Вы находитесь на странице: 1из 13

JANUARI 2012

Pengamat banjir Iman Rismahayadin mengatakan, banjir yang melanda sejumlah daerah di Provinsi
Banten, Jumat (13/1) hingga Minggu (14/1) diakibatkan oleh kerusakan hutan di daerah hulu yakni
Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Seperti dilansir investor.co.id, kerusakan hutan di kawasan hulu
Kabupaten Lebak dan Pandeglang akibat adanya kegiatan penebangan liar di hutan milik Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), hutan lindung dan hutan masyarakat. Selain itu juga
penebangan pohon yang dilakukan Perum Perhutani. Perum Perhutani, kata dia, setiap tahun
mengusulkan rencana penebangan tahunan kepada pemerintah daerah. Saat ini, kerusakan kawasan
hutan konservasi TNGHS sangat memperihatinkan, selain maraknya penebangan pohon juga adanya
kegiatan penambangan emas liar. Penambangan emas liar di kawasan TNGHS tentu bisa merusak
ekosistem juga daerah resapan air.

Banjir bandang melanda sejumlah kabupaten/kota di NTB, seperti banjir bandang di Kecamatan Moyo
Utara, Moyo Hilir dan Lopok, Kabupaten Sumbawa Januari 2012. Dari laporan antaramataram.com,
menurut Pemerintah Kabupaten Sumbawa, bencana alam tersebut menyebabkan kerugian sekitar
Rp22,8 miliar karena sejumlah rumah rusak diterjang banjir bandang, puluhan ekor ternak hanyut dan
152 hektar (ha) lahan pertanian yang sudah ditanami padi rusak.

FEBRUARI 2012

Banjir bandang dan tanah longsor, Sabtu (24/2), memporakporandakan Kecamatatan Tangse,
Kabupaten Pidie, Aceh diduga akibat kerusakan dan perambahan hutan di kawasan setempat. Dari
laporan MediaIndonesia.com, kondisi ini terjadi, karena aksi para penebang liar dan perambahan hutan
untuk dijadikan lahan kebun. Hal itu terlihat dari banyaknya batang kayu besar dan di sisa batang bawah
bekas gergaji mesin yang hanyut terbawa arus. Bahkan sebagian batang kayu rimba itu masih utuh atau
belum sempat di olah oleh pelaku pembalakan liar. Kemudian banyak lokasi yang sebelumnya termasuk
kawasan hutan lindung, sekarang berubah fungsi menjadi areal lahan perkebunan warga atau telah
ditanami palawija.

Dari Padang dilaporkan, banjir bandang yang terjadi Rabu malam 22 Februari 2012 di Kabupaten
Pasaman, Sumatera Barat, merusak ratusan bangunan warga dan fasilitas umum di Kecamatan Tigo
Nagari dan Kecamatan Simpati.Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pasaman, 13
jembatan rusak berat dan ringan serta sekitar 1 kilometer fasilitas jalan umum rusak di sembilan titik.
Banjir bandang juga merusak 174 unit rumah warga serta menghalau 18 saluran irigasi yang ada di dua
kecamatan tersebut. Direktur Walhi Sumbar Khalid Saefullah pada VIVAnews menyatakan, kurangnya
resapan air di areal hulu sungai Batang Malampah disinyalir menjadi penyebab bencana tersebut. “Kita
menduga kuat ke arah sana, karena hasil investigasi Walhi dalam beberapa tahun belakangan, degradasi
hutan di sana mencapai 20 persen,” tegasnya. Menurut Khalid, kondisi diperparah dengan topografi
kawasan di Pasaman yang dipenuhi perbukitan dengan kemiringan beragam. “Ekologis dan topografi
wilayah setempat yang memaksa agar aktivitas kerusakan dihentikan,” tegasnya.

MARET 2012

Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, diduga akibat kerusakan hutan lindung.
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut Sutarman mengatakan, kerusakan terparah terjadi di hutan
lindung di hulu Sungai Cimanuk. Kerusakan terjadi akibat pembukaan lahan oleh masyarakat. “Mungkin
salah satu penyebabnya ini kawasan hulu Sungai Cimanuk ini sudah cukup rusak kalau dilihat dari
vegetasi yang ada, ada yang di dalam kawasan lindung juga di luar kawasan lindung. Ini yang di dalam
kawasan di hulu Sungai Cimanuk itu di gunung puncak gede salah satunya ini sudah terjadi pembukaan
lahan oleh masyarakat kurang lebih 200 hektraan, ini saya lihat ke lapangan pada waktu akhir tahun
2011,” kata Sutarman seperti dilansir oleh GreenRadio.fm. Sutarman menyarankan dibangunnya sumur
resapan dan bendungan penahan erosi. Sebelumnya, lima ratusan rumah di Kabupaten Garut, Jawa
Barat, rusak dihantam banjir bandang. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Meski begitu,
sebagian warga memutuskan pindah sementara ke tempat yang lebih aman.

