinya. Melalui pembelajaran

menggunakan metode karya wisata anak akan lebih cepat menagkap informasi

melalui pengamatan secara langsung.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 penelitian yang relevan

Penelitian ini sudah di pernah di bahas oleh penekitian sebelumnya, adapun

contoh penelitian yang releva terkait pola asuh orang tua terhadap perilaku sosial

anak, yaitu;

1. Suud (2015), “pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku sosial

anak paud terpadu alfiqihiyaha palu” menyatakan bahwa terdapat

pengaruh pola asuh terhadap perilaku sosial anak paud terpadu

alfiqihiyaha palu. Hal ini dapat di buktikan dengan sikap anakyang

memiliki sopan santun, rasa tanggung jawab bahkan bersifat individualis.

Pengaruh pola asuh yang di terapkan oleh orang tua di buktikan dengan

adanya peningkatan perilaku sosial dalam hal sopan santun terhadap guru

maupun teman, rasa tanggung jawab serta kerjasama antar anak di paud

terpadu alfiqihiyaha palu dari penelitian menunjukan bahwa pola asuh

orang tua secara demokratis yaitu 50%, otoriter 27% dan permisif 23%

dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh pola asuh

orang tua terhadap perilaku sosial anak paud alfiqihiyaha palu.

Berdasarkan uraian di atas, relavansi penelitian dari segi peran orang tua.

Sedangkan memiliki perbedaan pada seting dan subjek penelitian masalah yang

diamati suud mengenai perilaku sosial peneliti juga menegnai perilaku sosial.

2. Penelitian Fitri Apriana. (2017). Yang berjudul Meningkatkan perilaku

sosial anak melalui metode karya wisata di Kelompok B TK Kosgoro

8
9

Nupabomba. Masalah utama dalam penelitian ini adalah perilaku sosial

anak di Kelompok B TK Kosgoro Nupabomba belum berkembang sesuai

harapan, hal tersebutt terlihat dari perilaku sosial anak yang kurang

sopan, menganggu teman, tidak mau berbagi dan bekerja sama dengan

teman. Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Anak

Melalui Metode Karya Wisata di Kelompok B TK Kosgoro Nupabomba.

Penelitian dilaksanakan di TK Kosgoro Nupabomba yang melibatkan 20

anak yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017. Rancangan penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian oleh

Kemmis dan McTaggart yang dilakukan secara bersiklus dengan tahapan

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data di kumpulkan

dengan cara observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitin

tindakan kelas ini dilakukan dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa; 1) hasil rekapituasi pada siklus pertama menunjukan

kategori berkembang sangat baik (BSB) sebesar 11,67 %. Kategori

berkembang sesuai harapan (BSH) sebesar 28,33 %, kategori mulai

berkembang (MB) 38,33 % dan kateegori belum berkembaang (BB)

sebesar 21,67 %) pada siklus kedua terjadi peningkatan yang signifikan

untuk kategori berkembang sangat baik (BSB) dari 11,67 % menjadi

35,00, kategori berkembang sesuai harapan (BSH) dari 28,33 % menjadi

60,00 %. Berdasarkaan uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan

bahwaa ada peningkatan perilku sosial anak melalui metode karya wisata

di Kelompok B TK Kosgoro Nupabomba.Relevansi penelitian ini, sama-


10

sama meneliti tentang perkembangan sosial anak dengan menggunakan

metode karya wisata. Perbedaannya terletak pada jenis penelitian yang

digunakan yaitu Penelitian tindakan kelas (PTK) sedangkan calon

peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dan jenis

peenelitian yang digunakan adalah deskriptif. serta perbedaan terletak

pada setting dan subyek

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat

tergantung dari kualitas manusia. Pendidikan merupakan bidang yang sangat

penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena merupakan sarana

paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan

masyarakat serta mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran.

Dari segi etimologis pendidikan berasal dari bahasa yunani “paedagogike”.

Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “pais” yang berarti “anak” dan

kata “ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi “ paedagogike” berarti aku

membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak. Orang yang

pekerjaannya membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar,

dalam bahasa yunani disebut “paedagogos”. Menurut soedomo A. Hadi

(2008:17), “pendidikan adalah usaha untuk membimbing”

Pendidkan seperti yang di ungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan sebagi proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
11

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan. Menurut Muhammad Saroni (2011: 10), “pendidikan merupakan

suatu proses yang berlangsung dalam kehidupan sebagai upaya untuk

menyeimbangkan kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri. Proses

penyeimbangan ini merupakan bentuk survive yang dilakukan agar diri dapat

mengikuti setiap kegiatan yang berlangsung dalam kehidupan”. Pendidikan

sangatlah penting dalam kehidupan manusia, Definisi pendidikan menurut M.J

Langeveld (2003:108), menyatakan bahwa:

1. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing

manusiayang belum dewasa kepada kedewasaan.

2. Pendidikan adalah usaha untuk menolong anak dalam melaksanakan

tugas-tugas hidupnya agar bisa mandiri dan bertangung jawab.

3. Pendidikan adalah usaha agar tercapai penentuan diri secara etis sesuai

dengan hati nurani.

Pengertian pendidikan nasional Pendidikan Nasional adalah pendidikan

yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. UU No. 20 Tahun

2003. Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
12

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung

jawab. UU No. 20 Tahun 2003.

Berkaitan dengan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan

merupakan kegiatan untuk membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan

kemandirian. Hal ini dilakukan membekali anak untuk menempuh kehidupannya

dimasa mendatang. Jadi dapat dikatakan bahwa, penyelenggaraan pendidikan

tidak lepas dari perspektif manusia dan kemanusiaan.

Pendidikan anak usia dini merupakan masa emas (the golden age) yang ada

hanya sekali dan tidak dapat diulang kembali. Pada masa itu anak berada pada

periode sensitif yang dimana pada masa inilah anak secara khusus mudah

menerima berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan anak-anak tersebut

berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan anak-anak tersebut. Anak pada

usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat penting karena pada masa-masa tersebut

adalah masa dimana perkembangan otak mereka dapat berlangsung dengan

optimal dan akan berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak nantinya.

Menurut Marjory Ebbeck dalam Isjoni (2011:19), “pendidikan anak usia dini

adalah pelayanan kepada anak mulai dari lahir sampai umur enam tahun”. Pada

masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan yang ada dalam diri anak dapat

berkembang dengan baik diberbagai aspek perkembangan, sehingga anak pada

masa ini dapat mengalami perkembangan yang cepat, proses pembelajaran anak

usia dini merupakan salah satu bentuk perlakuan yang diberikan yang diberikan

kepada anak dan harus memperhatikan karakteristik dari masing-masing

perkembangan anak.
13

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjag pendidikan dasar yang merupakan suatu pembinaan yang ditunjukan bagi

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjud.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa usia dini merupakan

pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan yang dapat berguna untuk

keberhasilan pada masa yang akan datang. Berdasarkan aspek perkembangannya,

seorang anak dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan

mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, yang perlu

diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak dapat

belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa atau teman sebayanya, anak

belajar melalui bermain, minat anak dan rasa keingin tahuannya memotivasinya

untuk belajar sambil bermain serta terdapat variasi individual dalam

perkembangan dan belajar.

