Вы находитесь на странице: 1из 6

ADAT - ISTIADAT NEGERI ABUBU

Disusun Oleh :

Nama : Meyske Tanamal


NIM : 201821458

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PATTIMURA
2019
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
dariNya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala kemampuan dan
kekurangan yang ada pada penulis, sehingga makalah dapat terselesaikan dengan
mengambil judul:

“ADAT – ISTIADAT KAMPUNG ABUBU “

Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis panjatkan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, dan semoga
penulisan makalah dapat bermanfaat dan mebuka wawasan dan pemikiran
penulis dan pembaca

Ambon , Januari 2019

Penulis :

Meyske Tanamal
NIM : 201821458
BAB I

Latar balakang :
Adat – istiadatat merupan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia. Adat istiadat adalah kebiasaan tradisional masyarakat yang
secara turun temurun sejak lama. Setiap daerah di Indonesia mempunyai adat
istiadat yang berbeda – beda, termasuk adat istiadat di Negeri ( kampong ) Abubu
( Nusalaut ).

SEJARAH NEGERI ABUBU :

Abubu adalah sebuah Negeri ( kampung ) yang berada di Pulau Nusalaut.


Nusalaut sendiri adalah sebuah Pulau yang di berada di Pulau Lease yang
merupakan bagian dari Pulau Ambon. Nusalaut adalah sebuah Pulau yang
memiliki 7 Negeri ( Kampung ) dan salah satunya adalah Negeri ( Kampung )
Abubu. Abubu atau yang biasa di sebut juga Teong Kakerissa adalah sebuah
Negeri ( Kampung ) yang masih sangat kental dengan budaya adat – istiadat.
Abubu sendiri pada masa pra sejarah merupakan salah satu negeri penghasil
cengkih terbaik. Abubu sama seperti dengan Negeri ( kampong ) lainnya yang ada
di Maluku khususnya Pulau Ambon masi tetap menjalankan adat istiadat yang di
mana masi menggunakan sistem pemerintahan yang dipimpin langsung oleh
seorang Raja. Dan Raja Moyang Silawane Merupakan Raja pertama Negeri (
Kampung ) Abubu, setelah Raja Moyang silawane meninggal beliau di gantikan
oleh saudaranya yaitu Raja Moyang Kota untuk memimpin Negeri Abubu.
Setelahnya wafatnya Raja Moyang Kota diteruskan oleh Anaknya Raja Moyang
Abigael Samu – samu. Abubu juga masih tetap pada khas kebudayan Maluku yang
mempunyai kebudayan Pela Gandong. Seperti yang kkita ketahui sebagai
masyarakat Maluku pada umumnya hubungan Pela Gandoong adalah hubungan
persaudaraan / ikatan antar satu daerah ( Pulau ) dengan daerah yang lain,
sedangkan pela sendiri adalah ikatan persaudaran yang diikat seacara relasi yang
bersifat komunal atau personal,
Pela Gandong Abubu :

A. Gandong Pulau Nusalaut

Abubu merupakan bagian daripada sebuah Negeri yang terdapat dari Pulau
Nusalaut yang di mana mempunyai Gandong ( saudara kandung ) untuk Pulau
Ambalau.

Sejarah atau cerita dari gandong antara Nusalaut sendiri yang sering kita dengar
dan tersebar luar di lingkugan masyarkat Maluku bahwa pada zaman dulu di
pulau Nusalaut ada dua saudara kandung yang hidup baku saying namun karena
mereka berdua saling berebut Pohon sukun sehingga suatu kejadian aneh terjadi
sehingga Pohon sukun itu terbelah menjadi dua bagian dimana satu bagian ada di
saudara yang adik yang dinamakan Pulau Ambalau sementara bagian yang satu
ada pada saudara yang kakak di namakan Pulau Nusalaut, Nusalaut dan Ambalau
adalah dua saudara gandong yang berbeda keyakinan. Nusalaut yang
berpenduduk 100 % Kristen pada semua Negeri yang ada di Pulau Nuasalaut
termasuk Abubu.sementara Ambalau merupakan yang yang penduduk Negerinya
merupakan 100 % muslim.

