Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau
aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes
RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758
yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian.
Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli
epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu
berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara
peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-
nya tertinggi di Asia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari HIV/AIDS?
2. Apa penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
4. Pohon masalah / pathway HIV/AIDS?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV/AIDS?
6. Apa komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS
khususnya pada anak?
I.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai penambah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Selain
itu juga tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
9. Mengetahui Pohon masalah / pathway HIV/AIDS
4. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
5. Mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS.
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS
khususnya pada anak

2
I.4 Manfaat
Berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi siswa, baik penyusun maupun pembaca
adalah untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang Asuhan
Keperawatan HIV AIDS
2. Bagi institusi
Makalah ini bagi institusi pendidikan kesehatan adalah sebagai
tambahan referensi untuk menguji mahasiswa atau mahasiswinya tentang
Asuhan Keperawatan HIV AIDS
3. Bagi Masyarakat
Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan
tentang Asuhan Keperawatan HIV AIDS

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi fisiologi

2.1.1 Pengertian
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk
hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis
yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau
hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah memiliki warna merah yang berasal dari kandungan oksigen
dan karbon dioksida di dalamnya. Adanya oksigen dalam darah
diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna pada
peristiwa pembakaran/metabolisme di dalam tubuh.
2.1.2 Karakteristik Darah
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen
pembentuknya) tertahan dan berada dalam matriks cairan (plasma).

4
Darah lebih berat dan lebih kental dari pada air yaitu memiliki
berat jenis 1,041-1,067 dengan temperatur 380C dan PH 7,37-7,45.
Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua
kebiruan, tergantung pada kadar oksigen yang di bawa sel darah
merah. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah
(cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah
pada tubuh orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan
atau sekitar 4-5 liter. Jumlah darah tersebut pada setiap orang
berbeda-beda. Tergantung kepada umur, ukuran tubuh, dan
berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa pada tubuh.
2.1.3 Komponen Darah
a. Plasma 55 % dari volume darah
b. Sel darah 45 % dari volume darah
c. Plasma darah
1. Air (90-92 %) : sebagai pelarut, absorbsi dan
pelepasan panas
2. Protein ( 3%) :
a) Albumin : dihasilkan di hati berfungsi
mempertahankan tekanan osmotik agar
normal (25 mmHg)
b) Globulin : berfungsi untuk respon imun.
Berisi serum darah (Cairan yang tidak
mengandung unsur fibrinogen). Protein
dalam serum inilah yang bertindak sebagai
Antibodi terhadap adanya benda asing
(Antigen). Zat antibodi adalah senyawa
Gama Þ Globulin. Tiap antibodi bersifat
spesifik terhadap antigen dan reaksinya
bermacam-macam.
c) Antibodi yang dapat menggumpalkan
antigen Þ Presipitin.

5
d) Antibodi yang dapat menguraikan antigen Þ
Lisin.
e) Antibodi yang dapat menawarkan racun Þ
Antitoksin.
3. Fibrinogen ; berfungsi untuk pembekuan darah.
a) Mineral 0,9% (natrium klorida,
natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium dan zat besi)
b) Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak,
asam urat, kreatinin, kolesterol, gliserin dan
asam amino)
c) Zat hasil produksi sel, meliputi :hormone,
enzim, antibody
d) Zat hasil sisa metabolisme, meliputi :urea,
asam ureat
e) Gas-gas pelepasan, meliputi :O2, CO2, N2
2.1.4 Sel Darah