2.2.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, hendaknya

memperhatikan beberapa prinsip pendidikan. Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman tentang bagaimana memperlakukan dan melaksanakan

terhadapa anak. Pembelajran anak usia dini menggunakan prinsip belajar,

bermain, dan bernyanyi. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan,

mengemberikan dan demokratis agar menarik anak untuk lebih terlibat dalam
14

setiap kegiatan pembelajaran. Menurut Douglas H. Cleememts dalam Hass dan

Parkay (1993:339) terhadap empat kategori prinsip-prinsip pendidikan anak usia

dini yaitu:

1. Kategori anak sebagai peserta didik aktif adalah anak pembangun

pengetahuannya sendiri secara konstruktif seperti pemahaman terhadap

anak dilakukan secara partisipasi aktif yang menggikuti pola

perkembangan anak memotivasi atau menstimulasi anak untuk

membangun idenya sendiri dan meguji ide tersebut melalui aktifitas

fisik dan mental dan menekankan aspek berfikir, alasan serta

pengambilan keputusan secara mandiri.

2. Kategori anak sebagai pembelajaran sosial-emosional. Seperti

menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi secara sosial

untuk menumbuhkan self image yang positif dalam diri anak dan

menyediakan berbagai kesempatan untuk belajar tanpa tuntutan dan

orang tua maupun guru.

3. Kategori anak sebagai peserta didik independen. Seperti menstimulasi,

mendorong dan memotivasi anak untuk mencari relasi atau pergaulan

dengan orang lain melalui pergaulan bermacam problem, motivasi anak

untuk memperkaya pengalaman dengan berbagai solusi alternatif-

alternatif pemecahan masalah yang memberi peluang kepada anak

untuk memiiki tujuan-tujuan realistik dalam memprediksi suatu

peristiwa.
15

4. Kategori anak sebagai pembelajar didunia nyata. Seperti menyediakan

ruang bagi anak atau memberi kesempatan pada anak untuk

mengeksplorasi problem-problem real dan situasi yang bermakna serta

kongkrit, menyediakan umpan balik yang memungkinkan adanya

konsenkuensi yang wajar dari setiap aktivitas anak dan menumbuhkan

motivasi secara intrinstik bukan ekstrinsik.

Setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan prinsip-prinsip belajar yang

harus diketahui dalam mengembangkan yang sesuai untuk anak sehingga tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai prinsip pembelajaran anak

usia dini. Menurut Sujiono (2007:59), prinsip-prinsip pembelajarana anak usia

dini diantaranya” (1) anak sebagai pembelajar aktif, (2) anak belajar melalui

sensori dan panca indra, (3) anakmembangun pengetahuannya sendiri, (4) anak

berfikir melalui benda kongkrit, (5) anak belajar dari lingkungan. Setiap

pembelajaran mempunyai prinsip-prinsip sehingga pembelajaran sesuai dengan

yang diharapkan.

Sedangkan menurut Risaldy (2014:21) proses pembelajaran, yang akan

dilakukan harus memenuhi prinsip pembelajaran yaitu : “ (1) berangkat dari yang

dimiliki anak, (2) belajar harus menantang pemahaman anak, (3) belajar dilakukan

sambil bermain. (4) menggunakan alaram sebagai sarana belajar, (5) belajar

dilakukan melalui sensorinya, (6) belajar membekali keterampilan hidup, (7)

belajar sambil melakukan.


16

Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran pada anak usia dini yang telah di

kemukakan di atas memiliki perana penting terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak, pembelajaran harus disesuaikan dengan setiap perinsip

pembelajaran yang ada yaitu dengan melibatkan secara langsung dalam proses

belajar melalui bermain dengan menggunakan pancra indra yang akan

menstimulus seluruh aspek perkembangan yang ada pada anak, sehingga prinsip

pembelajaran pada anak usia dini harus di sesuaikan dengan tingkat kematangan

anak dalam belajar.

2.3.1 Perkembangan Sosial Anak

Anak yang telah memasuki dunia pendidikan khususnya Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) akan berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka berada,

berinteraksi dengan teman sebayanya maupun dengan orang dewasa. Menurut

Hurlock E dalam Hasnida (2014:34) perkembangan sosial berarti perolehan

kemampuan berperilku yang sesuai dengan tuntunan sosial dan memerlukan tiga

proses yaitu:

1) Bejalar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima

3) Perkembangaan sikap sosial

Perkembangan sosial individu sangat diperlukan dalam melaksanakan

tuntunan sosial ditempat ia berada. Menurut Sofyan (2014:28) perkembangan

sosial merupakan memperoleh kemampuan berperilaku yang sesuai dengan

tuntunan sosial dan mampu bersosialisasi dengan memerlukan proses sebagai

berikut dengan baik, anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial, jika
17

mereka berhasil melakukan mereka akan dapat menyesuaikan diri dngan baik dan

akan diterima sebagai anggota kelompok.

Penyesuaian diri dengan kelompok memerlukan penyesuaian diri, menurut

Susanto (2014:40) merupakn pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.

dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuikan diri terhadap

norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan

dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Sebagaimana dijelaskan oleh Sofyan (2014:28) bahwa anak yang berusia 4

sampai 8 tahun adalah fase hubungan pribadi dengan lingkungan sosial. Di

lingkungan sosial ini anak memperoleh kemampuan berperilaku, mampu

bersosialisasi, dan dapat menyesuaikan diri dengan teman kelompok sebaya serta

mereka dapat belajar bekerjasama dalam kegiatan bermain.

Dalam pendidikan anak usia dini anak belajar saat bersosialisasi. Menurut

Kementrian Pendidikan Kebudayaan tentang pedoman pengelolaan

pembelajaraan pendidikan anak usia dini (2015:6), Anak belajar banyak

pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Kemampuan berbahasa, kemampuan sosial-emosional, dan kemampuan lainnya

berkembang pesat bila anak diberi kesempatan bersosialisasi dengan teman,

benda, alat permainan, dan orang-orang yang ada disekitarnya. kita sebagai orang

yang lebih dewasa perlu untuk memantau dan memberikan bimbingan yang

bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Melalui interaksi sosial anak akan memperoleh pengalaman sehingga dapat

membangun pengetahuannya. Hal tersebut sesuai pendapat Vigostky dalam


18

Masitoh (2005:72) bahwa anak membangun pengetahuannya melalui interaksi

sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa. perkembangan sosial perlu

dikembangkan kepada anak sejak dini agar kelak anak dapat memiliki perilaku

sosial yang baik. Menurut Loore (dalam Susanto,2011:45), menjelaskan lebih

lanjud bahwa sosialisasi itu merupakan suatu proses dimana individu (terutama

anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama

tekanan-tekanan dan tuntunan-tuntunan kehidupan (kelompoknya), belajar begaul

dan bertingkah laku seperti orang lain.

