Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Keturunan-keturunan Mulia
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus RasulNya Muhammad s.a.w maka kalau kamu
cinta kepada Allah, ikutilah ke mana dibimbing dan dipimpin oleh Rasul itu, niscaya cintamu
itu akan disambut Allah dengan cinta pula. Tetapi kalau kamu berpaling daripada pimpinan
itu, maka Allah tidaklah cinta kepada orang yang kafir. Adapun Muhammad sebagai Rasul,
ialah sambungan daripada Rasul-rasul yang telah lalu, yaitu manusia-manusia yang telah
dipilih oleh Tuhan sejak Adam; mereka adalah utusan menghubungkan cinta Tuhan dengan
cinta makhlukNya. Maka pada lanjutan ayat ini diterangkan dari hal rasul-rasul yang dipilih
Tuhan itu:
Adam sebagai bapak manusia. Dialah yang terlebih dahulu terpilih menerima wahyu dan
menyampaikan wahyu itu kepada anak-cucunya. Tidaklah di sini kita akan masuk kepada
perhitungan ulama, apakah Adam telah membawa syariat ataukah belum. Tetapi bahwa sudah
dilimpahkan wahyu kepadanya, tidaklah ada pertikaian faham diantara ulama. Di sinilah
timbul pendapat bahwa nabi dan rasul sama-sama mendapat wahyu. Tetapi nabi hanya
mendapat wahyu dan tidak membawa syariat. Sedang rasul mendapat wahyu dan di antara
wahyu itu mengandung syariat yang wajib disampaikannya kepada manusia. Itu sebabnya
maka seorang rasul dengan sendirinya adalah nabi, tetapi seorang nabi belumlah tentu bahwa
dia merangkap jadi rasul.
Maka segala yang beroleh wahyu, nabilah dia. Manusia yang pertama sekali mendapat
kehormatan terpilih menerima wahyu ialah Adam. Dari keturunan Adam ialah Nuh. Diantara
Adam dan Nuh ada lagi seorang nabi, yaitu Idris.
Tetapi di dalam ayat ini lebih dikemukakan Nabi Nuh sebab dia telah mulai membawa syariat
yang tegas kepada ummat manusia (lihat Surat 42, as-Syura,ayat 13),yang meskipun telah
diajarkan oleh Adam, namun anak cucunya telah mulai menyembah berhala.
Nabi Nuh itulah yang disuruh membuat bahtera untuk melepaskan orang-orang yang percaya
kepada Allah yang Tunggal. Maka ditenggelamkan Tuhanlah manusia yang menyembah
berhala itu dan diselamatkan manusia yang percaya dan mengikut kepada pimpinan Nuh. Di
antara anak Nuh yang terkenal dalam catatan sejarah ialah Ham, Sam dan Yafits. Dari
keturunan Nuh yang bernama Sam ialah kemudian lahir Ibrahim. Ibrahim disebut pada ayat
33 ini, keluarga Ibrahim. Sebab Ibrahim dengan beroleh kedua puteranya Ismail dan Ishak,
telah menurunkan keluarga yang besar. Ismail anak yang tertua telah mengembangkan bangsa
Arab Adnani dan Ishak telah mengembangkan Bani Israil.
2
Berpuluh nabi dan rasul telah ditimbulkan pada Bani Israil. Kemudian timbullah dari
keturunan Bani Israil itu keluarga Imran. Di dalam al-Qur'an ada tersebut dua Imran, tetapi
jaraknya lebih kurang 1.800 tahun. Imran yang pertama adalah ayah dari Nabi Musa, dan
Imran yang kedua ialah ayah dari Maryam, dan Maryam ini ibu dari Nabi Isa Almasih.
Adapun satu cabang dari keluarga Ibrahim yang dari puteranya Ismail tadi, dari sanalah
dipilih dan diutus pula Nabi Muhammad s.a.w Maka keluarga-keluarga yang mulia ini telah
diberikan kemuliaan nubuwwat dan risalat, mengatasi sekalian manusia. Sehingga bolehlah
dikatakan bahwasanya pimpinan rohani sebahagian terbesar dari ummat manusia didatangkan
Allah melalui keluarga-keluarga ini.
Oleh semua keluarga itu adalah satu dari keturunan, yaitu Nabi Adam dan Nuh, itulah sebab
dijelaskan di ayat 33 bahwa yang sebahagian adalah keturunan dariyang sebahagian.
