Вы находитесь на странице: 1из 48

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan adalah dasar utama pembangunan sumber daya manusia, di

mana harus dilaksanakan secara berkesenambungan, berarti pendidikan harus

dilaksanakan sepanjang hayat dikandung badan (long life education) dan

pendidikan untuk semua (education for all), mulai anak masih dalam kandungan,

taraf usia dini hingga akhir hayatnya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalaah jenjang pendidikan sebelum

jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

ditunjukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikaan untuk membantu pertumbuhn dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia

dini adalah aspek pengembangan pembiasaan meliputi sosial, emosi,

kemandirian, moral, dan nilai-nilai agama, serta pengembangan kemampuan dasar

yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, dan fisik motorik.

BAB 11 Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan keterampilan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi wargaa negara yang demokratis dan

1
2

bertanggung jawab. Hal ini berarti bahwa peletakan proses pendidikan di Taman

Kanak-kanak harus benar dan sesuai dengan karakter pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal. apabila tidak dikembangkan dengan baik dan benar

akan menyebabkan penyimpangan terhadap tumbuh kembang anak dan akan sulit

untuk diperbaiki. Hal ini akan merugikan anak dalam menghadapi masa

depannya, keluarga dan bangsa. Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, sekolah merupakan lembaga formal penyelengaraan

pendidikan.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) dimasa sekarang sangat penting bagi

tumbuh kembang anak, khususnya diusia 0 sampai 6 tahun. pada masa tersebut

anak sangat peka dengan segala sesuatu dilingkungannya, serta menjadi tahapaan

pendidikan yang tidak dapat diabaikan karena ikut menentukan perkembangan

dan keberhasilan anak.

Taman Kanak-Kanak (TK) bertujuan untuk membantu tumbuh kembang

anak usia4-6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar, secara menyesluruh

yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan

perkembangan jasmani, rohani, motorik, akal pikiran, emosional dan sosial yang

tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembelajaran

merupakan kegiatan pembentukan dan pengembangan karakter atau bakat anak.

Dunia anak adalah dunia bermain, bermain merupakan kegiatan yang

spontan dan menyenagkan bagi anak, makna bermain dapat dicapai apabila

didukung dengan adanya penataan lingkungan yang memadai seperti tersediannya

alat-alat permainan yang bervariasi dan jumlah yang cukup serta sesuai dengan

usia anak.
3

Masa anak usia taman kanak-kanak (TK) salah satunnya dikenal dengan

masa bermain, hampir sebagian waktunnya mereka gunakan untuk bermain.

Dengan bermain anak tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek-aspek

perkembangan dirinnya. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui

keterampilan yang berkaitan dengan permainan dan bermain anak. Kegiatan

pembelajaran pada anak Taman Kanak-Kanak (TK) harus senantiasa

mengedepankan kebutuhan dari seorang anak. Anak usia dini dalam mengikuti

proses pembelajaran seringkali merasa bosan terhadap materi yang di bawahkan

oleh guru sehingga perlu adanya perubahan dalam pembeljaran serta dapat

mengoptimalkan tujuan dari pembelajaran sekaligus dapat menigkatkan perilaku

sosial anak.

Anak usia dini merupakan anak yang sedang berada dalam proses

perkembangan, baik perkembangan fisik-motorik, kognitif, sosial-emosional,

maupun bahasa. Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan

anak berbeda-beda baik dalam kualitas maupun tempo perkembangannya. Oleh

sebab itu, dibutuhkan kondisi dan rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan anak

agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal.

Kemampuan berperilaku sosial perlu dimiliki sejak usia dini sebagai suatu

pondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya

secara lebih luas. ketidak mampuan anak berperilaku sosial yang diharapkan

lingkungan dapat menyebabkan anak terkucil dari lingkungan, tidak terbentuknya

kepercayaan pada diri sendiri, menarik diri dari lingkungan dan sebagainnya.

akibatnya anak akan menglami hambatan pada perkembangan sosialnya.

Pengembangan perilaku sosial pada anak usia dini ialah untuk keterampilan
4

berkomunikasi, menjalin persahabatan, dan memiliki etika serta tata krama yang

baik. Perilaku sosial yang berkembang pada awal masa kanak-kanak mempunyai

peranan penting, agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk

meraih kesuksesan dalam hidupnya dimasa depan.

Saat anak memasuki pendidikan di Taman Kanak-Kanak(TK), anak mulai

memasuki dunia lain selain lingkungan keluarga. disini anak mulai dapat belajar

untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, berinteraksi dengan

orang dewasa atau teman sebaya yang baru bukan hal mudah dilakukan oleh anak,

terutama jika anak jarang bertemu dengan lingkungan lain. Anak perlu dilatih

untuk memiliki perilaku sosial dan kemandirian dalam berinterksi dengan

linkungan yang lain seperti lingkungan sekolah dan masyarakat.

Guru memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang

kondusif agar anak memiliki antusias, ketertarikan dalam belajar untuk

merangsang perkembangan perilaku sosial anak sehingga dapat mendorong

keberhasilan anak dalam belajar. Kegiatan belajar mengajar harus sesuai dengan

tujuan yang hendak di capai. Oleh karena itu seorang guru harus dituntut harus

lebih tanggap terhadap anak didiknya dengan menyediakan alat-alat permainan

edukatif (APE) yang memicu timbulnya perkembangan perilaku sosial anak.

Salah satu permainan yang dapat mengembangkan perilaku sosial anak

yanitu melalui alat permainan edukatif (APE). permainan edukatif adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang

mengandung nilai pendidikan dan dapat merangsang pertumbuhan pikiran anak.

Alat permainan edukatif (APE) dapat memberi kesempatan pada anak untuk
5

memperoleh pengetahuan baru dan memperkaya pengalamannya dengsn berbagai

alat permainan.

Berdasarkan observasi awal di Kelompok B TK Budi Utomo Donggulu

Kecamatan Kasimbar. Menunjukan bahwa perilaku sosial anak belum berkembang

sesuai harapan, hal ini dilihat dari perilaku sosial anak yang kurang baik seperti

dalam bergaul anak masih memilih-milih temannya, masih ada anak yang tidak

mau menolong temanya karena kuragnya kepedulian anak terhadap sesama, serta

perilaku sosial anak dalam berkomunikasi masih suka berbicara dengan suara

nada ang keras, dan masih ada anak yang cenderung bermain sendiri.

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan di atas yaitu

dengan memperbaiki mutu proses pembelajaran untuk mengoptimalkan tujuan

yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang mengarah pada perilaku sosial.

Perilaku sosial merupakan hal yang penting untuk menunjang proses pembelajaran

karena akan berpengaruh pada tingkat pencapaian yang maksimal. Meningkatkan

perilaku sosial anak bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui metode

karya wisata, demonstrasi, bercerita, pemberian tugas dan salah satunya melalui

alat permainan edukatif (APE).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, calon peneliti akan

mengfokuskan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Alat Permainan Edukatif

Terhadap Perilaku Sosial Anak di Kelompok B TK Budi Utomo Donggulu

Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong”.


6

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku sosial anak sebelum dan sesudah diterapkan alat

permainan edukatif di Kelompok B TK Budi Utomo Donggulu

Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong ?

2. Bagaimana penerapan alat permainan edukatif di kelompok B TK Budi

Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong ?

3. Apakah alat permainan edukatif berpengaruh terhadap perilaku sosial

anak di Kelompok B TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar

Kabupaten Parigi Moutong ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Perkembangan perilaku sosial anak di Kelompok B TK Budi Utomo

Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong.

2. Penerapan alat permainan edukatif di Kelompok B TK Budi Utomo

Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong.