Perkembangan sosial adalah proses pembentukan pribadi seseorang dan

proses pembentukan kemaampuan berperilaku yang sesuai dengan nilai dan

norma dalam masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Yusuf dalam Mursid

(2015:50), bahwa perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhaap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, melebur

jadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Perilaku sosial anak

adalah kemampun anak dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Menurut Kurikulum 2013 No. 137 Tahun 2013 tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini (2015:50), terdapat beberapa Tingkat Pencapaian Perkembangan

(TPP) yang berkaitan dengan perkembangan sosial anak. Tingkat Pencapaian

Perkembangan tersebut diantaranya memperlihatkan kemampuan diri untuk

menyesuaikan dengan situasi, mengenal perasaan sendiri dan mengelolannya

secara wajar, mentaati aturan kelas, bertanggungg jawab atas perilakunya untuk

kebaikan diri sendiri dan orang lain.


19

Menurut berbagai pendapat diatas, perkembangan sosial merupakan proses

perubahan tingkah laku dan penyesuaian diri anak terhadap lingkungan yang ia

tinggali dan anak dapat bersosialisasi dengan baik terhadap teman sebaya maupun

orang dewasa lainnya.

2.3.2 Interaksi Sosial Anak

2.3.2 Pengertian Perilaku

Manusia sebagai mahkluk sosial melakukan hubungan sosial antar

sesamanya dalam hidupnya. Perilaku merupakan ukuran atau indikator dari

tanggapan seseorang terhadap objek yang di terimanya. Menurut Qowar dan

Khairul F.Y (1990:81), “Perilaku artinya segala tindakan manusia disebabkan

oleh dorongan organismenya, tuntutan ilmu alam, pengaruh masyarakat dan

kebudayaan. Perilaku yang positif sangat penting dalam lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Sedagkan menurut

Notoatmodjo (2010:34), “Perilaku merupakan hasil dari pada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat

melakukan sesuatu sendiri melainkan memerlukan bantuan orang lain. Sedangkan

menurut Skinner (2010:12), “Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang

dimiliki oleh manusia dan dipengruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,dan

genetika.Peilaku manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, Kemudian

Amanda BT (2011:97), menyatakan bahwa “Perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, oleh karena perilaku
20

ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon”. Kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam

suasana saling mendukung dalam kebersamaan, untuk itu manusia di tuntut

mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menganggu hak orang lain,

toleran dalam hidup bermasyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2003:65), Dilihat dari bentuk responTerhadap

stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon


seseorng terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(conver). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku

adalah suatu respon atau umpan balik yang diberikan kepada pihak lain dalam

bentuk tingkah laku.

2.3.2.1 Pengertian Perilaku Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial melakukan hubungan sosial antar

sesamanya dalam hidupnya. Menurut gerungan (2009:57), “perilaku sosial adalah

hubungan antar individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat

mempengaruhi individunya yang lain atau sebaliknya. Jadi terdapat adanya

hubungan yang saling timbal balik”. Sedangkan suratno (2005:5) menyatakan

bahwa “perilaku sosial adalah suatu proses berhubungan yang dinamisdan saling
21

pengaruh mempengaruhi antar manusia”. Pendapat lain dikemukakan oleh

soekanto (2002:119) bahwa “perilaku sosial sebagai hubungan antar orang

perorang atau dengan kelompok manusia”. Dalam perkembangan sosial

anak,mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud

dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilain diri dan kritik dari hasil dan

pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui

oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikan atau merahasiakannya.

Berdasarkan urain di atas, dapat di simpulkan bahwa perilaku sosial anak

adalah kemampuan anak dalam menjalin hubungan yang baik dengan sesama

teman, guru, maupun orang tua. Selain itu perilaku sosial anak dapat dipahami

juga sebagai cara bergaul anak yang menimbulkan hubungan baik dengan orang

lain.

2.2.1.3 Bentuk dan Pola Perilaku Sosial

Seorang anak manusia yang di lahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan

pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses perkembangan

berikutnya. Namun demikian, lingkungan yang berada disekitar sang anak

dibesarkan, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan pendidikan, juga turut adil

dan pengaruh dalam perkembangan anak. Dimana Kebutuhan berinteraksi dengan

orang lain telah di rasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu

mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya.

Berikut perilaku sosial yang berkembang pada masa kanak-kanak awal

berdasarkan landasan yang diletakan pada masa bayi. Sebagian lagi merupakan

bentuk perilaku sosial yang baru. Banyak di anatar landasan baru ini, dibina oleh
22

hubungan sosial dengan teman sebaya dilur rumah dalam hal-hal yang di tonton di

televisi atau dibuku komik.

Menurut Hurlock (2005:262) bahwa pada prinsipnya, bentuk perilaku sosial

di bagi menjadi 3, yaitu:

1. Perilaku sosial adalah mereka yang perilakunya mencerminkan


keberhasilan didalam proses sosialisasi sehingga mereka cocok
dengan kelompok tempat mereka mengembangkan diri dan
diterima anggota kelompok.
2. Perilaku tidak sosial adalah orang yang tidak mengetahui apa yang
dituntut kelompok sosialnnya sehhingga berperilaaku yang tidak
memenuhi tuntunan sosial. Oleh karena itu, mereka tidak diterima
oleh kelompok dan terpaksa menggunakan sebagian waktu mereka.
3. Perilaku anti sosial adalah orang yang mengetahui hal-hal yang
dituntut oleh kelompok sosialnya, tetapi karena sikap permusuhan
terhdap orang lain, maka mereka melawan norma kelompok.
Akibatnya diabaikan dan ditolak oleh teman-teman kelompok
sosialnnya.

