Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kunci Konsep :
Arteri hepatik menyuplai 45% sampai 50% keperluan oksigen pada organ hati portal
vena hepatik menyuplai sisanya dari 50% sampai 55%
Seluruh faktor pembekuan – kecuali untuk faktor VIII dan faktor von Willebrand –
semua di produksi dari organ hati. Vitamin K adalah cofactor yang penting pada
penggabungan prothombin ( Faktor II) dan faktor VIII, IX, dan X.
Banyak sekali macam dari tes “Fungsi Organ Hati” seperti pengukuran pada serum
transaminase. Serum transaminase lebih merefleksikani integritas hepatocellular
lebih dari fungsi hepatik itu sendiri. Pengujian fungsi hepatik sintetis meliputi
pemeriksaan serum albumin, prothrombin time (PT, atau internasional normalize
ratio), koleterol, dan pseudocholinesterase.
Angka albumin yang kurang dari 2.5 g/dL secara umum dapat terindikasikan sebagai
penyakit liver kronis, stress akut, atau juga malnutrisi yang parah. Meningkatnya
jumlah albumin pada urin (Sindrom Nephrotic) atau gastrointestial tract (kehilangan
protein enteropati) juga dapat memproduksi hypoalbuminemia.
Prothrombin time, dimana normalnya berkisar antara 11 sampai 14 sec, bergantung
pada nilai kontrol, mengukur aktifitas dari fibrinogen, prothrombin, dan faktor V,
VIII, dan X.
respon neuroendokrin pada operasi dan trauma, ditandai oleh tingginya level dari
catecholamines, glucagon, dan cortisol, mobilisasi penumpukan karbohidrat dan hasil
protein pada hyperglycema dan imbangan dari nitrogen negatif
Saat hasil dari tes liver tersebut tinggi pada pasca operasi, hal tersebut secara umum
terjadi karena penyakit liver itu sendiri atau dari prosedur pembedahan.
I. Anatomi Fungsional
Liver adalah organ terberat yang terdapat pada tubuh. Berbobot sekitar 1.500 g pada
orang dewasa. Liver i pishkan oleh falciform ligamen pada sisi kanan dan kiri lobus anatomi.
Lobus bagian kanan yang berukuran lebih besar memiliki 2 bagian lobus tambahan yang
lebih kecil pada bagian bawah-belakang, lobus candate dan kuadrat. Sebaliknya, bedah
anatomi membedakan liver berdasarkan penyuplaian darah. Jadi, lobus bgian kanan dan kiri
Liver tersusun dari 50.000 sampai 100.000 diskrit unit anatomik yang bernama
lobules. Setiap lobule menyusun plat-plat pada hepatocytesdan tersusun secara silindris di
sekitar pembulu darah centrilobular 4 sampai 5 bagian pada portal, tersusun dari
arterioleshepatik, portal venules, empedu canaliculi, lymphtics, dan saraf, yang mengelilingi
tiap lobule. Berbeda dengan lobule, acinus, unit fungsional pada liver, di pisahkan oleh
bidang portal di bagian tengah, dan terdapat pembulu darah centrilobular pada bagian
luarnya. Sell yang terletak paling dekat dengan bidang portal (Zona 1) merupakan sell yang
teroksidasi dengan cukup baik. Sedangkan sell yang terledak berdekatan dengan pembulu
darah centrilobular (Zona 3) adalah sell yang teroksidasi dengan kurang dan merupakan yang
paling rentan dengan cedera.
Darah dari arterioles hepatikdan portal veula bercampur dalam saluran sinusiodal
yang terdapat di antara plat sell dan bertindak sebagai kapilari. Saluran tersebut tersusun oleh
sell endothelial dan makrofag yang di kenal sebagai sell kupffer. sell kupffer mampu
menghilangkan bakteria endotoxin, virus, protein, dan benda partikular dari dara. Ruang
Disse terletak di ruang antara kapiler sinusidal dan hepatocytes. Pengaliran vena dari pusat
pembulu dara hepatik berpadu untuk membentuk pembulu darah hepatik (Kanan, tengah,
Bile canaliculi berpangkal di antara hepatocytes di dalam tiap plat dan dan saling
menggabung menjadi satu untuk membentuk saluran bile. Luas saluran limpatik juga
membentuk bagian dalam plat dan juga sebagai komunikasi dengan ruang dise.
