Вы находитесь на странице: 1из 42

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

RINGKASAN TAFSIR IBNU KATSIR

------------------------------------------

📚 Edisi : 22 Dzulqo'dah 1439 H

Sabtu, 04 Agustus 2018 M

📚 *QS. 58. AL-MUJAADALAH ( ‫( ) اللمملجاَلدللةة‬Bagian 1)*

◼Wanita Pendebat/Wanita Yang Mengajukan Gugatan

◼Madaniyyah, 22 ayat

◼Turun sesudah Surat Al-Munafiqun

‫بةلسةم ا‬
‫اة الارلحلمةن الارةحيِةم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

📚 Tafsir Ayat 1-4

◼ Ayat 1
{‫صيِعر‬ ‫ام يللسلممع تللحاَمولرمكلماَ إةان ا‬
‫ال لسةميِعع بل ة‬ ‫اة لو ا‬
‫ك ةفيِ لزلوةجلهاَ لوتللشتلةكيِ إةللىَ ا‬
‫ام قللولل الاةتيِ تملجاَةدلم ل‬
‫} قللد لسةملع ا‬

"Sungguh, Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad)
tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah.

Dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua.

Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

★ HR. Al-Bukhari, Ahmad, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Jarir :

Dari 'Aisyah RA berkata : "Segala Puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mencakup semua suara,
sesungguhnya telah datang kepada Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam seorang wanita yang mengajukan
gugatan, lalu wanita itu berbicara kepada Nabi Shallallahu'Alayhi Wasallam, sedangkan aku berada di
salah satu ruangan di dalam rumah, aku tidak dapat mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu.

Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: "Sungguh, Allah telah mendengar perkataan
wanita yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya. (Al-Mujadilah: 1), hingga
akhir ayat."

★ HR. Ibnu Abu Hatim :

Dari 'Aisyah RA, bahwa ia pernah berkata, "Maha Suci Tuhan Yang pendengaran-Nya meliputi segala
sesuatu, sesungguhnya aku benar-benar mendengar suara pembicaraan Khaulah binti Tsa'labah, tetapi
sebagiannya tidak dapat kudengar, yaitu saat dia mengadukan perihal suaminya kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alayhi Wasallam.

Dia mengatakan, 'Wahai Rasulullah, suamiku telah makan hartaku dan mengisap masa mudaku, serta
kubentangkan perutku untuknya, hingga manakala usiaku telah menua dan aku tidak dapat beranak lagi,
tiba-tiba dia melakukan zhihar terhadapku. Ya Allah, aku mengadu kepada Engkau masalah yang
menimpaku ini'."

Sebelum Khaulah bangkit pulang, Jibril turun dengan membawa ayat ini, yaitu: 'Sungguh, Allah telah
mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya. (Al-
Mujadilah: 1)'

Suami Khaulah adalah Aus ibnus Samit."

★ Di beberapa riwayat Khaulah disebut dengan nama Khuwailah.


-----

⚠Dan banyak hadits lain serupa tapi untuk postingan ini hanya 2 yang diambil yang mewakili.

-------

◼ Ayat 2

‫ظاَةهمرولن ةملنمكلم ةملن نةلساَئةةهلم لماَ همان أماملهاَتةةهلم إةلن أماملهاَتمهملم ةإلِ اللةئيِ لولللدنلهملم لوإةناهملم لليِلمقوملولن مملنلكررا ةملن اللقللوةل لومزوررا لوإةان ا‬
{‫ال لللعفموو لغمفوعر‬ ‫} الاةذيلن يم ل‬

"Orang-orang yang men-zhihar istrinya di antara kamu (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal)
tiadalah istri mereka itu ibu mereka.

Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka.

Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta.

Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun."

★ Kata zhihar berasal dari zhahar, artinya punggung.

Dahulu di masa Jahiliah apabila seseorang dari mereka men-zhihar istrinya, ia mengatakan kepada
istrinya, "Engkau menurutku sama dengan punggung ibuku," yakni punggungnya sama dengan punggung
ibunya.

Menurut istilah syara' kata zhihar ini bisa saja diberlakukan terhadap anggota tubuh lainnya secara
analogi (qiyas).

Dahulu di masa Jahiliah zhihar dianggap sebagai talak, kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala
memberikan kemurahan bagi umat ini.

Dia tidak menjadikannya sebagai talak, dan pelakunya hanya dikenai sanksi membayar kifarat, berbeda
dengan apa yang berlaku di kalangan mereka di masa Jahiliah.
★ Seorang wanita tidaklah menjadi seorang ibu bagi seorang lelaki yang mengatakan kepadanya,
"Engkau bagiku seperti punggung ibuku, atau engkau mirip ibuku, atau engkau seperti ibuku."

Sesungguhnya ibu lelaki yang bersangkutan hanyalah wanita yang melahirkannya.

★ Dan ucapan ini ucapan yang keji lagi batil.

★ Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun terhadap apa yang telah kamu kerjakan di masa Jahiliah.

Demikian pula halnya kata-kata yang keluar dari lisan tanpa disengaja karena terpeleset lidah.

◼ Ayat 3-4

{ ‫ام بةلماَ تللعلمملولن لخةبيِعر‬ ‫ظاَةهمرولن ةملن نةلساَئةةهلم ثمام يلمعومدولن لةلماَ لقاَملوا فلتللحةريمر لرقلبلةة ةملن قللبةل أللن يلتللماَاساَ لذلةمكلم متولع م‬
‫ظولن بةةه لو ا‬ ‫} لوالاةذيلن يم ل‬

{ ‫اة‬ ‫ك محمدومد ا‬‫ك لةتملؤةممنوا ةباَالة لولرمسولةةه لوتةلل ل‬ ‫صليِاَمم لشلهلرليةن ممتللتاَبةلعليِةن ةملن قللبةل أللن يلتللماَاساَ فللملن لللم يللستلةطلع فلإ ة ل‬
‫طلعاَمم ةستتيِلن ةملسةكيِرناَ لذلة ل‬ ‫فللملن لللم يلةجلد فل ة‬
‫ب ألةليِعم‬
‫} لولةلللكاَفةةريلن لعلذا ع‬

"Orang-orang yang men-zhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang
mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu
bercampur.

Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Barang siapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut
sebelum keduanya bercampur.

Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.

Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya.

Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih."

★ Ibnu Abbas :

Makna "sebelum kedua suami istri itu bercampur" => jimak


★ Orang yang melakukan zhihar harus memerdekakan seorang budak secara utuh, sebelum yang
bersangkutan menggauli istri yang telah di-zhihar-nya.

★ Ini adalah sebagai peringatan dan Allah Maha Mengetahui semua yang bermaslahat lagi sesuai
dengan keadaan kalian.

★ Jika tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum
keduanya bercampur.

Jika tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.

★ Kami perintahkan demikian itu agar kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dan itulah hukum-hukum, batasan-batasan Allah yang diharamkan-Nya, maka janganlah kamu
melanggarnya.

★ Dan orang-orang yang tidak beriman dan tidak mau menetapi hukum-hukum syariat ini serta tidak
meyakini bahwa mereka akan selamat dari musibah, maka keadaan yang sebenarnya tidaklah seperti apa
yang diduga oleh mereka, bahkan bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat nanti.

--------

⚠Lalu bagaimana kisah Khaulah ini selanjutnya?

Simak hadits berikut untuk mengetahui betapa indah dan sempurnanya Islam

------------

★ HR. Ahmad, Abu Daud :

Dari Khuwailah/Khaulah binti Tsa'labah :

"Demi Allah, berkenaan dengan diriku dan Aus ibnus Samit lah Allah menurunkan permulaan surat Al-
Mujadilah. Saat itu aku menjadi istrinya (Aus ibnus Samit), sedangkan dia seorang yang sudah lanjut usia
dan perangainya menjadi buruk.
Dan pada suatu hari ia masuk menemuiku, lalu aku mengajukan protes terhadapnya tentang sesuatu,
maka dia marah.

Akhirnya ia mengatakan, 'Engkau bagiku seperti punggung ibuku.'