Lebih lanjud Hurlock (1978:239) mengemukakan bahwa pola-pola perilaku

sosial anak, meliputi :

1. Kerjasama, dipelajari oleh sebagian anak sampai berumur 4 tahun.


Semakin banyak kesempatan yang diperoleh anak untuk melakukan
sesuatu secarabersama-sama semakin cepat anak belajar
melakuukannya dengan cara bekerja sama.
2. Persaingan, ada anak dapat menimbulkan dampak positif dan
negatif. Dampak positif persaingan bagi anak dapat memberikan
dorongan untuk berbuat lebih baik, misalnya anak yang berprestasi
baik akan berusaha lebih keras agar dapat meraih hasil tersebut.
Sedangkan dampak negatifnnya yaitu apabila persainggan
diekspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan sosialisasi yang buruk pada anak.
3. Kemurahan hati, sebagaimana yang lerlibat pada kesediaan untuk
berbagi dengan anak lain meningkat dan sikap mementingkan diri
semakin berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati
menghasilkan penerimaan sosial.
4. Hasrat akan penerimaan sosial, apabila hasrat untuk diterima kuat,
hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntunan
sosial. Hasrat untuk diterima orang dewasa biasanya timbul lebih
awal dibandingkan dengan hasrat untuk di terima oleh teman
sebayanya.
23

5. Simpati, dapat berperilaku simpati apabila anak mengalami situasi


yang mirip dengan duka cita. Anak mengekspresikan simpati
dengan berusaha menolong atau menghibur seseorag yang sedang
bersedih.
6. Empati, merupakan kemampuan meletakan diri sendiri dalam
posisi orang lain dalam menghayati pengalaman orang tersebut.
Hal ini berkembang apabila anak dapat memahami ekspresi wajah
seseoraang sehingga mereka tau maksud dari pembicaraan orang
lain.
7. Ketergantungan terhadap orang lain, dalam hal bantuan, perhatian
dan kasih sayanguntuk berperilaku dalam cara yang diterima secara
sosial sedanagkan anak yang berjiwa bebas kekuranggan motivasi
ini.
8. Sopan santun, anak memperlihatkan sopan santun melalui
kesediaan melakukan sesuatu untuk bersama anak lain dengan
mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.
9. Sikap tidak mementingkan diri sendiri, anak yang mempunyai
kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang
dimiliki dan tidak terus menerus menjadi pusat perhatian keluarga,
belajar memikirkan orang lain dan bukannya hanya memusatkan
perhatian pada kepentingan dan milik sendiri.
10. Meniru, dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh
kelompok sosial, anak mengembangkan sifat yang menambah
penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
11. Perilaku kelekatan pada dasarnya bermula pada masa bayi, yaitu
takala bayi mengembangkan suatu kelekatan yang hangat dan
penuh cinta kasih kepada ibu atau penganti ibu, anak mengalihkan
pola perilaku itu kepada anak atau orang lain dan belajar membina
persahabatan dengan mereka.

Menurut yusuf (2010:123) bahwa “pola perilaku sosial anak mempunyai

standar yang harus di taati oleh para anggotanya sehingga dapat diterima

oleh kelompoknya dan menyesuaikan perilakunya dengan norma yang

dapat diterima agar dapat bermasyarakat dan bergaul”. Berdasarkan

beberapa urain tersebut, dapat di simpulkan bahwa bentuk-bentuk

perilaku, yaitu perilaku sosial, perilaku tidak sosial dan perilaku anti

sosial, selain itu pola perilaku sosial terdiri dari kerjasama, persaingan,

kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati,


24

ketergantungan terhadap orang lain, sopan santun, sikap tidak

mementingkan diri sendiri, meniru dan perilaku kelekatan pada dasarnya

bermula pada masa bayi usia 0-6 bulan.

2.2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial

Perilaku sosial akan terjadi jika ada interaksi antara manusia yang satu

dengan manusia yang lain. Adanya interaksi antara kedua belah pihak yang

mengadakan suatu komunikasi yang baik antara sesamanya. Menurut Sunarto dan

Agung Hartono (2002:130-132), perilaku sosial dipengaruhi beberapa faktor

yaitu:

1. Keluarga
Merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak dan remaja,
termaksud perkembangan perilaku sosial. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak didalam keluarga berlaku norma-norma keluarga,
dengan demikian perilaku anak dibentuk dalam lingkungan
keluarga melalui kebiasaan-kebiasaan.
2. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis untuk
mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain memerlukan kematangan intelektual
emosional, di samping itu keadaan fisik dan bahasa ikut pula
menentukan proses sosialisasi dalam tingkah laku.
3. Status Sosial (Ekonomi)
Kondisi sosial anak dan remaja juga dipengaruhi oleh kondisi
status kehidupan sosial keluarga dan lingkungan masyarakat.
Secaratidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya akan mempertimbangkan norma yang berlaku
didalam keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi peserta didik yang terarah,
jadi dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan perilaku
sosial anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan
kelembagaan., perilaku yang sengaja diajarkan secara terprogam.
5. Emosi dan intelegensi
Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan mampu
berbahasa dan pengendalian emosional secara seimbang sehingga
25

sangat menentukan keharmonisan dalam perkembangan perilaku


sosialnnya.

Perilaku sosial anak sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, bukan hanya

dari dalam lingkungan rumah saja. Justru pengaruh dari luar sangat dominan

dalam membentuk perilaku sosial anak, seperti teman bergaul, guru, nilai yang

berlaku di masyarakat, ajaran agama, budaya, kebiasaan, adat istiadat secara

kebiasaan yang berlaku di lingkungan dimana anak tersebut tinggal.

Menurut Hurlock ( dalam Moh. Farozin dan Kartika Nur Fathiyah

(2004:16), bahwa perilaku sosial siswa dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman awal
Pengalaman pada masa anak-anak yang berhubungan dengan hal
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
2. Pengaruh budaya
Nilai-nilai dan adat kebiasaan sangat mempengaruhi pribadi siswa
yang akhirnya menetap dalam pribadi individu
3. Ciri fisik
Bentuk tubuh secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
perilaku, serta tentang bagaimana penerimaan siswa tentang
dirinnya.
4. Kondisi fisik
Kesehatan dan cacat fisik juga mempengaruhi dalam berperilaku
sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor

mempengaruhi perilaku sosial anak yaitu keluarga, kematangan, status sosial,

emosi, intelegensi, dan pendidikan serta keadaan fisik dapat mempengaruhi

perilaku sosial seseorang.