Banjir bandang juga terjadi di Kecamatan Sembalun dan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur pada
Maret 2012. Banjir bandang di Sambelia merusak lima unit jembatan, sejumlah rumah warga rusak berat
dan ratusan hektare lahan pertanian yang ditanam jagung dan padi rusak. Sedangkan banjir bandang di
Sembalun menyebabkan puluhan hektare lahan pertanian yang ditanami komoditas hortikultura rusak
dan satu unit jembatan putus. Menurut Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, bencana alam yang
melanda Kecamatan Sambelia dan Sembalun menyebabkan kerugian ratusan miliar rupiah. Menurut
taksiran antaramataram.com, kerugian terbesar berasal dari enam jembatan yang roboh.

APRIL 2012

Banjir bandang menerjang Desa Singorojo, Kendal, Jawa Tengah, Rabu (4/4). Banjir akibat luapan Sungai
Ori ini mengakibatkan sebanyak 35 rumah rusak. Diduga Sungai Ori meluap akibat gundulnya kawasan
hutan sekitar. Banjir juga merendam Desa Pekuwon, Pati, Jateng. Drainase yang buruk membuat air
menggenang dan merendam SD Negeri Pekuwon. Akibatnya ujian tengah semester terpaksa dilakukan
di tengah genangan air. Seperti diberitakan oleh liputan6.com, sebenarnya banjir bukan baru sekali ini
terjadi. Dalam dua bulan terakhir, banjir sudah merendam enam kali. Pihak SD Negeri Pekuwon
berharap pemerintah setempat segera turun tangan agar para siswa bisa belajar dengan tenang

MEI 2012

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Rachmadi Kurdi menyatakan,
banjir yang terjadi di Hulu Sungai Tengah (HST) merupakan dampak dari rusaknya hutan di pegunungan
Meratus. Aktivitas penggundulan hutan membuat lahan kritis semakin luas dan mengurangi daerah
resapan air. “Bencana jelas terjadi karena penggundulan hutan, HST Banjir akibat tangkapan air di
kabupaten lain buruk,” katanya saat ditemui wartawan di Kantor Gubernur Kalsel, Senin 7 Mei 2012.
Secara umum wilayah hutan di HST masih baik berdasarkan pantauan Ekspedisi Khatulistiwa. Namun,
gugusan hutan Pegunungan Meratus di kabupaten sekitar HST justru buruk.

Banjir air laut (rob) yang melanda Desa Sungai Cabang, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat tidak
semata-mata disebabkan pendangkalan sungai. Akar permasalahan justru terletak pada kerusakan
hutan di sekitar desa tersebut. Pasalnya, jumlah vegetasi yang berkurang drastis mempengaruhi
keseimbangan penyerapan air.Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Orangutan Foundation
International (OFI) Pangkalan Bun Fajar Dewanto kepada Borneonews, kemarin. Ia menuturkan sebelum
OFI hadir di Sungai Cabang, masyarakat mempunyai kebiasaan berburu yang unik tapi salah kaprah.
Warga membakar hutan di sekitar desa. Akibatnya terjadi penggundulan sebelum muncul tunas-tunas
baru.“Jadi banjir itu disebabkan rusaknya hutan di sekitar desa,” kata Fajar. Ia melanjutkan, tunas-tunas
hijau yang terhampar itu menarik datangnya berbagai satwa ke areal tersebut. Sehingga warga dengan
mudah menangkap satwa yang berkumpul di areal bekas pembakaran.

Bencana banjir bandang juga melanda Kecamatan Langgudu, Belo, Palibelo dan Kecamatan Woha,
Kabupaten Bima pada 26 Mei 2012. Bencana alam tersebut akibat hujan lebat dan jebolnya Dam Ncera.
Puluhan rumah rusak berat dan ratusan hektare lahan pertanian yang ditanami padi dan bawang merah
rusak. Menurut Sekretaris Pos Pengaduan dan Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
(P3SLHD) BLHP Provinsi NTB Sahrum, salah satu penyebab bencana alam seperti banjir bandang adalah
kerusakan ekosistem hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan air. “Kerusakan hutan terjadi di
mana-mana. Salah satu contoh. Hutan lindung sesaot. Coba masuk ke dalam hutan tersebut kondisinya
sudah gundul, karena pohon banyak yang ditebang” katanya.