Setelah itu Aus ibnus Samit keluar dan duduk di tempat perkumpulan kaumnya selama sesaat, kemudian
ia kembali masuk menemuiku.

Tiba-tiba berahinya memuncak, dia menginginkan diriku.

Maka aku berkata, 'Jangan, demi Tuhan yang jiwa Khuwailah ini berada di dalam genggaman kekuasaan-
Nya, jangan kamu bergaul denganku dulu setelah engkau mengucapkan kata-kata itu kepadaku sebelum
Allah dan Rasul-Nya memutuskan hukum tentang masalah kita ini sesuai dengan hukum-Nya.'

Cegahanku tiada artinya baginya, dia memelukku dengan paksa.

Maka aku membela diri agar lepas dari pelukannya, dan aku dapat mengalahkannya karena tenaganya
telah melemah mengingat usianya yang telah lanjut.

Kusingkirkan dia dari tubuhku, kemudian aku keluar dari rumah menuju ke tempat salah seorang
tetangga wanitaku.

Lalu aku meminjam pakaian darinya dan langsung keluar menuju ke tempat Rasulullah Shallallahu 'Alayhi
Wasallam.

Setelah sampai di hadapan beliau Shallallahu 'Alayhi Wasallam, aku duduk dan menceritakan kepada
beliau apa yang telah kualami dengan suamiku, dan aku mengadu kepada beliau tentang perangainya
yang buruk.

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam hanya menjawab, 'Hai Khuwailah, anak pamanmu (suamimu) itu
telah lanjut usia, maka bertakwalah kepada Allah terhadapnya.'"

Khuwailah melanjutkan kisahnya, "Demi Allah, belum lagi aku beranjak, maka turunlah ayat Al-Qur'an
mengenai diriku, dan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam kelihatan seperti orang yang tertutup (tak
sadarkan diri) sebagaimana biasanya bila wahyu sedang turun kepadanya.

Setelah wahyu selesai, keadaan beliau kembali seperti semula, lalu bersabda kepadaku, 'Hai Khuwailah,
sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan masalahmu dan suamimu.'

Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam membacakan kepadaku firman berikut: 'Sungguh, Allah
telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang
suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar percakapan antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Mujadilah: 1) sampai dengan
firman-Nya: dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih. (Al-Mujadilah: 4)'

Maka Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda kepadaku, 'Perintahkanlah kepada suamimu
untuk memerdekakan seorang budak.'
Aku menjawab, 'Wahai Rasulullah, dia tidak memiliki harta untuk memerdekakan budak.'

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, 'Maka hendaklah ia berpuasa selama dua bulan
berturut-turut.'

Aku berkata, 'Demi Allah, sesungguhnya dia benar-benar seorang yang sudah lanjut usianya, dia tidak
kuat mengerjakan puasa.'

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, 'Maka hendaklah ia memberi makan enam puluh
orang miskin sebanyak satu wasaq kurma.'

Aku berkata, 'Demi Allah, ya Rasulullah, dia tidak memiliki makanan sebanyak itu.'

Maka Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, 'Kami akan membantunya dengan satu faraq
kurma.'

Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, aku pun akan membantunya dengan satu faraq kurma lainnya.'

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, 'Kamu benar dan berbuat baik. Sekarang pergilah, dan
sedekahkanlah kurma ini sebagai kifarat suamimu, kemudian perintahkanlah kepada anak pamanmu itu
(suamimu) agar berbuat baik'."

Khuwailah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Nabi
Shallallahu 'Alayhi Wasallam itu.

📚 Demikian Tafsir Surat Al-Mujadalah bagian pertama.

Segala Puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.

Jazaakumullah khayran katsiran sudah sabar menyimak.

📚 📚Diringkas oleh Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14


Sumber : Playstore Aplikasi Quran Tafsir Ibnu Katsir yang diringkas

Tulisan yang diawali simbol "⚠", maka ini bukan isi dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir tapi penjelasan singkat
yang dirasa perlu dari saya sebagai peringkas.
-------------------------------------------------------------

📚Dipersembahkan untuk seluruh Odojers Fasil 14 dan seluruh Fasil lainnya.

Mari sempatkan membaca tafsir Al Qur'an

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ayat ini.

Aamiin

📚Jika sudah membaca tafsir ini maka sahabat sudah melakukan program membaca tafsir Al-Qur'an.

Jangan lupa laporkan ke grup ya.

📚Silahkan dishare secara utuh. Semoga bermanfaat dan berkah.

®Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14�

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

RINGKASAN TAFSIR IBNU KATSIR

------------------------------------------

📚 Edisi : 24 Dzulqo'dah 1439 H

Senin, 06 Agustus 2018 M


📚 *QS. 58. AL-MUJAADALAH ( ‫( ) اللمملجاَلدللةة‬Bagian 3)*

‫بةلسةم ا‬
‫اة الارلحلمةن الارةحيِةم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

📚 Tafsir Ayat 8-10

◼ Ayat 8

‫ك بةلماَ لللم يملحيِت ل‬


{ ‫ك بةةه‬ ‫ت الارمسوةل لوإةلذا لجاَمءو ل‬
‫ك لحيِالو ل‬ ‫أللللم تللر إةللىَ الاةذيلن نممهوا لعةن النالجلوىَ ثمام يلمعومدولن لةلماَ نممهوا لعلنهم لويلتللناَلجلولن ةباَللثةم لواللمعلدلواةن لولملع ة‬
‫صيِل ة‬
‫س الللم ة‬
‫صيِمر‬ ‫ام بةلماَ نلمقومل لحلسبمهملم لجهلنامم يل ل‬
‫صلللونللهاَ فلبةلئ ل‬ ‫ام لويلمقوملولن ةفيِ أللنفمةسةهلم لللولِ يملعتذبملناَ ا‬
‫} ا‬

"Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia,
kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia
untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul.

Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam
yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu.

Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, "Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa
yang kita katakan itu?”

Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki.

Dan neraka Jahanam adalah seburuk-buruk tempat kembali."

★ Mereka adalah orang-orang Yahudi


★ Dahulu antara Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam dan orang-orang Yahudi telah diadakan perjanjian
perdamaian.

Dan tersebutlah bahwa mereka apabila melihat seseorang dari sahabat Nabi Shallallahu 'Alayhi
Wasallam lewat di hadapan mereka, maka mereka duduk dan saling berbisik-bisik di antara sesama
mereka, hingga orang mukmin itu mengira bahwa mereka berbisik untuk merencanakan suatu makar
guna membunuhnya, atau merencanakan suatu hal yang tidak disukai oleh orang mukmin itu.

Apabila orang mukmin itu melihat mereka berbuat demikian, maka dia merasa takut kepada mereka,
akhirnya dia tidak jadi melewati mereka.

Maka Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam melarang mereka mengadakan pembicaraan rahasia; tetapi
mereka membandel dan kembali melakukan perbuatannya, maka barulah Allah Subhanahu Wa Ta'ala
menurunkan firman-Nya ini.

★ Mereka membicarakan perbuatan dosa di antara sesama mereka yang khusus hanya menyangkut diri
mereka dan berkaitan dengan orang lain, dan termasuk ke dalam pengertian ini ialah perbuatan durhaka
kepada Rasul dan menentangnya.

Mereka bertekad untuk mengerjakannya dan saling memerintahkan di antara sesama mereka untuk itu.

★ HR. Ibnu Abu Hatim :

Dari Aisyah : bahwa pernah orang-orang Yahudi masuk menemui Rasulullah Shallallahu 'Alayhi
Wasallam, lalu mereka mengucapkan, "Ass'amu 'alaika (semoga kebinasaan menimpa dirimu), hai Abul
Qasim."

Maka Aisyah menjawab, "Wa 'alaikumus s'am (semoga kamulah yang tertimpa kebinasaan)."

Maka Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai
kata-kata yang keji dan perbuatan yang keji."

Aisyah RA berkata, "Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka katakan? Mereka mengatakan,
'Ass'amu 'alaika'"

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam balik bertanya, "Tidakkah engkau mendengar apa yang
kukatakan kepada mereka? Aku katakan kepada mereka, 'Wa'alaikum' (semoga kamulah yang demikian
itu)."

