Вы находитесь на странице: 1из 12

Benci Jadi Cinta

Bel istirahat akan berakhir beberapa menit lagi. Nadia keluar kelas dan berjalan cepat
menuju toilet. Di tengah perjalanan Nadia ditabrak oleh seseorang. Bruuk.. Nadia terjatuh.

“Aaw.. sial! jalan tidak bisa hati-hati.” gerutu Nadia.

Lalu, orang yang menabrak Nadia menjulurkan tangannya.

“Maaf aku tidak sengaja, sini biar ku bantu.” ucapnya sambil tersenyum.

Sejenak Nadia terdiam, ia mencoba melihat orang yang menabraknya. Laki-laki berpostur tinggi,
dengan wajah yang tampan menggunakan seragam rapi membawa tas punggungnya. Nadia tidak
mengenal laki-laki itu, ia baru pertama kali melihatnya disekolah.

“Tidak perlu aku bisa sendiri.” jawab Nadia cuek.

Dengan wajah yang masam ia berdiri dan melanjutkan perjalanannya. Laki-laki tinggi itu
mengernyitkan alisnya, ia tercenung karena gadis yang ditabraknya tidak mau menerima
bantuannya. Dalam hatinya, ia merasa ingin kenal lebih dekat dengan gadis yang baru saja ia
tabrak.

Teeet.. Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring, semua siswa tak terkecuali Nadia
masuk ke dalam kelas. Mendengar bel berbunyi laki-laki itu melanjutkan perjalanannya menuju
ruang Kepala sekolah.

Pak Tono selaku Kepala sekolah mengantar laki-laki itu menuju kelas yang akan di tempati.

“Anak-anak maaf Bapak mengganggu, Bapak ingin memberitahukan kalau kita kedatangan
murid baru. Silahkan perkenalkan diri.” Pak Tono mempersilahkan laki-laki itu untuk
memperkenalkan diri.

“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Takahashi Katsu kalian, salam kenal” ucap Katsu
tersenyum sambil membungkukan badannya.

“Katsu silahkan kamu duduk ditempat yang kosong.” Pak tono mempersilahkan Katsu duduk.

Katsu mengangguk dan berjalan menuju kursi tempat duduknya.


Mata Keina melebar ketika mendengar laki-laki itu menyapanya, ia ingat laki-laki itu adalah
laki-laki yang ia temui di lapangan sekolah.

“O..ohayou.” Balas Keina.”

Laki-laki itu tersenyum ketika mendengar jawaban Keina lalu, ia segera duduk di kursi kosong
tepat disebelah Keina. Laki-laki itu tidak berbicara lagi ia hanya focus memandang kedepan
mendengar penjelasan guru. Keina mengernyitkan alisnya ketika melihat laki-laki itu yang tiba-
tiba menyapanya dan sekarang tiba-tiba diam tanpa melihat ke arah Keina, ia sedikit kesal
dengan sikap laki-laki itu.

“Ohayou.” ucap Katsu seraya menjulurkan tangannya kepada Nadia.

“Aku sudah tahu, tadi kan kamu sudah memperkenalkan diri.” jawab Nadia, tanpa melihat ke
arah Rendy.

“Tapi aku belum tahu nama mu.” balas Rendy.

“Kamu tidak perlu tahu nama ku, sudah, pelajaran akan di mulai.” jawab Nadia cuek dan tetap
menghadap ke depan tanpa sedikit pun melihat Rendy.

“Sombong sekali gadis ini.” ucap Rendy dalam hati sambil memandang Nadia.

Dua jam pelajaran selesai, dan kini, saatnya para siswa pulang. Semua teman kelas Nadia sudah
pulang, hanya Nadia dan Rendy yang masih berada di dalam kelas. Nadia masih mencatat.
Rendy membereskan buku dan memasukkan ke dalam tasnya.

“Kamu tidak pulang?” tanya Rendy kepada Nadia.

“Kalau kamu mau pulang, ya sudah pulang saja, aku masih belum selesai.” jawab Nadia sambil
terus melanjutkan catatannya.

“Kamu pinjam catatan ku saja, aku sudah selesai.” Rendy menawarkan Nadia untuk meminjam
bukunya.