JUNI 2012
Banjir seringkali terjadi dan merendam ribuan rumah di kawasan Cieunteung, Bale endah, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat akibat rusaknya sedimentasi tanah dan penggundulan hutan. Hal itu dikatakan
Bupati Bandung, Dadang M. Nasser, Sabtu 11 Juni 2012 silam kepada suaramerdeka.com. Ia
menuturkan, banjir di kawasan Ciuenteung, Baleendah berawal dari hulu Sungai Citarum yang berada di
Gunung Wayang, atau sekitar 1.500 meter dari permukaan laut. Di lokasi tersebut terdapat sejumlah
mata air yang diyakini masih terawat dengan baik. “Akibat terjadinya penggundulan hutan dan rusaknya
sendimentasi,” tegas Dadang. Keberadaan Citarum sendiri selama ini sangat berperan penting bagi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, khususnya di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Citarum digunakan
sebagai sumber air baku, irigasi pertanian, perikanan, pembangkit tenaga listrik, serta sebagai pemasok
air untuk kegiatan industri.

JULI 2012

Sedikitnya tujuh desa di Kecamatan Oheo, dan Asera, Kabupaten Konawe Utara terendam banjir selama
dua hari, Jumat dan Sabtu (6-7 Juli). Tujuh desa yang terpara terkena banjir setinggi pinggang orang desa
itu, yakni Desa Bandaeha, Kota Maju, Laroonaha, Landawe, Linomoyo, Amorome (Kecamatan Oheo) dan
Desa Asera, Kecamatan Asera. Dari pantauan Fajar.co.id, Banyaknya perusahaan tambang, perkebunan
sawit yang masuk di Konawe Utara diyakini mempercepat laju kerusakan hutan. Apalagi banyak
perusahaan melakukan aktivitras di kawasan hutan lindung. Disamping itu, tidak tertatanya wilayah
konsesi tambang yang menyebabkan kerusakan lingkungan di banyak tempat.

Organisasi lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat menduga penyebab
banjir bandang di Padang disebabkan praktik pembalakan liar di kawasan hutan. Menurut catatan Walhi
Sumbar, dari 65 persen kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi di Sumbar, 50 persen di
antaranya sudah habis dibabat pembalak liar. “Jika tidak cepat dihentikan, maka dipastikan bencana
serupa yang lebih besar bukan tidak mungkin akan terjadi di masa depan,” tegasnya. banjir bandang
menerjang lima kecamatan di Kota Padang. Sejumlah rumah warga hanyut serta rusak akibat dihantam
air yang turut serta membawa material kayu itu. Sepuluh orang dikabarkan hilang dalam peristiwa yang
terjadi Selasa malam tersebut.

AGUSTUS 2012
Kapolda Aceh, Irjen Iskandar Hasan menginstruksikan Kapolres Aceh Tenggara untuk menerjunkan tim
investigasi kasus banjir bandang yang melanda Kecamatan Leuser pada Sabtu (18/8) dinihari atau sekitar
pukul 03.00 WIB.Bencana banjir bandang yang terjadi sehari menjelang hari raya Idulfitri 1433 H itu
mengakibatkan 6 orang meninggal dunia, 4 hilang, 37 unit rumah warga rusak parah dan tiga rusak
ringan, 7 jembatan hancur serta 3 kilometer jalan mengalami rusak berat akibat longsor. Kapolda
dengan tegas menyatakan, praktik pembalakan liar telah berdampak besar terhadap kesengsaraan
masyarakat setempat, sehingga kepolisian tidak bisa mentoleransinya lagi. “Tidak ada toleransi,
siapapun pelakunya akan kita tindak tegas,” ujar Kapolda.

SEPTEMBER 2012

Degradasi hutan di bagian hulu sungai yang menjadi area tangkapan air menjadi penyebab terjadinya
bencana banjir saat musim hujan dan kekeringan saat kemarau seperti sekarang di Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan (Kalsel). Tercatat ada 75 desa di wilayah Kabupaten Banjar mengalami kekeringan.
Sebanyak 12 desa di antaranya yang berada di Kecamatan Astambul dan Simpang Empat, mengalami
kekeringan terparah. Sepekan terakhir Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat harus
mengedrop air bersih untuk menanggulangi krisis air bersih seperti dilansir MediaIndonesia.com.