3. Pengaruh alat permainan edukatif terhadap perilaku sosial anak di

Kelompok B TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar

Kabupaten Parigi Moutong.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasrkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan dalam pendidikan. Adapun

manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis


7

1. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan, khususnya untuk penggunaan

metode karya wisata dalam mengembangkan perilaku sosial anak.

2. Untuk menambah wawasan akademik dalam mengembangkan perilaku

sosial anak melalui metode karya wisata.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapaun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Anak: Sebagai wadah unuk mengembangkan semua potensi yang

dimiliki serta membentuk karakteristik dan menjadi generasi bangsa yang

berkualitas.

2. Guru: Menjadi tolak ukur guru dalam menentukan serta menerapkan

metode dalam pembelajaran sesuai kebutuhan anak agar potensi yang

dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.

3. Kepala TK: Untuk menjadi sarana informasi dalam meningkatkan mutu

pembelajaran di TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar

Kabupaten Parigi Moutong. Serta dapat menciptakan suatu interaksi yang

baik dilingkungan TK antara guru dengan guru, guru dengan peserta

didik maupun peserta didik dan peserta didik lainnya.

4. Peneliti lain: untuk menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya jika akan

melakukan penelitian yang berkaitan atau ada kaitanya dengan pengaruh

metode karya wisata terhadap perilaku sosial anak.

1.5. Batasan Masalah

Untuk menghindari pemahaman yang salah di samping keterbatasan penulis

maka dirasa perlu membatasi permasalahan dalam penelitian ini. Adapun


8

penelitian ini terbatas pada pengaruh metode karya wisata terhadap perilaku sosial

anak dilingkungan TK dengan sasaran adalah anak-anak di Kelompok B TK Budi

Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong.

1.6 Batasan Istilah

1.6.1 Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat permainan edukatif (APE) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif

(pendidikan) yang dapat merangsang pertumbuhan otak, mengembangkan seluruh

aspek kemampuan (potensi) anak.

1.6.2 Perilaku Sosial

Perilaku sosial adalah hubungan antar perorangan atau dengan kelompok

manusia, yang dipengaruhi oleh hadirnya orang lain, tingkah laku kelompok, atau

tingkah laku yang berada di bawah kontrol masyarakat. Dalam perkembangan

sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. pemikiran itu

terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari

hasil pergaulannya dengan orang lain.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

2.1 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang sudah

pernah dibuat dan dianggap cukup relevan/mempunyai keterkaitan dengan judul

dan topik yang akan diteliti yang berguna untuk menghindari terjadinya

pengulangan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama.

2.1.1 Penelitian Ni Putu Ayu Sartika

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui penerapan kegiatan metode

Bermain Peran di kelompok B TK Pudjananti Kecamatan Sigi Biromaru, untuk

mengetahui perilaku sosial anak di kelompok B TK Putjananti Kecamatan Sigi

Biromaru. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif untuk mengambarkan

keadaan sesungguhnya. subjek penelitian ini adalah anak didik di kelompok B TK

Pudjananti Kecamtan Sigi Biromaru. Teknik pengumpulan data dilakukan deengan cara

observasi, dokumentasi dan wawancara.

Hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan tindakan metode bermain peran

dalam untuk aspek menghormati orang lain, kategori berkembang sangat baik (BSB) dari

6,67% menjadi 53,33%, untuk kategori berkembang sesuai harapan (BSH) dari 6,67%

menjadi 53, menjadi 20,00%, kemudian untuk kategori mulai berkembang (MB) dari

6,67% menjadi 20,00, untuk ktegri belum berkembang (BB) dari 80,00% menjadi 6,67%.

Kemudian untuk aspek sopan santun, untuk kategori berkembang sangat baik (BSB) dari

6,67% menjadi 46,67%, untuk kategori berkembang sesuai harapan (BSH) dari

6,67menjadi 26,67%, kemudian untuk ketegori mulai berkembang (MB) dari 6,67%

9
10

menjadi 13,33%, untuk kategori beelum berkembang (BB) dari 80,00% menjadi 6,67%.

kemudian untuk aspek menjaga lingkunan kelas, kategori berkembang sangat baik (BSB)

dari 6,67%, menjadi 40,00%, untuk kategori berkembang sesuai harapan (BSH) dari

6,67% menjadi 33,33%, untuk kategori mulai berkembang (MB) yaitu dari 26,67,

menjadi 20,00%, kemudian untuk kategori BB dari 60,00% menjadi 6,67%.

Melihat perolehan nilai ersebut mengambarkn bahwa terapat pengaruh metode

bermainperan terhaddap pengembangan moral anak.

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini, sama-sama meneliti

tentang perilku sosial anak. Perbedaannya pada tindakan yang diberikan yaitu

metodebermain peran., Sedangkan tindakan yang diberikan oleh calon peneliti

yaitu melalui alat permaianan edukatif (APE) dan perbedaan lainnya terletak pada

setting dan subjek penelitian.

2.1.2 Penelitian Fitri Aptiana

Penelitian Fitri Apriana. (2017). Yang berjudul Meningkatkan perilaku

sosial anak melalui metode karya wisata di Kelompok B TK Kosgoro

Nupabomba. Masalah utama dalam penelitian ini adalah perilaku sosial anak di

Kelompok B TK Kosgoro Nupabomba belum berkembang sesuai harapan, hal

tersebut terlihat dari perilaku sosial anak yang kurang sopan, menganggu teman,

tidak mau berbagi dan bekerja sama dengan teman. Penelitian ini bertujuan untuk

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak Melalui Metode Karya Wisata di Kelompok

B TK Kosgoro Nupabomba. Penelitian dilaksanakan di TK Kosgoro Nupabomba

yang melibatkan 20 anak yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017. Rancangan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian oleh

Kemmis dan McTaggart yang dilakukan secara bersiklus dengan tahapan


11

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data di kumpulkan dengan cara

observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitin tindakan kelas ini

dilakukan dengan teknik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1) hasil rekapituasi pada siklus

pertama menunjukan kategori berkembang sangat baik (BSB) sebesar 11,67 %.

Kategori berkembang sesuai harapan (BSH) sebesar 28,33 %, kategori mulai

berkembang (MB) 38,33 % dan kateegori belum berkembaang (BB) sebesar 21,67

%) pada siklus kedua terjadi peningkatan yang signifikan untuk kategori

berkembang sangat baik (BSB) dari 11,67 % menjadi 35,00, kategori

berkembang sesuai harapan (BSH) dari 28,33 % menjadi 60,00 %. Berdasarkaan

uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwaa ada peningkatan perilku

sosial anak melalui metode karya wisata di Kelompok B TK Kosgoro

Nupabomba.

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini, sama-sama meneliti

tentang perilku sosial anak. Perbedaannya pada tindakan yang diberikan yaitu

metode karya wiisata, Sedangkan tindakan yang diberikan oleh peneliti yaitu

melalui alat permainan edukatif (APE) dan perbedaan lainnya terletak pada setting

dan subjek penelitian.

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah kajian teoritis yang diarahkan untuk mencari landasan

teori/dalil guna memecahkan masalah yang hendak diteliti.

2.2.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat
12

tergantung dari kualitas manusia. Pendidikan merupakan bidang yang sangat

penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena merupakan sarana

paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan

masyarakat serta mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran.

Dari segi etimologis pendidikan berasal dari bahasa yunani “paedagogike”.

Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “pais”yang berarti “anak” dan kata

“ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi “paedagogike” berarti aku

membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak. Orang yang

pekerjaannya membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar,

dalam bahasa yunani disebut “paedagogos”.

Pendidkan seperti yang di ungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan.Proses penyeimbangan ini merupakan bentuk survive yang

dilakukan agar diri dapat mengikuti setiap kegiatan yang berlangsung dalam

kehidupan”. Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan manusia, Definisi

pendidikan menurut M.J Langeveld (2003:108), menyatakan bahwa:

1. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing

manusiayang belum dewasa kepada kedewasaan.