Leukosit

Eritrosit
Tromboasist

Gambar : Sel Darah Manusia


a. Eritrosit

6
Merupakan bagian utama dari sel darah. Berupa cakram
kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari
samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling
bertolak belakang. Berdiameter 8 mikron, dan mempunyai ukuran
ketebalan sebagai berikut: pada bagian yang paling tebal, tebalnya
2 mikron, sedangkan pada bagian tengah tebalnya 1 mikron atau
kurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah sebesar 83
mikron kubik. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat
5.000.000 sel darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar
atau stroma, berisi massa hemoglobin.
Hemoglobin merupakan protein kompleks terdiri atas
protein, globin dan pigmen hem (mengandung besi). Jadi besi
penting untuk Hb. Kebutuhan besi pria dan wanita berbeda karena
pria hanya kehilangan 1 mg besi/hari sedangkan wanita
kehilangan sampai 20 mg besi selama menstruasi normal.
Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin
(pigmen empedu).
Konsentrasi sel-sel darah merah di dalam darah pada pria
normal jumlah rata-rata sel-sel darah merah per millimeter kubik
adalah 5.200.000 dan pada wanita normal jumlahnya 4.700.000 .
Jumlah sel-sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis
kelamin, perbedaan umur, ketinggian tempat seseorang.
Fungsi sel darah merah antara lain :
1. Sel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh.
Sel darah merah akan mengikat oksigen dari paru–paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–
paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan
oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang
disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi
oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin
yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-

7
oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan
bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon
dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon
dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan
dikeluarkan di paru-paru.
2. Berfungsi dalam penentuan golongan darah.
3. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika
sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau
bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan
melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding
dan membran sel patogen, serta membunuhnya.
4. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat
hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk
melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah
supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan
oksigen.
b. Leukosit

Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar


dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Jumlah sel
pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah.
Jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing
yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan

8
petunjuk adanya infeksi. Lekopeni (berkurangnya jumlah leukosit
sampai di bawah 6000 sel/cc darah), Lekositosis (Bertambahnya
jumlah leukosit melebihi normal di atas 9000 sel/cc darah).
Fungsi sel darah putih antara lain :
a. Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera
b. Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya
c. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,
serpihan kayu, benang jahitan (catgut), dll dengan
cara yang sama.

c. Trombosit

Trombosit merupakan keping darah, asalnya dari sel


megakariosit dalam sumsum tulang merah. Jumlah
normalnya berkisar antara 200.000 – 350.000 per mm3
darah. Fungsinya yaitu memegang peranan penting dalam
pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal,
maka apabila terdapat luka dan darah tidak segera
membeku sehingga timbul pendarahan yang terus
menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut
trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000
disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat
suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa
pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor
pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII

9
(Anti Haemophilic Factor) Þ Jika seseorang secara genetis
trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka
orang tersebut menderita Hemofili. Pada penyakit demam
berdarah, jumlahnya sangat menurun (dikatakan
trombositopeni) dan pasien cenderung berdarah dibawah
kulit (purpura) atau di selaput lendir.
2.2 Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa
ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang


dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T
berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap
HIV. (Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu


retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus
adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut
mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah
rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN
(cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti
replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara
langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2.3 Etiologi

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak


sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya
berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan

10
gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian, gejala AIDS amat bervariasi.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human


Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis
yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa
sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

2.4 Klasifikasi

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO)


mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan
sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini
diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah
infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

11
a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang
c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea,
bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.

2.5 Patofisiologi

Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah


human immunodeficiencyvirus (HIV) yang melekat dan memasuki limfosit T
helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel
imunologis lainnya, dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara
bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang respons imunologis
diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-sel
tersebut berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.

HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk
melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga
terpengaruh dengan peningkatan produksi immunoglobulin total yang
berhubungan dengan penurunan produksi antibody spesifik. Dengan
memburuknya sistem imun secara progresif tubuh menjadi semakin rentan
terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam
memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit
multisystem yang dapat bersifat dolman bertahun-tahun karena menyebabkan
imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi
klinis penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily Lynn. 2009).