OKTOBER 2012

Sebanyak 40 rumah di Desa Garongan, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara mengalami kerusakan akibat banjir bandang yang terjadi pada Senin (22/10) malam.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Ahmad Hidayat yang disampaikan kepada
antarasumut.com di Medan, mengatakan kerusakan itu terdiri dari rusak berat 10 unit, rusak ringan 15
unit, hanyut terbawa air 15 unit.

NOVEMBER 2012

Deforestasi hutan di Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam, Aceh, kian mengkhawatirkan.
Dalam setahun, kerusakan hutan di kedua wilayah itu sekitar 6.161,25 hektar. Kondisi ini diduga kuat
jadi penyebab banjir besar di wilayah tersebut.Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
Aceh TM Zulfikar, Jumat (16/11), mengatakan kepada Kompas.com, dari catatan Walhi Aceh selama
tahun 2006-2010, telah terjadi kerusakan hutan di Singkil dan Subulussalam sekitar 24.645 hektar.
Artinya, dalam setahun kerusakan hingga 6.161,25 hektar. Dengan demikian, antara tahun 2010 dan
2012, diperkirakan kerusakan bertambah sekitar 30.000 hektar. ”Deforestasi terbesar terjadi dalam
kawasan area penggunaan lain, yakni lebih kurang 21.007 hektar. Sebagian besar wilayah hutan di kedua
wilayah ini telah dikonversi atau dialihfungsikan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit,” ungkap
Zulfikar. Pada tahun 2012, hingga minggu kedua November, telah terjadi banjir sekitar 108 kali.

DESEMBER 2012

Berdasarkan Data di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bojonegoro, dari total 53 ribu hektare, hanya
tersisa sekitar sepertiganya. Kini, lahan itu sebagian gundul dan berpotensi rawan banjir bandang jika
hujan deras turun. Dari 15 kecamatan yang rawan banjir bandang, sebagian besar justru daerah yang
jauh dari aliran Bengawan Solo, yaitu Kecamatan Bubulan, Temayang, Dander, Gondang, Sukosewu,
Kanor, Kepohbaru, Ngraho, Sumberejo, Malo, Padangan, Balen, Kapas, Sekar dan Baureno. “Daerah ini
rawan banjir bandang,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro,
Kasiyanto, kepada Tempo, Selasa, 11 Desember 2012. Data terakhir, terjadi banjir bandang di Dusun
Sugihan Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang, Bojonegoro, pada Rabu 5 Desember 2012. Akibat
banjir bandang itu sekitar 210 rumah terendam banjir bandang, di antaranya 8 rumah rusak, 1 unit
rumah roboh, serta 3 hektare sawah yang ditanami padi terendam banjir disertai lumpur. Di tengah
ancaman banjir bandang, ada sekitar 16 kecamatan di Bojonegoro juga terancam banjir dari luapan
Bengawan Solo. Dari 13 kecamatan, dilewati aliran Bengawan Solo. Di antaranya, Kecamatan Ngraho,
Padangan, Kasiman, Purwosari, Kalitidu, Malo, Trucuk, Dander, Kota Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor,
dan sebagian di Baureno.

2017

Januari

Puting beliung terjadi di kota Jember pada 5 Januari 2017. Bencana ini tidak menelan korban jiwa namun
merusak rumah pemukiman penduduk. Tercatat 28 rumah rusak berat, 4 rumah rusak sedang dan 256
rumah rusak ringan.

Februari

Pada bulan ini terjadi dua bencana alam. Pertama puting beliung di Flores Timur pada 6 Februari 2017
yang menyebabkan 2 orang meninggal dunia dan 296 rumah rusak berat. Kedua adalah tanah longsor
yang terjadi di Bangli pada 9 Februari 2017 yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dan 5 rumah
rusak berat.

Maret

Bulan Maret menjadi bulan ketika dua bencana banjir terjadi di Sumatera Barat. Pertama banjir ini
terjadi pada 3 Maret 2017 di Kabupaten Limapuluh Koto yang mengakibatkan 8 orang meninggal dan
3.774 rumah terendam. Kedua, banjir di Kota Padang Sidempuan pada 26 Maret 2017 yang merenggut
korban jiwa sebanyak 5 orang dan 175 rumah rusak berat serta 157 rumah rusak ringan.