2.2.1.5 Bentuk-bentuk Perilaku Sosial

Secara umum dapat dikemukakan bahwa bentuk-bentuk perilaku sosial yang

sering muncul pada anak usia dini adalah tolong menolong, berbagi atau memberi,
26

dan bekerja sama. Menurut Hasan (2007:34) menyatakan “Bentuk perilaku sosial

merupakan saling menghargai yaitu individu yang memiliki sifat terbuka terhadap

orang lain untuk orang lain, untuk saling memberi dan saling menerima serta

menghargai sehingga akan terbentuk kesetia kawanan”.Bentuk-bentuk perilaku

yang positif sangat dibutuhkan dalam menjalin sebuah hubungan baik antara

individu maupun kelompok. Selanjutnya menurut Soerjono Soekanto (1990:92) “

bentuk perilaku sosial yang terpenting adalah perilaku sosial yang dilakukan

secara timbal balik”

Anak memiliki perilaku yang berbeda-beda, dalam berinteraksi baik itu di

lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Eliason dan Jenkins (1994:109),

mengemukakan bahwa bentuk-bentuk perilaku sosial yang sesunguhnya didorong

guru pada anak usia dini sebagai berikut:

1. Mengikuti peraturan kelas.


2. Belajar untuk mengatasi konflik sosial.
3. Memperlakukan orang lain dengan sopan santun dan belajar
mengucapkan terimakasih dan mengucapkan tolong.
4. Mampu membagi perhatian dengan orang lain.
5. Belajar tersenyum dengan orang lain.
6. Mampu menolong orang lain.
7. Menunjukan empati terhadap perasaan dan situasi orang lain dan
mengungkapkan simpati ketika orang lain menghadapi kesulitan.
8. Belajar mengikuti peraturan-peraturan permainan yang sederhana,
bergiliran dan bekerja sama.
9. Menunjukan toleransi terhadap orang.
10. Mampu berbagi dan bekerja sama dengan orang lain.

Berbagai bentuk perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan

karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi

dengan orang lain. Elizabeth B Hurlock (2005:262), mengungkapkan bentuk-

bentuk perilaku sosial pada anak yaitu:


27

1. Perilaku sosial
Adalah mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan
didalam proses sosialisasi sehingga mereka cocok dengan
kelompok tempat mereka mengembangkan diri dan diterima
sebagai anggota kelompok.
2. Perilaku tindak sosial
Perilaku tindak sosial adalah orang yang tidak mengetahui apa
yang dituntut oleh kelompok sosialnnya, sehingga berperilaku yang
tidak memenuhi tuntutan sosial. Oleh kaena itu, mereka diterima
oleh kelompok dan terpaksa menggunakan sebagian waktu mereka
sendiri.

3. Perilaku anti sosial


Perilaku anti sosial adalah orang yang mengetahui hal-hal yang
dianut oleh kelompok sosialnnya, tetapi karena sikap permusuhan
terhadap orang lain, maka mereka melawan norma kelompok.
Akibatnnya diabaikan dan ditolak oleh teman-teman atau kelompok
sosialnya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu perilaku sosial,perilaku tindak sosial dan perilaku

anti sosial.

2.3.3 Metode Karya Wisata

2.3.3.1 Pengertian Metode Karya Wisata

Dalam proses pembelajaran pemilihan metode sangat di perhatikan dalam

pembelajaran agar dapat berjalan secara optimal. Menurut Thaha (2002:86),

“Metode pembelajaran adalah cara yang di gunakan dalam pembelajaran anak

atau peserta didik, metode pembelajaran tersebut terdiri atas beberapa jenis yang

dipakai atau dipilih oleh guru”.

Masing-masing metode memiliki kekhususan dan sifatnya sendiri-


sendiri. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran yaitu metode karya wisata.Selanjutnya metode karya
wisata menurut Sudjana (2011:87), “Karyawisata memiliki arti
kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar sebagai contoh, mengajak
anak ke balai desa untuk mengetahui jumlah penduduk dan mengetahui
susunan kepegawaian desa tersebut, selama satu jam pelajaran”. Pada
saat pelaksanaan metode karya wisata anak cenderung lebih senang dan
28

lebih leluasa bereksplorasi dengan hal-hal yang anak alami. Kemudian


Moeslichatoen (1999:24) “ Adalah salah satu metode pembelajaran di
Taman Kanak-kanak (TK).

yang dilaksanankan dengan cara mengamati dunia sesuai keadaan yang ada

secara langsung. Dengan karya wisata anak-anak dapat diajak mengamatai

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda lainnya.dengan mengamati secara

langsung anak dapat memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya.

Pengamatan itu diperoleh melalui panca indra seperti penglihatan, pendengaran,

pengecapan, pembauan, dan perabaan”.

Lebih lanjut menurut Kartawidjaja (2001:15) bahwa “Metode karya wisata

adalah suatu metode mengajar dengan peragaan secara langsung berupa obyek

pelajaran yang sesungguhnnya sehingga anak memperoleh gambaran langsung

tentang apa yang dipelajarinnya”. Melalui pembelajaran menggunakan metode

karya wisat aanak akan lebih cepat menagkap informasi melalui pengamatan

secara langsung, Selanjutnya Roestiyah (2001:85) mengemukakan bahwa metode

karya wisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar anak-anak

ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau

menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, toko serba

ada, perternakan, perkebunan, pantai,lapangan bermain dan sebagainya”.

Melalui metode karya wisata anak dapat mengamati secara langsung hal-hal

yang ada disekeliling anak selain itu akan terbentuk sikap saling menjaga serta

timbul kebersamaan antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik.

Menurut Hildebren (1986:423) menyatakan bahwa “Karya wisata bagi anak

Taman Kanak-kanak (TK)untuk merangsang kreatifitas mereka, memperluas


29

informasi yang telah diperoleh di kelas memberikan pengalaman mengenai

kenyataan yang dapat menambah wawasan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

karya wisata merupakan metode pembelajaran yang membawa anak ke obyek luar

kelas atau lingkungan tertentu agar anak dapat mengamati dan mengalami secara

langsung.

2.3.3.2 Manfaat Metode Karya Wisata

Metode karya wisata merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas

sehingga anak dapat memperoleh pengalaman dan pengamatan secara langsung.

Moeslicatoen (1999:56) mengemukakan bahwa “Manfaat metode karya wisata

dapat menumbuhkan minat anak Taman Kanak-kanak (TK) untuk mengenal dan

belajar mengenai sesuatu hal yang nyata. Misalnya saja untuk menumbuhkan

minat tentang dunia binatang, anak dapat di bawa berkarya wisata ke kebun

binatang. Melalui metode karya wisata anak dapat mengamati secara langsung

lingkungan tempat karya wisata dilakasanakan sehingga anak mendapat

pengalaman yang menarik dan berkesan bagi anak sehingga motivasi belajar anak

akan muncul. SedangkanMenurut Majid (2005:155-156) mengemukakan bahwa

manfaat atau faeda yang dapat di petik dari karya wisata diantaranya:

1. Menyegarkan tubuh, menambah kesehatan, dan melakukan terapi

penyembuhan atas beberapa penyakit.

2. Melatih anak-anak agar kuat, tahan banting, dan mampu menahan

lapar dan dahaga.