Maka Allah menurunkan firman-Nya (bagian ayat ini).


★ Dari Anas ibnu Malik RA : bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam sedang duduk
bersama sahabat-sahabatnya, tiba-tiba datanglah seorang Yahudi kepada mereka, lalu mengucapkan
salam kepada mereka, dan mereka menjawab salamnya.

Maka Nabi Allah bertanya, "Tahukah kalian, apa yang telah dikatakan olehnya?"

Mereka menjawab, "Itu salam, wahai Rasulullah."

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Tidak, bahkan dia mengatakan, 'Samun 'alaikum,
'yakni mereka mengharapkan kebinasaan bagi agama kalian.

Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Jawablah dia dengan yang serupa."

Maka mereka menjawabnya, dan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bertanya, "Apakah kamu telah
mengatakan, 'Samun 'alaikum?'

Lelaki Yahudi itu menjawab, "Ya."

Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Apabila ada Ahli Kitab yang mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah olehmu dengan kalimat
'"Alaika".

Artinya, semoga kamulah yang tertimpa apa yang kamu katakan itu."

★ Lalu mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, "Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan
apa yang kita katakan itu?”

Yakni apa yang mereka lakukan dan yang mereka katakan itu berupa melipat kata-kata dan memberikan
prakira kepada lawan bicara seakan-akan kata-kata itu adalah salam.

Padahal sesungguhnya kata-kata itu sebenarnya merupakan cacian.

Selain dari itu mereka mengatakan dalam dirinya sendiri bahwa seandainya orang ini (maksudnya Nabi
Shallallahu 'Alayhi Wasallam) adalah seorang nabi, niscaya Allah akan mengazab kami karena perkataan
yang kami tujukan terhadapnya yang batinnya mengandung cacian.

Allah Maha Mengetahui apa yang kita sembunyikan (rahasiakan); sekiranya dia benar seorang nabi,
pastilah dalam waktu dekat Allah akan menyegerakan siksaan-Nya di dunia ini atas diri kita.

★ Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjawab ucapan mereka itu melalui firman-Nya: "Cukuplah bagi
mereka neraka Jahanam."
Maksudnya, neraka Jahanam, sudah cukup untuk mereka di hari kemudian.

◼ Ayat 9

‫ت الارمسوةل لوتللناَلجلوا ةباَللبةتر لوالتالقلوىَ لواتامقوا ا‬


{ ‫ال الاةذيِ إةللليِةه تملحلشمرولن‬ ‫} لياَ أليَيلهاَ الاةذيلنلءالممنوا إةلذا تللناَلجليِتملم لفل تلتللناَلجلوا ةباَللثةم لواللمعلدلواةن لولملع ة‬
‫صيِل ة‬

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu
membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul.

Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa.

Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan."

★ Allah Subhanahu Wa Ta'ala mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman agar janganlah mereka
menjadi seperti orang-orang kafir, orang-orang yang tidak mengerti dari kalangan kaum kuffar Ahli Kitab,
dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dalam kesesatannya dari kalangan orang-orang munafik.

★ Lalu Dia memberitahukan kepada kalian semua amal perbuatan dan ucapan kalian, Allah telah
mencatatnya atas kalian dan akan membalaskannya terhadap kalian.

★ HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad :

Dari Safwan ibnu Muharriz bahwa aku sedang memegang tangan Ibnu Umar saat ada seorang lelaki
menghadap jalannya, lalu lelaki itu bertanya, "Apakah yang pernah engkau dengar dari Rasulullah
Shallallahu 'Alayhi Wasallam tentang pembicaraan rahasia kelak di hari kiamat?"

Ibnu Umar menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah mendekat kepada seorang mukmin, lalu meletakkan naungan-Nya kepada orang
mukmin itu dan menutupinya dari penglihatan manusia. Lalu Allah memeriksa semua dosanya dan
berfirman kepadanya, "Tahukah kamu dosa anu? Tahukah kamu dosa anu? Tahukah kamu dosa anu?”

Dan manakala semua dosanya telah disebutkan dan diakuinya serta dia merasa dalam dirinya bahwa
pastilah dirinya akan binasa, maka Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosamu
ketika di dunia, dan Aku mengampuninya bagimu di hari ini.”
Kemudian diberikanlah kepadanya kitab catatan amal-amal kebaikannya.

Dan adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik, maka para saksi mengatakan, "Mereka adalah
orang-orang yang mendustakan Tuhan mereka. Ingatlah, laknat Allah menimpa orang-orang yang zalim.”

◼ Ayat 10

{‫اة فللليِلتللواكةل اللمملؤةممنولن‬ ‫ضاَترةهلم لشليِرئاَ ةإلِ بةإ ةلذةن ا‬


‫اة لولعللىَ ا‬ ‫طاَةن لةيِللحمزلن الاةذيلن آلممنوا لوللليِ ل‬
‫س بة ل‬ ‫}إةنالماَ النالجلوىَ ةملن الاشليِ ل‬

"Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka
cita, sedangkan pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan
izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal

★ Yakni sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah pembicaraan yang dilakukan dengan bisik-bisik
yang tujuannya ialah untuk membuat hati orang mukmin tidak enak, bahwa dirinya sedang dalam
bahaya.

★ Sesungguhnya pembicaraan rahasia ini yang dilakukan oleh mereka (orang-orang munafik) tiada lain
akibat dari bisikan setan yang diembuskan kepada mereka dan membuat mereka menganggap baik
perbuatan itu, supaya orang-orang yang beriman itu hatinya menjadi gelisah dan tidak enak, padahal
kenyataannya hal tersebut sama sekali tidak membahayakan mereka kecuali dengan seizin Allah.

★ Dan barang siapa yang merasa sedang menghadapi sesuatu dari itu, hendaklah ia meminta
perlindungan kepada Allah dan bertawakallah kepada-Nya; maka sesungguhnya pembicaraan rahasia itu
tidak akan membahayakan dirinya dengan seizin Allah.

★ HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad :

Dari Abdullah ibnu Mas'ud RA bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Apabila kamu bertiga, janganlah dua orang (darimu) berbisik-bisik tanpa melibatkan teman keduanya,
karena sesungguhnya hal itu akan membuatnya berduka cita."
★ HR. Muslim :

Dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Apabila kamu bertiga, maka janganlah dua orang darimu melakukan pembicaraan rahasia tanpa
melibatkan teman yang satunya lagi, terkecuali dengan seizinnya, karena sesungguhnya hal itu akan
membuatnya berduka cita."

📚 Demikian Tafsir Surat Al-Mujadalah bagian ketiga

Segala Puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.

Jazaakumullah khayran katsiran sudah sabar menyimak.

📚 📚Diringkas oleh Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14


Sumber : Playstore Aplikasi Quran Tafsir Ibnu Katsir yang diringkas

Tulisan yang diawali simbol "⚠", maka ini bukan isi dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir tapi penjelasan singkat
yang dirasa perlu dari saya sebagai peringkas.

-------------------------------------------------------------

📚Dipersembahkan untuk seluruh Odojers Fasil 14 dan seluruh Fasil lainnya.

Mari sempatkan membaca tafsir Al Qur'an

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ayat ini.

Aamiin

📚Jika sudah membaca tafsir ini maka sahabat sudah melakukan program membaca tafsir Al-Qur'an.
Jangan lupa laporkan ke grup ya.

📚Silahkan dishare secara utuh. Semoga bermanfaat dan berkah.

®Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14�

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

RINGKASAN TAFSIR IBNU KATSIR

------------------------------------------

📚 Edisi : 25 Dzulqo'dah 1439 H

Selasa, 07 Agustus 2018 M

📚 *QS. 58. AL-MUJAADALAH ( ‫( ) اللمملجاَلدللةة‬Bagian 4)*

‫بةلسةم ا‬
‫اة الارلحلمةن الارةحيِةم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

📚 Tafsir Ayat 11 (1 Ayat)


{ ‫ام الاةذيلن آلممنوا ةملنمكلم لوالاةذيلن مأومتوا‬‫ام للمكلم لوإةلذا ةقيِلل النمشمزوا لفاَلنمشمزوا يللرفلةع ا‬
‫ح ا‬ ‫لياَ أليَيلهاَ الاةذيلن آلممنوا إةلذا ةقيِلل للمكلم تلفلاسمحوا ةفيِ الللملجاَلة ة‬
‫س لفاَلفلسمحوا يللفلس ة‬
‫} اللةعلللم لدلرلجاَ ة‬
‫ت لو ا‬
‫ام بةلماَ تللعلمملولن لخةبيِعر‬

"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, "Berlapang-lapanglah dalam majelis, "
maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu, " maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

★ Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman untuk mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman seraya
memerintahkan kepada mereka agar sebagian dari mereka bersikap baik kepada sebagian yang lain
dalam majelis-majelis pertemuan.

★ Pembalasan disesuaikan dengan jenis amal perbuatan.

Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits sahih:

"Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan baginya
sebuah rumah di surga."

Dan di dalam hadits yang lain disebutkan:

"Barang siapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang sedang kesulitan, maka Allah akan
memberikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat.

Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama si hamba menolong saudaranya."

Masih banyak hadits lainnya yang serupa.


★ Qatadah : ayat ini diturunkan berkenaan dengan majelis dzikir, karena apabila mereka melihat ada
seseorang dari mereka yang baru datang, mereka tidak memberikan kelapangan untuk tempat duduknya
di hadapan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam.

Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kepada mereka agar sebagian dari mereka
memberikan kelapangan tempat duduk untuk sebagian yang lainnya.

★ Riwayat Ibnu Abu Hatim :

Dari Muqatil ibnu Hayyan :

"Ayat ini diturunkan pada hari Jumat, Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam pada hari itu berada di
suffah (serambi masjid); dan di tempat itu penuh sesak dengan manusia.

Tersebutlah pula bahwa kebiasaan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam ialah memuliakan orang-
orang yang ikut dalam Perang Badar (Ahli Badar), baik dari kalangan Muhajirin maupun dari kalangan
Anshar.

Kemudian saat itu datanglah sejumlah orang dari kalangan Ahli Badar, sedangkan orang-orang selain
mereka telah menempati tempat duduk mereka di dekat Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam.

Maka mereka yang baru datang berdiri menghadap kepada Rasulullah dan berkata, "Semoga
kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau, hai Nabi Allah, dan juga keberkahan-Nya."

Lalu Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam menjawab salam mereka.

Setelah itu mereka mengucapkan salam pula kepada kaum yang telah hadir, dan kaum yang hadir pun
menjawab salam mereka.

Maka mereka hanya dapat berdiri saja menunggu diberikan keluasan bagi mereka untuk duduk di majelis
itu.

Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam mengetahui penyebab yang membuat mereka tetap berdiri, karena
tidak diberikan keluasan bagi mereka di majelis itu.

Melihat hal itu Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam merasa tidak enak, maka beliau bersabda kepada
orang-orang yang ada di sekelilingnya dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang bukan dari kalangan Ahli
Badar, "Hai Fulan, berdirilah kamu. Juga kamu, hai Fulan."

Dan Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam mempersilakan duduk beberapa orang yang tadinya hanya berdiri
di hadapannya dari kalangan Muhajirin dan Anshar Ahli Badar.

Perlakuan itu membuat tidak senang orang-orang yang disuruh bangkit dari tempat duduknya, dan Nabi
Shallallahu 'Alayhi Wasallam mengetahui keadaan ini dari roman muka mereka yang disuruh beranjak
dari tempat duduknya.
Maka orang-orang munafik memberikan tanggapan mereka, "Bukankah kalian menganggap teman kalian
ini berlaku adil di antara sesama manusia? Demi Allah, kami memandangnya tidak adil terhadap mereka.
Sesungguhnya suatu kaum telah mengambil tempat duduk mereka di dekat nabi mereka karena mereka
suka berada di dekat nabinya. Tetapi nabi mereka menyuruh mereka beranjak dari tempat duduknya,
dan mempersilakan duduk di tempat mereka orang-orang yang datang terlambat."

Maka telah sampai kepada kami suatu berita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Semoga Allah mengasihani seseorang yang memberikan keluasan tempat duduk bagi saudaranya."

Maka sejak itu mereka bergegas meluaskan tempat duduk buat saudara mereka, dan turunlah ayat ini di
hari Jumat."

★ Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Al-Bukhari & Muslim :

Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda :

"Janganlah seseorang menyuruh berdiri orang lain dari majelisnya, lalu ia duduk menggantikannya, tetapi
lapangkanlah dan luaskanlah tempat duduk kalian."

★ HR. Ahmad :

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Janganlah seseorang mengusir saudaranya dari tempat duduknya, kemudian ia duduk di tempatnya,
tetapi (katakanlah), "Berlapang-lapanglah kalian, semoga Allah memberikan kelapangan bagi kalian.”"

★ Ulama ahli fiqih berbeda pendapat sehubungan dengan kebolehan berdiri karena menghormati
seseorang yang datang, yaitu :

1. Memberikan rukhsah (kemurahan) dalam hal tersebut.

Dalil hadits :

"Berdirilah kamu untuk menghormat pemimpinmu!"

2. Melarangnya

Dalil hadits :
"Barang siapa yang merasa senang bila orang-orang berdiri untuk menghormati dirinya, maka hendaklah
ia bersiap-siap untuk mengambil tempat duduknya di neraka."

3. Diperbolehkan bila baru tiba dari suatu perjalanan, sedangkan si hakim (penguasa) yang baru datang
berada di dalam daerah kekuasaannya.

Dalil hadits : kisah Sa'ad ibnu Mu'adz RA

"Sesungguhnya ketika Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam memanggilnya untuk menjadi hakim terhadap
orang-orang Bani Quraizhah, dan Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam melihatnya tiba, maka beliau
Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda kepada kaum muslim (pasukan kaum muslim) : "Berdirilah kalian
untuk menghormat pemimpin kalian!"

Hal ini tiada lain hanyalah agar keputusannya nanti dihormati dan ditaati; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.

Adapun bila hal tersebut dijadikan sebagai tradisi, maka hal itu merupakan kebiasaan yang dilakukan
oleh orang-orang 'Ajam (Non Arab).

Karena di dalam kitab-kitab sunnah telah disebutkan bahwa tiada seorang pun yang lebih disukai oleh
mereka selain dari Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam. Dan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam
apabila datang kepada mereka, mereka tidak berdiri untuknya, mengingat mereka mengetahui bahwa
beliau tidak menyukai cara tersebut.

★ Di dalam hadits yang diriwayatkan di dalam kitab-kitab sunnah disebutkan bahwa Rasulullah
Shallallahu 'Alayhi Wasallam belum pernah duduk di tempat yang paling ujung dari suatu majelis, tetapi
beliau selalu duduk di tengah-tengah majelis itu.

Sedangkan para sahabat duduk di dekatnya sesuai dengan tingkatan mereka.

Maka Abu Bakar Ash-Shiddiq RA duduk di sebelah kanannya, 'Umar RA di sebelah kirinya, sedangkan
yang di depan beliau sering kalinya adalah Utsman RA dan 'Ali RA karena keduanya termasuk juru tulis
wahyu. Dan Nabi sendirilah yang memerintahkan keduanya untuk hal tersebut, sebagaimana yang
disebutkan dalam HR. Muslim, Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Hendaklah orang-orang yang memiliki budi dan akal yang duduk mendampingiku, kemudian orang-
orang yang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang sesudah mereka."

Hal ini tiada lain dimaksudkan agar mereka dapat memahami dari beliau apa yang beliau sabdakan.
Karena itulah maka beliau Shallallahu 'Alayhi Wasallam memerintahkan kepada mereka yang duduk di
dekatnya untuk bangkit dan agar duduk di tempat mereka orang-orang Ahli Badar yang baru tiba.

