Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hammer Mill


Hammer mill adalah mesin yang bertujuan untuk menghancurkan bahan
material besar menjadi potongan kecil. Mesin ini memiliki banyak macam
aplikasi di banyak industri, termasuk:
a) Etanol tanaman (jagung).
b) Sebuah mesin pertanian, yang pabrik gandum menjadi tepung kasar untuk
diberi makan kepada ternak.
c) Fluff produksi bubur kertas.
d) Jus buah produksi.
e) Grinding palet pengiriman digunakan untuk mulsa.
f) Penggilingan gabah.
g) Penggergajian, ukuran pengurangan skrap trim dan serutan planet menjadi
bahan bakar boiler atau mulsa.
h) Pencabikan kertas.

Dalam proses pengolahan partikel mungkin ada sejumlah bahan yang


memerlukan beberapa bentuk pengolahan. Bahan-bahan tersebut termasuk biji-
bijian sereal kasar, jagung yang membutuhkan pengurangan ukuran partikel
yang akan meningkatkan kinerja bahan dan meningkatkan nilai gizi. Ada
banyak cara untuk mencapai hal ini pengurangan ukuran partikel, di sini kita
melihat dengan menggunakan Hammer Miils, Roller Mills, Blow Mills.

Baik Hammer Mills maupun Roller Mills bisa mencapai hasil yang diinginkan
untuk mencapai tingkat kehalusan partikel, tetapi faktor lain juga perlu dilihat
sebelum memilih metode yang cocok untuk menggiling. pengurangan ukuran
yang berlebihan dapat mengakibatkan energi listrik terbuang, tidak perlu
memakai peralatan mekanik dan masalah pencernaan mungkin dalam ternak
dan unggas.

Konstruksi dari hammer mill dapat dilihat pada gambar 3.1

27
Gambar 3.1 Hammer Mill

3.1.1 Deskripsi
Dalam deskripsi akan dijelaskan mengenai assembling mesin dan juga
komponen – komponen yang ada pada mesin hammer mill. Setiap
komponen – komponen pada mesin memiliki fungsi tersendiri dan juga
berperan penting dalam kinerja mesin.
3.1.1.1 Assembling Mesin
Dapat dilihat assembling mesin hammer mill pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Assembling Hammer Mill

Keterangan gambar:

A. Perangkat pemakanan
B. Pintu

28
C. Motor
D. Tempat saringan
E. Rotor mill
F. Perangkat penjepit saringan

3.1.1.2 Perangkat Pemakanan


Produk masuk melalui saluran inlet dan melewati roll pemakanan.
Indikator produk (A) mendeteksi apakah ada produk tersebut.
Kecepatan roll pemakanan (B) tergantung pada arus listrik dari motor
hammer mill.
Sebuah level indikator (C) dipasang di saluran pemakanan di bawah roll
pemakanan. Level indikator memberikan sinyal ketika ada kegagalan di
hammer mill. Biasanya kegagalan menunjukkan bahwa palu sudah aus
atau titik pengaturan dari pabrik yang terlalu tinggi. Sebuah peraturan
beban otomatis memastikan bahwa hammer mill beroperasi secara
optimal. Perangkat pemakanan dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Perangkat Pemakanan

3.1.1.3 Magnet
(Gambar 3.3) Hammer mill dilengkapi dengan magnet ekstraksi besi
yang kuat (D). Magnet menjaga sepanjang saluran makan dan menarik

29
semua polusi besi pada pelat baja anti karat di depan magnet. Magnet
dibersihkan secara otomatis. Setelah 25 batch beroperasi, bagian besi
jatuh ke dalam bin penerima (E).

