Вы находитесь на странице: 1из 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS TUBERKULOSIS DI RUANG NUSA INDAH
RSUP SANGLAH DENPASAR

Oleh

Ngurah Adi Sumawan 17089142001

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2017/2018
Lembar Pengesahan

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis Tuberkulosis


Di Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar

Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instructure (CI) Stase KMB Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Dari
Departement Stase KMB STIKes Buleleng.

Denpasar, …… februari 2018

Clinical Instruktur (CI), Clinical Teacher (CT),


Ruang Nusa Indah Stase KMB
RSUP Sanglah Denpasar STIKes Buleleng,

Gusti Rai Sumiari, SST ………………………………………


NIP. 196803031988032001 NIK ………………………….
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN TUBERCULOSIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menyerang

parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis, yang merupakan batang aerobik yang tahan asam,

tumbuhnya lambat dan agak sensitif dengan panas sinar ultraviolet.

Penyakit tuberkulosis bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya seperti

meninges, tulang, ginjal dan nodus limfe. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-

paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan

menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat

menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Menurut Depkes (2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai

organ tubuh lainnya.

Jadi kesimpulannya Tuberkulosis atau TB merupakan suatu

penyakit yang diakibatkan oleh infeki kuman TB (Mycobacterium

tuberculosis) dan menyerang sistem pernafasan paru-paru.


2. Epidemiologi

Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta

kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantarnya

adalah pasien dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut

berada di wilayah Afrika, pada tahun 2012 diperkirakan terdapat

450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000 di antaranya

meninggal dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak

diantara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% atau 530.000

pasien TB anak pertahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang

disebabkan oleh TB.

Indonesia berpeluang mencapai penurunan angka kesakitan dan

kematian akibat TB menjadi setengahnya di tahun 2015 jika

dibandingkan dengan data tahun 1990. Angka prevalensi TB yang pada

tahun 1990 sebesar 443 per 100.000 penduduk, pada tahun 2015

ditargetkan menjadi 280 per 100.000 penduduk. Berdasarkan hasil survei

prevalensi TB tahun 2013, prevalensi TB paru smear positif per 100.000

penduduk umur 15 tahun ke atas sebesar 257.

Angka notifikasi kasus menggambarkan cakupan penemuan

kasus TB. Secara umum, angka notifikasi kasus TB positif baru dan

semua kasus dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan.

Angka notifikasi kasus (case notification rate/CNR) pada tahun 2015

untuk semua kasus sebesar 117 per 100.000 penduduk.


3. Etiologi

Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium

tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6

mikron dan bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak

bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung tetapi kuman ini

mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam

mikolat).

Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis (Levinson, 2008)

Sifat dari bakteri ini agak istimewa, karena bakteri ini dapat

bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol sehingga

sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA). Selain itu bakteri ini juga

tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini dapat bertahan pada

kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa sampai

berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila

terkena sinar, matahari atau aliran udara (Widoyono,2011).


4. Manifestasi klinis

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-

macam atau malah banyak pasien ditemukan TB Paru tanpa keluhan

sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Adapun tanda dan gejala

yang biasa dijumpai pada pasien TB Paru yaitu :

a) Demam sampai 40 - 41°C.

b) Menggigil.

c) Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

d) Dahak bercampur darah

e) Batuk darah

f) Sesak nafas dan nyeri dada

g) Warna sputum kuning kehijauan

h) Ronchi basah

i) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, malaise dan

berkeringat malam walaupu

j) Empiema

k) Laringitis

l) Komplikasi lanjut

1) Obstruksi jalan napas  SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis)

2) Kerusakan parenkim berat  SOPT / Fibrosis paru, kor pulmonal

3) Karsinoma paru

4) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS).


5. Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi TB paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu :

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

1) Tuberkulosis paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang

jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru)

dan kelenjar pada hilus.

2) Tuberkulosis ekstra paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,

misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),

kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran

kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,

yaitu pada Tb Paru:

1) Tuberkulosis paru BTA positif

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS

hasilnya BTA positif.

b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto

toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.

c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan

kuman Tb positif.

d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3

spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya


hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non OAT.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif

Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.

b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

OAT.

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi

pengobatan.

c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan

riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:

1) Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau

sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4

minggu).

2) Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah

mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan

sembuh tetapi kambuh lagi.