Hal ini adakalanya karena mereka kurang menghargai kedudukan Ahli Badar, atau agar Ahli Badar yang
baru tiba itu dapat menerima bagian mereka dari ilmu sebagaimana yang telah diterima oleh orang-
orang yang sebelum mereka, atau barangkali untuk mengajarkan kepada mereka bahwa orang-orang
yang memiliki keutamaan itu (Ahli Badar) harus diprioritaskan berada di depan (dekat dengan Nabi
Shallallahu 'Alayhi Wasallam)

★ HR. Muslim, Ahmad :

Dari Abu Mas'ud RA, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam pernah mengusap pundak-pundak
kami sebelum shalat seraya bersabda: "Luruskanlah shaf kalian, janganlah kalian acak-acakan karena
menyebabkan hati kalian akan bertentangan.

Hendaklah yang berada di dekatku dari kalian adalah orang-orang yang memiliki budi dan akal, kemudian
orang-orang yang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang sesudah mereka."

Abu Mas'ud mengatakan, bahwa keadaan kalian sekarang lebih parah pertentangannya.

Apabila hal ini dianjurkan oleh Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam kepada mereka dalam shalat, yaitu
hendaknya orang-orang yang berakal dan ulamalah yang berada di dekat Nabi Shallallahu 'Alayhi
Wasallam, maka terlebih lagi bila hal tersebut di luar shalat.

★ HR. Abu Daud :

Dari Abdullah ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Luruskanlah semua shaf, sejajarkanlah pundak-pundak (mu), tutuplah semua kekosongan (shaf), dan
lunakkanlah tangan terhadap saudara-saudaramu, dan janganlah kamu biarkan kekosongan shafmu
ditempati oleh setan.

Barang siapa yang menghubungkan shafnya, maka Allah akan berhubungan dengannya; dan barang siapa
yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya."

★ Perbedaan pendapat sahabat :

Ubay ibnu Ka'ab RA yang terbilang pemimpin Ahli Qurra, apabila sampai di shaf yang pertama, maka dia
mencabut seseorang darinya yang orang itu termasuk salah seorang dari orang-orang yang berakal
lemah, lalu ia masuk ke dalam shaf pertama menggantikannya.
Ia lakukan demikian karena berpegang kepada hadis berikut yang mengatakan:

"Hendaklah mengiringiku dari kalian orang-orang yang berbudi dan berakal."

Abdullah ibnu Umar RA, ia tidak mau duduk di tempat seseorang yang bangkit darinya untuk dia karena
mengamalkan hadits yang telah disebutkan di atas.

Untuk itu sudah dianggap cukup keterangan mengenai masalah ini dan semua contoh yang berkaitan
dengan makna ayat ini.

Karena sesungguhnya pembahasannya yang panjang lebar memerlukan tempat tersendiri, bukan dalam
kitab tafsir ini.

★ Hadits :

Ketika kami (para sahabat) sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam tiba-tiba
datanglah tiga orang.

Salah seorang dari mereka menjumpai kekosongan dalam halaqah, maka ia masuk dan duduk padanya.

Sedangkan yang lain hanya duduk di belakang orang-orang, dan orang yang ketiga pergi lagi.

Maka Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Ingatlah, aku akan menceritakan kepada kalian tentang orang yang terbaik di antara tiga orang itu.

Adapun orang yang pertama, dia berlindung kepada Allah, maka Allah pun memberikan tempat baginya.
Sedangkan orang yang kedua, ia merasa malu, maka Allah merasa malu kepadanya. Dan adapun orang
yang ketiga, dia berpaling, maka Allah berpaling darinya."

★ HR. Ahmad, Abu Daud, At-Turmuzi :

Dari Abdullah ibnu Amr RA, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda:

"Tidak diperbolehkan bagi seseorang memisahkan di antara dua orang (dalam suatu majelis), melainkan
dengan seizin keduanya."

★ Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa dahulu mereka (para sahabat) apabila
berada di hadapan Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam di rumahnya, dan masa bubar telah tiba, maka
masing-masing dari mereka menginginkan agar dirinyalah orang yang paling akhir bubarnya dari sisi
beliau. Dan adakalanya Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam merasa keberatan dengan keadaan tersebut
karena barangkali Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam mempunyai keperluan lain.

Untuk itulah maka mereka diperintahkan agar pergi bila telah tiba saat bubar majelis.

★ Janganlah kamu mempunyai anggapan bahwa apabila seseorang dari kalian memberikan kelapangan
untuk tempat duduk saudaranya yang baru tiba, atau dia disuruh bangkit dari tempat duduknya untuk
saudaranya itu, hal itu mengurangi haknya (merendahkannya).

Tidak, bahkan hal itu merupakan suatu derajat ketinggian baginya di sisi Allah, dan Allah tidak akan
menyia-nyiakan pahala itu untuknya, bahkan Dia akan memberikan balasan pahalanya di dunia dan
akhirat.

Karena sesungguhnya barang siapa yang berendah diri terhadap perintah Allah, niscaya Allah akan
meninggikan kedudukannya dan mengharumkan namanya.

Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak untuk mendapatkannya dan siapa yang tidak berhak
mendapatkannya.

★ HR. Ahmad

Dari Abut Tufail/Amir ibnu Wasilah, bahwa Nafi' ibnu Abdul Harits bersua dengan Umar RA di Asfan, dan
sebelumnya Umar RA telah mengangkatnya menjadi amilnya di Mekah.

Maka Umar RA bertanya kepadanya, "Siapakah yang menggantikanmu untuk memerintah ahli lembah itu
(yakni Mekah)?"

Nafi' menjawab, "Aku angkat sebagai penggantiku terhadap mereka Ibnu Abza —seseorang dari bekas
budak kami—."

Umar bertanya, "Engkau angkat sebagai penggantimu untuk mengurus mereka seorang bekas budak?"

Nafi' menjawab, "Wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya dia adalah seorang pembaca Kitabullah (ahli
qiraat lagi hafal Al-Qur'an) dan alim mengenai ilmu faraid serta ahli dalam sejarah."

Maka Umar RA berkata dengan nada menyetujui, bahwa tidakkah kami ingat bahwa Nabimu telah
bersabda:

"Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum berkat Kitab (Al-Qur'an) ini dan merendahkan
kaum lainnya karenanya."
📚 Demikian Tafsir Surat Al-Mujadalah bagian keempat.

Segala Puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.

Jazaakumullah khayran katsiran sudah sabar menyimak.

📚 📚Diringkas oleh Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14


Sumber : Playstore Aplikasi Quran Tafsir Ibnu Katsir yang diringkas

Tulisan yang diawali simbol "⚠", maka ini bukan isi dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir tapi penjelasan singkat
yang dirasa perlu dari saya sebagai peringkas.

-------------------------------------------------------------

📚Dipersembahkan untuk seluruh Odojers Fasil 14 dan seluruh Fasil lainnya.

Mari sempatkan membaca tafsir Al Qur'an

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ayat ini.

Aamiin

📚Jika sudah membaca tafsir ini maka sahabat sudah melakukan program membaca tafsir Al-Qur'an.

Jangan lupa laporkan ke grup ya.

📚Silahkan dishare secara utuh. Semoga bermanfaat dan berkah.

®Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14�


📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

RINGKASAN TAFSIR IBNU KATSIR

------------------------------------------

📚 Edisi : 26 Dzulqo'dah 1439 H

Rabu, 08 Agustus 2018 M

📚 *QS. 58. AL-MUJAADALAH ( ‫( ) اللمملجاَلدللةة‬Bagian 5)*

‫بةلسةم ا‬
‫اة الارلحلمةن الارةحيِةم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

📚 Tafsir Ayat 12-13

◼ Ayat 12
{ ‫ال لغمفوعر لرةحيِعم‬ ‫ك لخليِعر للمكلم لوأل ل‬
‫طهلمر فلإ ةلن لللم تلةجمدوا فلإ ةان ا‬ ‫صلدقلةر لذلة ل‬ ‫} لياَ أليَيلهاَ الاةذيلن آلممنوا إةلذا لناَلجليِتممم الارمسولل فلقلتدمموا بلليِلن يللد ل‬
‫يِ نللجلوامكلم ل‬

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul,
hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu.

