Вы находитесь на странице: 1из 12

MAKALAH

PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS PADA ABAD KE-20

Kelompok 6

Disusun oleh:
KESI IRMAYATI
NPM : 201784203002
LION ELOPORE
NPM : 201784203023
MUCHAMAD RIZKI EKA SETIAWAN
NPM :201784203022

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya,
serta hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta
salam kami panjatkan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu SEJARAH FISIKA .
Dimana dalam makalah ini di harapkan lebih membuka wawasan di bidang tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami
ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan.

Merauke, 15 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... iii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................ 1
C. TUJUAN ............................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 2
A. Perkembangan Filsafat Pada Abad ke-20......................................................................................... 2
B. Perkembangan Sains Pada Abad ke-20. ............................................................................................ 4
BAB III ............................................................................................................................................................ 8
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan : ...................................................................................................................................... 8
B. Saran : ............................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan sains tidak akan pernah terlepas dari perkembangan teknologi, politik
ekonomi,sosial dan filsafat dalam masyarakat. Dimana perkembangan sains pada abad
ke-20, sejarah mencatat bahwa terjadi perubahan yang besar pada abad ke-20 ini dan
semua perubahan tersebut berkembang dari filsafat yang dianut oleh hampir di seluruh
dunia di masa sebelumnya.
Filsafat rasionalisme pada pada masa sebelum abad ke 20 telah mempengaruhi jiwa
manusia menjadi pendewa rasio .Antara hati dan akal manusia yang tidak bertemu pada
waktu itu telah menciptakan krisis multidimensional. Pada abad ini tercatat krisis yang
luar biasa akibat dari sain dan teknologi yang dikembangkan manusia pendewa rasio.
Diantaranya bencana nuklir, perang dunia, kelaparan, penyebaran penyakit dan
sebaginya. Tetapi tidak jarang penemuan sains dan teknologi juga memberikan solusi
bagi krisis tersebut. Pada makalah ini kami mencoba untuk menyajikan tinjuan
perkembangan sains abad ke-20 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Banyaknya
materi yang harus disampaikan maka kami membetasi pada perkembangan sains.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan filsafat pada abad ke-20 ?
2. Bagaimana perkembangan sains pada abad ke-20 ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan filsafat pada abad ke-20.
2. Mengetahui perkembangan sains pada abad ke-20.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Filsafat Pada Abad ke-20.


Filsafat abad ke-20 membawa kita pada corak filsafat yang lebih berwarna
dibandingkan era sebelumnya. Secara periodis, filsafat abad ke-20 dimulai pasca filsafat
modern. Pada masa inilah, pergeseran gaya filsafat dapat ditangkap secara jelas. Salah satu
faktor utama adalah gejolak realitas di kala itu yang terekspos besar-besaran dalam Perang
Dunia. Industrialisasi manusia di Barat terjadi secara revolusioner dan turut memegang
andil dalam filsafat abad ke-20. Kasus ini membangunkan para filsuf akan fenomena riil
yang dialami, sarat partikularitas yang sifatnya tidak bisa dipukul rata dalam sebuah
konsep saja. Apakah manusia sebagai kajian filosofis, dapat diukur dengan rasionalitas
tunggal? Apakah manusia dapat dipatok sebatas objek yang sama (objektifikasi)? Apakah
prinsip universal dapat diterapkan dalam realitas yang sebenarnya berupa gejala sosial-
kultural? Pertanyaan seperti ini bermunculan, sehingga tema perenial pun perlahan mulai
ditinggalkan. Namun demikian bukan berarti rasio tidak digunakan oleh para filsuf abad
ke-20. Rasio diasumsikan sebagai entitas yang tetap bergantung pada kondisi sosial-
kultural manusia. Implikasinya, terdapat banyak corak filsafat yang terspesifikasi dan
tidak berpayung pada satu tema rasionalitas otonom.