12
2.6 Phatway

Jarum suntik,Tranfusi Darah, Palsenta Ibu

HIV masuk dalam tubuh

Peredaran darah

Menginfeksi sel sel sasaran : sel T

Pelekatan pada reseptor sel T oleh gp 120 HIV

Fusi HIV pd membrane sel oleh gp 41

Masuk pada bagian tengah sitoplasma limfosit

Trankripsi RNA virus menjadi DNA

Rerintegrasi kedalam kromosom pejamu

Membentuk 2 untai DNA provirus

Meninggalkan inti sel

sitoplasma

13
Pemutongan pretein virus oleh HIV protease
Resiko Infeksi

Segmen-segmen kecil mengelilingi RNA virus


Penurunan system imun

Membentuk partikel virus menular


AIDS

Destruksi system imun


Menyerang sel-sel rentan lain

Di seluruh tubuh menyerang Menyebar ke seluruh sel tubuh


jaringan limfosid

Sarcoma Kaposi multi organ

Invasi kesaluran gasintetinal


Jaringan kulit Kondidiasis oral

Melekat dan merusak sel-sel


mukosa saluran GI Ketidaknyamanan
Vesikel pd kulit, intake makanan
herpes, lesi-lesi
kutaneus Iritasi mukosa
Anoreksia
Merangsang gerakan
Turgor kulit jelek peristaltic
Nutrisi tidak adekuat

Gangguan integritas kulit


Diare
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Pengeluaran cairan dan tubuh
elektrolit

Kekurangan volume cairan

14
2.7 Manifestasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6
bulan-10 tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60
bulan/5tahun pada orang dewasa. Tanda-tanda yang ditemui pada penderita
AIDS antara lain :
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke
dalam tubuh: sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan
380 C sampai 400 C dengan pembesaran kelenjar getah benih di leher dan
di ketiak, disertai dengan timbulnya bercak kemerahan pada kulit.
2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah
infeksi, dapat muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis
yaitu pembesaran getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya
di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering keluar keringat malam
tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas penurunan berat
badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak
di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan,
gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini diindikasikan
dengan adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan
menderita AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit
berbahaya seperti kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak,
infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC), diare kronik, candidiasis
mulut dan pneumonia.
Selain itu ada tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis
HIV menurut klasifikasi WHO, antara lain:
a. Gejala mayor:
1.Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
2.Diare kronis
3.Demam memanjang tanpa sebab
4.Tuberkolosis
b. Gejala minor

15
1. Limfadenopati generalisa
2. Kandidiasis oral
3. Batuk menetap
4. Distress pernapasan / pneumonia
5. Infeksi berulang
6. Infeksi kulit generalisata
2.8 Pemeriksaan penunjang
Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan
menguji HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western
blot. Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV
harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara
menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction)
atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi
(biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV.
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Cara langsung, isolasi virus dari sempel. umumnya dengan
mmenggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus.
Salah satu cara deteksi antigem virus adalah dengan polymerase
chain reaction (PCR). Pengguna CPR antaralain untuk:

a. Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu pada bayi sehingga
sehingga menghambat pemeriksaan serologis.
b. Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
c. Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
d. Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk
HIV-2 rendah
2. Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respon zat anti spefisik.
Tes, misalnya:
a. ELISA, sensitivitasnya tinggi(98,1-100%). Biasanya
memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hal