April

Pada 1 April 2017 lonsor melanda Ponorogo sehingga menewaskan 28 orang. Di Nganjuk juga terjadi
longsor pada 9 April 2017 sehingga merenggut nyawa 5 orang. Di akhir bulan, 29 April 2017, banjir
melanda magelang dan mengakibatkan 13 orang meninggal dunia.

Mei

Pada 8 Mei 2017 longsor melanda Kabupaten Mahakam Hulu, Kalimantan Timur, dan pada 12 Mei 2017
longsor menyerang Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Ada 5 orang meninggal dunia akibat longsor di
Mahakam Hulu dan 7 orang meninggal dunia akibat longsor di Luwu Timur.

Juni

Kembali pada bencana banjir, kali ini banjir melanda kabupaten Toli-Toli, Sulawesi tengah,pada 3 Juni
2017. Dilaporkan 5 orang meninggal dunia dan 280.025 orang lainnya terpaksa mengungsi.

Juli

Tercatat 13 orang meninggal dunia akibat banjir yang menerpa di Kabupaten Pegunungan Bintang,
Papua, pada 21 Juli 2017.

Agustus

Banjir juga melanda Pulau Taliabu, Maluku. Tidak ada korban jiwa dalam musibah yang melanda pada
244 Agustus 2017. Namun 556 warga harus mengungsi sampai kondisi normal kembali.

September

22 September 2017 menjadi awal erupsi dari Gunung Agung, Bali. Erupsi ini menyebabkan 154.000
orang yang tinggal di sekitar gunung itu harus mengungsi. 23 desa yang warganya diminta mengungsi
adalah Ababi, Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu,
Baturinggit, Ban, Sukadana, Menanga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringasari, Muncan, Duda Utara,
Amertha Bhuana, Sebudi dan Buda Keling.

Selain itu, sebelumnya pada 11 September 2017, longsor melanda Donggala sehingga mengakibatkan 2
orang meninggal dunia.

Oktober

Longsor yang terjadi di Cianjur pada 1 Oktober 2017 enyebabkan 3.984 warga harus mengungsi dan 170
rumah mengalami rusak berat. Sedangkan Angin Puting Beliung yang menerpa Pesisir Selatan pada 6
Oktober menyebabkan 4 orang meninggal dunia.
November

Dilaporkan pada tanggal 22 November, Gunung Agung kembali erupsi. Bencana ini tergolong besar
karena sempat melumpuhkan sejumlah penerbangan dan aktivitas wisata di Bali.

Tidak hanya erupsi Gunung Agung, bencana alam yang cukup besar juga terjadi di beberapa kota di
Indonesia. Curah hujan yang tinggi disertai dengan angin melanda 28 kabupaten dan kota. Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena bencana ini sebagai sklon
Cempaka. Siklon ini setidaknya menyebabkan 41 orang meninggal dunia.

Desember

Gempa Tasikmalaya sempat menggemparkan beberapa daerah di Indonesia. Kota Yogyakarta, Jakarta
dan beberapa kota lain ikut merasakan guncangan gempa yang berkekuatan 6,5 Magnitudo itu. Akibat
gempa tersebut, 4 orang meninggal dunia.

2016

24 September: Banjir bandang terjadi di Kabupaten Garut dan Sumedang menyebabkan 34 orang
tewas.[3]

2014

Selama tahun 2014, tercatat terdapat 1.525 kejadian bencana, yang menyebabkan 566 orang tewas,
2,66 juta jiwa mengungsi dan menderita, lebih dari 51 ribu rumah rusak, dan ratusan bangunan umum
rusak. Kerugian ekonomi mencapai puluhan trilyunan rupiah. Bencana alam meliputi kebakaran hutan
dan lahan, banjir, banjir bandang dan longsor. 99 persen bencana di Indonesia selama 2014 adalah
bencana hidrometeorologi. Puting beliung adalah jenis bencana yang paling dominan selama 2014 yaitu
496 kejadian, kemudian banjir (458) dan longsor (413). Walaupun puting beliung adalah bencana yang
paling banyak terjadi selama 2012-2014, namun longsor adalah bencana paling mematikan. Pada tahun
2014, 60 persen (343 jiwa) dari dari total korban meninggal akibat bencana adalah disebabkan longsor.
Konsentrasi bencana terbanyak adalah di Provinsi Jawa Barat (290 kejadian), Jawa Tengah (272), Jawa
Timur (213), Aceh (51), dan Sumatera Selatan (480). Dilihat dari sebaran kab/kota, maka paling banyak
ada di Bogor (37), Bandung (31), Sukabumi (29), Garut (26), dan Cianjur (23).[4][5]