Liver juga di suplai oleh saluran saraf symphatis , serabut parasymphateic (kanan dan
kiri Vagus), dan serabut dari bagian kanan saraf frenik. beberapa saaraf autonomik synapse
pertama dalam celiac plexus, dimana yang lain mencapai liver secara langsung via saraf
splanchinick dan cabang vagal sebelum membentuk hepatic plexus. Secara mayoritas, serabut
sensori aferen beredar dengan serabut symphateik.
Aliran darah hepatik dapat di nyatatakan normal apabila berkisar di antara 25% sampai 30%
dari output cardiac dan ini di suplai oleh arteri hepatik dan pembulu darah portal. arteri hepatik
mensuplai sekitar 45% sampa 50% kebutuhan oksigen pada liver. Dan pembulu darah portal
mensuplai sisanya yaitu 50% sampai 55%. Aliran hepatis arterial nampaknya bergantung pada
kondisi metabolisme(Autoregulation), dimana aliran melalui pembulu darah portal bergantung pada
aliran darah menuju sistem gastrointestinal dan limpa. Sejalan dengan hal tersebut, meskipun sedikit
terbatas, mekanisme tersebut tetaplah masih dan ada, seperti dua hal, artileri hepatik atau hasil
aliran pembulu darah portal sebagai sebuah keseimbangan pada peningkatan yang lain.
Arteri hepatik memiliki α1 reseptor adrenergik nasokonstriksi yang sama baiknya seperti β2
adrenergik, dopaminergik, (D1), dan reseptor cholinergik vasodilator. Pembulu darah portal hanya
vasokonstriksi pada arteri hipatik dan pembulu mesentrik, penurunan tekanan darah hepatik,
stimulasi vasolidates β-adrenergik pada arteri hepatik. Β-blockers mengurangi tekanan darah, dan
juga mengurangi tekanan pada portal.
Tekanan pembulu darah portal secara normal berkisar antara 7 sampai 10 mm Hg,
namun resistensi rendah dari sinusoid hepatik memungkinkan relativitas tekanan darah yang
tinggi/ luas melalui pembulu darah portal. Perubahan kecil yang terjadi kondisi vena hepatik
dan tekanan pada vena hepatik dapat berdampak pada perubahan yang besar pada volume
darah hepatik, dan memungkinkan liver untuk bertindak sebagai penampung darah.
Penurunan pada tekanan vena hepatik sebagai akibat selama pendarahan, mobilisasi darah
dari vena hepatik dan sinusoid ke dalam sirkulasi sentral pembulu darah dan memperbanyak
volume sirkulasi darah. Resiko Blood-loss pada saat pembedahan liver dapat di kurangi
dengan menurunkan tekanan sentral pada vena. Demikianlah cara untuk mengurangi tekanan
pada vena hepatik dan volume darah hepatik . Pada pasien dengan kongestif gagal hati,
peningkatan pada tekanan darah vena sentral tertransmisikan pada pembulu darah hepatik dan
menyebabkan penyumbatan pada hati yang tentu berdampak buruk pada fungsi organ hati.
Liver dan ginjal sangat unik dalam hal kapasitas untuk membentuk glukosa dari
laktat, pyruvate, asam amino (kebanyakan alanine), dan gliserol (dari metabolisme lemak).
Glukogeogenesis hepatik sangat penting dalam menjaga konsentrasi glukosa pada darah yang
normal. Glucocorticoids, catecholamines, glucagon, dan hormon tiroid secara luar biasa
meningkatkan gluconeogenesis, seangkan insulin menghalangi peningkatan tersebut. Saat
penyimpanan penuh dengan karbohidrat. Liver mengkonversi protein dan karbohidrat
berlebih menjadi lemak. Asam berlemak yang terbentuk dapat di gunakan secara langsung
sebagai energi atau atau tersimpan di jaringan adipose atau hati untuk cadangan konsumsi.