2. Pendidikan adalah usaha untuk menolong anak dalam melaksanakan

tugas-tugas hidupnya agar bisa mandiri dan bertangung jawab.

3. Pendidikan adalah usahaagar tercapai penentuan diri secara etis sesuai

dengan hati nurani.


13

Pengertian pendidikan nasional Pendidikan Nasional adalah pendidikan

yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

UU No. 20 Tahun 2003. Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertangung jawab.

Berkaitan dengan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan

merupakan kegiatan untuk membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan

kemandirian. Hal ini dilakukan membekali anak untuk menempuh kehidupannya

dimasa mendatang. Jadi dapat dikatakan bahwa, penyelenggaraan pendidikan

tidak lepas dari perspektif manusia dan kemanusiaan.

Pendidikan anak usia dini merupakan masa emas (the golden age) yang ada

hanya sekali dan tidak dapat diulang kembali. Pada masa itu anak berada pada

periode sensitif yang dimana pada masa inilah anak secara khusus mudah

menerima berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan anak-anak tersebut

berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan anak-anak tersebut. Anak pada

usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat penting karena pada masa-masa tersebut

adalah masa dimana perkembangan otak mereka dapat berlangsung dengan

optimal dan akan berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak nantinya.


14

Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan yang ada dalam diri

anak dapat berkembang dengan baik diberbagai aspek perkembangan, sehingga

anak pada masa ini dapat mengalami perkembangan yang cepat, proses

pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu bentuk perlakuan yang

diberikan kepada anak dan harus memperhatikan karakteristik dari masing-masing

perkembangan anak.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjag pendidikan dasar yang merupakan suatu pembinaan yang ditunjukan bagi

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa usia dini merupakan

pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan yang dapat berguna untuk

keberhasilan pada masa yang akan datang. Berdasarkan aspek perkembangannya,

seorang anak dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan

mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, yang perlu

diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak dapat

belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa atau teman sebayanya, anak

belajar melalui bermain, minat anak dan rasa keingin tahuannya memotivasinya

untuk belajar sambil bermain serta terdapat variasi individual dalam

perkembangan dan belajar.


15

2.2.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat

tergantung dari kualitas manusia. Pendidikan merupakan bidang yang sangat

penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena merupakan sarana

paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan

masyarakat serta mengantarkan bangsa mencapai kemakmuran.

Dari segi etimologis pendidikan berasal dari bahasa yunani “paedagogike”.

Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “pais”yang berarti “anak” dan kata

“ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi “paedagogike” berarti aku

membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak. Orang yang

pekerjaannya membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar,

dalam bahasa yunani disebut “paedagogos”.

Pendidkan seperti yang di ungkapkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan pelatihan.Proses penyeimbangan ini merupakan bentuk survive yang

dilakukan agar diri dapat mengikuti setiap kegiatan yang berlangsung dalam

kehidupan”. Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan manusia, Definisi

pendidikan menurut M.J Langeveld (2003:108), menyatakan bahwa:

1. Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing

manusiayang belum dewasa kepada kedewasaan.

2. Pendidikan adalah usaha untuk menolong anak dalam melaksanakan

tugas-tugas hidupnya agar bisa mandiri dan bertangung jawab.


16

3. Pendidikan adalah usahaagar tercapai penentuan diri secara etis sesuai

dengan hati nurani.

Pengertian pendidikan nasional Pendidikan Nasional adalah pendidikan

yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

UU No. 20 Tahun 2003. Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertangung jawab.

Berkaitan dengan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan

merupakan kegiatan untuk membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan

kemandirian. Hal ini dilakukan membekali anak untuk menempuh kehidupannya

dimasa mendatang. Jadi dapat dikatakan bahwa, penyelenggaraan pendidikan

tidak lepas dari perspektif manusia dan kemanusiaan.

Pendidikan anak usia dini merupakan masa emas (the golden age) yang ada

hanya sekali dan tidak dapat diulang kembali. Pada masa itu anak berada pada

periode sensitif yang dimana pada masa inilah anak secara khusus mudah

menerima berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan anak-anak tersebut

berbagai dampak dan pelajaran dari lingkungan anak-anak tersebut. Anak pada

usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat penting karena pada masa-masa tersebut
17

adalah masa dimana perkembangan otak mereka dapat berlangsung dengan

optimal dan akan berpengaruh terhadap kehidupan seorang anak nantinya.

Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan yang ada dalam diri

anak dapat berkembang dengan baik diberbagai aspek perkembangan, sehingga

anak pada masa ini dapat mengalami perkembangan yang cepat, proses

pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu bentuk perlakuan yang

diberikan kepada anak dan harus memperhatikan karakteristik dari masing-masing

perkembangan anak.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjag pendidikan dasar yang merupakan suatu pembinaan yang ditunjukan bagi

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa usia dini merupakan

pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan yang dapat berguna untuk

keberhasilan pada masa yang akan datang. Berdasarkan aspek perkembangannya,

seorang anak dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan

mereka merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu, yang perlu

diperhatikan adalah bahwa anak membangun pengetahuannya sendiri, anak dapat

belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa atau teman sebayanya, anak

belajar melalui bermain, minat anak dan rasa keingin tahuannya memotivasinya

untuk belajar sambil bermain serta terdapat variasi individual dalam

perkembangan dan belajar.


18

2.2.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, hendaknya

memperhatikan beberapa prinsip pendidikan. Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman tentang bagaimana memperlakukan dan melaksanakan

terhadapa anak. Pembelajran anak usia dini menggunakan prinsip belajar,

bermain, dan bernyanyi. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan,

mengemberikan dan demokratis agar menarik anak untuk lebih terlibat dalam

setiap kegiatan pembelajaran.

Setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan prinsip-prinsip belajar yang

harus diketahui dalam mengembangkan yang sesuai untuk anak sehingga tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai prinsip pembelajaran anak

usia dini. Menurut Sujiono (2007:59), prinsip-prinsip pembelajarana anak usia

dini diantaranya” (1) anak sebagai pembelajar aktif, (2) anak belajar melalui

sensori dan panca indra, (3) anakmembangun pengetahuannya sendiri, (4) anak

berfikir melalui benda kongkrit, (5) anak belajar dari lingkungan. Setiap

pembelajaran mempunyai prinsip-prinsip sehingga pembelajaran sesuai dengan

yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip

pembelajaran pada anak usia dini yang telah di kemukakan di atas memiliki

peranan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, pembelajaran

harus disesuaikan dengan setiap perinsip pembelajaran yang ada yaitu dengan

melibatkan secara langsung dalam proses belajar melalui bermain dengan

menggunakan pancra indra yang akan menstimulus seluruh aspek perkembangan


19

yang ada pada anak, sehingga prinsip pembelajaran pada anak usia dini harus di

sesuaikan dengan tingkat kematangan anak dalam belajar.

2.2.3 Alat Permainan Edukatif (APE)

2.2.3.1 Pengertian Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang sengaja dirancang

secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan dapat digunakan sebagai sarana

atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat difungsikan

untuk mengembangkan seluruh kemampuan anak, baik berasal dari lingkungan

sekitar maupun yang dibuat. Sekalipun masing-masing anak memiliki kekhususan

untuk mengembangkan perilaku perkembangan tertentu.

Salah satu sarana yang juga menjadi sumber belajar bagi anak di Taman

Kanak-Kanak (TK) adalah alat permainan edukatif yang lebih dikenal dengan

(APE). Alat ini bisa didapatkan dengan cara membelinya dari produsen alat-alat

permainan atau bisa juga dengan membuatnnya sendiri. Pada umumnya para guru

TK masih berpendapat bahwa memperoleh alat permainan edukatif dengan cara

membeli adalah lebih mudah. Hal ini tentu saja melemahkan daya kreatif para

guru TK dalam menyelengarakan proses pembelajaran yang berkualitas bagi anak.