13 Februari: Gunung Kelud meletus di Jawa Timur

Januari: Gunung Sinabung meletus di Sumatera Utara

2013

2 Juli: Gempa berkekuatan 6,2 SR terjadi di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan jumlah
korban tewas mencapai 39 jiwa.
2012

Gempa bumi Aceh 2012 adalah rentetan gempa bumi di lepas pantai barat Sumatera yang mulai terjadi
pada tanggal 11 April 2012 pukul 15:38:37 WIB dengan kekuatan 8,6 Mw. Gempa ini terjadi pada
kedalaman 22.9 km dengan pusat gempa berada 500 km dari kota Banda Aceh, Aceh.[4] Gempa bumi ini
menyebabkan 5 orang tewas yang disebabkan shock dan serangan jantung, sementara itu 1 orang
dilaporkan kritis dan 6 orang lainnya mengalami luka-luka.[3]

Gempa bumi ini tercatat sebagai gempa terbesar yang diakibatkan pergerakan sesar geser (strike-slip
fault), mengalahkan gempa serupa di San Francisco tahun 1906 (magnitudo 7,9) dan gempa bumi
Wairarapa di Selandia Baru tahun 1855 (magnitudo 8,2)[5]

2011

Gempa bumi Sumatera Utara 2011 yang terjadi di 30 km sebelah tenggara Tarutung, Sumatera Utara
dengan kekuatan 5,5 skala richter pada pukul 07:08 WIB 14 Juni 2011. Sebelumnya, terjadi gempa bumi
dengan kekuatan 6,9 skala Richter dengan kedalaman 10 km dengan pusat gempanya berada di 178 Km
tenggara Tahuna, Sulawesi Utara dan tidak berpotensi tsunami.

2010

26 Oktober: Gunung Merapi meletus di Jawa Tengah, memaksa lebih dari 100.000 orang dievakuasi dan
menyebabkan lebih dari 100 orang meninggal.

25 Oktober: Gempa 7.7 SR dirasakan di sebelah barat Sumatera Barat. Alaram tsunami yang tidak
berbunyi menyebabkan lebih dari 400 orang meninggal di Kepulauan Mentawai dan lebih dari 15.000
orang kehilangan tempat tinggal. Puluhan orang masih tidak ditemukan.[6]

4 Oktober: Banjir melanda Wasior di Papua Barat menyebabkan sedikitnya 148 orang meninggal.

23 Februari: Sedikitnya 85 orang meninggal atau hilang setelah terjadi tanah longsor di dekat Bandung

2009

5 Januari : Jembatan Kali Bangsal yang terletak di Kecamatan Bangsal, Mojokerto, Jawa Timur, ambrol.
Jalur utama Mojokerto-Pasuruan terputus dan seluruh kendaraan terpaksa dialihkan melalui jalur Krian-
Sidoarjo.

Air bah akibat jebolnya tanggul Situ Gintung, di Kelurahan Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan,
mengakibatkan sedikitnya 100 korban jiwa dan 300 rumah rusak dan hanyut. Total areal yang terendam
air mencapai 10 hektar.
8 November: Tanah longsor di Palopo, Sulawesi Selatan menyebabkan sedikitnya 30 orang meninggal.

30 September: Gempa bumi Padang menyebabkan sedikitnya 1.117 orang meninggal.

2 September: Gempa mengguncang Jawa, menyebabkan sedikitnya 100 orang meninggal.

2008

20 Februari : Sebuah gempa bumi dan disusul oleh dua gempa susulan melanda Kabupaten Simeulue,
Aceh. Penduduk Aceh yang masih trauma dengan Tsunami 2004 ketakutan akan adanya tsunami.

2007

26 Desember : Lebih dari130 orang meninggal dalam banjir dan tanah longsor di Jawa.

12 September : Terjadi gempa bumi lepas pantai di dekat provinsi Bengkulu.

Juli: Lebih dari130 orang meninggal dalam banjir dan tanah longsor di Sulawesi.

6 Maret: Gempa bumi Sumatera menyebabkan sedikitnya 73 orang meninggal.

18 Februari : Terjadi bencana angin lesus yang menerjang kawasan Lempuyangan, Yogyakarta yang
berlangsung selama sekitar 15 menit. Akibat angin ini, ratusan rumah, pohon, kabel listrik, dan papan
reklame porak-poranda diterjang angin bahkan menyebabkan lebih dari 30 orang terluka.

