Вы находитесь на странице: 1из 4

LAJU IMBIBISI DUA TIPE BENIH

Oleh :
Atika Eka Puji Lestari
201410200311082
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK
Imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air dengan ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya
akan mengembang. Proses imbibisi dipengaruhi oleh susunan kimiawi kulit dan cadangan makanan benih, umur
benih, tekanan osmosis air, permeabilitas kulit beih dan suhu. Laju imbibisi pada awal proses imbibisi
berlangsung relative cepat hingga sampai pada titik tertentu laju ini akan menurun. Mekanisme proses
penyerapan air dapat berlangsung karena adanya proses, difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi
merupakan salah satu proses difusi yang terjadi pada tanaman. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 8
November 2017 dan bertempat di Laboratorium Agronomi Universitas Muhammadiyah Malang. Laju imbibisi
tertingi ada pada benih jagung yaitu 0.68 pada perendaman selama 60 menit. Benih kacang tanah mencapai
0.043 pada perendaman selama 60 menit. Laju imbibisi terendah pada benih tanaman jagung sekitar 0.030 saat
perendaman selama 60 menit, dan pada benih kacang tanah yaitu 0.0207 saat perendaman selama 60 menit.
Kata Kunci : Imbibisi, Benih dan Air.
benih yang diperlukan untuk memicu
PENDAHULUAN perubahan biokimiawi dalam benih sehingga
Air merupakan salah satu syarat penting benih berkecambah. Jika proses ini terhambat
bagi berlangsungnya proses perkecambahan maka perkecambahan juga akan terhambat.
benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi (Nugraheni et al, 2009).
penyerapan air oleh benih adalah : sifat dari Untuk menghasilkan perkecambahan
benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah yang optimum sebagian besar benih
airyang tersedia pada medium sekitarnya. membutuhkan media perkecambahan dalam
Banyaknya air yang diperlukan bervariasi kondisi kapasitas lapang. Tahap awal
tergantung pada jenis benih. Tingkat perkecambahan tetap dapat berlangsung
pengambilan air juga dipengaruhi oleh menggunakan air yang tersedia dari kondisi
temperatur, temperatur yang tinggi kelembaban udara yang tinggi, meskipun
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan kondisi ini tidak cukup untuk mendukung
air (Sutopo, 2002). terjadinya perkecambahan secara lengkap.
Imbibisi merupakan penyusupan atau Perkecambahan pada umumnya terhambat
peresapan air dengan ruangan antar dinding apabila terlalu banyak air, hal ini disebabkan
sel, sehingga dinding selnya akan karena keterbatasan oksigen yang tersedia
mengembang, masuknya air pada biji saat (Direktorat Jenderal Pangan, 2005).
berkecambah dan biji serealia yang direndam Air di dalam proses perkecambahan berfungsi
pada beberapa jam (Pandey dan Sunha, 1995). untuk mencairkan zat-zat makanan yang
Proses imbibisi dipengaruhi oleh susunan berada dalam keping biji yang disalurkan di
kimiawi kulit dan cadangan makanan benih, dalam lembaga. Dalam lembaga telah tersedia
umur benih, tekanan osmosis air, permeabilitas bahan baku auksin dalam bentuk amino, yang
kulit beih dan suhu. Laju imbibisi pada awal dalam perkembangan pertumbuhan kecambah
proses imbibisi berlangsung relative cepat berubah menjadi auksin. Penyebarluasan
hingga sampai pada titik tertentu laju ini akan auksin ke dalam tubuh kecambah akan
menurun (Kuswanto, 1996). Imbibisi adalah berlangsung hingga ke pucuk akar. Untuk
tahap pertama yang sangat penting karena kelangsungan penyebaran ini secara mutlak