Alat permainan edukatif merupakan permainan yang khusus dirancang

untuk kepentinggan pendidikan. Menurut Soetjiningsing (19965-55) mengatakan

bahwa alat permainan edukatif (APE) adalah “ Alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat

perkembangannya dan berguna untuk mengembangkan perilaku fisik, bahasa,

kognitif, dan sosial anak”. Menurut Aqib (2010:65) mengatakan bahwa “ Alat

permainan edukatif (APE) adalah alat yang mengoptimalkan perkembangan anak,


20

disesuaikan dengan usiannya, dan tingkat perkembangan serta berguna untuk

perkembangan fisik-motorik (motoric kasar dan motoric halus), bahasa, kognitif

dan sosial”.

Dari pengertian beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

alat permainan edukatif merupakan alat-alat permainan yang dirancang dan dibuat

untuk menjadi sumber belajar anak-anak TK agar mereka mendapat pengalaman

belajar. Pengalaman ini akan berguna untuk meningkatkan perilaku-perilaku

perkembangan anak TK seperti perilaku fisik motori, emosi, bahasa, kognitif,

moral dan sosial.

2.2.3.2. Fungsi Alat Permainan Edukatif

Manfaat alat permainan edukatif bagi pendidikan anak usia dini sangat

penting. Alat permainan edukatif atau disingkat dengan APE merupakan jantung

pendidikan anak. Masa prasekolah adalah masa yang penuh dengan bermain,

sebab dimasa tersebut semua permainan memakai mainan. Menurut depdiknas

(2006:12) menyatakan bahwa fungsi alat permainan edukatif yaitu untuk

mengenal, memahami dan dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar alat permainan,

mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dalam memanfaatkan dan

memelihara alat permainan, dan mengembangkan kreatifitas beserta inovatif

dalam membuat dan memanfaatkan alat permainan di TK dalam pelaksanaan

belajar mengajar sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif dan

efisien.

Menurut Badru Zaman (2007:7), mengatakan bahwa “ Alat permainan

edukatif berfungsi sebagai berikut :


21

1. Alat untuk membantu proses pembelajaran anak di TK agar lebih baik,

menarik dan jelas.

2. Mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak

3. Memberi kesempatan pada anak TK memperoleh pengetahuan baru dan

memperkaya pengalamnnya dengan berbagai permainan.

4. Memberi kesempatan pada anak TK untuk mengenal lingkungan dan

mengajarkan pada anak untuk mengetahui kekuatan pada dirinnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa alat permainan

edukatif yaitu menciptakan situasi belajar yang menyenagkan dan membantu

guru serta anak dalam berbagai jenis kegiatan pembeljaran.

2.2.3.3 Persyaratan Alat Permainan Edukatif

Bermain itu alamiah dan spontan, anak-anak tidak diajarkan bermain.

Mereka bermain dengan benda apa saja yang ada disekitarnya, hal tersebut perlu

diperhatikan guru dalam memberi permainan terhadap peserta didik dengan

memperhitungkan keamanan dari alat permainan tersebut. Alat permainan

edukatif merupakan sarana pendidikan yang memegang peranan sangat penting,

tanpa alat permainan edukatif yang memadai taman kanak-kanak (TK) tidak dapt

berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang baik, alat permainan edukatif yang

sesuai perkembangan anak akan memebrikan perasaan senang dan aman bagi

anak maupun guru.

Syarat –syarat pembuatan alat permainan edukatif, terdapat tiga macam

syarat dalam pembuatan alat permainan edukatif menurut Badru Zaman,dkk

(2007:622), yakni :
22

1. Syarat Edukatif

a. Pembuatan APE disesuaikan dan dengan memperhatikan program

kegiatan pembelajaran atau kurikulum yang berlaku.

b. Pembuatan APE disesuaikan dengan proses pembelajaran.

2. Syarat Teknis

a. APE dirancng sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana.

b. APE sebaiknya multiguna agar banyak aspek perkembangan anak

yang ditingkatkan.

c. APE dibuat dengan menggunakan bahasa yang mudah didapat

dilingkungan sekitar , murah atau dari bahan bekas/sisa.

d. APE hendaklah aman tidak menggandung unsur-unsur yang

membahayakan anak seperti tajam dan beracun.

e. APE hendaknnya awet, kuat dan tahan lama.

f. APE hendaknnya mudah digunakan, menambah kesenagan anak untuk

berekperimen dan berekplorasi.

g. APE hendaknnya dapat digunakan secara individual, kelompok dan

klasik.

3. Syarat Estetika

a. Bentuk yang elastis, ringan, (mudah dibawah anak).

b. Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil).

c. Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.

Alat permainan edukatif dirancang dengan memperhatikan tingkat

keamanan dan keselamatan anak seperti penggunaan cat yang tidak beracun, tidak

mudah mengelupas, tidak tajam atau runcing, juga tidak tumpul agar tidak
23

membahaykan anak. Disamping itu uga dibuat dalam bentuk sederhana dan ringan

agar mudah dibawah anak sehingga tidak menyulitkan bagi anak jika ingin

bermain berpindah tempat. Dengan menggunakan alat permainan edukatif (APE)

maka akan mempermudah dan memberikan kesempatan kepada anak untuk

berimajinasi, berfikir kreatif, menciptakan sesuatu yang baru, berkomunikasi

dengan teman atau guru dan menemukan berbagai alternative dalam pemecahan

masalah.

Alat permainan edukatif dalam buku Depdiknas (2006:13), sebaiknya

memenuhi persyaratan yaitu :

a. Mengandung nilai pendidikan

b. Aman atau tidak berbahaya bagi anak

c. Menarik dilihat baik warna dan bentuknya

d. Sesuai dengan minat dan tara perkembangan anak

e. Sederhana, murah, dan mudah diperoleh

f. Awet tidak mudah rusak dan mudah peliharaannya

g. Ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak

h. Berfungsi mengembangkan kreatifitas dan kecerdasan anak.

Setiap alat permainan memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus

disesuaikan dengan usia anak, alat permainan edukatif sangat beragam ada balok,

leggo, puzzle, plastisin ada pula bersifat mengelompokan, memadukan,

membentuk dan sebagainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persyaratan alat

permainan edukatif yaitu mengandung nilai pendidikan, tidak membahayakan

anak dalam menggunakannya, menarik bagi anak dan sesuai dengan usia anak.
24

2.2.3.4. Ciri-Ciri Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif adalah permainan yang dirancang secara khusus

untuk kepentinggan pendidikan. Berbeda dengan alat permainan pada umumnya.

Alat permainan edukatif banyak ditemui di taman kanak-kanak (TK). Setiap

permainan memiliki cici-ciri tertentu, begitu pula dengan alat permainan edukatif

Menurut Badru Zaman, dkk (2007:63) alat permainan dapat di kategorikan

sebagai alat permainan edukatif untuk anak taman kanak-kanak (TK) jika

memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ditunjukan untuk anak usia TK

2. Berfungsi mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak TK

3. Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk dan untuk bermacam

tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna.

4. Aman bagi anak.

5. Di rancang untuk mendorong aktifitas dan kreativitas.

6. Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alat permainan edukatif

(APE), merupakan alat permainan edukatif yang dirancang dan digunakan untuk

anak-anak usia TK agar anak-anak dapat bermain dan blajar dengan alat-alat

permainan tersebut sehingga terjadi peningkatan aspek-aspek perkembangan pada

anak, khususnya perkembangan perilaku sosial anak.

2.2.3.5 Alat Permainan Edukatif (APE) Sebagai Sarana Bermain

Bermain terungkap dalam berbagai bentuk apabila anak-anak sedang

beraktivitas. Mereka bermain ketika bernyanyi, mengali tanah, membangun balok

warna-warni atau menirukan sesuatu yang dilihat. Bermain dapat berupa bergerak,
25

seperti berlari, menyusun puzzle atau mengingat kata-kata sebuah lagu. Dapat pula

melakukan bermain kreatif dengan menggunakan krayon, plastisin, atau tanah liat.

