Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Baik Hammer Mills maupun Roller Mills bisa mencapai hasil yang diinginkan
untuk mencapai tingkat kehalusan partikel, tetapi faktor lain juga perlu dilihat
sebelum memilih metode yang cocok untuk menggiling. pengurangan ukuran
yang berlebihan dapat mengakibatkan energi listrik terbuang, tidak perlu
memakai peralatan mekanik dan masalah pencernaan mungkin dalam ternak
dan unggas.
27
Gambar 3.1 Hammer Mill
3.1.1 Deskripsi
Dalam deskripsi akan dijelaskan mengenai assembling mesin dan juga
komponen – komponen yang ada pada mesin hammer mill. Setiap
komponen – komponen pada mesin memiliki fungsi tersendiri dan juga
berperan penting dalam kinerja mesin.
3.1.1.1 Assembling Mesin
Dapat dilihat assembling mesin hammer mill pada gambar 3.2.
Keterangan gambar:
A. Perangkat pemakanan
B. Pintu
28
C. Motor
D. Tempat saringan
E. Rotor mill
F. Perangkat penjepit saringan
3.1.1.3 Magnet
(Gambar 3.3) Hammer mill dilengkapi dengan magnet ekstraksi besi
yang kuat (D). Magnet menjaga sepanjang saluran makan dan menarik
29
semua polusi besi pada pelat baja anti karat di depan magnet. Magnet
dibersihkan secara otomatis. Setelah 25 batch beroperasi, bagian besi
jatuh ke dalam bin penerima (E).
30
Gambar 3.5 Pinggiran 700GD rotor memiliki 8 baris palu
Hammer mill dapat berotasi dalam dua arah. Dan juga sisi hammer
(pisau) dapat digunakan 4 sisi sebelum dilakukan pergantian hammer
(Pisau). Dapat ditunjukkan hammer pada gambar 3.7.
31
Gambar 3.7 Penggunaan hammer di segala sisi
Arah dari rotasi dapat dilihat dari gambar 3.8 (pengoperasian tangan)
dan 3.9 (pengoperasian pneumatik).
32
3.1.1.6 Saringan
Saringan (A) yang dapat diganti dan ukuran perforasi saringan dapat
berbeda, tergantung pada penggunaan. Saringan dapat diganti ketika rotor
masih berjalan dan tidak ada produk dalam perangkat pemakanan. Saringan
tidak dapat diganti bila ada produk dalam kompartemen gilingan rotor.
Dapat dilihat pada gambar 3.10 skema dari saringan hammer mill.
3.1.1.7 Pintu
Hammer mill terdapat pintu yang bertujuan untuk sebagai casing maupun
pengaman ketika beroperasi. Pintu tidak dapat dibuka ketika gilingan
beroperasi. Perlindungan ini dihubungkan dengan pengatur waktu atau
indikator macet (opsional). Pintu memiliki switch untuk mencegah hammer
mill dari yang menyala ketika pintu terbuka. Dapat dilihat pada gambar 3.11
pintu dari hammer mill.
33
Gambar 3.11 Pintu
Data I merupakan data – data pada waktu I mengenai proses proses produksi
dimana menyangkut waktu produksi, resep yang digunakan, dsb
34
Data II merupakan data – data pada waktu II mengenai proses proses produksi
dimana menyangkut waktu produksi, resep yang digunakan, dsb
60 menit
Kapasitas teori = Waktu proses produksi x 1 batch (4 ton) …………........(3.2)
60 menit
Kapasitas aktual = Waktu proses produksi x (resep) ……………...………(3.3)
Persen Galat
Persen galat dihitung sebagai tolak ukur suatu produk apakah tepat sasaran
atau produk gagal.
35
3.2.1 Sistem Kerja Bucket Elevator
Dalam melakukan kerjanya bucket elevator memiliki 2 sistem kerja, yang
ditunjukan pada gambar dibawah ini:
a. Sistem pemasukan
Sistem pemasukan pada bucket elevator pada umumnya dirancang
tergantung pada material yang diangkut. Pada umumnya sistem yang
dipakai yaitu penyekopan material pada timba. Sistem pemasukan dapat
dilihat pada gambar 3.12.
b.Sistem pengeluaran
Sistem pengeluaran pada bucket elevator pada umumnya menggunakan
prinsip sentrifugal, dimana material tersebut akan terlempar keluar ke
tempat yang telah diperhitungkan. Melalui gaya gravitasi material akan
jatuh pada wadah penampungan. Sistem pengeluaran dapat dilihat pada
gambar 3.13.