30

3. Para pembimbing atau pendidik mengajurkan agar memperhatikan

tingkah laku anak didik dan sikap mereka dalam menghadapi

berbagai hal yang beragam dan berbeda.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode karya wisata

anak cenderung senang dan gembira. Selanjutnya Moeslichatoen (1999:57) juga

menguraikan beberapa manfaat yang di peroleh melalui penggunaan karya wisata

yaitu:

1. Anak akan memperoleh pengalaman langsung, pegalaman ini dapat


memperdalam pengetahuan dan pengertian anak karena lebih
banyak menarik perhatian anak
2. Dengan karya wisata dapat mengumpulkan bahan-bahan untuk
pembelajaran, misalnya dengan cara observasi, wawancara, dan
sebagainya, serta dapat mengumpulkan benda-benda untuk alat
peraga.
3. Memperluas atau memperbesar minat dan perhatian anak. Misalnya
dengan kunjungan ke museum, pabrik, perindustrian, dll
4. Memperkaya pembelajaran didalam kelas
5. Membuktikan benar tidaknya pengertian yang diperoleh di dalam
kelas. Sumber di luar kelas merupakan laboratorium tempat anak-
anak mengadakan observasi,eksperimen dan lain-lain.

Berdasarkan uraian beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat

dari metode karya wisata yaitu: 1) menumbuhkan minat anak; 2) memperkaya

pengetahuan anak; 3) anak memperoleh pengalaman langsung; 4) melengkapi

bahan pembelajaran; dan pengetahuan yang diperoleh anak sesuai dengan

kenyataan.

2.3.2.3Kelebihan dan Kekurangan Metode Karya Wisata

Pembelajaran menggunakan metode karya wisata merupakan salah satu

metode pembelajaran di Taman Kanak-kanak (TK) yang dilaksanakan dengan

cara mengamati dunia sesuai keadaan yang ada secara langsung dan
31

membutuhkan pengawasan yang ketat. Menurut Sagala (2006:215)

mengemukakan bahwa kelebihan metode karya wisata adalah:

1. Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka


ragam dari dekat.
2. Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru
dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.
3. Anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pernyataan-
pernyataan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan
membuktikan secara langsung.
4. Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan
wawancara atau mendengar ceramah yang diberikan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
5. anak didik dapat mempelajari sesuatu secara intensif dan
komprehensif.

Setiap metode atau teknik yang digunakan dalam proses pembelajaran

memiliki kelebihan. Menurut Hidayati (2004:93), kelebihan menggunakan

metode karya wisata adalah sebagai berikut.

1. Anak didik dapat mengamati obyek secara nyata dan bervariasi


seperti peninggalan sejarah, pasar, stasiun, pantai, pabrik,
kelurahan, kecamatan dan sebagainya.
2. Anak didik dapat menjawab dan memecahkan masalah-masaalah
dengan cara melihat, mecoba, dan membuktikan secara langsung
suatuobyek yang dipelajari.
3. Anak didik bisa mendapatkan informasi langung dari narasumber
ataupun penjelasan langsung dari manajer pabrik.

Melalui metode karya wisata anak dapat mengamati langsung segala sesuatu

yang ada dilingkungan dan mendapat pengalaman yang berkesan sehingga dapat

mengembangkan kreatifitas anak.Sedangkan menurut Roestiyah (2001:87)

menyatakan kelebihan metode karya wisata yaitu:

1. Anak memperoleh pengalaman belajar yang tidak di dapatkan di


sekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan
bakat khusus atau keterampilan anak.
32

2. Anak dapat menilai berbagai kegiatan di lingkungan luar sehingga


dapat memperdalam dan memperluas pengalaman anak.

3. Dengan obyek yang di tinjauh langsung, anak dapat memperoleh


bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi
dan tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

karya wisata memiliki kelebihan diantaranya, yaitu 1) anak mendapatkan

pengalaman-pengalaman baru, 2) anak dapat memperoleh informasi langsung

yang berasal dari pengamatan anak itu sendiri, 3) anak dapat mengamati

kenyataan yang bermacam-macam dari tempat berkunjung anak.

Disamping memiliki kelebihan, metode karya wisata juga memiliki

beberapa kekurangan. seperti yang dikemukakan oleh Sagala (2006:215)

mengemukakan bahwa metode karya wisata mempunyai kekurangan, yaitu:

1. Memerlukan persiapan oleh banyak pihak.


2. Jika karya wisata sering dilakukan akan mengganggu kelancaran
pelaksanaan pembelajaran, apa lagi jika tempat-tempat yang
dikunjungi jauh dari sekolah.
3. kadang-kadang terjadi kesulitan dalam pengangkutan.
4. Jika tempat yang di kunjungi itu sukar untuk diamati, akibatnnya
anak menjadi binggung dan tidak akan mencapai tujuan yang
diharapkan.
5. memerlukan pengawasan yang tepat.
6. memerlukan biaya yang relatif tinggi.

Dalam pelaksanaan metode karya wisata banyak hal-hal yang perlu

diperhitungkan dalam pelaksanaannya memerlukan pengawasan banyak pihak.

Selanjutnya menurut Djamarah dan Zain (2006:94) bahwa metode karya wisata

mempunyai kekurangan,yaitu:

1. Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk


disediakan oleh anak atau sekolah.
2. Sangat memerlukan pesiapan atau perencanaan yang matang.
33

3. memerlukan koordinasi dengan guru agar tidak terjadi tumpang


tindih waktu selama kegiatan karya wisata.
4. Dalam karya wisata sering unsur karya wisata rekreasi lebih
diprioritaskan, sedangkan unsur studinnya menjadi terabaikan.
5. Sulit mengatur anak yang banyak dalam perjalanan dan sulit
mengarhkan mereka pada kegiatan yang menjadi permasalahan.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode karya

wisata memiliki kekurangan, yaitu: 1) sering terjadi kesulitan dalam

mengkordinasi anak, 2) biaya yang dipakai relatif mahal, 2) memiliki persiapan

dan kesiapan yang matang agar selama proses karya wisata berlangsung dapat

berjalan dengan lancar, 4) sering tujuan pembelajaran tidak tersampaikan dengan

baik karena tujuan rekreasi anak lebih diprioritaskan

2.3.3.3 Hubungan Metode Karya Wisata Dengan Perilaku Sosial Anak

Lembaga PAUD merupakan salah satu wadah pendidikan untuk

mengembangkan segala potensi yang ada pada anak agar dapat tumbuh secara

optimal. sejak usia dini anak perlu dirangsang dengan berbagai metode

pembelajaran yang merangsang perkembangan kemampuan sosialnya. Salah

satu metode yang bisa digunakan untuk pembentukan perilaku sosial anak yaitu

menggunakan metode karya wisata.