Dunia anak tidak dapat dipisahkan dengan dunia bermain dan hamper

semua kegiatan anak bermain menggunakan permainan. Oleh karena itu, alat

permainan ini tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan anak. Alat permainan yang

dimaksud adalah alat yang digunakan anak untuk memenuhi kebutuhan naluri

bermainnya. Alat permainan yang digunakan merupakan sarana bermain yang

akan memebrikan pengalaman baru, maka guru dan orang tua perlu mendampingi

anak pada saat bermain. Mereka bias berperan sebagai asilitator untuk proses

tumbuh kembang anak. Melalui kegiatan bermain dengan alat permainan edukatif

(APE) dari pabrik atau dibuat menggunakan bahan alami yang ada disekitar. Hal

tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam pedoman pembuatan alat

permainan edukatif (Depdiknas 2006:2), bahwa fungsi bermain bagi tumbuh

kembang anak adalah :

1. Mempertahankan keseimbangan fisik, intelegensi, sosial emosional,

bahasa dan komunikasi.

2. Menghayati berbagai pengalaman diperoleh melalui kehidupan sehari-

hari.

3. Mengantisipasi peran yang akan dijalankan akan dimasa yang akan

dating.

4. Menyempurnakan berbagai kemampuan melalui berbagai keterampilan

isik, intelegensi, sosial emosional, bahasa dan komunikasi secara holistic.

5. Pembentukan perilaku positif dalam hal pembiasaan.


26

Melalui bermain anak diajak bereksplorasi, menemukan, membangundan

memanfaatkan objek-objek yang ada disekitarnya sehingga pembelaaran lebih

bermakna. Bermain sambil belajar dengan menggunakan alat permainan edukatif

tidak didominasi oleh guru atau orang tua saja namun guru dan orang tua bias

membantu menemani kegiatan bermain anak serta dapat berpartisipasi dengan

anak. Guru dan oran tua juga harus mengetahui aturan-aturan dalam menggunakan

permainan terkhusus alat permainan edukatif saat anak bermain, seperti yang

dikemukakan oleh Depdiknas (2006:6) :

1. Menyediakan dan menstimulasi anak melalui bermain dengan alat

permainan edukatif

2. Menumbuhkan pengalaman anak yang bersifat logis.

3. Menyediakan kesempatan bagi anak untuk dapat mengamati,kemudian

anak dapat mengelola duniannya dalam fikirannya sendiri yang sesuai

taraf perkembangannya.

4. Berperan sebagai pembuatan APE dan dapat menggunakan dengan cara

memperagakan dan membimbing anak dalam bermain.

5. Dapat menciptakan lingkungan kreatif dalam bermain diberbagai bidang

(keagamaan, sosial, adat) yang bermakna dalam kehidupan anak dimasa

mendatag.

6. Dapat memilih dengan cermat APE yang sesuai dengan taraf

perkembangan anak.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa melalui

bermain menggunakan alat permainan edukatif akan mengantarkan anak

membangun konsep dirinnya, dengan menggunakan seluruh panca inderanya


27

untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Alat permainan edukatif

dapat mengembangkan keterampilan anak dalam berinteraksi dengan

lingkungannya, anak dapat belajar merasakan, berinteraksi bersama teman

maupun guru, menyentuh, meraba, semua obyek yang mereka temukan.

2.2.4 Perilaku Sosial

2.2.4.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktifitas manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan arti yang sangat luas, yaitu berjalan berjalan, berbicara, menagis,

menulis, tertawa, dan lain sebagainnya. Perilaku merupakan ukuran atau indicator

dari tanggapan seseorang terhadap obyek yang diterimannya. Perilaku yang dapat

dilihat dan diamati sebagai kolerasi antara sikap dengan pengalaman, intelektual,

minat, perhatian yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Al- Barry, M

Dahlan Yacub (2001:115) mengatakan bahwa “ Perilaku adalah tanggapan atau

reaksi individu terhadap lingkungannya”. Perilaku terjadi apabila adannya

rangsangan dari pihak lain, maka perilaku ditimbulkan dan bereaksi dan

ditimbulkan dan bereaksi atau memberi jawaban dari rangsangan yang dating dari

pihak lain.

2.2.4.2 Perilaku Sosial

Perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang

lain. Perilaku sosial merupakan salah satu aspek yang paling penting

dikembangkan, karena kehidupan anatar individu tidak luput dari sosial atau

interaksi antar individu maupun antar kelompok. Perilaku sosial juga sangat

penting bagi anak terutaman dilingkungan sekolah, dimana anak harus


28

berinteraksi dengan teman sebaya, guru di tempat dia berada. Menurut Tal dalam

Ahmad Susanto (2012:138) “ Perilaku sosial diartikan sebagai perilaku yang

dilakukan secara suka rela (voluntary) yang dapat menguntungkan dan

menyenagkan orang lain tanpa antisipasi reward eksternal “. Dalam suatu suatu

hubungan anatar individu diperlukan adanya interaksi sosial yang baik. Menurut

Stang dan Wringhtsman dalam Ahmad Susanto (2013:18), mengartikan perilaku

sosial sebagai suatu perilaku yang secara suka rela dilakukan dengan tujuan agar

dapat bermanfaat untuk orang lain.

Manusia adalah mahkluk sosial sehingga tidak akan terlepas dari orang lain.

Demikian dengan anak, anak akan membutuhkan interaksi sosial untuk

mengembangkan aspek-aspek perkembangan serta potensi yang dimiliki anak.

Menurut Moeslichatoen (2004:21), “ Proses mengenal tingka laku yang dapat

diterima oleh masyarakat dan diharapkan dilakukan anak, serta belajar

mengendalikan diri dinamakan proses sosialisasi. Hasil yang diperoleh dari proses

sosialisasi tersebut merupakan keterampilan sosial yang mempunyai kedudukan

strategis bagi anak untuk dapat membina hubungan anatar pribadi dalam berbagai

lingkungan dan kelompok”.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial

timbul apabila ada rangsanagan dari pihak lain yang dapat menimbulkan reaksi

atau jawaban atas rangsangan yang diberikan oleh pihak lain.

2.3 Bentuk dan Pola Perilaku Sosial

Lingkungan secara alamiah mendorong anak untuk berinteraksi dengan

anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa.


29

Menurut Hurlock (2005:262) bahwa pada prinsipnya, bentuk perilaku sosial

di bagi menjadi 3, yaitu:

1. Perilaku sosial adalah mereka yang perilakunya mencerminkan

keberhasilan didalam proses sosialisasi sehingga mereka cocok

dengan kelompok tempat mereka mengembangkan diri dan

diterima anggota kelompok.

2. Perilaku tidak sosial adalah orang yang tidak mengetahui apa yang

dituntut kelompok sosialnnya sehingga berperilaku yang tidak

memenuhi tuntunan sosial. Oleh karena itu, mereka tidak diterima

oleh kelompok dan terpaksa menggunakan sebagian waktu mereka

sendiri, dan

3. Perilaku anti sosial adalah orang yang mengetahui hal-hal yang

dituntut oleh kelompok sosialnya, tetapi karena sikap permusuhan

terhadap orang lain, maka mereka melawan norma kelompok.

Akibatnya diabaikan dan ditolak oleh teman-teman kelompok

sosialnnya.