3) Kasus setelah putus berobat (default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan

atau lebih dengan BTA positif.


4) Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif

atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih

selama pengobatan.

5) Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,

dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien

dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai

pengobatan ulangan (Depkes RI, 2007).

6. Patofisiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis yang dibatukkan atau dibersinkan keluar melalui droplet

nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas

selama 1 - 2 jam. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan

berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh

orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Kuman

akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.

Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar

dan cabang trakeo-bronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila

kuman menetap di jaringan paru, ia akan tumbuh dan berkembang biak

dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ

tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan


berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer

atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi

di setiap jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah

efusi pleura dan pleuritis. Selain melalui saluran nafas, kuman dapat juga

masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan

kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam

vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila

masuk ke arteri Pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian

paru menjadi TB Millier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening

menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga limfadenitis regional yaitu

pembesaran kelenjar getah bening menuju hilus. Hal itu disebut dengan

kompleks primer. Semua proses ini memakan waktu 3 – 8 minggu.

Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi : 1) sembuh sama sekali

tanpa meninggalkan cacat, 2) sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas

berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, dan 3) berkomplikasi,

berupa komplikasi dini seperti pleuritis, efusi pleura, empiema dan

laringitis serta komplikasi lanjut seperti obstruksi jalan nafas, kerusakan

parenkim berat, karsinoma paru dan sindrom gagal nafas dewasa. Semua

kejadian di atas tergolong dalam perjalanan tuberkulosis primer. Kuman

yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun

kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberku1osis post primer.

Adapun tanda dan gejala yang timbul pada pasien TB Paru yaitu demam
sampai 40 - 41°C, menggigil, batuk terus menerus dan berdahak selama 3

minggu atau lebih, dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,

sianosis nyeri dada, warna sputum kuning kehijauan, ronchi basah, badan

lemah, musu makan menurun, berat badan turun, malaise dan berkcringat

malam walaupun tanpa kegiatan.


7. WOC
Ventilasi yang buruk,
suasana lembab dan gelap

Etiologi
(Mycobacterium tuberculosis)

Droplet Saluran GI, jaringan limfe, orofaring kulit


 
paru-paru limfadenopati regional

netrofil / makrofag
Vena Arteri pulmonalis
 
Menetap (paru-paru) Mati
- Paru-paru TB millier
- Otak
- Ginjal
Infiltrasi ½ paru Sarang primer / afek - Tulang
 primer (sarang ghon)
Sesak, sianosis

Limfangitis lokal Pleura
Gangguan
Limfadenitis regional
pertukaran gas

Efusi pleura Pleuritis
kompleks primer
kuman 
- Batuk produktif Nyeri akut
- Batuk berdarah
Tuberkulosis primer
- Warna sputum
kuning 
Sembuh Meninggalkan Komplikasi
kehijauan Infeksi endogen
bekas
- Ronchi basah
Tuberkulosis
Ketidakefektifan Post primer Lanjut Dini
bersihan jalan nafas  - Obstruksi jalan - Pleuritis
- Sering bertanya- nafas - Efusi pleura
tanya tentang - Kerusakan - Empiema
- Demam sampai Malaise keadaannya parenkim berat - Laringiris
o
40-41 C - Gelisah - Karsinoma paru
- Menggigil - Sindrom gagal
nafas dewasa
Nutrisi kurang
Hipertermi dari kebutuhan
tubuh
- Anoreksia - Rumitnya aturan pengobatan
- Penurunan - Efek samping pengobatan
BB

Resiko infeksi
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

Sumber : Suwono, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi Ketiga, hal. 821.
8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan BTA

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan

ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil

pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga

spesimen SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) positif.

b. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan rontgen dada menunjang TB untuk menemukan letak

lesi.

c. Tes Tuberkulin

Pemeriksaan tes sering dipakai untuk membantu menegakkan

diagnosis tuberkulosis tcrutama pada anak-anak, biasanya dipakai tes

mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purified

Protein Derivated) secara IC.

d. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah didapat LED meningkat

2) Leukositosis ringan

3) Anemia (bila menahun)

9. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan merus pada penderita TB Paru adalah dengan

menggunakan obat anti TB (OAT) yang diberikan dalam kombinasi

sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau OAT ketiga
(Mansjoer, 2007). Pengobatan TB melalui 2 fase, yaitu (menurut

Mansjoer, 2007):

a. Fase awal intensif, dcngan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan

populasi kuman yang memhelah dengan cepat.

b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan

jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan

konvensional.