1 Februari: Banjir Jakarta menyebabkan sedikitnya 80 orang meninggal.

2006

24-29 Desember: Lebih dari 300 orang hilang atau meninggal setelah terjadi banjir di Sumatera, yang
menyebabkan 350.000 kehilangan tempat tinggal.

29 November : Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Ternate, Maluku Utara
dan Manado, Sulawesi Utara.

12 Agustus : Sebuah gempa susulan kembali menerpa Sibolga, Sumatera Utara, namun tidak
menimbulkan korban jiwa.

24 Juli : Gempa bumi dengan kekuatan 6,6 SR menghantam selatan Gorontalo. Gempa tersebut tidak
menimbulkan tsunami walaupun sempat diduga berpotensi sebaliknya oleh BMG.

17 Juli: 650 orang meninggal di Jawa setelah gempa bumi di dasar laut menyebabkan terjadinya
tsunami.

20 Juni : Banjir dan longsor melanda sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan. Genangan air, longsoran
tebing, dan jembatan putus mengakibatkan beberapa kabupaten terisolasi. Dilaporkan sedikitnya 38
orang tewas, puluhan lainnya dinyatakan hilang.
29 Juni : Setelah beberapa hari terakhir merendam dua ribu rumah di Kecamatan Katingan Tengah,
banjir luapan Sungai Katingan di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, mengalir ke hilir, terutama ke
Kecamatan Pulau Malan dan Tewang Sangalang Garing, dan mulai menggenangi ruas jalan trans-
Kalimantan di Kereng Pangi Kilometer 10, Katingan Tengah, yang menghubungkan kota Palangkaraya
dengan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur.

20-24 Juni: banjir di Sulawesi menyebabkan sedikitnya 350 orang meninggal atau hilang, dan 13.000
kehilangan tempat tinggal.

13 Juni : Semburan lumpur panas di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, pada hari ke-14 semakin
tidak terkendali dan belum ada tanda-tanda mereda. Lumpur panas telah merendam 45 hektar sawah
dan tambak, pemukiman penduduk di tiga desa, tujuh pabrik, dan sebagian jalan tol. Penduduk semakin
banyak yang mengungsi.

27 Mei : Lumpur Lapindo – Banjir lumpur panas melanda Sidoarjo hingga saat ini masih belum dapat
ditanggulangi

30 Mei : Gempa tektonik mengguncang Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua. Gempa yang
berpusat pada 115 kilometer timur laut Wamena dan berada pada kedalaman laut 33 kilometer
berkekuatan 6 Skala Richter (SR). Beberapa saat kemudian, kota Padang dan sejumlah kota di Sumatera
Barat juga diguncang gempa berkekuatan sedang. Tidak ada korban jiwa dalam kedua gempa ini.

1 Juni : Sebanyak 124 pohon di Kebun Raya Bogor yang banyak di antaranya berusia di atas seratus
tahun tumbang akibat angin kencang dan badai yang melanda Bogor. Hujan badai juga menyebabkan
lima belas rumah rusak berat (di antaranya rata dengan tanah), satu jembatan putus di Kelurahan Kebon
Jahe, 54 rumah rusak ringan di Kelurahan Paledang, dan lima rumah rusak berat di Kelurahan Empang,
serta belasan mobil rusak.

1 Juni : Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini
terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari
Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.

4 Juni : Aktivitas Gunung Merapi lampaui status awas. Kepala BPPTK DIY Ratdomo Purbo menjelaskan
bahwa dua hari terakhir ini volume lava di kubah Merapi memenuhi seluruh kapasitas kubah merapi
sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

8 Juni : Gunung Merapi menyemburkan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng
Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Semburan awan panas sejauh lima
km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di
utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.

27 Mei: Gempa bumi di Yogyakarta menyebabkan sedikitnya 5.800 orang meninggal dan satu setengah
juta orang kehilangan tempat tinggal.
20 April : Sedikitnya 16 orang tewas dalam banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur.

18 April : Aktivitas Merapi meninggi dengan guguran lava, gempa multifase, dan gempa vulkanik. Warga
di sejumlah desa sekitarnya mulai berkemas sebagai persiapan evakuasi.

10 April : Kota Padang dan sejumlah kota di Sumatera Barat diguncang gempa berkekuatan 5,5 Skala
Richter. Diperkirakan pusat gempa berada 80 km barat laut dari Kota Padang, atau di sekitar epulauan
Mentawai.