menyebabkan peningkatan kandungan air
dibutuhkan cukup air, tanpa air pertumbuhan
kecambah akan gagal total (Rismundar, 1999).
Bahan dan Alat
Mekanisme proses penyerapan air dapat
berlangsung karena adanya proses, difusi, Bahan yang digunakan dalam praktikum
osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi ini adalah benih jagung, benih kacang tanah
merupakan salah satu proses difusi yang dan aquades. Sedangkan bahan yang
terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan digunakan adalah cawan petri, stopwatch,
masuknya air pada ruang interseluler dari kamera, alat tulis, dan timbangan analitik.
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada Tahapan Penelitian
peristiwa perendaman inilah terjadi proses
imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam
Proses imbibisi juga memiliki kecepatan praktikum ini sebagaimana berikut :
penyerapan air yang berbedabeda untuk setiap 1. Menyiapkan alat dan bahan yang
jenis biji tanaman (Wachid, 2005). digunakan dalam praktikum.
Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan 2. Mengambil lima benih kacang tanah dan
sebagai suatu proses penyusupan atau lima benih jagung, kemudian
peresapan air ke dalam ruangan antar dinding membelahnya menjadi dua bagian sama
sel, sehingga dinding selnyaakan besar.
mengembang. Ada dua kondisi yang 3. Menimbang kedua kelompok benih
diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah tersebut secara terpisah dan mencatat.
adanya gradient, potensial air antara 4. Memasukan kedua kelompok benih
permukaan adsorban dengan senyawa yang tersebut kedalam cawan petri yang telah
diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung) berisi air destilasi hingga benar – benar
antara komponen adsorban dengan senyawa terendam.
yang diimbibisi. Luas permukaan biji yang 5. Setelah 15 menit, mengambil benih
kontak dengan air, berhubungan dengan tersebut dan mengeringkannya, lalu
kedalaman penanaman biji, berbanding lurus menimbang dan mencatat hasil
dengan kecepatan penyerapan air. Saat biji penimbangan.
kacang hijau yang kering direndam dalam air, 6. Mengulagi langkah sampai perendaman
air akan masuk ke ruang antar sel penyusun berlangsung selama 60 menit.
endosperm secara osmosis (Gardner, 1991). 7. Mencatat semua hasil pengamatan dalam
tabel.
BAHAN DAN METODE 8. Menguraikan alasan – alasan apa saja
yang dapat menjelaskan hasil percobaan
Waktu dan Tempat
tersebut.
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal
Rumus yang digunakan untuk menghitung
8 November 2017 dan bertempat di
Absorsi adalah:
Laboratorium Agronomi Universitas
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑛)− 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚(𝑛)
Muhammadiyah Malang. Rata Absorbsi = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑤𝑎𝑙
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel. 1. Hasil Pengamatan Laju Imbibisi Pada Dua Kelompok Benih
Bobot Bobot Pada Pengamatan 15 menit
Bobot
Ulangan Spesies Kadar Air Kering
Awal I II III IV
Awal
U1 1.435 0.6% 1.4255 2.176 2.176 2.415 2.503
U2 1.8 13.8% 1.55 3.80 1.90 1.96 2.02
U3 Jagung 3.13 45.7% 1.698 1.698 1.911 1.96 2.016
U4 1.430 0.20% 1.427 1.530 1.622 1.638 1.684
U5 1.3965 10.8% 1.2455 2.099 2.128 2.200 2.259
U1 1.9185 14.3% 1.6425 2.457 2.611 2.677 2.745
U2 3.40 67.35% 1.11 4.34 2.86 2.96 3.02
Kacang
U3 2.96 0.27% 2.368 2.975 2.540 2.555 2.630
Tanah
U4 2.238 0.26% 2.232 2.426 2.508 2.563 2.613
U5 1.9045 13.8% 1.6425 2.008 2.107 2.155 2.225