16
positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan Western
blot.
b. Western blot, spesifitas tinggi (99,6-100%). Namun
pemeriksaan ini cukup sulit, mahal, dan membutuhkan
waktu set\kitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk
konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
c. Immunofluorescent assay (IFA)
d. Radioimmunopraecipitation (RIPA)
2.9 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Peningkatan survival pada pasien dengan manifestasi klinis
dapat dicapai dengan diagnosis dini, pemberian zidovudin,
pengobatan komplikasi, seta penggunaan antibiotic sebagai
profilakksis secara luas khususnya untuk pneumonia karena
Pcarinii.
b. Infeksi dini.
CDC menyerahan pemberian antiretrofiral pada keadaan
asimtomatik bila CD4<300/mm 3,dan CD4 < 500mm3 pada
keadaan simtomatik. Obat-obatan:
1. Zidovodin (ZDV) merupakan analog nekleosida
yang telah terbukti menurunkan angka kematian insedens
infeksi oportunistik, dan gejala-gejala umum pada pasien
AIDS yang telah muncul gejala klinis. Zidovudin ini
berkerja dengan menghambat replikasi HIV dengan
menghambat kerja enzim reverse transcriptase. Obat ini
menekan P24 antigenamia, dan memproduksi amodest
biasanya transient,meningkatkan hitung sel CD4.
CD telah menyarankan pemakaian obat ini untuk
infeksi HIV. Folberding menyarankan pemberian CDV
bila hitungan CD4 > 500/mm3 tanpa melihat ada
tidaknya gejala. Dosis diberikan 500-600mg/
hari,pemberian 100mg/4 jam sewaktu penderita terjaga.

17
Efek samping yang timbul antara lain anemia dan
neutropenia, gangguan gas trointestinal, dan ppada
penggunaan jaka panjang dapat terjadi neopati dan
masuknya virus dengan strain yang telah berkurang
sensifitasnya.
2. Didanosis (DDI) , digunakan bila penderita tidak toleran
terhadap ZDV, atau sebagai pengganti bila ZDV sudah
lama digunakan, atau bila pengobatan dengan ZDV tidak
menunjukkan hasil.
Dosis 2x 100mg /12 jam (BB<60kg)atau 2x 125mg/ 12
jam (BB>60kg).
c. Profilaksis.
Indikasi pemberian profilaksi untuk pneumocystis carinii
pneumuniae ( PCP) iyalah bilaCD4<200/mm3, terdapat kandidosis
oral yang berlangsung lebih dari 2 minggu, atau pernah mengalami
infeksi PCP dimasa lalu. Sedangkan profilaksis pada tuberculosis
diberikan bila tes kulit PPD5 mm dengan indurasi.
d. Stadium lanjut.
Pada stadium ini banyak yang dapat terjadi, umumnya infeksi
oportunistik yang mengancan jiwa. Oleh karena itu diperlukan
penegangan multidisipliner. Obat yang dapat diberikan adalah
ZDV dengan dosis awal 1000mg/hari dalam 4-5 kali pembeian
(BB 70kg).
e. Pada fase terminal, yakni penyakit sudah tak teratasi, pengobatan
yang diberikan hanya sistomatik dengan tujuan pasien merasa
cukup enak, bebas dari mual, dan sesak, mengatasi infeksi yang
ada, dan mengurangi rasa cemas.
2. Nonmedikamentosa.
Mengingat hingga saat ini belum ditemukan vaksn yang dapat
mencegah serta obatyang dapat mengatasi masalah ini, maka upaya
pencegahan cara yang paling tepat untuk menurunkan insidens

18
penyakit ini. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
f. Pendidikan kepada kelompok yang berisiko yang terkana
AIDS.
g. Anjurkan bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak
menyumbangkan darah, organ atau cairan semen, dan
mengubah kebiasaan seksualnya guna mencegah terjadinya
penularan.
h. Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV.
2.10 Asuhan Keperawatan Secara Teori

A. Pengkajian

Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata
dimasa perinatal sekitar usia 9 –17 tahun:
Keluhan utama dapat berupa :
a. Demam dan diare yang berkepanjangan
b. Tachipnae
c. Batuk
d. Sesak nafas
e. Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :s

a. Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik


b. Diare lebih dan satu bulan
c. Demam lebih dan satu bulan
d. Mulut dan faring dijumpai bercak putih
e. Limfadenopati yang menyeluruh
f. Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
g. Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
h. Dermatitis yang mnyeluruh
B. Riwayat Penyakit Dahulu