“Tidak perlu, sedikit lagi aku juga selesai. Kamu pulang saja sana.” Nadia menolak tawaran
Rendy.
Tanpa berbicara, Rendy keluar kelas meninggalkan Nadia dengan sedikit kesal. Rendy berjalan
menuju parkiran mengambil motornya lalu, menyalakannya dan segera pulang. Di tengah
perjalanan Rendy teringat kalau bukunya tertinggal di dalam meja tempat duduknya. Ia segera
kembali kesekolah. Sekolah terlihat sangat sepi, hanya ada penjaga sekolah yang masih di dalam.
Dengan cepat Rendy memakirkan motornya dan segera berlari ke ruang kelasnya. Ia tidak
menemukan sosok nadia di dalam kelas itu lagi, Rendy mendekati meja tempat duduknya dan
mengambil bukunya. Setelah memasukkan buku ke dalam tas, Rendy beranjak keluar kelas
menuju parkiran. Ia menyalakan motor dan segera keluar dari gerbang sekolah. Rendy berhenti
ketika melihat seorang gadis menggunakan seragam yang sama dengannya, dan membawa tas
berwarna pink sedang berdiri di dekat jalan terlihat kebingungan. Rendy mendekati gadis itu,
ternyata gadis itu adalah teman sekolah sekaligus teman duduknya di kelas.

“Kenapa kamu belum pulang?” tanya Rendy.

“Aku sedang menunggu bus.” jawab nadia tanpa melihat Rendy.

“Jam segini sudah tidak ada bus, kamu pulang dengan ku saja.” Rendy menawarkan untuk
pulang bersama.

Nadia tidak menjawab, ia tetap terdiam melihat jalanan dan masih tetap menunggu datangnya
bus. Rendy memakirkan motor di dekat Nadia, dan diam mengikuti Nadia menunggu bus. Sudah
satu jam mereka menunggu tapi tidak ada satu pun bus yang lewat.

“Ini sudah satu jam kamu berdiri menunggu bus, mau sampai kapan? Kamu pulang dengan ku
saja.” Rendy kembali menawarkan Nadia untuk pulang bersama.

“Kenapa kamu masih disini? Kalau mau pulang, pulang saja.” jawab Nadia dengan nada suara
sedikit kesal.

“Kamu ini perempuan Nad, kamu tidak takut sendirian disini? Pokoknya kamu harus pulang
dengan ku terserah kamu mau atau tidak. Sekarang cepat naik!” bentak Rendy sambil menarik
tangan Nadia.

“Sudah lepaskan, iya, aku akan pulang dengan mu.” dengan wajah kesal Nadia berjalan
mendekat dan naik motor Rendy.
Beberapa menit dalam perjalanan mereka pun sampai, kebetulan, kompleks rumah Nadia
berdekatan dengan rumah Rendy.

“Stop disini.” kata Nadia dan segera turun dari motor Rendy. “Terimakasih sudah mengantar
ku.” Nadia langsung berjalan masuk ke dalam rumah, tanpa mempersilahkan Rendy masuk.

Rendy terdiam melihat Nadia masuk ke dalam rumah. Setelah sosok Nadia hilang dari
pandangannya, Rendy kembali menyalakan motor dan berjalan menuju rumahnya. Sesampainya
dirumah Rendy masuk ke dalam kamar menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia memikirkan
semua yang ia lalui hari ini disekolah barunya.

“Baru pertama kali ini aku bertemu dengan gadis secuek Nadia, dia memang manis tapi, lebih
kelihatan galak.” gumam Rendy tentang Nadia.

Tak lama berbaring di kasur, Rendy tertidur karena kelelahan.

Sore hari, Nadia berniat ingin pergi ke toko buku, membeli novel. Nadia bersiap-siap, ia
menggunakan baju berwarna orange di padukan dengan jeans panjang yang ia senangi. Ia
berjalan keluar rumah menunggu bus di depan. Tidak lama Nadia menunngu bus pun datang, ia
segera naik. Tak lama dalam perjalanan Nadia sampai di toko buku, ia membayar bus, dan segera
turun lalu, Nadia berjalan memasuki toko buku. Nadia mencari novel yang di inginkan sambil
membaca kumpulan novel yang ada di rak. Nadia terus betjalan menelusuri rak buku yanga ada,
tidak sengaja Nadia bertemu seorang laki-laki yang ternyata itu adalah laki-laki yang selama ini
Nadia kagumi, ketua osis sekaligus kapten basket disekolahnya.