Ada fakta lain yang dapat dianalisis dalam kebangkitan filsafat abad ke-20. Yakni proyek
filsafat modern yang belum selesai. Karl Marx merupakan filsuf era modern yang
menyisakan problem filsafat hingga kini. Utopia Marxisme yang menggadang-gadang
masyarakat tanpa kelas, menjadi poin yang digarisbawahi pada filsafat abad ke-20 bahkan
hingga hari ini. Hal ini menarik tentunya, karena walau dianggap sebagai unfinished
project[1] namun kehadiran Marx menjadi influence tersendiri bagi filsafat abad ke-20.

1. Tinjauan Perkembangan Filsafat Pada Abad ke-20


Filsafat yang berkembang sebelum abad ke-20 adalah rasionalisme yang sangat
mendewakan rasio. Ahmad Tafsir (1990:257) menyebut filsafat abad ke-20 adalah filsafat
pasca modern karena periode waktunya setelah abad modern. Ciri khas filsafat pasca
modern adalah kritik terhadap filsafat modern.
Nieztche adalah tokoh pertama yang menyatakan ketidakpuasannya terhadap dominasi
atau pendewasaan rasio pada tahun 1880-an. Menurutnya budaya barat pada waktu tersebut
telah berada di pinggir jurang kehancuran karena terlalu mendewasakan rasio dan pada
tahun 1990-an. Capra menyatakan bahwa budaya barat telah hancur juga karena
mendewakan rasio. Oleh karena itu filsafat pada abad ke-20 berusaha untuk
mendekonstruksi filsafat rasionalisme. Bila hubungan antara hati dan akal telah diputuskan

2
maka manusia akan memperoleh kenyataan bahwa pertanyaan tentang rumusan hidup ideal
tidak akan pernah terjawab.
Sikap mendewakan rasio mengakibatkan adanya kecenderungan untuk menyisihkan
seluruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup.
Mereka juga menolak adanya akhirat. Manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi.
Manusia dipacu oleh situasi mekanistik yang diciptakannya sendiri sehingga kehilangan
waktu merenungkan hidupnya dan alam semesta.
Menurut Capra dalam Ahmad Tafsir (1990:260) menyatakan pada awal dua
dasawarsa terakhir abad ke-20 kita menemukan diri kita dalam suatu krisis global yang
serius yaitu suatu krisis kompleks dan multidimensional yang segi-seginya menyentuh
setiap aspek kehidupan kesehatan, kualitas lingkungan hidup, hubungan sosial, ekonomi,
teknologi dan politik. Hal ini dapat dilihat munculnya krisis-krisis kemanusian di berbagai
belahan dunia. Kelaparan dan munculnya kaum borjuis, imperialsme, kemiskinan,
kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan, kelaparan penyebaran penyakit serta peledakan
nuklir yang mengakibatkan puluhan juta mansuia musnah merupakan gambaran nyata
kondisi kejiwaan manusia saat itu.
Tiga dasawarsa terakhir menjelang berakhirnya abad ke-20, terjadi perkembangan baru
yang mulai menyadari bahwa manusia selama ini salah dalam menjalani hidupnya. Di
dunia ilmu muncul pandangan yang menggugat paradigma positivistik. Thomas Khun
(1970) telah mengisaratkan adanya upaya pendobrakan tatkala ia mengatakan bahwa
kebenaran ilmu bukanlah kebenaran sui generis (objektif).
Aliran fillsafat yang berkembang pada abad ke 20 ini banyak, diantaranya dua yang
terkenal yaitu filsafat pragmanitsme dan filsafat eksistesialisme. Pragmatisme
dari William James (1842-1910). Pragmatisme menurut James adalah realitas
sebagaimana kita mengetaui. Pragmatisme James menentang rasionalisme dalam filsafat.
James memperluas ide pragmatismenya untuk diterapkan pada hasil-hasil praktis pada
agama, moral dan kehidupan personal. Filsafat eksistesialisme dari Jean Paul Sartre
(1905-1980) yang menyatakan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya. Filsafat
ini pun muncul akibat tekanan rasionalisme yang menjadikan keadaan dunia kacau pada
saat tersebut.Dari analisis filsafat dan sejarah kebudayaan kita mengetahui budaya barat
disusun dengan menggunakan paradigma tunggal yaitu paradigma sains. (scientific
paragidma). Untuk mengembangkan budaya sains paradigma ini sangat sesuai dan
memadai tetapi untuk mengembangkan budaya dalam bidang seni dan etika paradigma ini
tidak memadai. Paradigma sains hanya memamndang dunia dari segi-segi empiriknya
saja.Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa filsafat yang berkembang pada
abad ke 20 tidak puas terhadap rasionalsime sehingga harus didekonstruksi.