19
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari
orang yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual.
Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :

a. Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau


penyalahgunaan obat
b. Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % tertular )
c. Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20
dari kehamilan
d. Adanya penularan pada proses melahirkan
e. Terjadinya kontak darah dan bayi.
f. Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
g. Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :

a. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual


b. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
c. Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
d. Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah
yang berulang
e. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas
yang tidak steril
f. Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :

a. Gagal tumbuh
b. Berat badan menurun
c. Anemia
d. Panas berulang
e. Limpadenopati
f. Hepatosplenomegali
C. Keadaan Umum
a) Tingkat kesadaran : composmentis

20
b) Berat badan : Biasanya berat badan klien ada yang gemuk
dan juga kurus akibat penyakit gagal jantung
c) Tanda-Tanda vital
1. Tekanan darah : Biasanya tekanan darah klien normal
atau menurun
2. Suhu : Biasanya suhu klien hipertermi atau meningkat
3. Pernafasan : Biasanya pernafasan klien mengalami
sesak nafas atau peningkatan
4. Nadi : Biasanya klien mengalami peningkatan denyut
nadi

D. Hand Toe Toe


a) Kepala:
 Inspeksi : Mengamati bentuk kepala, adanya
hematom/oedema, perlukaan.
 Palpasi : nyeri tekan, adanya deformitas, karakter lesi.
b) Rambut:
 Inspeksi : warna, kebersihan, tekstur rambut.
 Palpasi : kekuatan, konsistensi
c) Wajah:
 Inspeksi : kesimetrisan wajah
 Palpasi : nyeri tekan, lesi atau perlukaan
d) Mata:
 Inspeksi : kesimetrisan mata, warna konjungkitva,
scelera, pupil.
 Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi.
e) Hidung
 Inspeksi :adanya perlukaan, kesimetrisan hidung, tanda
radang, pernafasan cuping hidung.
 Palpasi : nyeri tekan, deformitas
f) Mulut:

21
 Inspeksi : kebersihan lidah, tekstur bibir, kelengkapan
gigi.
 Palpasi : perlukaan atau lesi
g) Leher:
 Inspeksi : adanya pembesaran kelenjar tiroid,
kesimetrisan
 Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi
h) Dada/Thorak
 Inspeksi :kesimetrisan dada, kedalaman retraksi dada,
frekuensi pernafasan, bentuk dada
 Palpasi : fremitus kiri dan kanan tidak sama dan
terdapat nyeri dada pada klien
 Perkusi : terdapat bunyi sonor
 Auskultasi : suara paru normal dan suara tambahan paru
i) Jantung
 Inspeksi : amati dan catat bentuk precordial jantung
normalnya datar dan simetris pada kedua sisi
 Palpasi : rasakan irama dan frekuensi jantung
 Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat
diperkusi
 auskultasi : normalnya s1 dan s2 tunggal
j) Perut/Abdomen
 Inspeksi : warna,bentuk dan ukuran perut
 Auskultasi : dengarkan suara bising usus normlanya
adalah sebanyak 8-35 per menit
 Palpasi :rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran
hati
 Perkusi : untuk menentukan suara timpani
k) Genetalia
 Inspeksi : kebersihan, penyebaran mons pubis, lesi atau
perlukaan
 Palpasi : nyeri tekan, tanda radang, perlukaan

22
l) Kulit dan kuku
 Inspeksi : kebersihan kulit dan kuku, kelengkapan
kuku, warna kulit dan kuku
 Palpasi : pada kuku amati CRT dan pada kulit lihat
turgor kulit
m) Ekstermitas
 Inspeksi : amati adanya kelainan tulang, kekuatan otot
dan tulang
 Palpasi : adannya krepitas atau deformitas

E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak
dengan HIV / AIDS antara lain :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
Batasan karakteristik : berat badan 20 %atau lebih di
bawah rentang berat badan ideal, bising usus hiperaktif,
diare.