Tabel. 2. Data perhitungan Laju Imbibisi Dua Kelompok Benih


Rerata absorbansi air
Ulangan Spesies
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
U1 0.056 0.039 0.043 0.030
U2 1.3 - 1.22 0.038 0.68
U3 Jagung 4.77 7.77 2.89 3.30
U4 0.072 0.064 0.011 0.032
U5 0.399 0.071 0.058 0.047
U1 0.062 0.046 0.020 0.0207
U2 0.63 -0.90 0.047 0.06
U3 Kacang Tanah 4.52 2.74 0.63 3.17
U4 0.086 0.036 0.024 0.022
U5 0.052 0.060 0.029 0.043

Pada tabel hasil pengamatan laju imbibisi Pada tabel 1 telah diketahui bahwa benih
pada dua tipe benih yaitu didapatkan hasil kacang mengalami penambahan bobot pada
bahwarerata absorbansi benih jagung dan menit ke 1 hingga menit ke 4. Faktor-faktor
kacang tanah mengalami peruahan pada setiap yang mempenaruhi terbentuknya imbibisi pada
menitnya. Adapun jenis benih yang digunakan kacang adalah tekanan, kulit biji, benih dan
juga dapat mempengaruhi nilai absorbansi substratnya. Semakin kecil tekanan benih dari
benih. Sesuaidengan pernyataan Lakitan pada tekanan larutan, maka semakin besar
(2012) bahwa imbibisi terjadi pada benih yang proses imbibisi. Kulit biji tipis, mengandung
hidup.Pada benih yang hidup terdapat banyak substrat yang mudah larut dalam air dan benih
sel yang masih aktif dalam melakukan tidak kering, maka air yang diserap akan lebih
perembesan dan penyerapan molekul- molekul banyak dan sebaliknya. Tekanan benih lebih
air melewati dinding - dinding sel dari benih rendah dari tekanan larutan. Benih merupakan
yang mempunyai membran sel yang bersifat koloid yang merupakan matriks, bersifat
permeable. Hal tersebut menandakan bahwa hidrofil berupa protein pati, dan sellulosa.
air yang berada pada lingkungan masuk ke
sistem (benih) melalui proses difusi dan KESIMPULAN
osmosis. Hal ini sesuai dengan literatur Davlin Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel
and Witham (1992) bahwa dua kondisi yang diatas dapat disimpulkan bahwa :
cocok yang diperlukan untuk terjadinya 1. Laju imbibisi tertingi ada pada benih
imbibisi yaitu: (1) gradien potensi air harus jagung yaitu 0.68 pada perendaman
ada antara permukaan absorbsi dan imbibisi air selama 60 menit. Benih kacang tanah
dan (2) affinitter harus ada antara komponen mencapai 0.043 pada perendaman selama
absorbsi dan subtansi imbibisi. 60 menit.
2. Laju imbibisi terendah pada benih Marthen, E. Kaya dan H. Rehatta. 2013.
tanaman jagung sekitar 0.030 saat Pengaruh Perlakuan Pencelupan Dan
perendaman selama 60 menit, dan pada Perendaman Terhadap Perkecambahan
benih kacang tanah yaitu 0.0207 saat Benih Sengon (Paraserianthes falcataria
perendaman selama 60 menit. L.) dalam Jurnal Agrologia, Vol. 2, No.
3. Dua kondisi yang cocok yang diperlukan 1, April 2013, Hal. 10-16.
untuk terjadinya imbibisi yaitu: (1)
Nugraheni Widyawati, Tohari, Prapto Yudono
gradien potensi air harus ada antara
dan Issirep Soemardi. Permeabilitas dan
permukaan absorbsi dan imbibisi air dan
Perkecambahan Benih Aren (Arenga
(2) affinitter harus ada antara komponen
pinnata (Wurmb.) Merr.) dalam Jurnal
absorbsi dan subtansi imbibisi.
Agron. Indonesia 37 (2) : 152 – 158.
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
DAFTAR PUSTAKA
Mada Yogyakarta.
Devlin, R. M and F. H. Witham. 1992. Plant
Rismunandar. 1999. Hormon Tanaman dan
Physiology. Wardsworth Publishing
Ternak. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Company. California. 105 p
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta :
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2005.
PT. Raja Grafindo Persada.
Evaluasi Kecambah Pengujian Daya
Berkecambah. Direktorat Jenderal Wachid, M. Optimalisasi Zat Gizi Pada Proses
Tanaman Pangan Direktorat Perbenihan. Perkecambahan Pembuatan Taoge :
Depok. Kajian Suhu Dan Lama Perendaman
dalam GAMMA Volume 1, Nomor 2,
Gardner, F.P: R.B. Pearce and R.L. Mitchell.
Maret 2006: 112 – 117. Fakultas
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Pertanian Jurusan Teknologi Hasil
Terjemahan Diah, R.L dan Sumaryono.
Pertanian Universitas Muhammadiyah
Jakarta : UI Press.
Malang.
Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi
Produksi dan Sertifikasi Benih. Edisi
ke-1. Yogyakarta : ANDI.

Вам также может понравиться