3.1.1.4 Mill (Penggiling)


Gilingan membungkus rotor baja (G) yang berputar dalam gilingan yang
digerakkan motor listrik. Hammer mill 700GD berisi satu pintu (F) (dua
pintu opsional). The hammer mill 1400GD berisi dua pintu (empat pintu
opsional). Saringan yang dapat diganti. Gambar skema mesin bagian
penggiling dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Bagian Penggiling

3.1.1.5 Rotor dan Hammer


Rotor terdiri dari piring. Piring diletakkan di tempat dengan jarak
lengan dan ditempatkan di atas poros rotor. Piring dan lengan
digabungkan bersama-sama dengan axel nut. Berikut adalah gambar
dari rotor dan hammer dari tipe 700 GD dan 1400 GD pada gambar 3.5
dan 3.6.

30
Gambar 3.5 Pinggiran 700GD rotor memiliki 8 baris palu

Gambar 3.6 Pinggiran 1400GD rotor memiliki 16 baris palu.

Hammer mill dapat berotasi dalam dua arah. Dan juga sisi hammer
(pisau) dapat digunakan 4 sisi sebelum dilakukan pergantian hammer
(Pisau). Dapat ditunjukkan hammer pada gambar 3.7.

31
Gambar 3.7 Penggunaan hammer di segala sisi

Arah dari rotasi dapat dilihat dari gambar 3.8 (pengoperasian tangan)
dan 3.9 (pengoperasian pneumatik).

Gambar 3.8 Pengoperasian tangan

Gambar 3.9 Pengoperasian pneumatic

32
3.1.1.6 Saringan
Saringan (A) yang dapat diganti dan ukuran perforasi saringan dapat
berbeda, tergantung pada penggunaan. Saringan dapat diganti ketika rotor
masih berjalan dan tidak ada produk dalam perangkat pemakanan. Saringan
tidak dapat diganti bila ada produk dalam kompartemen gilingan rotor.
Dapat dilihat pada gambar 3.10 skema dari saringan hammer mill.

Gambar 3.10 Saringan

3.1.1.7 Pintu
Hammer mill terdapat pintu yang bertujuan untuk sebagai casing maupun
pengaman ketika beroperasi. Pintu tidak dapat dibuka ketika gilingan
beroperasi. Perlindungan ini dihubungkan dengan pengatur waktu atau
indikator macet (opsional). Pintu memiliki switch untuk mencegah hammer
mill dari yang menyala ketika pintu terbuka. Dapat dilihat pada gambar 3.11
pintu dari hammer mill.

33
Gambar 3.11 Pintu

3.1.2 Prinsip Kerja Hammer Mill


Bahan baku yang dimasukkan ke dalam mesin selanjutnya akan dibawa oleh
sebuah pelat ke bagian penghancuran. Setelah bahan baku dihancurkan, lantas
kemudian bahan pun akan dipotong dengan kecepatan yang sangat tinggi
sehingga menjadi tepung. Proses ini juga menimbulkan tekanan udara di
dalam akan mengalir keluar. Dengan kata lain bahan baku yang berupa tepung
akan terbang keluar melewati saringan. Bahan yang masih berukuran besar
akan diproses kembali hingga berbentuk tepung halus.
Cara kerja mesin hammer mill ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Secara
umum, mesin ini berbentuk sebuah tabung besi yang memiliki poros di bagian
vertikal atau horizontal. Rotor berputar di bagian dalam mesin akan
menggerakkan mesin penepung. Bahan baku yang telah diproses oleh mesin
akan keluar sesuai besar ukuran yang telah dipilih melalui saringan.

3.1.3 Perhitungan Kapasitas Hammer Mill


Pada Perhitungan kapasitas hammer mill ini, menggunakan tolak ukur dari
dua data proses produksi yang berlangsung, yang dimana kapasitas dapat
diperoleh melalui perhitungan :
Waktu proses produksi

Waktu total = (Waktu produksi data I) – (Waktu Produksi data II)

Data I merupakan data – data pada waktu I mengenai proses proses produksi
dimana menyangkut waktu produksi, resep yang digunakan, dsb

34
Data II merupakan data – data pada waktu II mengenai proses proses produksi
dimana menyangkut waktu produksi, resep yang digunakan, dsb

Lama transisi (discharge,open slide,lama turun) = (20 + 3 + 8) detik = 31 detik

Waktu proses produksi = Waktu total – Lama transisi ……………...……(3.1)

Kapasitas produksi hammer mill

Kapasitas produksi hammer mill didapatkan dalam ton/jam.