Indikator keterangan SA ST

100401 Asupan gizi 2 5

100402 Asupan makanan 3 5

100403 Asupan cairan 2 5

100404 Energy 2 5

Intervensi:

a. Manajemen nutrisi
1. Kaji status perubahan nutrisi dengan
menimbang berat badan setiap hari
2. Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam
sekali dan turgor kulit

23
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
4. Rencanakan makanan enternal dan parenteral
5. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
6. Indentifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
7. Tentukan apa yang menjadi preferensi
makanan bagi pasien
8. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
9. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan makanan yang
lebih sehat
2. Kekurangan volume cairan
Batasan karakteristik : membran mukosa kering, kulit
kering, kelemahan.

Indicator Keterangan SA ST

060101 Tekanan darah 3 5

060116 Turgor kulit 3 5

060109 Berat badan ideal 2 5

060117 Kelembapan 2 5
membrane mukosa

Intervensi :

a) Manajemen nutrisi
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien)
untuk memenuhi kebutuhan gizi

24
2. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makan (misalnya, bersih, berventilasi ,
santai, dan bebas dari bau yang menyengat)
3. Anjurkan pasien terkaitdengan kebutuhan makanan
tertentu berdasarkan pekembangan atau usia
(misalnya, peningkatan kalsium, protein, cairan, dan
kalori untuk wanita menyusui, peningkatan asupan
serat untuk mencegah konstipasi pada orang dewasa
yang lebih tua)
b) Manajemen berat badan
1. Diskusikan dengan pasien mengenai hubungan
antara asupan makanan, olahraga, peningkatan berat
badan, danpenurunan berat badan
2. Bantu pasien membuat perencanaan makan yang
seimbang dan konsisten dengan jumlah energi yang
dibutuhkan setiap harinya
3. Hitung berat badan ideal pasien
c) Pemberian makan
1. Tanyakan pasien apa makanan yang disukai untuk
di pesan
2. Dorang orangtua/keluarga untuk menyuapi pasien
3. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan
4. Berikan air minum pada saat makan , jika
diperlukan
3. Kerusakan intregitas kulit
Batasan karakteristik : benda asing menusuk permukaan
kulit, gangguan volume cairan, nutrisi tidak adekuat.

Indikator Keterangan SA ST

110101 Suhu kulit 2 5

110103 Elastisitas 3 5

25
110104 Hidrasi 2 5

110106 Keringat 3 5

Intervensi :

a. Manajemen elekttolit/cairan
1. Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang
memburuk atau dehidrasi (misalnya ronchi
basah dilapangan paru terdengar , poliuria atau
oliguria, perubahan perilaku, kejang, saliva
berbusa dan kental, mata cekung atau edema,
nafas dangkal dan cepat)
2. Timbang berat badan harian dan pantau gejala
3. Berikan cairan dan sesuai
4. Minimalkan pemberian asupan makanan dan
minuman dengan deuretik atau pencahar
(misalnya teh, kopi, plum, supplement herbal)
5. Jaga infuse intravena yang tepat, tranfusi darah,
atau laju aliran enteral, terutama jika tidak diatur
oleh pompa
6. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
7. Monitor tanda tanda vital yang sesuai
b. Monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis inteke atau asupan
cairan atau serta kebiasaan eliminasi
2. Tentukan apakah pasien mengalami kehausan
atau gejala perubahan cairan (misalnya, pusing,
sering berubah pikiran, ngelamun, ketakutan,
mudah tersinggung, mual, berkedut)
3. Periksa turgot kulit dengan memegang jaringan
sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering,
mencubit kulit dengan lembut pegang dengan
kedua lengan dan lepaskan ( dimana kulit akan

26
turun kembali dengan cepat jika pasien
terhidrasi dengan baik)
4. Penurunan koping keluarga
Batasan karakteristik : individu pendukung menarik diri
dari klien, individu pendukung mengeluh kurang
pengetahuan yang mempengaruhi perilaku efektif,
individu pendukung mengeluh kurangnya pemahaman
yang mempengaruhi perilaku efektif.