Secara dekat semua sell menggunakan asam lemak yang berasal dari lemak yang tertelan atau
Ammonia tersusun dari deaminasi ( terproduksi dari bakteri kolonik terserap melalui
usus) yang sangat high toxic untuk jaringan. Melalui langkah-langkah enzymatic, liver
menggabungkan 2 molekul amonia dengan CO2 untuk menciptakan urea. Urea yang telah
jadi siap untuk di difusikan keluar dari liver untuk kemuadian dapat di sekresikan oleh ginjal.
Beberapa sistem enzim, seperti cytochrome P-450, dapat di induksikan oleh beberapa
obat obatan, seperti ethanol, barbiturates, ketamin, dan mungkin juga benzodiazepines. Hal
tersebuat dapat memiliki hasil efek meningkatnya toleransi pada obat-obatan. Sebaliknya,
beberapa agen, seperti cimetidine dan chloramhenicol dapat memperpanjang efek dari obat-
obatan lain dengan menghalangi kerja enzim enzim. Beberapa obat, termasuk lidocaine,
morphine, verapamil, labetalol, dan propranolol memiliki nilai yang tinggi ekstraksi hepatic
pada sirkulasi. Dan metabolismenya yang tinggi masih bergantung pada angka aliran darah
hepatik. Sebagai hasilnya, penurunan pada pembersihan metabolisme biasanya merefleksikan
penurunan aliran darah hepatik daripada disfungsi hepatocellular.
Liver memainkan peran yang cukup mayor dalam hormon, vitamin, dan metabolisme
mineral. Hal ini merupakan tempat yang penting untuk konversi thyroxine (T4) ke dalam
triiodothyronine yang lenih aktif (T3), dan degradasi hormon thyroid terutama hepatik. Liver
juga merupakan bagian yang mayor umtuk degradasi pada insulin, hormon-hormon steroid
(estrogen, aldosterone, dan cortisol ), glucagon, dan hormon antidiuretik.Hepatosit adalah
bagian penyimpanan yang penting untuk vitamin A, B12, E, D, dan K. produksi hepatik
transferrin dan haptoglobin merupakan hal yang penting karena protein tersebut termasuk
dalam iron hemostasis, dimana seruloplasmin merupakan hal penting dalam copper
regulation.
Limphe memegang peranan yang penting dalam penyerapan lemak dak eksresi
bilirubin. Kolesterol dan banyak lagi obat-obatan. Hepatocytes secara berkelanjutan
mensekresi garam pada limpa, kolesterol, phospholipids, konjugasi bilirubin, dan substansi
lain pada limpa canaliculi.
Pembuluh pada limphe dari hepatik lobuli bergabung dan akhirnya membentuk
saluran hepatik kiri dan kanan. saluran tersebut, pada saatnya, akan bergabung untuk
membentuk saluran hepatik, dimana bersamaan dengan saluran cystic dari kantong empedu
Pada umumnya pelaksanaan tes liver tidaklah sensitif dan spesifik. Tidak ada satupun
tes yang mengevaluasi fungsi hepatik secara keseluruhan., merefleksi setidaknya satu aspek
fungsi hepatik dan harus terinterpretasikan pada konjugasi dengan tes lainnya dan assessment
pada pasien.
Banyak sekali tes “fungsi liver” yang ada, contohnya seperti pengukuran serum
transaminase, reflek integritas hepato selular lebih dari fungsi hepatik. Tes liver yang
mengukur fungsi hepatik sintetik termasuk juga serum albumin, prothombin time (PT, atau
international normalized ratio [INR]), kolesterol dan pseudo cholinesterase, dan lagi,
besarnya fungsi penyimpanan liver, cirrhosis mungkin saja menghadirkan sedikit
abnormalotas laboratory atau tidak sama sekali.