60 menit
Kapasitas teori = Waktu proses produksi x 1 batch (4 ton) …………........(3.2)

60 menit
Kapasitas aktual = Waktu proses produksi x (resep) ……………...………(3.3)

Persen Galat

Persen galat dihitung sebagai tolak ukur suatu produk apakah tepat sasaran
atau produk gagal.

Kapasitas Aktual−Kapasitas Teori


% Galat = | | x 100 %…………………….(3.4)
Kapasitas Teori

3.2 Bucket Elevator


Bucket elevator merupakan alat pengangkut material curah yang ditarik oleh
sabuk atau rantai tanpa ujung dengan arah lintasan yang biasanya vertikal, serta
pada umumnya ditopang oleh casing atau rangka. Ditinjau dari segi sejarahnya,
bucket Elevator merupakan alat pengangkut yang banyak digunakan dimana
pada zaman pra-sejarah, mekanismenya berupa keranjang anyam yang diikat
pada tali dan bergerak di atas ikatan kayu yang kaku serta digerakkan oleh
tenaga manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi maka Bucket Elevator
terus mengalami perubahan ke arah penyempurnaannya. Bucket Elevator
merupakan jenis alat pengangkut yang memanfaatkan timba-timba yang
tersusun dengan jarak antar timba yang seragam dan beraturan.

35
3.2.1 Sistem Kerja Bucket Elevator
Dalam melakukan kerjanya bucket elevator memiliki 2 sistem kerja, yang
ditunjukan pada gambar dibawah ini:
a. Sistem pemasukan
Sistem pemasukan pada bucket elevator pada umumnya dirancang
tergantung pada material yang diangkut. Pada umumnya sistem yang
dipakai yaitu penyekopan material pada timba. Sistem pemasukan dapat
dilihat pada gambar 3.12.

Gambar 3.12 Sistem pemasukan

b.Sistem pengeluaran
Sistem pengeluaran pada bucket elevator pada umumnya menggunakan
prinsip sentrifugal, dimana material tersebut akan terlempar keluar ke
tempat yang telah diperhitungkan. Melalui gaya gravitasi material akan
jatuh pada wadah penampungan. Sistem pengeluaran dapat dilihat pada
gambar 3.13.

Gambar 3.13 Sistem pengeluaran

36
Bucket elevator khusus untuk mengangkut berbagai macam material
berbentuk serbuk, butiran-butiran kecil, dan bongkahan. Contoh material
adalah semen, pasir, batu bara, tepung dll. Bucket elevator dapat digunakan
un tuk menaikan material dengan ketinggian sampai 50 meter, kapasitasnya
dapat mencapai 50 m3/jam, dan kontruksi dapat mencapai posisi vertikal.
Berdasarkan sistem transmisi, bucket elevator dibedakan menjadi dua
macam :
1. Menggunakan transmisi sabuk
Bucket elevator mengunakan sabuk (belt) hal yang harus diperhatikan
adalah :
a. Faktor material yang diangut. Bila material terlalu tinggi (> 150 C),
sabuk akan mengalami pemuaian panjang sehingga kekuatanya
menurun.
b. Faktor transmisi yang dihantarkan. Jika material yang diangkut berupa
serbuk maka ada kemungkinan serbuk halus masuk ke sisi permikaan
pully penggerak sehingga dapat terjadi slip pada pully dan belt
c. Faktor perawatan. Belt lebih banyak memerlukan perawatan akibat
robek dan suhu oprasi yang tinggi

2. Menggunakan transmisi rantai


Bucket elevator menggunakan rantai hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Kemungkinan terjadi muai panjang akibat suhu tinggi material relatif
kecil.
b. Kemungkinan terjadi slip pada system transmisi sangat kecil karena
roda pengerak mengguanakan sproket sehingga daya motor diteruskan
dengan baik.
c. Perawatan lebih sedikit karena kemungkinan terjadi kerusakan pada
rantai relatif kecil
d. Usia pakai lebih lama.
Dapat dilihat gambar skematik bucket elevator pada gambar 3.14.