Dalam lingkungan bermasyarakat setiap idividumemiliki bentuk perilaku

yang berbeda-beda tersebut tergantung dari tindakan dan perlakuan yang mereka

dapat sandari individu lain. Menurut Yususf (2010:123) bahwa “Pola perilaku

sosial anak mempunyai standar yang harus ditaati oleh para anggotannya sehingga

dapat diterima oleh kelompoknya dan menyesuaikan perilakunya dengan norma

yang dapat diterima agar dapat bermasyarakat dan bergaaul”. Bentuk dan perilaku

sosial seseorang dapat pula ditunjukan oleh sikap sosialnya.Lebih lanjud Hurlock

(1978:239) mengemukakan bahwa pola-pola perilaku sosial anak, meliputi :


30

1. Kerjasama, dipelajari oleh sebagian anak sampai berumur 4 tahun.

Semakin banyak kesempatan yang diperoleh anak untuk melakukan

sesuatu secarabersama-sama semakin cepat anak belajar

melakukannya dengan cara bekerja sama.

2. Persaingan, ada anak dapat menimbulkan dampak positif dan

negatif. Dampak positif persaingan bagi anak dapat memberikan

dorongan untuk berbuat lebih baik, misalnya anak yang berprestasi

baik akan berusaha lebih keras agar dapat meraih hasil tersebut.

Sedangkan dampak negatifnnya yaitu apabila persaingan

diekspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan yang pada

akhirnya dapat mengakibatkan sosialisasi yang buruk pada anak.

3. Kemurahan hati, sebagaimana yang lerlibat pada kesediaan untuk

berbagi dengan anak lain meningkat dan sikap mementingkan diri

semakin berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati

menghasilkan penerimaan sosial.

4. Hasrat akan penerimaan sosial, apabila hasrat untuk diterima kuat,

hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntunan

sosial. Hasrat untuk diterima orang dewasa biasanya timbul lebih

awal dibandingkan dengan hasrat untuk di terima oleh teman

sebayanya.

5. Simpati, dapat berperilaku simpati apabila anak mengalami situasi

yang mirip dengan duka cita. Anak mengekspresikan simpati

dengan berusaha menolong atau mnghibur orang yang sedang

bersedih.
31

6. Empati, merupakan kemampuan meletakan diri sendiri dalam

posisi orang lain dalam menghayati pengalaman orang tersebut.

Hal ini berkembang apabila anak dapat memahami ekspresi wajah

seseorang sehingga mereka tau maksud dari pembicaraan orang

lain.

7. Ketergantungan terhadap orang lain, dalam hal bantuan, perhatian

dan kasih sayanguntuk berperilaku dalam cara yang diterima secara

sosial sedangkan anak yang berjiwa bebas kekuranggan motivasi

ini.

8. Sopan santun, anak memperlihatkan sopan santun melalui

kesediaan melakukan sesuatu untuk bersama anak lain dengan

mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.

9. Sikap tidak mementingkan diri sendiri, anak yang mempunyai

kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang

dimiliki dan tidak terus menerus menjadi pusat perhatian keluarga,

belajar memikirkan orang lain dan bukannya hanya memusatkan

perhatian pada kepentingan dan milik sendiri.

10. Meniru, dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh

kelompok sosial, anak mengembangkan sifat yang menambah

penerimaan kelompok terhadap diri mereka.

11. Perilaku kelekatan pada dasarnya bermula pada masa bayi, yaitu

takala bayi mengembangkan suatu kelekatan yang hangat dan

penuh cinta kasih kepada ibu atau penganti ibu, anak mengalihkan
32

pola perilaku itu kepada anak atau orang lain dan belajar membina

persahabatan dengan mereka.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dan pola

perilaku sosial memiliki standar yang harus ditaati agar setiap individu dapat

diterima di lingkungan dan menaati norma-norma yang berlaku ditempat mereka

berada sehingga dapat diterima dan bermasyarakat.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial

Perilaku sosial akan terjadi jika ada interaksi antara manusia yang satu

dengan manusia yang lain. Adanya interaksi antara kedua belah pihak yang

mengadakan suatu komunikasi yang baik antara sesamanya. Menurut Sunarto dan

Agung Hartono (2002:130-132), perilaku sosial dipengaruhi beberapa faktor

yaitu:

1. Keluarga

Merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

terhadap berbagai aspek perkembangan anak dan remaja,

termaksud perkembangan perilaku sosial. Kondisi dan tata cara

kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi

sosialisasi anak didalam keluarga berlaku norma-norma keluarga,

dengan demikian perilaku anak dibentuk dalam lingkungan

keluarga melalui kebiasaan-kebiasaan.

2. Kematangan

Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis untuk

mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan

menerima pendapat orang lain memerlukan kematangan intelektual


33

emosional, di samping itu keadaan fisik dan bahasa ikut pula

menentukan proses sosialisasi dalam tingkah laku.

3. Status Sosial (Ekonomi)

Kondisi sosial anak dan remaja juga dipengaruhi oleh kondisi

status kehidupan sosial keluarga dan lingkungan masyarakat.

Secaratidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan

kelompoknya akan mempertimbangkan norma yang berlaku

didalam keluarganya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi peserta didik yang terarah,

jadi dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan perilaku

sosial anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan

kelembagaan. perilaku yang sengaja diajarkan secara terprogam.

5. Emosi dan intelegensi

Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan mampu

berbahasa dan pengendalian emosional secara seimbang sehingga

sangat menentukan keharmonisan dalam perkembangan perilaku

sosialnnya.

Perilaku sosial anak sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, bukan hanya

dari dalam lingkungan rumah saja. Justru pengaruh dari luar sangat dominan

dalam membentuk perilaku sosial anak, seperti teman bergaul, guru, nilai yang

berlaku di masyarakat, ajaran agama, budaya, kebiasaan, adat istiadat serta

kebiasaan yang berlaku di lingkungan dimana anak tersebut tinggal.


34

Menurut Hurlock ( dalam Moh. Farozin dan Kartika Nur Fathiyah

(2004:16), bahwa perilaku sosial siswa dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman awal

Pengalaman pada masa anak-anak yang berhubungan dengan hal

yang menyenangkan dan tidak menyenangkan

2. Pengaruh budaya

Nilai-nilai dan adat kebiasaan sangat mempengaruhi pribadi siswa

yang akhirnya menetap dalam pribadi individu.

3. Ciri fisik

Bentuk tubuh secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi

perilaku, serta tentang bagaimana penerimaan siswa tentang

dirinnya.

4. Kondisi fisik

Kesehatan dan cacat fisik juga mempengaruhi dalam berperilaku

sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor

mempengaruhi perilaku sosial anak yaitu keluarga, kematangan, status sosial,

emosi, intelegensi, dan pendidikan serta keadaan fisik dapat mempengaruhi

perilaku sosial seseorang.

2.5. Bentuk-Bentuk Perilaku Sosial Anak

Perilaku sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain,

kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal

bertingkah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memerankan peran

sosial yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya mengembangkan sikap
35

sosial yang layak diterima oleh orang lain. Secara umum dapat dikemukan bahwa

bentuk-bentuk perilaku sosial yang sering muncul pada anak usia dini adalah

tolong mrnolong, berbagi atau memberi dan bekerja sama.

Menurut Hasan (2007:34) mengatakan bahwa “ Bentuk perilaku sosial

merupakan saling menghargai yaitu individu yang memiliki siat terbuka terhadap

orang lain untuk orang lain, untuk saling memberi dan menerima serta

menghargai sehingga akan terbentuk kesetiakawanan. Perilaku sosial pada anak

usia dini diarahkan untuk pengembangan sosial anak. Selanjutnya menurut

Soerjono Soekanto (1990:92), “ bentuk perilaku sosial yang terpenting adalah

perilaku sosial yang dilakukan secara ti,bal balik.

Berbagai bentuk perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan

karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi

dengan orang lain. Elizabeth B Hurlock (2005:262), mengungkapkan bentuk-

bentuk perilaku sosial pada anak yaitu:

1. Perilaku sosial

Adalah mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan

didalam proses sosialisasi sehingga mereka cocok dengan

kelompok tempat mereka mengembangkan diri dan diterima

sebagai anggota kelompok.