Terdapat enzim yang di lepaskan dalam sirkulasi guna sebagai hasil dari hepatoselular
yang luka atau mati. Dua aminotransferase secara umum dapat di ukur: aspartate
aminotransferase (AST) juga di kenal sebagai serum glutamic-axaloacetic transaminase
(SGOT), dan alanine aminotransaminase (ALT), dan juga di kenal dengan serum glutamic
pyruvic-transferase (SGPT).
Alkalin phoshpatase di produksi oleh liver, tulang, mangkuk kecil ginjal, dan
plasenta dan terekskresi ke dalam empeduserum aktif alkalin phosphatase yang normal
adalah 25-85 IU/L; anak –anak dan remaja memiliki angka level yang lebih tinggi guna
merefleksi pertumbuhan yang aktif. Kebanyakan enzim sirkulasi berasal dari tulang.: namun,
dengan obstruksi biliari banyak alka;in phosphatase hepatik tersintesis dan di lepas pada
sirkulasi.
Konsentrasi serum albumin yang normal berkisar antara 3.5-5.5 g/dL. Hal tersebut di
karenakan paruh-hidupnya berkisar antara 2-3 minggu, konsentrasi albumihn dapat bermula
normal dengan penyakit liver yanng akut. Stress akut, atau malnutrisi yang parah.
Peningkatan kadar kehilangan labumin yang tinggi pada urin (sindrom nefrotik) atau
gastrointestinaltract (hilanya protein eteropathy) juga dapat memproduksi hypoalbuminemia.
PT, yang dimana ambang normalnya berkisar antara 11 – 14 sec, bergantung pada
nilai kontrol, mengukuran aktifitas pada fibrinogen, prothrombin, dan faktor V, VII, dan
Xfaktor usia yang terbilang relatif pendek pada faktor VII (4 – 6 jam) membuat PT sangat
berguna dalam mengevaluasi hepatik sintetik pada pasien dengan penyakit liver kronis.
Perpanjangan terbaik pada PT lebih dari 3 – 4 sec dari kontrol, dapat di pertimbangkan
sebagai sebuah hal yang signifikan dan umumnya sesuai dengan INR >1.5. Karena hanya
20% sampai 30% faktor aktifitas normal yang di butuhkan untuk pembekuan yang normal,
perpanjangan pada PT pada umumnya mereflek pada penyakit liver yang parah atau
kekurangan vitamin K.
Aliran darah biasanya menurun pada saat dan selama anesthesia regional dan genera,
dan banyak faktor yang bertanggung jawab pada hal terbutm, termasuk efek langsung dan
efek tidak langsung dari agen anesthesi itu sendiri, tipe ventilasi yang bekerja, dan type
pembedahan yang sedang di jalankan.
Penurunan pada output cardiac mampu mengurangi aliran darah hepatik melalui
aktivasi reflek symphatheic, yaitu vasoconstricts arterial dan pembulu darah splanchnic
vasculature.
Efek hemodynamic pada ventilasi dapat juga memberikan hasil yang signifikan pada
aliran darah hepatik. Mengkontrol ventilasi tekanan-positif dengaan tekanan udara tinggi dan
rata untuk mengurangi kesempatan pembulu darah krmbali ke jantung dan mengurangi output
cardiac; pun mekanisme juga mampu untuk mengkompromikan tekanan darah hepatik. Bekas
Prosedur pembedahan yang berdekatan dengan liver dapat menurunkan tekanan darah
hepatik hingga 60%. meskipun mekanismenya masih kuran cukup jelas, namun mereka lebih
suka untuk memasukkan aktivasi sympathetic , rfleksi lokal, dan pegkompresasian pembuluh
langsung pada portal dan sirkulasi hepatik.