Indikator Keterangan SA ST

260003 Menghadapi masalah 3 5


keluarga

260005 Mengelola masalah 2 5


keluarga

260006 Melibatkan anggota 2 5


keluarga dalam
pengambilan
keputusan

260020 Menetapkan 3 5
fleksibilitas peran

Intervensi :

a. Konseling keluarga
b. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut,
bersalah, dan kehilangan
c. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan
diri dan mekanisme koping dengan mengide
d. ntifikasi dukungan sosial
e. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
f. Monitor interaksi orang tua dan anak
g. Monitor tingkah laku orang

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut
misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak
menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem
kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah
terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
3.2 Saran
Karena sampai saat ini belum diketahui vaksin atau obat yang
efektif untuk pencegahan atau penyembuhan AIDS, maka untuk
menghindari infeksi HIV dan menekan penyebarannya, cara yang utama
adalah melakukan tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.

Kepada para pembaca khususnya perawat, diharapkan dengan adanya


makalah ini dapat melaksanakan tindakan yang tepat dan benar dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada penderita HIV/ AIDS

28
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

DR. Nursalam, M.Nurs dan Ninuk Dian Kurniawati, S.Kep. Ns. 2007. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS Edisi Pertama. Salemba Medika:
Jakarta.

Lily, V.L. 2004. Transmisi HIV dari Ibu ke Anak. Majalah Kedokteran Indonesia.
54.

T. Heather, Herdman. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan:


defines dan kalsifikasi. Jakarta: EGC

Copyright Elsevier. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed.5

Copyright Elsevier. Nursing interventions Classification (NIC). Ed. 6

29

Вам также может понравиться

  • Bab 1
    Bab 1
    Документ4 страницы
    Bab 1
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ29 страниц
    Bab 1
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • BAB III Askep
    BAB III Askep
    Документ6 страниц
    BAB III Askep
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ29 страниц
    Bab 1
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Документ12 страниц
    Peng Kaji An
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • MMMMMM
    MMMMMM
    Документ6 страниц
    MMMMMM
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Bronko Malasia
    Bronko Malasia
    Документ23 страницы
    Bronko Malasia
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Документ12 страниц
    Peng Kaji An
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Rencana Perawatan
    Rencana Perawatan
    Документ2 страницы
    Rencana Perawatan
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Anastesi Umum Dan Lokal
    Anastesi Umum Dan Lokal
    Документ4 страницы
    Anastesi Umum Dan Lokal
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Anastesi Umum Dan Lokal
    Anastesi Umum Dan Lokal
    Документ4 страницы
    Anastesi Umum Dan Lokal
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Rencana Perawatan
    Rencana Perawatan
    Документ2 страницы
    Rencana Perawatan
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Документ4 страницы
    Analisa Data
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Anastesi
    Anastesi
    Документ4 страницы
    Anastesi
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Pathway
    Pathway
    Документ2 страницы
    Pathway
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Saliva Dan Rontgen
    Saliva Dan Rontgen
    Документ6 страниц
    Saliva Dan Rontgen
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Anastesi
    Anastesi
    Документ4 страницы
    Anastesi
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Документ4 страницы
    Penggolongan Obat
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Документ11 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Farmakologi
    Konsep Dasar Farmakologi
    Документ5 страниц
    Konsep Dasar Farmakologi
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Saliva Dan Rontgen
    Saliva Dan Rontgen
    Документ6 страниц
    Saliva Dan Rontgen
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Urine
    Pemeriksaan Urine
    Документ4 страницы
    Pemeriksaan Urine
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Документ11 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ4 страницы
    Kata Pengantar
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Darah Lengkap PDF
    Pemeriksaan Darah Lengkap PDF
    Документ4 страницы
    Pemeriksaan Darah Lengkap PDF
    Anonymous e10ToaRh
    57% (7)
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Kisah Sahabat Nabi
    Kisah Sahabat Nabi
    Документ4 страницы
    Kisah Sahabat Nabi
    nur aisah
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Документ11 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan
    nur aisah
    Оценок пока нет