36
Bucket elevator khusus untuk mengangkut berbagai macam material
berbentuk serbuk, butiran-butiran kecil, dan bongkahan. Contoh material
adalah semen, pasir, batu bara, tepung dll. Bucket elevator dapat digunakan
un tuk menaikan material dengan ketinggian sampai 50 meter, kapasitasnya
dapat mencapai 50 m3/jam, dan kontruksi dapat mencapai posisi vertikal.
Berdasarkan sistem transmisi, bucket elevator dibedakan menjadi dua
macam :
1. Menggunakan transmisi sabuk
Bucket elevator mengunakan sabuk (belt) hal yang harus diperhatikan
adalah :
a. Faktor material yang diangut. Bila material terlalu tinggi (> 150 C),
sabuk akan mengalami pemuaian panjang sehingga kekuatanya
menurun.
b. Faktor transmisi yang dihantarkan. Jika material yang diangkut berupa
serbuk maka ada kemungkinan serbuk halus masuk ke sisi permikaan
pully penggerak sehingga dapat terjadi slip pada pully dan belt
c. Faktor perawatan. Belt lebih banyak memerlukan perawatan akibat
robek dan suhu oprasi yang tinggi
37
Gambar 3.14 Skematik Bucket Elevator
3.2.2 Perhitungan kapasitas dan daya yang dibutuhkan
Kapasitas dan daya yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui perhitungan
sebagai berikut :
Kecepatan belt
Kecepatan belt (V) = 0,1 x R x N …………………………………...(3.5)
Keterangan :
V = kecepatan belt (m/s)
R = Radius kepala puli (meter)
N = Rotasi kepala poros (rpm)
38
Keterangan:
W= Daya yang dikerjakan (kW)
Q = kapasitas output (ton/jam)
H = Tinggi bucket elevator (m)
39
daya kerja (mesin dan karyawan) yang menganggur karena kerusakan
(downtime) pada mesin sewaktu proses produksi sehingga dapat meminimalkan
biaya kehilangan produksi atau bila mungkin biaya tersebut dapat dihilangkan.
40
3. Pengawasan untuk dapat menjaga agar tujuan perawatan dapat terpenuhi
4. Diperlukan pula penyesuaian bila terjadi suatu penyimpangan, perubahan
terhadap kinerja produksi.
Peranan bagian maintenance ini tidak hanya menjaga agar kegiatan dilantai
produksi pabrik dapat berjalan dengan baik ataupun juga agar produk dapat
diproduksi dan diserahkan pada pelanggan tepat pada waktunya, akan tetapi
untuk menjaga agar pabrik dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau
mengurangi kemacetan-kemacetan seminimum mungkin.
Jadi dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka peralatan pabrik dapat
dipergunakan untukproduksi sesuai dengan rencana, dan diharapakan dapat
menurunkan tingkat kerusakan selama peralatan tersebut dipergunakan untuk
proses produksi.
2. Preventive Maintenance
Perawatan yang dilakukan berkala secara waktu (cleaning, inspeksi,
penggantian oli dan cek kekencangan baut). Biasanya mengikuti apa yang
direkomendasikan oleh buku manual mesin ataupun manufaktur dari part
mesin seperti bearing dan pelumas.
41
3. Predictive Maintenance
Perawatan berdasarkan pengambilan atau pengukuran data mesin secara
berkala (vibrasi, temperatur, infrared, ampere, sampling oli). Sering juga
disebut Condition Based Maintenance. Mengelola trending nilai dengan
melakukan pengukuran dan analisa data serta monitoring kondisi mesin
secara on-line, kemudian melakukan perbaikan bila data (vibrasi,
temperatur, infrared, ampere, sampling oli) sudah melewati standar.
4. Proactive Maintenance
Konsep yang menggambil dari preventive dan predictive maintenance
dengan menganalisa akar masalah (root cause failure analysis), tidak hanya
menemukan sumber masalah tetapi juga mencari penyebab terjadinya
masalah serta mencegah terjadinya masalah yang sama terulang kembali.
Perbaikan masalah yang dilakukan baik dari segi instalasi, metode
perbaikan mesin, desain ulang ataupun modifikasi sistem.
5. Corrective Maintenance
Pemeliharaan korektif adalah tugas pemeliharaan dilakukan untuk
mengidentifikasi, mengisolasi, dan memperbaiki kesalahan sehingga
peralatan, mesin, atau sistem yang gagal dapat dikembalikan ke kondisi
operasional dalam toleransi atau batas yang ditetapkan untuk operasi in-
service.
42