“Kamu lagi cari buku apa Ndy?” sapa Nadia.

“Eh Nadia.. Aku lagi cari komik buat adik aku, kalau kamu?” tanya Andy.

“Aku lagi cari novel.”

“Oh.. Kamu ke sini dengan siapa?”

“Aku tadi sendirian ke sini, naik bus.”

“Bagaimana kalau kita pulang bersama tapi, sebelum itu kita jalan-jalan dulu kamu mau tidak?”
"Mmm.. Baiklah tidak masalah.” Nadia menerima tawaran Andy dengan senang hati.

Mereka pergi kekasir untuk membayar buku setelah selesai, mereka keluar bersama dari toko
buku. Nadia menunggu Andy yang sedang mengambil motornya di parkiran. Andy mendekati
Nadia. “Ayo naik.” ucap Andy.

Nadia mengangguk dan segera naik ke motor Andy. Andy menjalankan motornya, ia bertujuan
untuk mengajak Nadia pergi ke taman. Tak lama dalam perjalanan mereka pun sampai. Andy
langsung memakirkan motornya di tempat parkir dekat taman. Mereka berdua turun dari motor
dan berjalan bersama memasuki taman. Mereka berjalan mengelilingi taman sambil
membicarakan banyak hal.

“Andy kita istirahat sebentar yuk! Aku sudah lelah berjalan.” ajak Nadia.

Andy menyetujui ajakan Nadia, mereka duduk disebuah kursi yang sudah di sediakan di taman.
Mereka berdua terdiam melihat suasana di sekitar taman.

“Nad kamu sudah punya pacar belum?” tanya Andy mulai membuka pembicaraan.

“Be..belum, kamu?” nadia balik bertanya.

“A..aku..”

Belum selesai Andy menjawab pertanyaan Nadia, hujan turun dengan sangat deras. Mereka
berlari mencari tempat untuk berteduh.

“Kita berteduh di sini saja Nad.” ucap Andy sambil memegang tangan Nadia, membimbingnya
ke sebuah pondok kecil.

Mereka berdua diam di sana menunggu hujan reda. Nadia tampak menggigil kedinginan,
kebetulan, Nadia tidak memakai baju panjang. Andy merasa kasihan melihat Nadia yang
menggigil kedinginan.

“Nad kamu pakai jaket aku saja.” Andy menawarkan Nadia untuk memakai jaketnya.

“Aku tidak apa-apa Ndy, kamu saja yang pakai.” Nadia menolak tawaran Andy.

Andy tidak menghiraukan apa yang dikatakan Nadia, ia tetap membuka jaketnya dan segera
menutupi punggung Nadia. Sontak, Nadia menolak jaket yang diberikan Andy untuknya.

“Tidak usah Ndy, aku tidak apa-apa.” tapi Andy tetap memaksakan Nadia untuk memakai
jaketnya.

Akhirnya Nadia tidak menolak lagi dan membiarkan jaket Andy menutupi tubuhnya yang basah
terkena air hujan. Nadia sangat senang bisa sedekat ini dengan Andy, sebelumnya, ia tidak
pernah berpikir bisa jalan-jalan berdua dengan Andy. Nadia tak henti-hentinya tersenyum
memperhatikan wajah Andy sambil berkhayal. Sampai ia tidak sadar bahwa Andy sedang
kebingungan melihat Nadia yang sejak tadi tersenyum melihatnya.

“Kamu kenapa Nad?” tanya Andy membuyarkan khayalan Nadia.

Nadia terkejut, ia jadi salah tingkah karena Andy yang sedang kebingungan melihatnya.

“Eh ng.. Tidak, aku tidak apa-apa kok Ndy.” jawab Nadia terbata-bata.

“Hujannya sudah agak reda Nad, kita pulang sekarang saja yuk, sebelum hujannya semakin
deras.” ajak Andy.

Nadia mengangguk, mereka berdua keluar dari pondok itu dan berjalan pulang.

“Terimakasih ya Ndy, sudah mengantar ku pulang.”

“Iya sama-sama Nad, aku pulang dulu ya takutnya hujan semakin deras. Sampai bertemu besok.”
Andy berpamitan kepada Nadia kemudian, langsung melajukan motornya meninggalkan rumah
Nadia.