B. Pela Abubu

Pela Abubu ( Kakerisa ) – Kamrian ( Amalohy ) sejarah Pela antara 2 desa menurut
galian sejarah adalah terjadi sebuah peristiwa genting yang mengharuskan
Pimpinan Desa Kamarian segera mengeluarkan perintah pemberian pertolongan
oleh rakyat Kamarian untuk menyelamatkan sejumlah besar anak buah dan
penumapang perahu Abubu yang mengalami bahaya tenggelam dilautan luas. Hal
ini terjadi menurut pengalian sejarah kira – kira pada tahun 1880 sewaktu
Belanda sedang giat – giat membuat peta pulau Seram, dimana mereka
menggunakan / memerintahkan pribumi AMBON dan LEASE, karena SERAM
masih saja mengalami permusuhan antar Suku Pegunungan dengan Suku
Pesisir.dengan adanya pertolongan ini, maka semua anak buah dan penumpang
perahu Abubu itu diselamatkan dengan susah payah dapat menghampiri pesisir
pantai dengan selamat. Didalam kurang lebih satu minggu berada di Desa
kamarian, terjadi tukar – menukar pikiran ( dialog ) tentang gedung sekolah
Rakyat yang pada waktu digunakan juga untuk beribadah atau gedung Ibadah itu
juga digunakan sebagai Sekolah Rakyat yaitu hari senin – sabtu untuk sekolah
sedangkan untuk hari Minggu digunakan untuk Beribadah. Adapun didalam dialog
itu terjadi penawaran dari Masyrakat Abubu disaat itu untuk suka rela tanpa biaya
membangun sebuah Sekolah Rakyat Kamarian dengan pengertian, bahwa bahan -
bahan bangunannya berupa Batu karang laut, pasir dan ramuan kayu, di
tanggung oleh Masyrakat Kamarian, dan dengan singkat cerita pada tahun 1902
setelah semua bahan bangunan semua telah siap, maka Masyarakat Abubu dan
kepala Desa Abubu datang ke Desa Kamarian pada tahun 1903 disertai para So’a
maka setalah mengadakan Rapat Saniri besar Desa Kamarian, maka terjadilah
upacar peletakan batu pertama pada Gedung Sekolah Rakyat yang dimaksud.
Sementara pembangunan Gedung Sekolah Rakyat sendiri memakan waktu yang
cukup lama yang dimana selesai pembangunan pada tahun 1906. Sesudah
peresmian gedung yang dimaksud oleh kedua kepala Desa Kamaria – Abubu di
umumkan dalam Rapat Besar Saniri Negeri dan Masyarakat Abubu secara resmi
diserahkan sebuah dusun sagu pohon yang disebut dusun Abubu dan sekaligus
Diikatkan HUBUNGAN PELA antara Desa Kamarian/Amalohy dengan Desa
Abubu/Amapati Kakerisa dengan beberpa ketentuan yang berlaku.
BAB II

ANALISA KEKRISTENAN TERHADAP KEBUDAYAAN :

Matius 7 : 9

Yesus berkata pula kepada mereka “ sungguh pandai kamu mengesampingkan


perintah Allah, supaya kamu dapat memilihara adat istiadatmu sendir.

Dari ayat Alkitab yang saya ambil sengaja mau saya jelaskan bahwa kebudayaan
adat istidat yang saya ambil untuk menyelasikan makalah saya tentang
kebudayaan dari Negeri Abubu yang di mana ingin saya member sebuah analisa
tentang hubungan Pela yang terikat antara Desa Abubu dengan Desa Kamarian
yang di latar belakangi oleh bantuan yang diberikan oleh masyrakat Desa
Kamarian dan keinginan atau dengan suka rela masyarkat Desa Abubu ingin
membantu membangun sebuah Gedung Sekolah yang jujga di gunakan untuk
Rumah Ibadah, sehingaa Hubungan Pela yang terikat antar kedua desa tidak serta
merta mengesampingkan Perintah Allah namun sebaliknya dilator belakangi oleh
hal yang sungguh terpuji dengan sikap saling tolong menolong dan membangun
sebuah Rumai Ibadah. Karena kita ketahui bahwa tanpa kita sadari adat istiadat
yang ada di Maluku meskipun kita meliki kepercayaan Akan Allah namun tidak
sedikit Adat istiadat yang membuat kita atau mengharuskan kita untuk beribadah
sesuai dengan Adat istiadat “ 2 Raja – Raja 1 : 33 Mereka berbakti kapada TUHAN,
tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka sesuai dengan adat
bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan, contohnya dengan
cara memangil roh moyang – moyang yang secara umum kita ketahui banyak
terjadi dalam Upacara – upacara Adat yang ada di Maluku. Padahal sebagai umat
beragama khusunya kita sebagai umat Kristen ketahui bahwa dalam Perintah
Allah di dalam Keluaran 20 : 5 jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu.
Bias kita bayangkan betapa cemburunya Tuhan kita melihat kita melakukan ritual
– ritual adat yang justru mengesampingkan Allah

Вам также может понравиться