Penyebar-penyebar agama Kristen di zaman kita ini selain menemukan bahwa al-Qur'an
bukanlah wahyu Tuhan, melainkan karangan Muhammad saja. Ceritera-ceritera mengenai
nabi-nabi yang dahulu itu menurut pendakwaan mereka hanya dicaplok saja oleh Muhammad
dari kitab-kitab mereka, terutama Perjanjian Lama. Kalau ada persamaan ceritera, mereka
jadikanlah itu menjadi bukti bahwa al-Qur'an hanya menyalin kitab suci mereka. Tetapi kalau
tidak ada persamaan itu, mereka tuduh pula al-Qur'an itu wahyu palsu sebab tidak cocok
dengan kitab mereka. Mereka menuduh al-Qur'an itu berkacau saja tentang nama-nama
orang. Jika terdapat dua Imran, yaitu Imran ayah Musa dan Imran ayah Maryam, mereka
katakan al-Qur'an telah salah catat.
Kalau dalam al-Qur'an pernah dipanggil orang Maryam itu "saudara perempuan Harun",
mereka ketawakan lagi. Karena kata mereka Harun itu ialah saudara Musa, bukan saudara
Maryam, sedang jaraknya kurang lebih 1.800 tahun. Mereka batalkan lagi karena al-Qur'an
mengatakan Haman wazir dari Fir'aun, sebab di dalam Perjanjian Lama (Kitab Ester) tersebut
bahwa Haman bukan wazir Fir'aun, melainkan wazir dari raja Ahasyweros.
Kalau hal ini dipertengkarkan, tidaklah akan putus-putus, karena masing-masing akan
mempertahankan pihaknya dan mendustakan yang lain. Tetapi kalau masuk ke dalam
gelanggang ilmiah, marilah dipersoalkan manakah yang lebih terjamin keaslian isi al-Qur'an
dengan keaslian kitab-kitab yang mereka pegang sekarang itu ? Apakah perjanjian lama yang
sekarang ini menurut asli yang diterima dari Musa ? Bukankah "Perjanjian Lama" baru
disusun kembali setelah 400 tahun Musa meninggal ? Dan itu terbukti dari jalannya riwayat
dalam kitab-kitab itu bahwa Nabi Musa hanya diceritakan sebagai orang ketiga.
Siapakah penulis kitab-kitab itu yang sebenarnya ? Ada kitab Ezra (Nabi Uzair) yang disebut
mengumpulkan kitab-kitab itu kembali. Siapa yang menuliskan "Kitab Ezra" itu ? Tidak
terang siapa penulis semua kitab itu. Tidak terang sampai sekarang ini! . Menurut undang-
undang berfikir secara ilmiah, dapatkah dibatalkan al-Qur'an, wahyu ilahi kepada Muhammad
s.a.w yang dicatat lengkap pada waktu beliau hidup, lalu disalin menjadi satu mushhaf di
zaman Abu Bakar dan disalin lagi mushhaf Abu Bakar itu di zaman Usman oleh satu panitia
yang terang nama-nama orangnya? Yang sepakat seluruh ahli pengetahuan sampai sekarang
ini bahwa tidak pernah selama 14 abad satu kalimatpun masuk kata-kata lain ke dalamnya.
3
Ada seorang laki-laki yang shalih namanya Imran, senama dengan ayah Nabi Musa yang
hidup 1.800 tahun sebelumnya. Sebab sejak zaman purbakala lagi, sampai kepada zaman kita
ini orang-orang yang shalih dalam agamanya suka sekali memakai nama orang-orang yang
mulia buat menjadi nama anaknya. Rupanya ayah Imran ini menamai anaknya demikian
karena ayah Nabi Musa yang besar itu, bernama Imran pula.
Laki-laki yang bernama Imran ini mempunyai seorang isteri yang shalih seperti dia pula. Lalu
dia hamil. Dalam dia hamil itu, bernazarlah dia, kalau lahir anaknya akan diserahkannya
menjadi abdi Tuhan, menyelenggarakan Baitul Maqdis, karena di antara keluarganya
sendiripun ada orang yang menjadi penyelenggara rumah suci itu, yaitu Nabi Zakaria, suami
dari kakaknya. Maka berserulah dia dalam do'anya agar nazarnya itu dikabulkan Tuhan:
فَتَقَبَّ ْل ِمنِي
"Sebab itu terimalah daripadaku,"
ا ْل َعلي ُم
"Lagi Mengetahui." (ujung ayat 35).
Betapa keinginan itu benar-benar tumbuh dari lubuk hatiku, nazar yang tumbuh dari hati yang
ikhlas.