37
Gambar 3.14 Skematik Bucket Elevator
3.2.2 Perhitungan kapasitas dan daya yang dibutuhkan
Kapasitas dan daya yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui perhitungan
sebagai berikut :
Kecepatan belt
Kecepatan belt (V) = 0,1 x R x N …………………………………...(3.5)
Keterangan :
V = kecepatan belt (m/s)
R = Radius kepala puli (meter)
N = Rotasi kepala poros (rpm)

Kapasitas Output (Teoritis)


Kapasitas output (Q) = 3,6 x c x n x V x Ps …………………………...(3.6)
Keterangan :
Q = kapasitas output (ton/jam)
c = volume bucket (m3)
n = jumlah bucket per belt meter
V = kecepatan belt (m/s)
Ps = bulk density (ton/m3)

Daya yang Dikerjakan


W = 0,736 x 5/1000 x Q x H ………………………………(3.7)

38
Keterangan:
W= Daya yang dikerjakan (kW)
Q = kapasitas output (ton/jam)
H = Tinggi bucket elevator (m)

Daya yang Terpasang


PM = 0,736 x 6/1000 x Q x H ………………………………(3.8)
Keterangan:
W= Daya yang terpasang (kW)
Q = kapasitas output (ton/jam)
H = Tinggi bucket elevator (m)

3.3 Definisi Pemeliharaan (Maintenance)


Pemeliharaan (maintenance) adalah kombinasi dari berbagai kegiatan yang
dilakukan untuk memelihara fasilitas Produksi termasuk mesin dan alat-alat
produksi lainnya atau untuk memperbaikinya sampai pada suatu kondisi yang
dapat diterima. Selain itu pemeliharaan juga dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan menjaga fasilitas-fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan
perbaikan atau penyesuaian yang diperlukan agar tercapai suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan dan sesuai dengan yang direncanakan.
Aktifitas pemeliharaan (maintenance) sangat diperlukan karena:
1. Setiap peralatan mempunyai umur penggunaan (useful life) suatu saat dapat
mengalami kegagalan/kerusakan.
2. Kita tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan peralatan akan mengalami
kerusakan (failure)
3. Manusia selalu berusaha untuk meningkatkan umur penggunaan dengan
melakukan perawatan

Pemeliharaan (maintenance) berperang penting dalam kegiatan produksi dari


suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi,
volume produksi, serta agar produk dapat diproduksi dan diterima konsumen
tepat pada waktunya (tidak terlambat) dan menjaga agar tidak terdapat sumber

39
daya kerja (mesin dan karyawan) yang menganggur karena kerusakan
(downtime) pada mesin sewaktu proses produksi sehingga dapat meminimalkan
biaya kehilangan produksi atau bila mungkin biaya tersebut dapat dihilangkan.

Dengan demikian, pemeliharaan memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan


fungsi-fungsi lain dari suatu perusahaan. Karena pentingnya aktivitas
pemeliharaan maka diperlukan perencanaan yang matang untuk
menjalankannya, sehingga terhentinya proses produksi akibat rusak dapat
dikurangi seminimum mungkin.

Pemeliharaan yang baik akan mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat,


kebutuhan konsumen dapat terpengaruhi tepat waktu, serta nilai investasi yang
dialokasikan untuk peralatan dan mesin dapat diminimalkan. Selain itu
pemeliharaan yang baik juga dapat meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan dan mengurangi waste yang berarti mengurangi ongkos produksi.