Yang demikian itu adalah lebih baik dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh (yang akan
disedekahkan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

★ Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa apabila
seseorang dari mereka hendak melakukan pembicaraan khusus dengan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi
Wasallam, hendaklah ia terlebih dahulu mengeluarkan sedekah sebelumnya untuk membersihkan dan
menyucikan dirinya serta mempersiapkan diri agar menjadi orang yang layak untuk mendapat perhatian
khusus.

Ini lebih baik baginya dan lebih bersih, terkecuali orang yang tidak mampu bersedekah karena ia miskin.

Maka tiada yang diperintahkan untuk itu kecuali hanya orang yang mampu melakukannya.

◼ Ayat 13

‫صلةل لوآمتوا الازلكاَةل لوألةطيِمعوا ا‬


‫ال لولرمسوللهم لو ا‬
{ َ‫ام لخةبيِعر بةلما‬ ‫ام لعللليِمكلم فلأ لةقيِمموا ال ا‬ ‫ت فلإ ةلذ لللم تللفلعملوا لولتاَ ل‬
‫ب ا‬ ‫ألأللشفللقتملم أللن تمقلتدمموا بلليِلن يللد ل‬
‫يِ نللجلوامكلم ل‬
‫صلدلقاَ ة‬
‫} تللعلمملولن‬

"Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan
dengan Rasul?

Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu, maka dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan."

★ Yakni apakah kamu takut bila hukum ini tetap diberlakukan atas kamu, yaitu wajib mengeluarkan
sedekah sebelum mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul?
★ Sehingga di-mansukh-lah (dihapuskanlah) kewajiban hal tersebut atas mereka dengan turunnya ayat
ini.

★ Menurut suatu pendapat, sebelum ayat di atas di-mansukh (dihapuskan) tiada seorang pun yang
mengamalkannya selain Ali ibnu Abu Thalib RA.

Dia menyedekahkan satu dinar, lalu mengadakan pembicaraan khusus dengan Nabi Shallallahu 'Alayhi
Wasallam.

Ali RA menanyakan kepada Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam tentang sepuluh perkara, setelah itu
diturunkanlah ayat rukhsah.

★ Dari Mujahid :

Bahwa Ali RA pernah mengatakan bahwa ada suatu ayat di dalam Al-Qur'an, tiada seorang pun yang
mengamalkannya sebelumku dan tiada seorang pun yang mengamalkannya sesudahku.

Dahulu saya pernah mempunyai uang satu dinar, lalu aku tukar dengan sepuluh dirham.

Maka apabila aku ingin berbicara secara khusus dengan Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam,
kusedekahkan satu dirham sebelumnya, lalu ayat ini di-mansukh, dan tiada seorang pun yang
mengamalkannya sebelumku, dan tidak akan ada seorang pun yang mengamalkannya sesudahku.

Kemudian Ali RA. membaca firman-Nya (ayat 12).

★ HR. Ibnu Jarir, At-Turmuzi :

Dari Ali RA bahwa Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Bagaimanakah pendapatmu dengan satu
dinar?"

Ali menjawab, "Mereka tidak akan mampu."

Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Kalau setengah dinar?"

Ali RA menjawab, "Mereka tidak akan mampu."

Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Jadi, berapakah menurutmu?"

Ali RA menjawab, "Emas seberat biji sawi."

Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya kamu benar-benar kikir."

Ali RA berkata, bahwa setelah itu turunlah firman-Nya ayat 13.


Ali mengatakan bahwa karena berkat akulah maka umat ini diberi keringanan oleh Allah.

★ Ibnu Abbas RA :

Bahwa dahulu kaum muslim apabila hendak mengadakan pembicaraan khusus dengan Nabi Shallallahu
'Alayhi Wasallam, terlebih dahulu mereka mengeluarkan sedekah.

Tetapi setelah turun ayat mengenai zakat, maka otomatis ayat ini di-mansukh.

Demikian itu karena kaum muslim banyak bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam
tentang berbagai masalah sehingga hal tersebut memberatkan beliau.

Maka Allah berkehendak untuk memberikan keringanan kepada Nabi-Nya; untuk itu diturunkan-Nyalah
ayat ini (ayat 12) dan setelah itu kebanyakan kaum muslim menjadi takut dan menahan diri untuk tidak
banyak bertanya.

Sesudah itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan firman-Nya (ayat 13). Maka Allah Subhanahu Wa
Ta'ala memberikan keluasan kepada mereka dan tidak menyempitkan mereka.

★ Ikrimah dan Al-Hasan Al-Basri : QS. Al-Mujadilah : 12 ini di-mansukh oleh firman selanjutnya, yaitu QS.
Al-Mujadilah : 13).

★ Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya, ayat 12, bahwa ayat ini telah di-mansukh, masa
berlakunya hanyalah sesaat dari siang hari setelah penurunannya.

Dari Ali RA telah mengatakan, "Tiada seorang pun yang mengamalkan ayat ini selain aku, lalu segera di-
mansukh"

Bahwa tiadalah ayat ini berlaku, melainkan hanya sesaat dari siang hari.

📚 Demikian Tafsir Surat Al-Mujadalah bagian kelima.

Segala Puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.

Jazaakumullah khayran katsiran sudah sabar menyimak.


📚 📚Diringkas oleh Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14

Sumber : Playstore Aplikasi Quran Tafsir Ibnu Katsir yang diringkas

Tulisan yang diawali simbol "⚠", maka ini bukan isi dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir tapi penjelasan singkat
yang dirasa perlu dari saya sebagai peringkas.

-------------------------------------------------------------

📚Dipersembahkan untuk seluruh Odojers Fasil 14 dan seluruh Fasil lainnya.

Mari sempatkan membaca tafsir Al Qur'an

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ayat ini.

Aamiin

📚Jika sudah membaca tafsir ini maka sahabat sudah melakukan program membaca tafsir Al-Qur'an.

Jangan lupa laporkan ke grup ya.

📚Silahkan dishare secara utuh. Semoga bermanfaat dan berkah.

®Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14�

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

RINGKASAN TAFSIR IBNU KATSIR

------------------------------------------
📚 Edisi : 27 Dzulqo'dah 1439 H

Kamis, 09 Agustus 2018 M

📚 *QS. 58. AL-MUJAADALAH ( ‫( ) اللمملجاَلدللةة‬Bagian 6)*

‫بةلسةم ا‬
‫اة الارلحلمةن الارةحيِةم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

📚 Tafsir Ayat 14-19

◼ Ayat 14

‫ام لعللليِةهلم لماَ هملم ةملنمكلم لولِ ةملنهملم لويللحلةمفولن لعللىَ الللكةذ ة‬
{‫ب لوهملم يللعللممولن‬ ‫ب ا‬ ‫} أللللم تللر إةللىَ الاةذيلن تللولالوا قللورماَ لغ ة‬
‫ض ل‬

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai
teman?

Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka.

Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedangkan mereka mengetahui"

★ Yakni orang-orang Yahudi yang munafik bersekongkol dan memihak kepada mereka dalam batinnya.
★ Orang-orang munafik itu pada hakikatnya bukan dari kalangan kamu, hai orang-orang mukmin; bukan
pula dari kalangan orang-orang yang di pihak oleh mereka, yakni orang-orang Yahudi.

★ Orang-orang munafik itu bersumpah dengan dusta, sedangkan mereka mengetahui bahwa sumpah
yang mereka lakukan itu dusta belaka.

Sumpah dusta = Yaminul ghamus.

Hal ini merupakan kebiasaan mereka yang terkutuk, na'udzu billah min dzalika.

★ Karena sesungguhnya apabila bersua dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, "Kami
beriman."

Dan apabila datang kepada Rasul, mereka bersumpah kepadanya dengan nama Allah bahwa diri mereka
beriman.

Padahal mereka mengetahui dalam dirinya bahwa sumpah yang mereka lakukan itu hanyalah dusta
belaka, karena mereka tidak meyakini kebenaran dari apa yang mereka katakan, sekalipun secara
lahiriahnya dibenarkan.