Menurut Flook,dkk dalam Johnson dan Roopnarine(2011:312), dalam

prinsipnya, kurikulum untuk anak-anak adalah yang terbaik jika memberikan

kegiatan dan pengalaman yang sering dimana kerjasama, koordinasi usaha, dan

penyelesaian konflik diantara anak-anak bersifat fungsional, berakibat, dan

memuaskan bagi mereka. Metode karya wisata memberikan konteks yang sering

nyata dimana anak-anak dibantu dalam mengembangkn berbagi macam


34

pengetahuan ssosial, keterampilan sosial, pembawaan dan perasaan sosial pada

sifat antar pribadi.

Metode peembelajaran di Taman Kanak-Kanak menurut Mursid (015:28),

diantaranya adalah metode bermain, bercakap-cakap, demonstrasi, proyek,

bercerita, pemberian tugas dan karya wisata. Melalui metode karya wisata anak

mendapat pengalaman secara langsung melalui pengamatannya, menurut

Moeslichatoen (2004:137) mengungkapkan bahwa “metode karya wisata adalah

salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan

persoalan sehari-hari.

Melalui karya wisata, anak mendapat kesempatan memperoleh informasi

secara lansung tenang suatu hal. Menurut Masitoh dkk (2005:200), bahwa

kemampuan yang dapat dikembangkan melalui penggunaan metode proyek salah

satunyaadalah kmampuan bersosialisasi dan kemampuan untuk bekrjasama.

Lebih lanjut Surwono (105) mengemukakan bahwa “Perilaku dapat

berbentuk melalui empat macam cara, yaitu adopsi, deferensial, integrasi dan

trauma”.

1. Adopsi adalah kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang


dan terus menerus lama kelamaan yang diserap pada individu
sehingga mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Deferensial berkaitan erat dengan intelegensi banyak pertambahan
usia sehingga hal-hal yang dianggapnya sejenis dapat dipandang
tersendiri lepas dari jenisnya.
3. Intelegensi dalam pembentukan perilaku ini terjadi secara bertahap
bermula dari pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal
tertentu dan pada akhirnya terbentuk perilaku mengenal hal
tersebut.
4. Trauma adalah pengalaman yang tiba tiba mengejutkan sehingga
menimbulkan kesan mendalam pada jiwa seseorang yang
bersangkutan. Jadi perilaku terbentuk oleh pengetahuan dan
35

pengalaman seiring bertambahnya usia. Semakin luas pengetahuan


seseorang tentang obyek dan banyaknya pengalaman yang
berkaitan dengan obyek akan mengarahkan terbentuknya sikap
yang kemudian dilanjutkan pada sesuatu perilaku tertentu.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa salah satu cara
yang dapat di gunakan untuk meningkatkan perilaku sosial anak
adalah melalui penggunaan metode karya wisata. Dengan metode
karya wisata dapat mengembangakan kemampuan anak dalam
bekerja sama, saling tolong menolong, dan terjadi komunikasi
belajar antara guru dan anak maupun anak dan anak. Selain itu juga
dapat mengembangkan bahasa, kognitif, dan melatih kemampuan
motorik anak.

2.4 Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya anak memiliki keinginan yang kuat untuk dapat diterima

oleh kelompokya. Anak akan terus berusaha untuk dapat bergabung dan di akui

oleh kelompok sebayanya. Bila anak itu tidak di akui oleh kelompoknya, maka

anak akan mencari cara lain untuk dapat diterima oleh kelompok sebaya tersebut.

Keinginan yang kuat pada anak untuk di akui, menuntun sejumlah kemampuan

sosial yang perlu dimilikinya. Tidak semua anak mampu menunjukan perilaku

perilaku sosial seperti yang di harpkan, dan tidak semua anak mampu berinteraksi

dengan kelompoknya secara baik. Ada anak yang menunjukan sikap

membangkang, ingin menang sendiri, tidk mau berbagi dengan teman lain, cepat

marah dan sebagainnya.

Hasil observasi awal di TK Al-Khairaat Parigi, menunjukan bahwa

perilaku sosial anak belum berkembang sesuai harapan. Hal itu dilihat dari: anak

masih sering berbicara keras (berteriak), tidak menaati peraturan (makan sebelum

waktunya), menganggu teman (usil), tidak mau berbagi alat tulis maupun mainaan

dengan teman, masih minta di tunggui ibu, nenek, kakak di dalam kelas, bahkan
36

masih ada beberapa anak yang cenderung bermain sendiri,tidak mau bermain

bersama dengan temannya.

Upaya mengatasi permasalahan di atas, dengan mengambil langkah yang

harus dilakukan yaitu mengadakan perbaikan dalam pembelajaran yang mengarah

pada peningkatan perilaku sosial anak. Perilaku sosial anak adalah salah satu

faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar walaupun tetap ditunjang oleh

faaktor lain. Meningkatkan perilaku sosial anak bisa diberikan dengan berbagai

cara salah satunya melalui metode karya wisata.

Aspek-aspek perilaku sosial yang akan diamati dalam pelaksanaan metode

karya wisata yaitu tolong menolong, mau berbagi, kerja sama. Kegiatan karya

wisata ditandai dengan adanya interaksi dengan orang disekeliling anak, sehingga

anak mampu terlibat dalam kerja sama dalam lingkungan sosial.


37

Adapun alur kerangka pemikiran dapa di lihat pada bagan berikut

Observasi awal Masalah yang muncul yaitu


di kelompok B perilaku sosial anak belum
TK Al-khairaat berkembang sesuai
parigi harapan

Aspek yang di amati Metode karya wisata


yaitu adalah pilihan tepat
1. tolong menolong untuk mengembangkan
perilaku sosial anak di
2. mau berbagi kelompok B TK Al-
3.kerjasama khairaat parigi

Hasil penelitian
diharapkan bahwa Rekomendasi
ada pengaruh 1. Bgi anak
metode karya wisata 2. Bagi guru
terhadap perilaku
sosial anak di 3. Bagi TK
kelompok TK Al- 4. Bagi peneliti lain
khairaat parigi

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah serta kajian teori yang telah

dikemukakan di atas maka dapat dikemukakan hipotesis tidakan. Ada pengaruh

metode karya wisata terhadap perilaku sosial anak di Kelompok B TK Al-khairaat

parigi.
38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian

yang digunakan adalah deskriptif. Karena di dalam penelitian ini peneliti

melakukan proses pengamatan terhadap anak dengan menggunakan metode karya

wisata, serta menjelaskan tentang perilaku sosial anak melalui metode karya

wisata.

3.2 Variabel dan Rancangan Penelitian

3.2.1 Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

kualitatif yaitu untuk memperoleh gambaran pelaksanaan metode karya wisata

terhadap perilaku sosial anak. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan ada

dua macam variabel yaitu variabel satu dan variabel dua. Variabel satu adalah

metode karya wisata, sedangkan variabel dua yaitu perilaku sosial anak.