3.4 Pengertian Manajemen Pemeliharaan


Manajemen pemeliharaan (maintenance management) adalah
pengorganisasian perwatan untuk memberikan pandangan umum mengenai
perawatan fasilitas produksi. Manajemen pemeliharaan adalah pengelolaan
peralatan dan mesin-mesin siap pakai (ready to use). Dalam usaha menjaga
agar setiap penggunaan peralatan dan mesin secara kontinu dapat berproduksi,
diperlukan kegiatan pemeliharaan sebagai berikut:
1. Secara kontinu melakukan pengecekan (inspection)
2. Secara kontinu melakukan pelumasan (lubricating)
3. Secara kontinu melakukan pengecekan (reparation)
4. Melakukan penggantian spare part, disertai penyesuaian relibilitas.

Pelaksanaan dari perawatan ini memmerlukan beberapa hal penting, yaitu


diantaranya:
1. Orang yang berwenang atau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
2. Perencanaan dan penjadwalan perawatan

40
3. Pengawasan untuk dapat menjaga agar tujuan perawatan dapat terpenuhi
4. Diperlukan pula penyesuaian bila terjadi suatu penyimpangan, perubahan
terhadap kinerja produksi.

Peranan bagian maintenance ini tidak hanya menjaga agar kegiatan dilantai
produksi pabrik dapat berjalan dengan baik ataupun juga agar produk dapat
diproduksi dan diserahkan pada pelanggan tepat pada waktunya, akan tetapi
untuk menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau
mengurangi kemacetan-kemacetan seminimum mungkin.

Jadi dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka peralatan pabrik dapat
dipergunakan untukproduksi sesuai dengan rencana, dan diharapakan dapat
menurunkan tingkat kerusakan selama peralatan tersebut dipergunakan untuk
proses produksi.

3.5 Tipe – Tipe Pemeliharaan (Maintenance)


Ada 5 konsep maintenance yang biasanya diterapkan di berbagai perusahaan,
yaitu:
1. Breakdown or run to failure
Menjalankan mesin sampai rusak kemudian dilakukan perbaikan atau
mengganti dengan unit baru. Hal ini dilakukan seandainya terjadi
kerusakan/ kegagalan pada mesin tidak berpengaruh terhadap
pengoperasian, produksi, kondisi keamanan dan tidak menyebabkan
kerusakan yang fatal sehingga memakan biaya yang mahal untuk diperbaiki.

2. Preventive Maintenance
Perawatan yang dilakukan berkala secara waktu (cleaning, inspeksi,
penggantian oli dan cek kekencangan baut). Biasanya mengikuti apa yang
direkomendasikan oleh buku manual mesin ataupun manufaktur dari part
mesin seperti bearing dan pelumas.

41
3. Predictive Maintenance
Perawatan berdasarkan pengambilan atau pengukuran data mesin secara
berkala (vibrasi, temperatur, infrared, ampere, sampling oli). Sering juga
disebut Condition Based Maintenance. Mengelola trending nilai dengan
melakukan pengukuran dan analisa data serta monitoring kondisi mesin
secara on-line, kemudian melakukan perbaikan bila data (vibrasi,
temperatur, infrared, ampere, sampling oli) sudah melewati standar.

4. Proactive Maintenance
Konsep yang menggambil dari preventive dan predictive maintenance
dengan menganalisa akar masalah (root cause failure analysis), tidak hanya
menemukan sumber masalah tetapi juga mencari penyebab terjadinya
masalah serta mencegah terjadinya masalah yang sama terulang kembali.
Perbaikan masalah yang dilakukan baik dari segi instalasi, metode
perbaikan mesin, desain ulang ataupun modifikasi sistem.

5. Corrective Maintenance
Pemeliharaan korektif adalah tugas pemeliharaan dilakukan untuk
mengidentifikasi, mengisolasi, dan memperbaiki kesalahan sehingga
peralatan, mesin, atau sistem yang gagal dapat dikembalikan ke kondisi
operasional dalam toleransi atau batas yang ditetapkan untuk operasi in-
service.

Pemeliharaan korektif dapat dibagi lagi menjadi "langsung pemeliharaan


korektif" (di mana pekerjaan dimulai segera setelah kegagalan) dan
"pemeliharaan korektif ditunda" (di mana pekerjaan tertunda dalam
kesesuaian dengan himpunan aturan pemeliharaan).

42

Вам также может понравиться