Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Case Report
SINDROMA NEFROTIK
Disusun oleh :
Rizcha Fitri Vithya Albagin, S.Ked
Pembimbing :
dr. Asrizal, Sp.PD
SINDROMA NEFROTIK
ABSTRAK
Pendahuluan: Sindroma nefrotik (SN) adalah penyakit glomerular yang ditandai
dengan edema anasarka, proteinuria masif lebih dari 3,5 gram/hari,
hipoalbuminemia <3,5 g/dl, hiperkolestrolemia, dan lipiduria. Di klinik 75-80%
kasus SN merupakan SN primer/idiopatik. Kejadian SN pada dewasa
3/1.000.000./tahun, umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan antara laki-
laki dan wanita 2:1. SN sekunder pada dewasa terbanyak disebabkan oleh
diabetes melitus. Etiologi SN terbagi menjadi dua yaitu glomerulonefritis primer
dan glomerulonefritis sekunder. SN dapat bermanifestasi dengan spektrum
keluhan yang luas, mulai proteinuria asimptomatik hingga keluhan yang sering
yaitu bengkak. Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan
untuk penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria,
mengontrol edema, dan mengobati komplikasi.
Laporan kasus: Ny. S, umur 29 tahun, seorang karyawan wiraswata, datang ke
RSUD Arifin dengan keluhan sembab pada seluruh tubuh sejak 1 hari SMRS.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan edema palpebra (+/+), shifting dullness (+),
edema keempat ektremitas disertai pitting edema.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan proteinuria +++ (positif 3), cholesterol
337 mg/dl (0-200), LDL-Cholesterol 232,6 mg/dl (0-150), Triglycerida 242 mg/dl
(30-150), Albumin 1,0 g/dL (3,4-5,0).
Kesimpulan: Sindroma nefrotik adalah penyakit glomerular yang ditandai
dengan edema anasarka, proteinuria masif lebih dari 3,5 gram/hari,
hipoalbuminemia <3,5 g/dl,hiperkolestrolemia, dan lipiduria. Etiologi dari
sindroma nefrotik terbagi dua yaitu glomerulonefritis primer dan sekunder.
yang sudah dikenal masuk lagi, Tc akan glomerular. Sebagai contoh, proteinuria
langsung memfagositnya secra dianggap sebagai faktor risiko penting
intraseluler. Th akan memperkenalkan penyakit ginjal kronis. Sehingga
antigen ke sel B (humoral) melalui IL-4 penghambatan RAAS (Renin
dan IL-5 yang dihasilkan oleh Th2. Angiotensin Aldosteron System) dengan
Selanjutnya sel B menghasilkan ACEI atau angiotensin receptor
antibodi (IgM, IgG, IgE, IgA) dan akan blocker (ARB) sering digunakan untuk
beredar di pembuluh darah. Jika antige menurunkan proteinuria.6
yang dikenali masih ada atau masuk
lagi ke pembuluh darah, maka akan LAPORAN KASUS
terbentuk ikatan antibodi-antigen. Identitas Pasien
Ikatan antibodi-antigen akan Nama : Tn. RWS
terperangkap di glomerulus dan terus Jenis Kelamin : Laki-laki
mengaktivasi sistem komplemen. Umur : 25 tahun
Aktivasi sistem komplemen akan Alamat : Jl. Kandis No.
membuat podosit makin lama makin 57, Pekanbaru
meregang. Muatan listrik podosit MR : 00659715
berubah dari positif menjadi negatif. Tgl MRS : 6 Juli 2018
Karena muatan protein adalah positif,
terjadi reaksi tarik-menarik antara Anamnesis
podosit dengan protein (seharusnya Keluhan utama
tolak-menolak) sehingga terjadi ………
kerusakan pada podosit yang
menandakan suatu sindroma nefrotik.5 Riwayat Penyakit Sekarang
Pengobatan SN terdiri dari Sekitar tahun 2005 (saat SD)
pengobatan spesifik yang ditujukan pasien sering mimisan 2 kali
terhadap penyakit dasar dan dalam 1 bulan sampai SMP
pengobatan non-spesifik untuk (2009). Mimisan terjadi jika
mengurangi proteinuria, mengontrol kepala pasien terkena pukulan
1
edema, dan mengobati komplikasi. keras, mimisan saat demam (-),
Terapi juga ditujukan untuk mimisan jika kelelahan (-). Pada
mengobati berbagai gejala penyakit tahun 2010 (saat SMA) pasien
Pemeriksaan Fisik
Riwayat Penyakit Keluarga
Kepala dan leher
• Tidak ada keluarga yang
mengeluhkan keluhan yang - Mata: konjungtiva anemis (-/-)
• Pasien merokok sejak 2007, 3- lidah kotor (-) gusi berdarah (-)
terlarang.