Efek dari agen anesthesi agen pada perantara metabolisme hepatik memasukan
karbohidrat, lemak, dan protein yang secara lemah di batasi. tekanan endocrine merespon
pada kedua pada masa puasa dan trauma pembedahan yang secara umum terobservasi.
tekanan neuroendochrine yang merespon pada pembedahan dan trauma di kategorikan level
kenaikan sirkulasi dari catecholamines, glucagon, dan cartsol, dan hasil dari mobilasi
penyimpanan karbohidrat dan protein, menyebabkan hyperglycemia dan keseimbangan
nitrogen negatif (Catabolisme). Tekanan neuroendoktrin merespon pada setidaknya
pembagian yang buntu oleh regional anesthesia (?)deep anesthesia general, dan/atau blokade
pharmacologikal sistem simpathetik, dengan anesthesia regional yang memiliki efek paling
beranfaat pada katabolisme. Semua opioid dapat berpotensi untuk kejang pada sfingter Oddi
dan meningkatkan tekanan biliari. Naloxone dan glukagon, kemungkinan dapat meredakan
kejang akibat induksi opioid. prosedur tertutup yang dekat pada liver secara frekuensi
menghasilkan kenaikan yang sedang pada dehydrogenase dan konsentrasi transminase tanpa
perlu memperhatikan agen anesthesi atau teknik pekerjaan. Saat hasil dari tes fungsi liver
meningkat saat pasca operasi, penyebab umum dari hal tersebut adalah dari pokok penyakit
liver tersebut atau prosedur pembedahannya. persistent abnormalitas pada pengujian liver
memungkinkan indikasi dari hapatitis viral (umumnya terelasi dengan transfusi), sepsis,
reaksi idiosyncratic obat, atau juga komplikasi pada pembedahan. penyakit kuning pada masa
pascaoperasi dapat di sebabkan dari banyak faktor, namun penyebab yang paling umum
Kunci Konsep
1.Karena Resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada peroperatif, maka penderita
hepatitis akut seharusnya melakukan operasi elektif sampai dengan reda gajala hepatitisnya
dibuktikan pemeriksaan fungsi liver
2. Isofluran dan sevofluran merupakan agen inhalasi pilihan karena mampu mempertahankan
hepatic flow dn delivery oksigen
4.Kurang lebih 10% dari pasien yang menderita sirosis hepatis mengalami Peritonitis
bakterial spontan Ataupun hepatoceluular carcinoma.
5. Perdarahan masiv dari varises esofagus merupakan faktor mayor morbiditas dan mortaltas
karena efeknya pada kardiovaskuler berupa kehilangan darah akibat pedarahan akut dan
hepatic encephalopathy akibat penyerapan produk akhir nitrogen akibat pemecahan darah.
7. Efek sirosis hepatis pada resistensi kapiler paru mungkin berdampak pada hipoksemia
kronis.
8. Hepatorenal syndrome adalah penurunan fungsi renal pada pasien sirosis hepatis yang
ditandai oliguria progresif , azotemia, ascites.
10. Pengembalian cairan cairan intravena yang agresif dioerlukan untuk mencagah hipotensi
dan gagal ginal
Pada penyakit liver kronis, penyebab dari terlalu banyaknya pendarahan terutama
yang melibatkan thrombocytopenia parah, disfungsi endothelial , hypertensi portal, gagal
ginjal, dan sepsis.meskipun begitu, perubahan hemostatic yang terjadi dengan penyakit liver
dapat menyebabkan hypercoagulation dan thrombosis, seperti peningkatan resko pendarahan.
kerusakan gumpalan kemungkinan dapat di tinggikan dengan fibrinolytic yang tidak
seimbang.
Penyakit liver kronis terkarakterisasi dengan faktor coagulatiom yang terganggu, hasil
pada prolongation prothrombine time (PT) dan internasional normalize ratio (INR). faktor
anticoagulant (protein C, anti trombin, jaringan faktor jalur inhibitor ) juga mengurangi dan
kemungkinan menyeimbangkan tiap efek sepanjang PT. hal ini juga memungkinkan
pengonfirmasian penilaian generasi thrombin dalam endolethial-produced thrombomodulin
yang ada. Produktrombin yang memadai membutuhkan jumlah trombosit fungsional yang
memadai pula. Jika jumlah hitungan trombosit adalah >60.000/µL, coagulasi mungkin akan
normal pada pasen dengan sirosis yang parah.