Karena itulah maka Allah menyaksikan kedustaan sumpah dan persaksian mereka terhadap hal tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, mengingkari orang-orang munafik karena mereka membantu
orang-orang kafir dalam batinnya, padahal dalam waktu yang sama mereka tidak bersama-sama dengan
orang-orang kafir, juga tidak bersama-sama dengan kaum mukmin.

Sebagaimana yang diterangkan dalam QS. An-Nisa: 143 :

"Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman dan kafir); tidak masuk kepada golongan
ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir).

Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya."

◼ Ayat 15
‫}أللعاد ا‬
{‫ام للهملم لعلذارباَ لشةديردا إةناهملم لساَلء لماَ لكاَمنوا يللعلمملولن‬

"Allah telah menyediakan bagi mereka adzab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang
telah mereka kerjakan."

★ Yakni sebagai balasan dari perbuatan mereka itu, Allah telah menyiapkan adzab yang pedih karena
mereka berpihak kepada orang-orang kafir, menolong mereka, dan memusuhi serta menipu orang-orang
mukmin.

◼ Ayat 16

‫اة فلللهملم لعلذا ع‬


{‫ب ممةهيِعن‬ ‫}اتالخمذوا ألليلماَنلهملم مجناةر فل ل‬
‫صيَدوا لعلن لسةبيِةل ا‬

"Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan
Allah, karena itu mereka mendapat adzab yang menghinakan."

★ Yaitu mereka melahirkan keimanan, padahal di dalam batin mereka memendam kekufuran.

Mereka menutupi keadaan mereka yang sebenarnya dengan sumpah-sumpah dusta, sehingga
kebanyakan orang yang tidak mengetahui keadaan mereka mengira bahwa mereka benar. Akhirnya
teperdayalah ia, dan dengan demikain maka berhasillah cara mereka dalam menghalangi sebagian
manusia dari jalan Allah.

★ Mereka mendapat adzab yang menghinakan sebagai balasan dari penghinaan mereka kepada Allah
karena mereka menyebut-Nya dalam sumpah-sumpah dusta mereka.

◼ Ayat 17
{ ‫ب الاناَةر هملم ةفيِلهاَ لخاَلةمدولن‬
‫صلحاَ م‬ ‫اة لشليِرئاَ مأوللئة ل‬
‫ك أل ل‬ ‫} لللن تملغنةليِ لعلنهملم أللملوالمهملم لولِ أللولِمدهملم ةملن ا‬

"Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari adzab
Allah.

Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

★ Hal yang mereka miliki tersebut sama sekali tidak dapat menolak adzab dan pembalasan Allah dari
mereka apabila pembalasan itu datang menimpa diri mereka.

◼ Ayat 18

{ ‫ام لجةميِرعاَ فليِللحلةمفولن للهم لكلماَ يللحلةمفولن للمكلم لويللحلسمبولن ألناهملم لعللىَ لشليِةء لألِ إةناهملم هممم الللكاَةذمبولن‬
‫} يللولم يللبلعثمهممم ا‬

"(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa
mereka bukan orang-orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu, dan mereka
menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta"

★ Allah menghimpunkan mereka semuanya di hari kiamat tanpa ada seorang pun yang tertinggal.

★ Mereka bersumpah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala bahwasanya diri mereka benar berada pada
jalan petunjuk dan istiqamah, sebagaimana sumpah mereka kepada manusia ketika di dunia.

Karena sesungguhnya barang siapa yang hidup dengan berpegangan pada sesuatu, maka matinya pun ia
berpegang pada sesuatu itu; begitu pula saat ia dibangkitkan.

Mereka menyangka sumpah mereka yang demikian itu kepada Allah dapat memberi suatu manfaat bagi
diri mereka, sebagaimana dapat memberi manfaat bagi mereka di mata manusia.

Mereka hanya berpegang kepada hal-hal yang lahiriah.


★ Dan dugaan mereka itu dibantah oleh Allah.

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta."

Kalimat berita ini menguatkan bahwa mereka benar-benar dusta dalam sumpahnya itu.

★ HR. Ahmad, Ibnu Abu Hatim, Ibnu Jarir :

Ibnu Abbas RA bercerita bahwa Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam ketika berada di bawah naungan salah
satu dari rumahnya, yang saat itu di hadapan beliau Shallallahu 'Alayhi Wasallam terdapat beberapa
orang muslim, sedangkan bayangan rumah telah surut dari mereka, maka Nabi Shallallahu 'Alayhi
Wasallam bersabda: "Sesungguhnya akan datang kepada kamu seorang manusia yang melihat dengan
kedua mata setan. Maka apabila dia datang kepadamu, janganlah kamu berbicara dengannya."

Tidak lama kemudian datanglah seorang lelaki yang bermata biru, lalu Rasulullah Shallallahu 'Alayhi
Wasallam memanggilnya dan mengajaknya bicara seraya bertanya, "Mengapa kamu mencaci aku dan
juga si Fulan dan si Fulan," (dengan menyebut nama beberapa orang lainnya).

Lalu lelaki itu pergi dan memanggil mereka yang disebutkan namanya oleh Nabi Shallallahu 'Alayhi
Wasallam, kemudian mereka datang dan bersumpah kepada Nabi Shallallahu 'Alayhi Wasallam serta
meminta maaf kepadanya.

Lalu Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan firman-Nya ayat 18 ini.

★ Keadaan mereka sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengenai perihal
orang-orang musyrik melalui firman-Nya QS. Al-An'am: 23-24 :

"Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami
mempersekutukan Allah.”

Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka
sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan."

◼ Ayat 19

{ ‫طاَةن هممم الللخاَةسمرولن‬ ‫طاَةن لألِ إةان ةحلز ل‬


‫ب الاشليِ ل‬ ‫ب الاشليِ ل‬ ‫اة مأوللئة ل‬
‫ك ةحلز م‬ ‫طاَمن فلأ للنلساَهملم ةذلكلر ا‬
‫} الستللحلولذ لعللليِةهمم الاشليِ ل‬
"Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan
setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi."

★ Hati mereka telah dikuasai oleh setan hingga setan membuat mereka lupa daratan dari mengingat
Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan memang demikianlah yang dilakukan oleh setan terhadap orang yang
telah dikuasainya.

★ Mereka ini disebut golongan setan, yaitu golongan orang-orang yang telah dikuasai oleh setan hingga
setan membuat mereka lupa mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

★ HR. Abu Daud :

Dari Abu Darda RA bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda :

"Tidak ada tiga orang dalam suatu kampung dan tidak pula dalam suatu daerah pedalaman bila tidak
ditegakkan shalat di kalangan mereka, melainkan setan telah menguasai diri mereka.

Maka berpegang teguhlah kepada jamaah, karena sesungguhnya serigala itu hanya memangsa kambing
yang jauh (menyendiri)."

📚 Demikian Tafsir Surat Al-Mujadalah bagian keenam.

Segala Puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.

Jazaakumullah khayran katsiran sudah sabar menyimak.

📚 📚Diringkas oleh Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14


Sumber : Playstore Aplikasi Quran Tafsir Ibnu Katsir yang diringkas


Tulisan yang diawali simbol "⚠", maka ini bukan isi dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir tapi penjelasan singkat
yang dirasa perlu dari saya sebagai peringkas.

-------------------------------------------------------------

📚Dipersembahkan untuk seluruh Odojers Fasil 14 dan seluruh Fasil lainnya.

Mari sempatkan membaca tafsir Al Qur'an

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ayat ini.

Aamiin

📚Jika sudah membaca tafsir ini maka sahabat sudah melakukan program membaca tafsir Al-Qur'an.

Jangan lupa laporkan ke grup ya.

📚Silahkan dishare secara utuh. Semoga bermanfaat dan berkah.

®Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14�

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

RINGKASAN TAFSIR IBNU KATSIR

------------------------------------------

📚 Edisi : 28 Dzulqo'dah 1439 H

Jum'at, 10 Agustus 2018 M


📚 *QS. 58. AL-MUJAADALAH ( ‫( ) اللمملجاَلدللةة‬Bagian 7)*

‫بةلسةم ا‬
‫اة الارلحلمةن الارةحيِةم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

📚 Tafsir Ayat 20-22

◼ Ayat 20

‫ال لولرمسوللهم مأوللئة ل‬


{‫ك ةفيِ اللذتليِلن‬ ‫} إةان الاةذيلن يملحاَيَدولن ا‬

"Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang
sangat hina."