10. Komplikasi

Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan

menimbulkan komplikasi lanjut.

a) Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, empiema,

laryngitis.

b) Komplikasi lanjut : Kor pulmonal, amiloidosis,

karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering

terjad pada TB milier dan kavitas TB. (Amin, 2000:993)

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat

terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

a) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang

dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau

karena tersumbatnya jalan napas.


b) Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps

dari lobus akibat retraksi bronchial.

c) Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau

reaktif) pada paru.

d) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,

persendian, dan ginjal.


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit

yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri

dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan

meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh

penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara

lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

d. Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang

menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan

penularannya.

e. Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan

sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk

dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru

yang lain

f. Pola fungsi kesehatan

g. Pemeriksaan fisik
1) Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit

menurun

2) Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai

Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,

pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.

Palpasi : Fremitus suara meningkat.

Perkusi : Suara ketok redup.

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,

kasar dan wheezing

3) Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

4) Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 mengeras.

5) Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.

6) Sistem musculoskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur

dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.

7) Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia.

h. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak

– desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan

tinggal dirumah yang sumpek.

i. Pola nutrisi dan metabolic

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu

makan menurun.

j. Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam

miksi maupun defekasi

k. Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu

aktivitas

l. Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru

mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.

m. Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena

penyakit menular.

n. Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

pendengaran) tidak ada gangguan.


o. Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi

dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.

p. Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan

berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

q. Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan

penolakan terhadap pengobatan.

r. Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan

terganggunya aktifitas ibadah klien.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan sekresi yang kental atau sekresi yang berlebihan sekunder

akibat TBC

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pertukaran

O2 dan CO2

c. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder


akibat infeksi TB
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat infeksi TB

disertai ketidakadekuatan intake dan output

e. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan penyakit infeksi


menular
3. Perencanaan Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
DX Hasil (NIC)
(NOC)
1 Setelah diberikan asuhan Airway Management 1. Mengetahui pola kecepatan pernafasan serta
keperawatan selama ....x24 1. Monitor pernafasan dan status oksigenasi menunjukan kepatenan jalan nafas
jam diharapkan jalan nafas 2. Berikan posisi nyaman untuk 2. Memaksimalkan ventilasi dan mengurangi
kembali normal memaksimalkan ventilasi sesak, melatih teknik nafas yang disenangi
NOC 3. Ajarkan teknik batuk efektif anak
- Respiratory status : 4. Kolaborasi dalam pemberian terapi 3. Mempermudah pengeluaran sputum ataupun
Ventilation nebulizer dan bronkodilator dahak
- Respiratory status : 4. Mengurangi sesak dan mempermudah
Airway patency pengeluaran sputum
- Aspiration Control
Kriteria hasil:
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah)
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
2 Setelah diberikan asuhan Respiratory Monitoring 1. Mengetahui keadaan umum dari status
keperawatan selama ....x24 1. Monitor laju, irama dan kedalaman pernafasan klien
jam diharapkan jalan nafas pernafasan 2. Mengurangi sesak dan memperlancar
kembali normal 2. Beri posisi nyaman, buka jalan nafas pernafasan klien
NOC dengan mengangkat dagu bila diperlukan 3. Mencegah timbulnya sesak karena lingkungan
- Respiratory Status : Gas 3. Ajarkan keluarga untuk menjaga yang tidak bersih (adanya debu)
exchange lingkungan agar tetap bersih 4. Mengurangi sesak dan memenuhi kebutuhan
- Respiratory Status : 4. Kolaborasi dengan tim medis dalam O2 klien
ventilation pemberian terapi nebulizer
- Vital Sign Status
Kriteria hasil:
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
2. Tanda tanda vital
dalam rentang normal
3 Setelah diberikan asuhan Fever Treatment 1. untuk mengetahui perubahan suhu klien
keperawatan selama ....x24 1. Monitor suhu sesering mungkin 2. karena pada dahi dan aksila terdapat banyak
jam diharapkan jalan nafas 2. Kompres pada dahi dan aksila pembuluh darah sehingga dapat mempercepat
kembali normal 3. Selimuti Pasien vasodilatasi pembuluh darah
NOC 4. Berikan anti piretik 3. untuk memberikan kehangatan pada pasien
- Thermoregulation 4. untuk menurunkan panas pasien
Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman
4 Setelah diberikan asuhan Nutrition Management 1. untuk mengetahui status nutrisi klien
keperawatan selama ...x24 1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 2. agar klien mau makan
jam diharapkan jalan nafas 2. Berikan pilihan makanan 3. untuk menambah pengetahuan klien tentang
kembali normal 3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi nutrisi
NOC 4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet klien 4. diet dapat membantu masalah pencernaan
- Nutritional Status : food
and Fluid Intake
- Nutritional Status :
nutrient intake
Kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
5. Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
5 Setelah diberikan asuhan Infection Control 1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien
keperawatan selama ....x24 Infection Protection 2. Untuk mencegah terjadinya infeksi
jam diharapkan jalan nafas 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik 3. Untuk menghindari terjadinya infeksi lebih
kembali normal dan lokal lanjut
NOC 2. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci 4. Untuk mencegah terjadinya kekambuhan
- Immune Status tangan saat berkunjung dan setelah
- Knowledge : Infection berkunjung meninggalkan pasien
control 3. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
- Risk control infeksi dan cara menghindari infeksi
Kriteria hasil: 4. Colaborasi dengan dokter untuk pemberian
1. Mendeskripsikan terapi
proses penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
2. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
3. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi keperawatan
yang telah dibuat.