Ternyata bahwa anak itu perempuan. Tentu yang diharapkannya dari semua ialah anak laki-
laki, sebab penyelenggara rumah suci adalah orang lakilaki belaka, sedang nazarnya sudah
bulat:
4
Di dalam perkataan itu nampaklah keterharuan hati perempuan yang shalih itu, bagaimana
aku ini, nazar telah dibulatkan, selahir anak akan diantar ke rumah suci, ternyata anaknya
perempuan. Apakah Tuhan bisa menerimanya? Sebab kalau Tuhan terima, dia masih tetap
akan memegang teguh nazarnya. Lalu datanglah keterangan Tuhan kepada RasulNya
Muhammad saw.
Meskipun anak itu dilahirkan perempuan, bukanlah dia perempuan biasa. Ibunya tidak
mengerti hal itu. Yang diketahuinya hanya bahwa anak itu perempuan. Pada pendapatnya
niscaya tenaganya mengurus mesjid Allah tidak akan sama dengan tenaga laki-laki, dan ada
lagi beberapa hari dalam sebulan dia tidak boleh mendekat ke tempat beribadat yang agung
itu. Dia tidak mengetahui apa yang diketahui Tuhan. Di kemudian hari baru ternyata, bahwa
dia akan dijadikan Allah suatu ayat bagi isi alam, bahwa sekali waktu seorang anak dara yang
suci, bersih dan shalih akan melahirkan seorang putera, dan putera itu Nabi Allah pula, yaitu
Isa Almasih, tidak menurut kebiasaan dunia yaitu dengan persetubuhan. Lalu Tuhan
menegaskan lagi:
Artinya tidaklah akan ada seorang laki-lakipun yang akan menjadi khadam rumah suci itu
yang akan serupa dengan perempuan yang dilahirkannya itu. Lalu isteri Imran menyambung
seruannya kepada Allah:
Dengan ujung do'a yang demikian, nampak sekali lagi bagaimana shalihnya perempuan ini.
Dia merasa anaknya yang perempuan ini lemah tidak berdaya dibanding dengan laki-laki,
namun nazarnya akan diteruskannyajuga. Sebab itu dia memohonkan kepada Tuhan agar
anak itu diperlindungi. Dan kelak sebab dia perempuan, moga-moga kalau ada keturunannya,
maka keturunan itupun moga-moga kiranya diperlindungi Tuhan juga dari segala perdayaan
dan pengaruh syaitan yang terkutuk, yang dirajam oleh kutuk Tuhan ke mana sajapun dia
mencoba memperdayakan.
5
Maksudnya mengantarkan anaknya itu ke rumah suci diterima Tuhan. Kebetulan untung baik
baginya, sebab kepala penyelenggara rumah suci itu adalah suami saudara perempuan ibunya,
yaitu Nabi Zakaria. Maka tersebutlah di dalam wahyu kepada Nabi kita bahwasanya berundi-
undianlah di antara khadam-khadam Allah itu siapa yang akan menjadi pengasuh Maryam itu
(lihat nanti ayat 44). Sebab masing-masing orang-orang shalih itu ingin, biarlah dia yang
mengasuh anak itu. Untung baik, jatuh undian kepada Zakaria.
Ada setengah tafsir mengatakan bahwa seketika Zakaria masuk, selalu didapatinya ada saja
makanan yang cukup untuk Maryam. Yang lebih mengherankan lagi, kata tafsir itu, di musim
panas ada saja makanan musim dingin dan di musim dingin ada saja makanan musim panas.
Tercengang Zakaria melihat:
Ibnu Jarir ath-Thabari menerangkan dalam tafsirnya, bahwa pada suatu masa Bani Israil
ditimpa kesusahan makanan, sehingga Zakaria tidak begitu kuat lagi menyediakan makanan
Maryam, sehingga diulangi sekali lagi mengundi. Maka kenalah undian pada seorang tukang
batu yang shalih. Maka selalulah tukang batu itu mengantarkan makanan kepada Maryam,
sehingga tidak kekurangan makanan.
Dan dapatlah juga kita merasakan bahwa tentu saja banyak orang yang kasih kepada gadis
kecil itu, sehingga dari mana-mana datang saja orang mengantarkan makanan buat dia, sebab
didengar bahwa dia telah membayar nazar ibunya mengkhidmati rumah suci. Rezeki yang
demikian adalah anugerah Allah yang tidak terkira-kira, yang menurut pepatah: "rezeki
datang tidak berpintu!"