Setelah sosok Andy tidak terlihat lagi, Nadia berjalan masuk ke dalam rumahnya. ia segera
mandi dengan air hangat untuk menghangatkan tubuhnya. Selesai mandi, Nadia mengambil
pakaiannya yang basah, Nadia baru ingat kalau ia belum mengembalikan jaket Andy tapi, karena
jaket Andy juga basah, Nadia berniat akan mencuci jaket Andy dan mengembalikannya besok
disekolah.

Nadia berjalan cepat menuju ke dalam kelas, lima menit lagi pelajaran akan dimulai. Ini adalah
pertama kalinya Nadia telat datang, biasanya, ia selalu datang lebih awal di bandingkan dengan
teman-temnanya yang lain.

Nadia merasa lega ketika sampai didepan kelas Guru belum datang, ia bergegas duduk di
kursinya sebelum Guru datang.

“kamu terlambat.” ucap Rendy.

“Apa peduli mu?!” jawab Nadia kesal.

“Aku..” kalimat Rendy terpotong ketika Guru masuk ke dalam kelas.

Nadia merasa kesal mendengar ucapan Rendy. Dari awal Nadia bertemu dengan Rendy sampai
sekarang saat mereka sudah mejadi teman sekalas bahkan teman satu bangku, Nadia tetap tidak
menyukai Rendy, ia selalu merasa kesal setiap kali Rendy mengajaknya berbicara.

Bel istirahat berbunyi, Nadia berniat untuk pergi mengantarkan jaket Andy ke kelasnya.

“Kamu mau kemana?” tanya Rendy ketika melihat Nadia membereskan bukunya dengan cepat.
“Bukan urusan mu.” jawab Nadia singkat lalu pergi meninggalkan Rendy.

Rendy merasa kesal, ia tidak terima melihat sikap Nadia yang selalu cuek padanya. Rendy ingin
mengetahui apa penyebab Nadia bersikap seperti itu padanya.

“Nadia tunggu!!” teriak Rendy mengikuti Nadia.

Nadia tetap melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Rendy yang berteriak


memanggilnya. Nadia menoleh kebelakang, ia melihat Rendy yang masih mengejarnya dan
hampir sudah dekat dengannya. Nadia berlari agar bisa menghindar dari Rendy tiba-tiba, Nadia
menabrak seseorang. Bruuk.. Nadia terjatuh bersama orang yang di tabraknya. Nadia terkejut
ketika melihat orang yang di tabraknya adalah Andy.

“Maaf Ndy aku tidak sengaja.” ucap Nadia merasa bersalah.

“Tidak apa-apa. Kamu baik-baik saja kan?” tanya Andy sambil menjulurkan tangannya
membantu Nadia untuk bangun.

“Iya aku baik-baik saja, terimakasih Ndy.” Balas Nadia tersenyum.


“Kenapa kamu berlari seperti itu?" tanya Andy.

“Tidak apa-apa, oh, iya, aku mau mengembalikan jaket mu yang kemarin Ndy. Aku lupa
memberikan mu kemarin.” jawab Nadia memberikan jaket itu kepada Andy.

“Oh, iya, tidak apa-apa.” balas Andy tersenyum.

“Akhirnya ketemu juga.” ucap Rendy yang tiba-tiba datang menepuk pundak Nadia.

Nadia terkejut melihat kedatangan Rendy.

“Eh, maaf aku ganggu ya?” tanya Rendy ketika melihat Andy.

“Ini pacar kamu ya Nad?” tanya Andy. “Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah
mengganggu kalian. Ya sudah aku pergi dulu ya.” pamit Andy pergi meninggalkan Nadia dan
Rendy.

“Tu..tunggu.” ucap Nadia ketika Andy berjalan pergi. “Ini semua gara-gara kamu!” marah Nadia
pada Rendy.

“Memangnya apa yang terjadi disini? Aku tidak mengerti.” jawab Rendy bingung.

Nadia pergi meninggalkan Rendy yang sedang kebingungan melihat sikap Nadia dan Andy.
Rendy mengejar Nadia yang berlari meninggalkannya.

“Hey, Nadia tunggu!” teriak Rendy.