3
B. Perkembangan Sains Pada Abad ke-20.
Perkembangan sainds di abad ke-20 sangat pesat. Tahun 1896, terdapat sekitar 50.000
orang yang melaksanakan tradisi sains dan tidak lebih dari 15.000 orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan pengetahuan dalam bidang sains. Enam puluh enam tahun
kemudian yaitu di abad ke-20 setidaknya ada satu juta orang yang bekerja sebagai peneliti
sains. Jumlah total seluruhnya termasuk yang bekerja di bidang industri, pemerintahan,
dan pendidikan tidak dapat ditentukan secara akurat tetapi lebih dari dua juta orang yang
terlibat dalam penelitian sains. (Bernald. 1981:714).
Perkembangan sains bukan hanya dalam jumlah orang yang terlibat, tetapi karakter sains
dalam hubungannya dengan masyarakat pun berubah. Sains dalam pertumbuhannya
tergantung pada industri dan pemerintah. Bahkan mulai memasuki dunia institusi
pengajaran dan militer.
Ciri nyata lainnya dari trasnformasi ini adalah lokasi geografis. Tahun 1896 seluruh
praktek sains dunia terpusat di Jerman, Inggris dan Prancis. Sisanya di Amerika dan Eropa
dan hanya sedikit di Asia dan Africa. Tahun 1954, ketika sains di Jerman, Inggris, dan
Prancis sangat berkembang meskipun tidak merata, pertumbuhannya jauh melebihi
pertumbuhan sains di Amerika dan Uni soviet. Jepang dan India membuat kontribusi yang
mendasar terhadap perkembangan sains dunia sejak permulaan abad ke-20. Kemerdekaan
China menambah dimensi baru terhadap bangunan sains. Pola ini kemudian menyebar ke
negara-asia lainnya seperti korean, vietnam, dan Indonesia.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sains abad ke dua puluh
berkembang hampir di seluruh belahan dunia. Sains pada abad dua puluh bukan hanya
milik para ilmuwan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian tetapi sudah memasuki
dunia ekonomi, sosial, pemerintahan dan militer. Sains sangat mempengaruhi kehidupan
manusia dalam segala hal. Dalam perkembangan sains dapat dibedakan menjadi:

1. Perkembangan Sains Fisika Abad ke-20


a) Dari Gravitasi ke Relativitas khusus.
Sampai dengan 300 tahun yang lalu, wajah Bumi dan peradabannya
masih sangat kusam, menyedihkan bahkan menyeramkan. Buta aksara,
angka kematian bayi yang sangat tinggi, usia harapan hidup yang pendek
adalah beberapa yang membayangi kehidupan manusia. Perbudakan,
penjajahan, penganiayaan atas sesama demi kepuasan tontonan yang
menjadi bagian hiburan terjadi di bagian dunia yang justru relatif lebih
beradab. Yang memiliki martabat hanyalah segelintir orang yang berada
dalam istana dan memegang kekuasaan. Dalam keadaan seperti itulah,
hidup Isaac Newton (1642-1727), meletakkan dasar-dasar penalaran
ilmiah dari banyak disiplin ilmu, dan mempunyai andil yang sangat besar