Hepatitis akut biasanya merupakan hasil dari infeksi viral, reaksi obat-obatan, atau
eksposur pada hepatotoxin. Sakit tersebut merepresentasikan kerusakan pada derajat variabel
necrosis. manifestasi klinis bergantung pada hasil pada reaksi inflimantory, dan, lebih
penting, derajat necrosis. reaksi inflamantasi ringan mungkin hanya akan memberikan elevasi
asymptomanic biasa pada serum transaminase, namun hasil necrosis hepatik yang masif
sebagai kegagalan fulminan hepatik akut.
Hepatitis viral umumnya ada pada hepatitis A, hepatitis B, atau infeksi viral hepatitis
C. Setidaknya dua virus hepatitis lainnya juga telah di identifikasi: Hepatitis D (virus delta)
dan hepatitis E (enteric non-A, non-B). Hepatitis tipe A dan E tertransmisi oleh rute fecal-
oral; sedang hepatitis tipe B dan C tertransmisi secara perkutan dan kontak dengan cairan
tubuh. Hepatitis D merupakan type yang unik karena dapat bertransmisi dengan kedua rute
diatas dan membutuhkan adanya virus hepatitis B untuk membuat lebih infektif. virus lain
juga mampu meng menyebabkan hepatitis, termasuk Epstein-Bar, herpes simplex,
cytomegalovirus, dan virus coxsackie.
Pasien dengan hepatitis viral seringkali memiliki masa mild prodromal illness
(kelelahan, perasaan tidak enak, demam, mual, dan muntah) delama 1 sampai 2 minggu dan
ada juga yg di sertai dengan penyakit kuning dan tidak. penyakit kuning secara tipikal
bertahan dari 2 hingga 12 minggu, namun untuk penyembuhan total, seperti yang telah di
buktikan pada pengukuran oleh serum transaminase biasanya memakan waktu hingga 4
bulan. Karena overlap pada manifestasi klinik tes serologikal penting untuk menentukan agen
viral causative. pada perkuliahan klinis cenderung lrbih rumit dan lama dengan virus hepatitis
B dan C di bandingkan dengan jenis virus hepatitis lainnya. Kolestasis dapat menjadi
manifestasi mayor.jarang sekali, kegagalan fulminan hepatik (nekrosis hepatik masif) dapat
hepatitis yang di induksi oleh obat daritoksidasi obat atau metabolit dosis secara
langsung, tergantung pada dosisnya, reaksi obat istimewa, atau kombinasi dari kedua
penyebab ini. perkuliahan klinis kerap membuat membuat pembelajaran dengan yang serupa
fengan virus hepatitis, dan haltersebut membuat diagnosa menjadi susah. hepatitis alkoholik
mungkin adalah bentuk yang paling umum dari hepatitis yang di induksi oleh obat, namun
etiologi mungkin tidak terlihat dari sejarah. konsumsi alkohol secara kronis dan berlebihan
juga menyebabkab hepato-megaly dari infiltrasi lemak hati. yang merefleksikan oksidasi
asam lemak yang terganggu, peningkatan serapandan esterifikasi asam lemak, dan sintesis
dan sekresi lipoprotein yang berkurang. Konsumsi asetaminofen 25 g atau lebih biasanya
menghasilkan hepa totoksisitas fatal fulmilan. Beberapa obar, seperti chlororomazine dan
kontrasepsi oral, dapat menybabkan reaksi tipe cholestatic.
Hepatitis kronis didefinisikan sebagai inflamasi persisten hepar selama lebih dari 6
bulan.ditandai dengan peningkatan serum aminotransferase. Pasien bisa digolongkan menjadi
3 bagian yaitu Kronik persisten hepatitis, Kronik lobular hepatitis, dan kronik aktif hepatitis.
Pasien dengan kronik aktif hepatitis mengalami inflamasi dengan perusakan arsitektur liver.