Tiba-tiba, langkah Nadia terhenti. Ia melihat Andy sedang duduk berdua di kursi taman sekolah
bersama seorang gadis, mereka terlihat sangat mesra seperti sepasang kekasih yang baru saja
merasakan indahnya cinta. Nadia meraskan dadanya sesak, matanya sudah berkaca-kaca, ia tidak
tahan melihat apa yang ada di depan matanya sekarang ini. Sedikit demi sedikit air mata Nadia
jatuh membasahi pipinya, ia masih tetap diam melihat Andy bersama kekasihnya. Rendy
mendekati Nadia, ia bingung melihat Nadia yang tiba-tiba menangis. Rendy mencoba untuk
melihat ke mana arah mata Nadia memandang. Seperti yang dilihat oleh Nadia, Rendy juga
melihat dua orang yang sedang berpacaran. Rendy merasa kasihan melihat Nadia, ia
menggenggam tangan Nadia dan membawanya pergi dari tempat itu.
“Lepaskan!” teriak Nadia seraya mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Rendy.

Rendy tidak mendengarkan Nadia, ia tetap berjalan dan menggenggam tangan Nadia dengan
erat.

“Aku bilang lepaskan!” teriak Nadia lagi. Kali ini, ia menghentikan langkahnya sambil memukul
tangan Rendy.

Rendy mengikuti keinginan Nadia, ia melepaskan tangan Nadia. Nadia ingin pergi meninggalkan
Rendy, tapi langkah Nadia terhenti ketika Rendy memegang tangannya, dan membawa Nadia ke
dalam pelukannya. Nadia berontak ingin melepaskan dirinya dari pelukan Rendy, ia memukul
dada Rendy sambil tetap menangis, Rendy tidak mau kalah, ia memeluk Nadia semakin erat
sampai Nadia berhenti melakukan itu padanya.

“Kamu harus kuat Nad.” ucap Rendy sambil mengelus kepala Nadia.

Nadia hanya terdiam dalam tangisnya, ia tidak mampu berkata apa-apa hanya tangisannya yang
bisa mewakili perasaannya saat ini. Rendy membiarkan Nadia menangis dalam pelukannya
sampai Nadia bisa tenang.

“Kamu baik-baik saja kan Nad?” tanya Rendy melepaskan pelukannya saat Nadia sudah berhenti
menangis.

Nadia tidak menjawab ia hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.

“Aku antar kamu ke UKS ya? Kamu istirahat di sana.” Rendy membimbing Nadia berjalan.

“Tidak usah Ren, aku tidak apa-apa kok.” jawab Nadia tersenyum lalu, pergi meninggalkan
Rendy.

Rendy membiarkan Nadia pergi, mungkin dia butuh waktu untuk sendiri, pikir Rendy. Ia sedikit
senang melihat sikap Nadia yang sedikit berubah padanya.

Nadia berjalan menuju kelas, ia masih memikirkan kejadian yang ia lihat tadi. Hatinya masih
terasa sakit. Ia tidak pernah tahu kalau Andy sudah memiliki kekasih. Nadia mencoba untuk
menerima kenyataan pahit ini tapi, ia tidak bisa karena Andy adalah laki-laki pertama yang di
sukai Nadia semenjak masuk SMA ini.
Pelajaran akan segera dimulai para siswa bergegas masuk ke dalam kelas.

“Kamu yakin tidak ingin istirahat di UKS?” tanya Rendy yang kini sudah duduk disebelah
Nadia.

“Iya Ren, aku baik-baik aja kok.” kata Nadia. “Terimakasih ya Ren.” Sambungnya lagi.

“Terimakasih untuk apa?” tanya Rendy bingung, karena ia merasa tidak pernah melakukan apa-
apa.

“Terimakasih karena kamu sudah menenangkan ku dan terimakasih karena kamu selalu baik
pada ku. Maafkan sikap ku yang selalu cuek sama kamu ya?” ucap Nadia dengan tulus.

“Tidak apa-apa Nad. Aku bisa mengerti kenapa sikap mu seperti itu.” balas Rendy sambil
tersenyum.

Semenjak hari itu Nadia dan Rendy menjadi semakin dekat tidak seperti waktu pertama kali
mereka bertemu.

Nadia sangat sibuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan Guru padanya. Karena sudah satu
minggu ini Nadia tidak masuk sekolah di sebabkan karena sakit. Itu sebabnya, ia bekerja keras
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Nadia sudah berhasil melupakan Andy berkat
kehadiran Rendy yang selalu menemaninya dan selalu menghiburnya.