2. Perilaku tindak sosial

Perilaku tindak sosial adalah orang yang tidak mengetahui apa

yang dituntut oleh kelompok sosialnnya, sehingga berperilaku yang

tidak memenuhi tuntutan sosial. Oleh kaena itu, mereka diterima


36

oleh kelompok dan terpaksa menggunakan sebagian waktu mereka

sendiri.

3. Perilaku anti sosial

Perilaku anti sosial adalah orang yang mengetahui hal-hal yang

dianut oleh kelompok sosialnnya, tetapi karena sikap permusuhan

terhadap orang lain, maka mereka melawan norma kelompok.

Akibatnnya diabaikan dan ditolak oleh teman-teman atau kelompok

sosialnya.

Berdasarkan uraian tersebut,dapat diketahui bahwa pada prinsipnnya

perilaku sosial dikelompokan menjadi tiga kelompok diantarannya yaitu, perilaku

sosial, dikelompokan menadi tiga kelompok diantarannya yaitu perilaku sosial,

perilaku tidak sosial dan perilaku anti sosial.

2.5.1 Pengaruh Alat Permainan Edukatif Terhadap Perilaku Sosial Anak

Didalam lembaga pendidikan PAUD memberikan bekal bagi anak untuk

menyongsong pendidikan berikutnnya melalui kegiatan bermain yang berorientasi

pendidikan. Banyak kegiatan yang diselangarakan oleh lembaga pendidikan anak

usia dini yang bertujuan untuk membentuk kepribadian anak menjadi anak yang

lebih baik sesuai dengan harapan oaring tua. Sejak usia dini anak perlu dirangsang

melalui berbagai macam alat permainan yang dapat merangsang perkembangan

kemampuan sosial anak. Menurut Rusli Ibrahim (2009:23), “ Perilaku sosial

ditunjukan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan dan rasa hormat terhadap

orang lain “.

Tingkat pencapaian perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun seperti

bermain dengan teman sebaya, mengetahui perasaan temannya dan merespon


37

secara wajar, berbagi dengan orang lain, menunjukan sikap toleransi, menghargai

orang lain, mengenal tata karma dan sopan santun sesuai dengan nilai budaya dan

peraturan setempat. Perkembangan perilaku sosial anak dapat dicapai dengan baik

melalui alat permainan edukatif yang menyenangkan didalam kelas. Perilaku

sosial seseorang merupakan sifat relati untuk menaggapi orang lain dengan cara

yang berbeda-beda. Misalnnya dalam melakukan kerjasama , ada orang yang

melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mengutamakan kepentingan

bersama diatas kepentinggan kepribadian.

Berdasarkan penejelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara

yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial adalah melalui

penggunaan alat permainan edukatif. Dengan menggunakan alat permainan

edukatif dapat mengembangkan kemampuan anak dalam berinteraksi, bekerja

sama, saling tolong menolong, dan terjadi komunikasi anatar guru dan anak.

Selain itu juga dapat mengembangkan bahasa, kognitif, kemampuan motorik dan

perilaku sosial anak.

2.6 Kerangka pemikiran

Dunia anak merupakan dunia bermain, bermain merupakan kegiatan yang

dilakukan anak secara spontan karena disenangi dan sering tanpa tujuan tertentu.

Bagi anak, bermain merupakan suatu kebutuhan yang perlu agar ia dapat

berkembang secara wajar dan utuh menjadi orang dewasa yang mampu

menyesuaikan dan membangun dirinnya, menjadi pribadi yang matang dan

mandiri. Banyak manfaat yang didapat melalui kegiatan bermain. Menurut

Moeslichatoen R (2004:33), bahwa “ Melalui bermain anak dapat

mengembangkan kemampuan sosialnnya, seperti membina hubungan dengan anak


38

lain, menyesuaikan diri dengan teman sebayannya dan dapat memahami tingkah

lakunya sendiri”.

Untuk menstimulasi atau merangsang muntuk meningkatkan perilaku sosial

anak maka perlu didukung kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan

cara menggunakan media atau alat permainan edukatif, karena nak usia dini masih

dalam tahapan belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima oleh orang

lain yaitu anak mempelajari sesuatu berdasarkan realita (nyata). dengan

menggunakan alat permainan edukatif anak mendapatkan pengalaman langsung

untuk mengetahui dan memahami inormasi yang diperoleh melalui bersosialisasi

secara langsung dengan berulang-ulang serta melibatkan seluruh potensi yang

dimiliki anak.

Dapat disimpulkan bahwa alat permainan edukatif mempunyai hubungan

yang erat kaitannya dengan kemampuan perilaku sosial anak. Karena alat

permainan edukatif sebagai media pembelajaran di tamakn kanak-kanak (TK)

sangat bermanfaat merangsang pertumbuhan dan perkembangan sifat anak. Lebih

melati emosi, motorik, bahasa dan terpenting melatih interaksi sosial anak agar

dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar anak, sehingga pencapaian

pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

Hasil observasi awal di TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar

Kabupaten Parigi Moutong. menunjukan bahwa perilaku sosial anak belum

berkembang sesuai harapan. Hal itu dilihat dari: dalam bergaul anak masih

memilih-milih temannya, masih ada anak yang tidak mau menolong temannya

karena kurangnya kepedulian anak terhadap sesama, masih ada anak yang
39

berbicara dengan nasa suara yang keras (berteriak), dan masih ada anak yang

cenderung bermain sendiri dan tidak mau bermain bersama temannya.

Upaya mengatasi permasalahan di atas, dengan mengambil langkah yang

harus dilakukan yaitu mengadakan perbaikan dalam pembelajaran yang mengarah

pada peningkatan perilaku sosial anak. Perilaku sosial anak adalah salah satu

faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar walaupun tetap ditunjang oleh

faktor lain. Meningkatkan perilaku sosial anak bisa diberikan dengan berbagai

cara salah satunya melalui metode karya wisata.

Aspek-aspek perilaku sosial yang akan diamati dalam pelaksanaan alat

permainan edukatif yaitu bekerja sama, patuh terhdap peraturan, sopan santun.

Kegiatan pembelajaran menggunakan alat permainan edukatif ditandai dengan

adanya interaksi dengan orang disekeliling anak, sehingga anak mampu terlibat

dalam kerja sama dalam lingkungan sosial.

Adapun alur kerangka pemikiran dapa di lihat pada bagan berikut.


40

Observasi awal di kelompok Masalah yang muncul yaitu


B TK Budi utomo donggulu perilaku sosial anak belum
kecamatan kasimbar berkembang sesuai
kabupaten parigi maotong harapan

Aspek yang di amati Alat permainan edukatif


yaitu adalah pilihan tepat untuk
1. kerja sama mengembangkan perilaku
sosial anak di kelompok B TK
2. patuh terhadap Budi utomo donggulu
peraturan kecamatan kasimbar
3.sopan santun kabupaten parigi moutong.

Hasil penelitian diharapkan bahwa Rekomendasi


ada pengaruh alat permainan 1. Bagi anak
edukatif terhadap perilaku sosial
2. Bagi guru
anak di kelompok B TK Budi utomo
donggulu kecamatan kasimbar 3. Bagi TK
kabupaten parigi moutong 4. Bagi peneliti lain

2.10 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah serta kajian teori yang telah

dikemukakan di atas maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan. Ada pengaruh

alat permainan edukatif terhadap perilaku sosial anak di Kelompok B TK Budi

Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong.


41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian

yang digunakan adalah deskriptif. Karena di dalam penelitian ini peneliti

melakukan proses pengamatan terhadap anak dengan menggunakan alat

permainan edukati, serta menjelaskan tentang perilaku sosial anak melalui alat

permainan edukatif.