28 Maret: Gempa bumi sebesar 8.6 SR mengguncang Nias dan menyebabkan sedikitnya 900 orang
meninggal.

21 Februari : Banjir dan tanah longsor kembali melanda Kota Manado setelah sebelumnya telah terjadi
pada tanggal 13 dab 19 Februari. Bencana tersebut telah menelan korban sedikitnya 31 orang.

27 Januari : Hujan deras sejak 26 Januari menyebabkan banjir dan tanah longsor melanda beberapa kota
di jalur Pantura pulau Jawa. Jalur transportasi terputus akibat rusaknya beberapa jembatan. Seluruh
penerbangan menuju Semarang dialihkan dan dibatalkan.

1 Januari : Banjir bandang menewaskan 63 orang di Jember, Jawa Timur.

4 Januari : Tanah longsor di dusun Cijeruk, Banjarnegara, Jawa Tengah menyebabkan tewasnya 76
orang. Bencana ini diakibatkan hujan yang turun deras dan penggundulan hutan yang tak teratur.

2005

24 Januari : Gempa berkekuatan 6,2 SR mengguncang Palu, Sulawesi Tengah. Gempa tektonik yang
menggoyang Kota Palu dan Poso, Sulawesi Tengah, pada Selasa malam berkekuatan 5,5 pada skala
Richter, dengan pusat gempa terletak di Teluk Tomini.

2 Februari : Gempa berkekuatan 5,2 SR di bagian selatan Kabupaten Garut merobohkan puluhan rumah
dan merusak ratusan rumah lainnya. Tercatat juga adanya gempa susulan di Palu serta gempa di Pulau
Bali dan Lombok.

19 Februari : Gempa bumi berkekuatan 6,9 skala Richter mengguncang Bau-Bau sekitar pukul 08.00
WITA.

21 Februari : Longsor di TPA Sampah Leuwigajah di Kabupaten Bandung; setidaknya 67 orang tewas
tertimbun

28 Maret : Gempa bumi Sumatra 2005 terjadi pada pukul 23.09 WIB pada 28 Maret 2005. Pusat
gempanya berada di 2° 04′ 35″ U 97° 00′ 58″ T, 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km
sebelah barat Sibolga, Sumatra atau 1400 km barat laut Jakarta, sekitar setengah jarak antara pulau Nias
dan Simeulue. Catatan seismik memberikan angka 8,7 skala Richter (BMG di Indonesia mencatat 8,2)
dan getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya [1]. Dengan kekuatan
sebesar 8,7 SR, gempa ini merupakan gempa bumi terbesar kedua di dunia sejak tahun 1964. Segera
setelah terjadi, muncul peringatan akan kemungkinan datangnya tsunami yang akhirnya tidak terjadi.
Gempa ini kemungkinan terpicu oleh gempa sebelumnya pada bulan Desember 2004, gempa bumi
Samudra Hindia 2004. Gempa di Sibolga, Sumatra Utara menewaskan lebih dari seribu orang, dengan
jumlah korban terbesar dari Pulau Nias. Gempa tersebut menimbulkan kepanikan akan terjadinya
tsunami seperti beberapa bulan sebelumnya. Tsunami tidak terjadi.

12 April : Gunung Talang yang berada di daerah Solok, Sumatera Barat meletus dan menyemburkan
debu dan abu. Sekitar 27 ribu warga dievakuasi. Letusan tersebut disusul oleh lima letusan lanjutan yang
salah satunya menyebabkan gempa bumi berkekuatan 5,2 skala Richter.

19 Oktober : Banjir bandang di Semadam, Aceh Tenggara; sedikitnya 12 orang tewas.

2004

26 November : Terjadi gempa di Nabire, Papua. (Lihat pula: Gempa bumi Nabire 2004)

15 Desember : Banjir di Amuntai, Kalimantan Selatan terus meluas. Jumlah korban mencapai
seperempat jumlah penduduk Kab. Hulu Sungai Utara yaitu 200 ribu jiwa. Hingga saat ini tak ada laporan
adanya korban jiwa, karena terseret banjir atau yang tersengat listrik.

26 Desember: Gempa bumi di dekat pesisir utara pulau Sumatera mengakibatkan tsunami yang
memakan lebih dari 220.000 korban dari negara-negara di sekitar Samudera Hindia, termasuk 168.000
korban dari Indonesia.

Вам также может понравиться