5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24
jam diharapkan bersihan jalan napas efektif, dengan
tidak efektif berhubungan dengan
kriteria hasil:
sekresi yang kental atau sekresi yang
Respiratory status: airway patency (status pernapasan:
berlebihan sekunder akibat TBC kepatenan jalan napas)
 Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-
20x/mnt) (skala 5 = no deviation from normal
range)
 Irama pernapasn normal (skala 5 = no deviation
from normal range)
 Kedalaman pernapasan normal (skala 5 = no
deviation from normal range)
 Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
(skala 5 = no deviation from normal range)
 Tidak ada akumulasi sputum (skala 5 = none)

Gangguan pertukaran gas berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 30
menit diharapkan gangguan pertukaran gas dapat diatasi
dengan gangguan pertukaran O2 dan
dengan kriteria hasil:
CO2
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
 Tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas
dengan mudah)
 RR= 16-20 x/menit
 Hasil AGD dbn

Hipertermi berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24


kerusakan kontrol suhu sekunder akibat jam diharapkan suhu tubuh klien normal, dengan
infeksi TB kriteria hasil:
Thermoregulation (Termoregulasi)
 Suhu tubuh klien normal (36-37±0,5˚C) (skala 5
= normal)
 Klien melaporkan rasa nyaman ( skala 5 = not
compromised)
 Klien tidak menggigil (skala 5 = none)
Vital signs (Tanda vital)
 Suhu : 36-37±0,5˚C (skala 5 = normal)
 Nadi: 60-100x/mnt (skala 5 = normal)
 RR: 16-20 x/mnt (skala 5 = normal)
 TD: 120/80 mmHg (skala 5 = normal)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan keperawatan … x 24 jam


diharapkan pemenuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hasil:
peningkatan kebutuhan kalori sekunder
Status nutrisi:
akibat infeksi TB disertai  Masukan nutrisi adekuat (skala 5 = No deviation

ketidakadekuatan intake dan output from normal range)


 Masukan makanan dalam batas normal (skala 5 = No
deviation from normal range)
Status nutrisi : masukan nutrisi:
 Masukan kalori dalam batas normal (skala 5=
Totally adequate)
 Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein,
lemak, karbohidrat, serat, vitamin, mineral, ion,
kalsium, sodium (skala 5= Totally adequate)
Status nutrisi : hitung biokimia
 Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl)
(skala 5= No deviation from normal range)

Risiko penularan infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .......x 24
dengan penyakit infeksi menular jam diharapkan tidak terjadi penularan infeksi pada
pasien lain , keluarga dan tenaga kesehatan selama
perawatan, dengan kriteria hasil :
 Tidak terjadi penularan infeksi pada pasien lain,
keluarga dan tenaga kesehatan selama perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 8.
Jakarta : EGC.

Carpenito, LJ. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC.

Depkes RI, 2007. Panduan Penatalaksanaan Penyakit TB Paru. Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.

Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI). 2016.


Tuberkulosis. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI .

Santa, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Prima Medika.

Santosa, Budi. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Вам также может понравиться