3.2 Variabel dan Rancangan Penelitian

3.2.1 Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

kualitatif yaitu untuk memperoleh gambaran pelaksanaan alat permainan edukatif

terhadap perilaku sosial anak. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan ada

dua macam variabel yaitu variabel satu dan variabel dua. Variabel satu adalah

alat permainan edukatif, sedangkan variabel dua yaitu perilaku sosial anak.

3.2.2 Rancangan Penelitian

Untuk desain ini terdapat dua perlakuan yaitu sebelum diberi perlakuan dan

setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih

akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain penelitian digambarkan oleh Suegiyono ( 2015:110), adalah one

grouppretest-posttest design sebagai berikut:

𝑶₁𝑿𝑶₂
41
42

Gambar 3.1 Rancangan penelitian

Keterangan :

𝑶₁: Pretest

𝑶₂ : Posttest

𝑿: Treatmant

Rancangan Soegiono ini direkayasa sesuai dengan subjek anak TK, maka

rancangan penelitian ini sebagai berikut:

𝑶₁𝑿𝑶₂

Gambar 3.2 Rancangan penelitian

𝑶₁: Pengamatan awal sebelum menggunakan alat permainan edukatif

𝑶₂: Pengamatan akhir sesudah menggunakan alat permainan edukatif

𝑿: Perlakuan (alat permainan edukatif)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rancangan penelitian di

atas calon peneliti terlebih dahulu mengamati perilaku sosial anak sebelum dan

sesuada penerapan alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di TK Budi Utomo Donggulu

Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong, khususnya di kelompok B,

calon peneliti memilih kelompok B karena pada kelompok B ditemukan adanya

masalah yang akan peneliti teliti.

3.3.2 Waktu Penelitan


43

Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2018 selama 3 minggu,mulai

tanggal 5 November sampai tanggal 23 November 2018.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang ada di kelompok B

TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong,

berjumlah 20 anak. Jumlah anak laki-laki ada 11 anak dan anak perempuan

berjumlah 9 anak terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2018.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kualitatif. Data

kualitatif dalam penelitian ini untuk mengetahui data mengenai perkembangan

perilaku sosial dan pelaksanaan alat permainan edukatif.

3.5.1 Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Data primer, diperoleh melalui observasi secara langsung terhadap

subjek yang diteliti, yaitu anak didik yang ada di kelompok B TK

Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi

Moutong. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil

perpustakaan, hasil bacaan, buku-buku tentang pendidikan, serta

skripsi yang relevan oleh peneliti.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil

perpustakaan, hasil bacaan, buku-buku tentang pendidikan, serta

skripsi yang relevan oleh peneliti.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


44

Teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai

berikut:

1. Teknik observasi

Teknik observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

pengamatan dan pencatatan untuk mengetahui masalah yang diteliti,

yaitu pengamatannya dilakukan secara langsung dalam proses

pembelajaran sekitar aktivitas guru dan anak didik serta kesehariannya,

terutama berkaitan dengan metode karya wisata terhadap perilaku sosial

anak di Kelompok B TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar

Kabupaten Parigi Moutong

2. Teknik wawancara

Pengumpulan data dengan cara wawancara dilakukan untuk memperoleh

informasi dengan bertanya langsung pada anak yang didampingi oleh

guru selaku mitra dalam melekukan penelitian yang berkaitan dengan

metode demonstrasi terhadap perilaku sosial anak di Kelompok B TK

Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data diri

TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar Kabupaten Sigi. sesuai

yang diteliti, di mana pemerolehan datanya dilakukan dari data kehadiran

(absen), jenis kelamin anak laki-laki dan jenis kelamin anak perempuan

di Kelompok B TK Budi Utomo Donggulu Kecamatan Kasimbar

Kabupaten Parigi Moutong, atau dokumentasi tentang penggunaan alat


45

permainan edukatif terhadap perilaku sosial anak dengan menggunakan

alat bantu pendukung seperti kamera.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang di gunakan dalam mengukur

variabel yang akan di teliti. Adapun instrumen yang di gunakan dalam penelitian

ini, yaitu lembar pengamatan dokumentasi.

3.8 Teknik Analisis Data

Pedoman penilaian menggunakan standar yang dikelola depdiknas

(2010:11), setelah data-data terkumpul, maka data akan diolah menggunakan

teknik presentase, hasil olahan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.

1. Anak yang belum berkembng (BB) sesuai indikator yang

diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( ).

2. Anak yang mulai berkembng (MB) sesuai indikator yang

diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( ).

3. Anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) sesuai indikator

yang diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( )

4. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) sesuai indikator yang

diharapkan maka penilaiannya diberi tanda ( ).

Rumusan yang digunakan dari Anas Sudjiono (2005:43), data yang

dikumpul secara persentase, sebagai berikut.

𝒇
𝑷= 𝑿𝟏𝟎𝟎%
𝑵

Keterangan

P = Presentae
46

F = Nilai yang dicapai anak

N = Jumlah anak keseluruhan

100% = Ketentuan umum

Berikut setelah menentukan presentase terhadap masing-masing kategori

jawaban untuk setiap tanggapan, maka dilakukan pemahaman secara mendalam

dengan memberikan penjelasan terhadap presentase yang dituangkan dalam

pembahasan untuk memecahkan masalah yang ada.

3.8 Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

a. Kegiatan yang dilakukan yaitu menentukan lokasi, observasi awal,

menyusun proposal, lalu menentukan dan menyususun instrumen.

b. Melaksanakan seminar

c. mengurus dan meminta surat izin penelitian dari fakultas

2. Tahap pelaksanaan

a. Mengumpulkan data penelitian atau nilai anak

b. Mengurus surat keterangan penelitian dari kepala TK tempat

penelitian

3. Tahap akhir

a. Menganalisis data

b. Membuat laporan hasil penelitian (penyusunan)

c. Melaksanakan seminar penelitian

d. Membuat dan menerbitkan jurnal


47

e. Melaksanakan ujian skrip


48

2.3 Perkembangan Sosial Anak

Anak yang telah memasuki dunia pendidikan khususnya Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) akan berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka berada,

berinteraksi dengan teman sebayanya maupun dengan orang dewasa. Banyak

upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan perkembangan, dimana kalau kita

mengkhusus kepada pemaksimalan kemampuan sosial (interpersonal) pada anak,

makan menurut Tientje (2004), kemampuan sosial pada anak perlu digali dan

ditumbuh kembangkan dengan cara memberi kesempatan pada anak untuk

meningkatkan secara optimal potensi pembelajaran. Masitoh mengatakan (2006),

mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif bagi anak usia dini adalah melalui

suatu kegiatan yang berorientasi bermain. Melalui kegiatan bermain, anak dapat

meningkatkan kemampuan motorik, kognitif, kreatif, bahasa dan sosial emosional.

Sehubungan dengan hal tersebut. Tintje (2004; 71), mengatakan bahwa “ prinsip

pembelajaran anak usia dini adalah belajar melalui bermain dengan dasar

berulang, bertahap dan terpadu”. Belajar melalui bermain artinnya setiap anak

diberi kesempatan melakukan kegiatan yang dicontohkan oleh guru, jadi mereka

bukan hanya bukan hanya penonton atau pendengar. Comenius (Jamaris, 2006)

menyatakan bahwa pendidikan anak berlangsung sejalan dengan bermain, karena

bermain adalah realisasi dari pengembangan diri dan kehidupan anak.

Semua anak senag bermain, setiap anak tentu saja sangat menikmati

permainannya, tanpa terkecuali. Bermain merupakan salah satu kebutuhan dan

wahana bagi anak usia belajar. Bermain bukan saja memudahkan anak-anak untuk

beradaptasi pada lingkungan sosial dan fisik, tetapi juga memfasilitasi

Вам также может понравиться