Thoraks paru depan
retensi natrium dan air. Mekanisme double sound, undulasi, dan shifting
kompensasi ini akan memperbaiki dullnes. Pada pasien ini ditemukan
volume intravaskular tetapi juga akan shifting dulness (+) yang menandakan
mengeksaserbasi terjadinya adanya asites. Hal ini menandakan
hipoalbuminemia sehingga edema adanya penumpukan cairan di
semakin berlanjut. peritoneum. Pitting edema ditemukan
Teori overfill menjelaskan bahwa pada tungkai dan tangan.
retensi natrium adalah defek renal Pada pasien Sindroma nefrotik
utama. Retensi natrium oleh ginjal juga akan terjadi proteinuria dan
menyebabkan cairan ekstraselular hipoalbuminemia. Proteinuria
meningkat, sehingga terjadi edema. merupakan kelainan dasar Sindroma
Penurunan laju filtrasi glomerulus nefrotik. Proteinuri sebagian besar
akibat kerusakan ginjal akan berasal dari kebocoran glomerulus
menambah retensi natirum dan edema (proteinuri glomerular) dan hanya
akibat teraktivasinya sistem Renin- sebagian kecil berasal dari sekresi
angiotensin-aldosteron sistem terutama tubulus (proteinuri tubular). Perubahan
kenaikan konsentrasi hormon integritas membrana basalis glomerulus
aldosteron yang akan mempengaruhi menyebabkan peningkatan
sel-sel tubulus ginjal untuk permeabilitas glomerulus terhadap
mengabsorbsi ion natrium sehingga protein plasma dan protein utama yang
ekskresi ion natrium (natriuresis) diekskresikan dalam urin adalah
menurun. Selain itu juga terjadi albumin. Dalam keadaan normal
kenaikan aktivasi saraf simpatetik dan membran basal glomerulus (MBG)
konsentrasi katekolamin yang mempunyai mekanisme penghalang
menyebabkan tahanan atau resistensi untuk mencegah kebocoran protein.
vaskuler glomerulus meningkat, hal ini Mekanisme penghalang pertama
mengakibatkan penurunan LFG dan berdasarkan ukuran molekul (size
kenaikan desakan Starling kapiler barrier) dan yang kedua berdasarkan
peritubuler sehingga terjadi penurunan muatan listrik (charge barrier). Pada
ekskresi natrium. 1,6,7 Sindroma nefrotik kedua mekanisme
Dari pemeriksaan fisik, asites penghalang tersebut ikut terganggu.
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan Selain itu konfigurasi molekul protein
juga menentukan lolos tidaknya protein albumin plasma pada pasien dengan
melalui MBG. Proteinuria dibedakan proteinuria 4-6 gram per hari.
menjadi selektif dan non-selektif Hipoalbuminemia dapat juga terjadi
berdasarkan ukuran molekul protein akibat peningkatan reabsorbsi dan
yang keluar melalui urin. Proteinuria katabolisme albumin oleh tubulus
selektif apabila yang keluar terdiri dari proksimal.1,8
molekul kecil misalnya albumin. Hiperlipidemia dan lipiduria
Sedangkan non-selektif apabila protein merupakan salah satu komplikasi dari
yang keluar terdiri dari molekul besar Sindroma nefrotik. Kadar kolestrol
seperti imunoglobulin. Selektivitas umumnya meningkat sedangkan
proteinuria ditentukan oleh keutuhan trigliserid bervariasi dari normal
struktur MBG.1 sampai sedikit meningkat. Peningkatan
Konsentrasi albumin plasma kadar kolestrol disebabkan
ditentukan oleh asupan protein, sintesis meningkatnya LDL (low density
albumin hati dan kehilangan protein lipoprotein), yaitu lipoprotein utama
melalui urin. Pada Sindroma nefrotik pengangkut kolestrol. Kadar trigliserid
hipoalbuminemia disebabkan oleh yang tinggi dikaitkan dengan
proteinuria masif dengan akibat peningkatan VLDL (very low density
penurunan tekanan onkotik. Untuk lipoprotein). Sedangkan HDL (high
mempertahankan tekanan onkotik density lipoprotein) cenderung normal
plasma maka hati berusaha ataupun rendah. Mekanisme
meningkatkan sintesis albumin. Namun hiperlipidemia pada Sindroma nefrotik
peningkatan sintesis albumin oleh hati dihubungkan dengan peningkatan
tidak berhasil mengkompensasi sintesis lipid dan lipoprotein hati serta
timbulnya hipoalbuminemia. Dalam menurunnya katabolisme. Tingginya
keadaan normal, hati memiliki kadar LDL pada Sindroma nefrotik
kapasitas sintesis untuk meningkatkan disebabkan peningkatan sintesis hati
albumin total sebesar 25 gram per hari. tanpa gangguan katabolisme.
Namun masih belum jelas alasannya Peningkatan sintesis hati, dan
mengapa hati tidak mampu untuk gangguan konversi VLDL dan IDL
meningkatkan sintesis albumin secara menjadi LDL menyebabkan kadar
adekuat dalam menormalkan kadar VLDL tinggi pada Sindroma nefrotik.