4
pada perkembangan ilmu serta pemikiran filsafat. Teori Gravitasi Newton
mempersatukan teori gerakan linear lurus yang dikemukakan Galileo
dengan gerakan linear dalam garis tertutup yang diajukan oleh Keppler.
Hukum-hukum Mekanika Newton memberi inspirasi pada pembuatan
alat-alat bantu sederhana dalam kehidupan manusia. Apalagi prinsip-
prinsip mekanik Newton dipacu secara spektakuler oleh temuan mesin
Uap oleh James Watt tahun 1765. Dengan dua pilar itu dunia memasuki
dunia industri. Selama dua abad para ilmuwan bersepakat bahwa Newton
telah membuat garis besar system of the world. Sampai akhir abad ke-19,
para ilmuwan telah memiliki gambaran komprehensif tentang bagaimana
kerja dunia. Seabad setelah Newton, matematikawan Perancis Lagrange
(1736-1813) mengungkapkan pandangannya bahwa Newton adalah Jenius
terbesar yang pernah ada, kita tak dapat menemukan lebih dari satu
tatanan dunia yang mantap. Aleksander Pope secara khusus membuatkan
sebait puisi untuknya. Karena merasa bisa menjelaskan segala sesuatu
fisika klasik tampaknya sudah tak punya prospek lagi. Tak ada lagi
kejayaan disana. Bahkan guru Max Planck (1858 1947) sempat berujar
Fisika sudah tamat riwayatnya dan sudah menjadi jalan buntu. Itulah
sebabnya ia menganjurkan Planck untuk mendalami musik dan menjadi
pianis konser. Tetapi Planck tetap memilih fisika dan dengan teori
kuantumnya serta teori relativitas Einstein, meluluh lantakkan pondasi
sistem Newtonian.
Peralihan abad membawa krisis atau revolusi dalam fisika. Kedua teori
itu telah menghadirkan paradigma baru. Menurut Thomas Khun, (Smolicz,
1984) pergeseran paradigma dibarengi oleh suatu revolusi pengetahuan.
Sedemikian luasnya revolusi tersebut sehingga tampak abadi tidak
tergantikan, Sistem Newton tampak menjadi seperti ilusi. Albert Eisnten
memperlihatkan bahwa massa dapat dikonversi menjadi energi. Sehingga
untuk Newton baru ini, Sir John Squire tergoda untuk menambahkan bait
baru untuk puisi di atas. Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan alam
pada abad ini jauh lebih kompleks dan lebih pesat daripada perkembangan
dalam abad XIX, maka artikel ini hanya membahas teori yang terkenal
pada abad ini yaitu Teori Relativitas Einstein, Teori Kuantum Planck,
Kelistrikan, dan Radioaktivitas Becquerel.

b) Teori Relativitas Einstein


Cohen dalam Conny Semiawan (1988) berpendapat bahwa, baik
untuk ilmuwan maupun non ilmuwan, relativitas melambangkan
revolusi ilmu pada abad ke-20. Teori relativitas khusus yang dirilis
Einstein tahun 1905 memperlihatkan bahwa hanya gerak relatif yang

5
dapat diamati, bergantung dari gerakan pengamatnya. Teori ini
berbicara tentang hukum fisika berlaku sama untuk semua pengamat
selama mereka bergerak dengan kecepatan konstan pada arah yang
tetap. Misalkan seseorang berdiri di peron stasiun kereta api dan
melihat seseorang menggigit rotinya dua kali di dalam gerbong kereta
yang berjalan. Bagi kita yang ada di peron, kita mengatakan ia
menggigit di dua tempat berbeda. Namun bagi orang-orang yang ada
dalam gerbong kereta, mereka mengatakan bahwa orang tersebut
menggigit rotinya ditempat yang sama. Di sinilah relativitas bekerja.
Teori relativitas khusus tidak cocok dengan teori gravitasi Newton
yang menyatakan bahwa benda-benda tertarik satu sama lain dengan
gaya yang bergantung pada jarak benda-benda itu. Artinya jika kita
menggerakkan salah satu benda, maka seketika itu pula gaya yang
bekerja akan berubah. Hal ini berarti bahwa efek gravitasi bergerak
dengan kecepatan tak hingga, tidak seperti yang diperkirakan oleh teori
relativitas khusus (yang menyatakan tak ada sesuatu yang bergerak
lebih pesat dari kecepatan cahaya. Konsekuensi dari teori relativitas
adalah ditinggalkannya ide-ide yang berkenaan dengan ruang dan
waktu mutlak dan konsep eter yang menyerap ke semua tempat, yang
waktu itu dianggap sebagai medium untuk perambatan cahaya dan
semua bentuk radiasi elektromagnetik lainnya.
Sepuluh tahun kemudian (1915), Einstein melengkapinya dengan
Teori Relativitas Umum. Teori ini pada dasarnya berbicara tentang
ruang alam semesta yang melengkung. Dalam teorinya yang baru ini,
Einstein mengatakan bahwa gravitasi bukanlah merupakan gaya seperti
gaya-gaya yang lainnya, namun dia menggambarkan gravitasi sebagai
konsekuensi ruang-waktu yang tidak datar. Distribusi massa dan energi
membuat ruang-waktu terpilin atau melengkung. Benda-benda seperti
bumi tidak bergerak dalam orbit melengkung karena gaya yang disebut
gravitasi, namun benda-benda itu mengikuti suatu lintasan dalam ruang
melengkung. Meskipun kedua teori itu sama-sama revolusioner,
perhatian dunia lebih tertuju pada relativitas khusus karena adanya
verifikasi ramalan pada teori umum, yaitu bahwa cahaya bintang yang
melintas dekat matahari dibengkokkan oleh gravitasi matahari.
Pada mulanya tidak banyak ahli fisika yang dapat menerima teori
relativitas khusus. Kesukarannya terutama bersifat konseptual
meskipun juga terdapat rintangan eksperimental. Sedikit demi sedikit
rintangan eksperimental dapat diatasi melalui Buchener dan Huppka.
Sejak 1914-1916 terus menerus ditemukan berbagai bukti
eksperimental yang mendukung teori relativitas. Selain melalui