“Nad kamu makan dulu, dari tadi kamu belum makan apa pun.” ucap Rendy khawatir.

“Nanti saja, aku mau menyelesaikan tugas-tugas ini dulu.” jawab Nadia tetap fokus pada buku
yang ada didepannya.

Rendy keluar dari kelas ia berniat pergi ke kantin untuk membelikan Nadia makanan. Rendy
tidak ingin melihat Nadia sakit lagi. Setelah membeli makanan, Rendy kembali ke kelas.

“Ini kamu makan dulu.” ucap Rendy sambil memberikan roti yang di belinya untuk Nadia.

“Setelah semua tugas ini selesai, aku akan makan. Tunggu sebentar lagi.” Nadia tetap
melanjutkan pekerjaannya.
Karena merasa kesal, Rendy mengambil buku yang ada di depan Nadia. Nadia menghentikan
aktivitasnya dan menatap ke arah Rendy.

“Kembalikan!” ucap Nadia setengah marah.

“Aku akan mengembalikan buku ini setelah kamu makan.” jawab Rendy.

Nadia mencoba mengambil buku itu dari tangan Rendy tetapi, ia tidak berhasil, dengan terpaksa
Nadia mengikuti perkataan Rendy. Ia mengambil roti yang dibawa oleh Rendy lalu,
memakannya.

“Nah gitu dong, ini buku mu.” Rendy mengembalikan buku Nadia sambil mengacak rambut
Nadia.

Nadia dan Rendy tertawa bersama. Nadia sangat senang melihat sikap Rendy yang begitu peduli
padanya. sedikit demi sedikit Nadia mulai menyukai Rendy.

Malam harinya, Rendy pergi kerumah Nadia untuk memberikan Nadia makanan kesukaannya
sekaligus ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Nadia. Sampai di depan rumah Nadia,
Rendy mematikan motornya dan mengambil ponselnya. Rendy mengirim pesan kepada Nadia.
Beberapa menit setelah mengirim pesan, Nadia keluar dari rumahnya.

“Kamu mau apa datang ke mari?” tanya Nadia bingung melihat Rendy yang tiba-tiba sudah ada
di depan rumahnya.

“Aku mau memberikan ini untuk mu.” jawab Rendy memberikan satu bungkus martabak.

Nadia langsung mengambilnya dan melihat isinya.

“Terimakasih ya Rendy.” ucap Nadia senang.

“Nad aku mau mengatakan sesuatu.” ucap Rendy dengan serius.

Nadia mengangguk menatap ke arah Rendy sambil menunggu kalimat yang akan keluar dari
mulut Rendy.
“A..aku suka sama kamu Nad. Sebenarnya, aku sudah menyukai mu sejak kita pertama kali
bertemu tapi, saat itu kamu selalu menghindar dari ku dan selalu bersikap cuek pada ku. Aku
tidak memaksa mu untuk menerima ku, aku hanya ingin kamu mengetahui perasaan ku,
berteman dengan mu saja aku sudah sangat senang.” kepala Rendy tertunduk. Ia merasa lega
karena sudah mengungkapkan semuanya pada Nadia tapi, ia juga merasa takut kalau Nadia akan
membencinya.

Nadia mendekati Rendy lalu memegang tangan Rendy.

“Aku juga suka sama kamu Ren.” jawab Nadia. “Aku sudah salah menilai mu, kamu adalah
orang yang paling mengerti aku, kamu selalu ada untuk ku, kamu selalu punya cara untuk
membuat ku tertawa. Terimakasih Rendy. Aku ingin kamu tetap ada disamping ku.” ucap Nadia
tersenyum sambil menangis.

Rendy sangat senang mendengar ucapan Nadia. Rendy meraih tubuh Nadia kemudian langsung
memeluknya dengan erat.

“Aku janji akan selalu buat kamu bahagia.” ucap Rendy dengan tulus.

Nadia mengangguk, ia merasa sangat bahagia bisa memiliki Rendy. Laki-laki yang dulunya ia
benci kini, sudah berubah menjadi laki-laki yang sangat ia cintai. Malam itu adalah malam yang
paling bahagia untuk Nadia dan Rendy. Bulan dan bintang bersinar terang seakan ikut merasakan
kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh Nadia dan Rendy.

Вам также может понравиться