3.2.2 Rancangan Penelitian

Untuk desain ini terdapat dua perlakuan yaitu sebelum diberi perlakuan dan

setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih

akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain penelitian digambarkan oleh Suegiyono ( 2015:110), adalah one

grouppretest-posttest design sebagai berikut:

4
38
1
39

𝑶₁ 𝑿 𝑶₂

Gambar 3.1 Rancangan penelitian

Keterangan :

𝑶₁: Pretest

𝑶₂ : Posttest

𝑿: Treatmant

Rancangan Soegiono ini direkayasa sesuai dengan subjek anak TK, maka

rancangan penelitian ini sebagai berikut:

𝑶₁ 𝑿 𝑶₂

Gambar 3.2 Rancangan penelitian

𝑶₁: Pengamatan awal sebelum menggunakan metode karya wisata

𝑶₂: Pengamatan akhir sesudah menggunakan metode karya wisata

𝑿: Perlakuan (metode karya wisata)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rancangan penelitian

di atas calon peneliti terlebih dahulu mengamati perilaku sosial anak sebelum dan

sesuada penerapan metode karya wisata dalam proses pembelajaran.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di TK Al-Khairaat Parigi, khususnya di

kelompok B, calon peneliti memilih kelompok B karena pada kelompok B

ditemukan adanya masalah yang akan peneliti teliti.


40

3.3.2 Waktu Observasi Awal

Observasi awal dilaksanakan pada tahun ajaran 2018 selama 3 minggu,

mulai tanggal 5 november sampai tanggal 24 november 2018.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang ada di kelompok B

Al-Khairaat Parigi, berjumlah 16 anak. Terdiri dari 8 anak laki-laki dan 8 anak

perempuan. terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2018.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini, yaitu kualitatif. Data

kualitatif dalam penelitian ini untuk mengetahui data mengenai perkembangan

perilaku sosial dan pelaksanaan metode karya wisata.

3.5.1 Sumber Data

Sumber data yang di kumpulkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Data primer, diperoleh melalui observasi secara langsung terhadap

subjek yang diteliti, yaitu anak didik yang ada di kelompok B Al-

Khairaat Parigi

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil perpustakaan,

hasil bacaan, buku-buku tentang pendidikan, serta skripsi yang relevan

oleh peneliti.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai

berikut:
41

1. Teknik observasi

Teknik observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan

dan pencatatan untuk mengetahui masalah yang diteliti, yaitu pengamatannya

dilakukan secara lamgsung dalam proses pembelajaran sekitar aktivitas guru dan

anak didik serta kesehariannya, terutama berkaitan dengan metode karya wisata

terhadap perilaku sosial anak di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi.

2. Teknik wawancara

Pengumpulan data dengan cara wawancara dilakukan untuk memperoleh

informasi dengan bertanya langsung pada anak yang didampingi oleh guru selaku

mitra dalam melekukan penelitian yang berkaitan dengan metode kaya wisata

terhadap perilaku sosial anak di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data diri

TK Al-Khairaat Parigi sesuai yang diteliti, di mana pemerolehan datanya

dilakukan dari data kehadiran (absen), jenis kelamin anak laki-laki dan jenis

kelamin anak perempuan di Kelompok B TK Al-Khairaat Parigi atau dokumentasi

tentang penggunaan metode karya wisata terhadap perilaku sosial anak dengan

menggunakan alat bantu pendukung seperti kamera.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang di gunakan dalam mengukur

variabel yang akan di teliti. Adapun instrumen yang di gunakan dalam penelitian

ini, yaitu lembar pengamatan dokumentasi.


42

3.8 Teknik Analisis Data

Pedoman penilaian menggunakan standar yang dikelola depdiknas

(2010:11), setelah data-data terkumpul, maka data akan diolah menggunakan

teknik presentase, hasil olahan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.

1. Anak yang belum berkembng (BB) sesuai indikator yang

diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( ).

2. Anak yang mulai berkembng (MB) sesuai indikator yang

diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( ).

3. Anak yang berkembang sesuai harapan ( BSH) sesuai indikator

yang diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( )

4. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) seuai indikator yang

diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( ).

Rumusan yang digunakan dari Anas Sudjiono (2005:43), data yang

dikumpul secara persentase, sebagai berikut.

𝒇
𝑷= 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝑵

Keterangan

P = Presentae

F = Nilai yang dicapai anak

N = Jumlah anak keseluruhan

100% = Ketentuan umum


43

Berikut setelah menentukan presentase terhadap masing-masing kategori

jawaban untuk setiap tanggapan, maka dilakukan pemahaman secara mendalam

dengan memberikan penjelasan terhadap presentase yang dituangkan dalam

pembahasan untuk memecahkan masalah yang ada.

3.9 Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

a. Kegiatan yang dilakukan yaitu menentukan lokasi, observasi awal,

menyusun proposal, lalu menentukan dan menyususun instrumen.

b. Melaksanakan seminar

c. mengurus dan meminta surat izin penelitian dari fakultas

2. Tahap pelaksanaan

a. Mengumpulkan data penelitian atau nilai anak

b. Mengurus surat keterangan penelitian dari kepala TK tempat penelitian

3. Tahap akhir

a. Menganalisis data

b. Membuat laporan hasil penelitian (penyusunan)

c. Melaksanakan seminar penelitian

d. Membuat dan menerbitkan jurnal

e. Melaksanakan ujian skripsi


44

DAFTAR PUSTAKA

Agung dan Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaamran, S B dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar:Jakarta: Rhinek


Cipta.

Echols. (1975). Psikologi perkembangan. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA Yusuf syamsu.

Gerungan, W . A. (2009). psikologi sosial. jakarta: Eresco.

Hidayati. (2004).Pendidikan ilmu pengetahuan sosial di Sekolah Dasar.


Yogyakarta: UNY

Hurlock E. B. (2005). Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock Elizabeth B, (1978). Perkembangan Anak. Terjemahan Meitasari


Tjandrasari. Jakarta:Erlangga.

Kartawidjaja, E. S. (2001). Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung:


Sinar Baru

Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaan.Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Moeslichatoen, R. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta


Rineka Cipta.

Roestiyah, N. K. (2001). Pemberian Tugas,Kedisiplinan, Motivsi Belajar dan


Prestasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala , S. (2006). Konsep dan Makna Belajar. Bandung: Alfabeta.

Soekanto. (2002). Faktor yang mempengaruhi perilaku sosial anak.

Sunanto. (2005). perilaku sosial adalah suatu hubungan yang dinamis.

Sudjana, N. (2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algensindo

Thata, T .(2002). Metode pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Yusuf, S. (2010). Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.


45

Вам также может понравиться