Pada umumnya merupakan sequele dari infeksi hepatitis B atau hepatitis C. Pasien biasanya
akan mengeluhkan fatigue (kelelahan) yang bersifat kronis , jaundice yang berulang
Pasien yang menderita kronik aktif hepatitis harus diasumsikan telah menjadi sirosis.
Sirosis hepatis meupakan suatu kondisi serius dan berkembang progresif ke arah kegagalan
fungsi liver.Distorsi dari arsitektur normal hati menutup aliran vena portal dan memicu
adanya hipertensi portal. Sedangkan gangguan pada fungsi sintesis dan metabolik akan
berakibat pada gangguan multisystem.Tanda dan gejala klinis seringkali kurang berkorelasi
dengan tingkat keparahan penyakit. Jaundicedan ascites paling banyak dijumpai pada
penderita hepatitis kronis. Sirosis berkaitan dengan terjadinya 3 komplikasi mayor yaitu 1)
Perdarahan vakibat varice esofagus. 2) ascites dan hepatorenal syndrome 3) Hepatic
encephalopathy.
Keberhasilan manajemen anestesi pada pasien sirosis tergantung pada pengenalan dan
pengendalian komplikasinya
Perdarahan akibat loss pada varices esofagus harus ditatalaksana (koreksi) dan
perdarahan harus dihentikan dengan metode surgikal maupun non surgikal. Pada metode non
surgikal bisa digunakan vasopresin , somatostatin dan propanolol. Tindakan surgikal antara
lain pemasangan SB tube atau bis menggunakan percutaneous trans jugular intrahepatik
portosystemic shunt.
Pada kasus sirosis didapatkan Anemia dan trombositopenia. Penyebab anemia bersifat
multifaktorial. dalam hal ini bisa disebabkan oleh kehilangan darah akut, peningkatan
destruksi sel darah merah , supresi bone marrow dan defisiensi nutrisi. Splenomegali
merupakan penyebab trombositopenia dan lekopenia. sedangkan defisiensi faktor koagulasi
terjadi akibat kegagalan fungs sintesis dari liver. Hal ini memicu adanya fibrinolisis dan
kondisi ini perlu dikoreksi sebelum dilakukan tindakan bedah. Terapi yang diberkan adalah
pemberian Fresh frozen plasma atau Cryoprecipitate. Pemberian transfusi Trombosit
dipertimbangkan jika hitung trombosit kurang dari 75.000 /mcL
Manifestasi Sirkulasi
Pada pasien sirosis didapatkan kondisi hiperdinamik dan bisa terjadi cirrhotic cardiac
myopathy. pada kondisi ini didapatkan penuruna respon kontraktil kardiak , down regulasi
pada reseptor Beta adrenergik. Disarankan pemeriksaan echocardiography.
Efek dari sirosis epatis pada paru adalah terjadinya chronic hypoxemia hal ini
menyebakan terjadinya shunting dan peningkatan Aa gradient.
Pulmonary vaccular remodelling mungkin terjadi pada pasien dengan chronic liver disese. Porto
pulmonary hpertensi dideskripsikan sebagai peningkatan tekanan pulmoner akibat gangguan aliran
sistem portal. Hipertensi portopulmoner ditandai dengan mean Pulmonary artery pressure >
25mmHg , PVR > 240 dyn.
Pada pasien dengan sirosis sering didapatkan hyperventilasi. Faktor yang berpengaruh antara lain :
Chronic hypoxemia
L to R shunting
Penurunan ekspansi paru akibat naiknya diafragma yang dipicu oleh ascites.
Disarankan untuk pemeriksaan analisa gas darah dan chest radiography. Parasentesis
direkomendasikan pada kasus masive ascites dan pulmonary compromised. Namun harus dilakukan
dengan hati hati untuk mencegah kolaps kardiovaskuler.
Mikhail , Morgan. 2013.Clinical Anesthesiology . Chapter 32 -33 Hepatic Physiology and anesthesia -
Anesthesia for Patient with Liver disease page 707 – 720.New York.Mc Graw Hill Publish.