★ Yakni orang-orang yang celaka yang dijauhkan dari kebenaran, lagi terhina di dunia dan akhirat.

★ Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir yang menentang lagi
ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.

Mereka adalah orang-orang yang berada di suatu garis, sedangkan syariat berada di garis yang lainnya.

Yakni mereka menjauhi perkara yang haq lagi menentangnya; mereka berada di suatu lembah,
sedangkan petunjuk berada di lembah yang lain, alias tidak ada titik temu di antara keduanya.
◼ Ayat 21

{ ‫يِ لعةزيعز‬ ‫ام للغلةبلان أللناَ لومرمسةليِ إةان ا‬


‫ال قلةو و‬ ‫ب ا‬
‫} لكتل ل‬

"Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang."

Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa"

★ Yaitu telah diputuskan dan ditetapkan di dalam Kitab-Nya yang terdahulu (Lauh Mahfuz) dan takdir-
Nya yang tidak dapat ditentang, tidak dapat dihalang-halangi dan tidak dapat diganti, bahwa
kemenangan itu hanyalah bagi-Nya, Kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya yang beriman,
baik di dunia maupun di akhirat.

★ Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa telah menetapkan bahwa Dialah yang menang atas musuh-
musuh-Nya.

Dan ini merupakan takdir yang pasti dan perkara yang telah diputuskan tidak dapat diubah lagi, dan
bahwa kesudahan yang baik serta kemenangan hanyalah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia
dan akhirat

★ QS. Hud: 49 :

"Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa"

★ QS. Al-Mu’min: 51-52 :

"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia
dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim
permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk."

------
⚠ QS. Al-Mu'min = QS. Ghafir

Al-Mu'min adalah nama lain dari Surat Ghafir, surat ke-40 di dalam Al-Qur'an

------

◼ Ayat 22

{ ‫ال لولرمسوللهم لولللو لكاَمنوا آلباَلءهملم أللو أللبلناَلءهملم أللو إةلخلوانلهملم أللو لعةشيِلرتلهملم‬
‫للِ تلةجمد قللورماَ يملؤةممنولن ةباَالة لوالليِللوةم الةخةر يملوايَدولن لملن لحاَاد ا‬

‫ضوا لعلنهم مأوللئة ل‬


‫ك‬ ‫ضليِ ا‬
‫ام لعلنهملم لولر م‬ ‫ب ةفيِ قمملوبةةهمم اليلماَلن لوأليالدهملم بةمرو ة‬
‫ح ةملنهم لويملدةخلمهملم لجاناَ ة‬
‫ت تللجةريِ ةملن تللحتةلهاَ اللنلهاَمر لخاَلةةديلن ةفيِلهاَ لر ة‬ ‫مأوللئة ل‬
‫ك لكتل ل‬
‫اة هممم اللمملفلةمحولن‬ ‫اة لألِ إةان ةحلز ل‬
‫ب ا‬ ‫ب ا‬ ‫ةحلز م‬

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih
sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-
bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.

Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya.

Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya.

Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.

Mereka itulah golongan Allah.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung."

★ Yaitu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat tidak akan mau berteman akrab dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang tersebut adalah kaum
kerabatnya sendiri.

★ Orang yang mempunyai sifat tidak mau berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya, sekalipun mereka adalah ayahnya sendiri atau saudaranya sendiri, maka dia termasuk
orang yang di dalam hatinya telah ditanamkan keimanan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dia telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala termasuk orang yang berbahagia, dan Allah
menjadikan hatinya kuat dengan kebahagiaan itu dan imannya telah menghiasi kalbu sanubarinya.

★ Ayat ini mengandung rahasia yang sangat indah, mengingat mereka membenci kaum kerabat dan
handai tolan demi membela agama Allah, maka Allah memberikan gantinya kepada mereka dengan
ridha-Nya kepada mereka, dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala membuat mereka puas dengan apa yang Dia
berikan kepada mereka berupa nikmat yang kekal, keberuntungan yang besar, dan keutamaan yang
melimpah.

★ Mereka yang bersifat demikian itu adalah golongan Allah, yaitu hamba-hamba-Nya yang dimuliakan
oleh-Nya.

Mereka adalah orang-orang yang beruntung, berbahagia, dan mendapat pertolongan Allah di dunia dan
akhirat.

Dan ini merupakan kebalikan dari orang-orang lain yang dimasukkan ke dalam golongan setan yang telah
disebut dalam ayat 19.

★ Semakna dengan QS. Ali Imran : 28 :

"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-
orang mukmin.

Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.

Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya."

★ Juga semakna dengan QS. At-Taubah : 24 :

"Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum kerabat, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal
yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”

Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."

★ Ada beberapa pendapat ulama mengenai sebab turun ayat ini yaitu :
1. Berkenaan dengan Abu Ubaidah RA alias Amir ibnu Abdullah ibnul Jarrah ketika membunuh ayahnya
yang musyrik dalam Perang Badar.

2. Berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, yang pada hari itu (Perang Badar) hampir saja
membunuh anaknya (yang saat itu masih musyrik), yaitu Abdur Rahman

3. Berkenaan dengan Mush'ab ibnu Umair RA yang telah membunuh saudara kandungnya yang
bernama Ubaid ibnu Umair dalam perang tersebut.

4. Berkenaan dengan Umar RA yang dalam Perang Badar itu telah membunuh salah seorang kerabatnya
yang musyrik

5. Berkenaan dengan Hamzah RA, 'Ali RA, dan Ubaidah ibnul Harits RA; masing-masing dari mereka telah
membunuh Utbah, Syaibah, dan Al-Walid ibnu Utbah dalam perang tersebut.

6. Berkenaan dengan saat Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bermusyawarah dengan kaum muslim
sehubungan dengan para tawanan Perang Badar.

Maka Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berpendapat menerima tebusan pembebasan dari mereka, yang kelak
dana tersebut dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi pihak kaum muslim. Dan pula mengingat mereka
yang menjadi tawanan itu terdiri dari saudara-saudara sepupu dan handai tolan, dengan harapan
mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi petunjuk kepada mereka di masa mendatang.

Lain halnya dengan Umar RA, ia mengatakan, "Wahai Rasulullah, menurut hemat saya, bolehkah engkau
memberikan kekuasaan kepadaku terhadap si Fulan salah seorang kerabatku, maka aku akan
membunuhnya, dan engkau berikan kekuasaan kepada Ali terhadap Aqil, dan engkau berikan kekuasaan
kepada Fulan terhadap si Fulan, agar Allah mengetahui dengan nyata bahwa dalam hati kami tidak ada
rasa kasih sayang kepada orang-orang musyrik," hingga akhir kisah.

Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


📚 Demikian Tafsir Surat Al-Mujadalah bagian ketujuh (terakhir).

Segala Puji bagi Allah atas segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya.

Jazaakumullah khayran katsiran sudah sabar menyimak.

📚 📚Diringkas oleh Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14


Sumber : Playstore Aplikasi Quran Tafsir Ibnu Katsir yang diringkas

Tulisan yang diawali simbol "⚠", maka ini bukan isi dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir tapi penjelasan singkat
yang dirasa perlu dari saya sebagai peringkas.

-------------------------------------------------------------

📚Dipersembahkan untuk seluruh Odojers Fasil 14 dan seluruh Fasil lainnya.

Mari sempatkan membaca tafsir Al Qur'an

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ayat ini.

Aamiin

📚Jika sudah membaca tafsir ini maka sahabat sudah melakukan program membaca tafsir Al-Qur'an.

Jangan lupa laporkan ke grup ya.

📚Silahkan dishare secara utuh. Semoga bermanfaat dan berkah.

®Nur Attin Isnaini (Attien) Kormin Akhwat Fasil 14�


📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

Вам также может понравиться