6
eksperimen, teorinya sendiri mengalami rekonstruksi fundamental di
tangan Hermann Minkowski yang mengajarkan matematika pada
Einstein. Minkowski memperkenalkan konsep kesatuan ruang-waktu
empat dimensi yang menggantikan konsep terpisah dari ruang tiga
dimensi dan waktu yang satu dimensi. Ia juga membuktikan bahwa dari
sudut pandang relativitas bahwa teori Gravitasi Newton yang
tradisional tidak adekuat. Max Born menjumpai bahwa Teori Einstein
baru dan revolusioner. Einstein memiliki keberanian untuk menantang
filsafat Newton yang sudah mapan. Mengenai konsep tradisional ruang
dan waktu. Ia memang mengakui kekuatan revolusi intelektual Einstein
dan revolusinya di atas kertas, tetapi itu belumlah suatu revolusi dalam
ilmu. Ide-ide baru dan cara berpikir yang baru itu masih harus
dipelajari, diterima, diterapkan dan dijadikan basis dari keyakinan
ilmuwan umumnya. Relativitas umum adalah revolusi Einstein yang
kedua.
Sebuah lompatan jauh ke depan yang meninggalkan banyak ahli
fisika, justru pada waktu banyak dari mereka telah memihak kepada
relativitas khusus. Sampai-sampai Max Planck yang merupakan
pendukung relativitas khusus yang paling bersemangat, bertanya pada
Eintein, Semuanya sudah hampir beres, mengapa anda mencari masalah
lain? Einstein melakukan ini karena ia mengetahui bahwa relativitas
khusus tidak lengkap, bahwa relativitas khusus tidak membahas
percepatan dan gravitasi. Ide utama yang menggerakannya adalah
sebuah pikiran sederhana, Jika orang jatuh bebas, ia tidak akan
merasakan beratnya sendiri. Salah satu ciri intelektual teori relativitas
umum yang spektakuler adalah reduksi kekuatan-kekuatan gravitasi
Newton menjadi aspek-aspek lengkungan empat dimensi ruang dan
waktu. Hal ini berarti bahwa relativitas umum menyiratkan terdapatnya
kekeliruan atau kekurangan esensial selama itu. Einstein mendapatkan
hadiah Nobel tahun 1921 sebagai penghargaan atas kerja kerasnya
dalam bidang Fisika.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi
pembaca dan bagi para pembaca, khususnya teman-teman agar dapat mengembangkan
makalah ini supaya lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti. Kami menyadari
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar kami dapat
menyusun makalah lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007

Darmodjo, Hendro. (1986). Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Karunika.

Khun Thomas. (1993). Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Tafsir, Ahmad. (2000). Filsafat Umum. Akal dan Hati Sejak Thales sampaii Capra. Bandung :
Remaja Rosda Karya.

Вам также может понравиться