Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Latin : Lector-oris (kata benda) ; lectere (kata kerja), yang artinya membaca, membacakan.
Dalam Ensiklopedia Gereja Katolik III, 1973, kata lector berisi dua makna :
1. Petugas pria awam yang dilantik secara tetap oleh uskup atau superior untuk
membacakan Kitab Suci (kecuali Injil) dan Mazmur kepada seluruh umat.
2. Warga umat, baik laki-laki maupun perempuan yang ditugasi membacakan Kitab Suci
dalam perayaan liturgi. (KHK kan. 230, 2).
Dasar :
1. Yesus membaca Kitab Suci di Bait Allah di Nazareth (Luk 4:16-30), tradisi Yahudi
4. Abad awal kekristenan : lector masuk dalam kategori tahbisan minor tingkat kedua
(ostiarius, lector, exorcista, acolythus}, tidak dikenakan kewajiban selibat. Munculnya
schola lectorum menunjukkan betapa pentingnya peran pembaca Kitab Suci. Kanon
Barat 8 : Ketika seorang lector ditahbiskan hendaklah Uskup berbicara tentang dia
kepada jemaat sambil menunjukkan kelayakan iman, hidup dan kemampuannya.
Setelah itu Uskup akan memberikan Kitab Suci untuk dibaca sambil berkata :”Terimalah
ini dan jadilah pewarta Sabda Allah”.
5. Konsili Vatikan II : hak membaca Injil diberikan kepada diakon, atau imam. Sedangkan
pembacaan lainnya diserahkan kepada lector (terlantik) atau awam, pria atau wanita,
yang memiliki kelayakan, mereka “harus sungguh terampil dan disiapkan secara
cermat untuk melaksanakan tugas ini, sehingga dengan mendengarkan bacaan-bacaan
dari naskah kudus, umat beriman dapat memupuk dalam diri mereka rasa cinta yang
hangat terhadap Alkitab” (PUMR 101).
2. Panggilan lector ada di bidang liturgi, yaitu peribadatnan kudus dimana Allah hadir dan
menyelenggarkan karya keselamatan-Nya, bukan seremonial belaka. Liturgi merupakan
tindakan kudus dari Kristus Imam Agung dan Tubuh-Nya, yakni Gereja (SC 7).
Sebagaimana Allah kudus hakikatnya, demikian pula Gereja dan liturgy itu sendiri suci
dari martabatnya. Oleh karena itu pelayanan lector hendaknya dilaksanakan dengan
citra batin liturgy yang agung dan mulia serta sikap penghayatan yang penuh rasa
hormat dan takut akan Allah, kedalaman syukur dan keheningan sukacita.
3. Peran lector terletak pada partisipasinya dalam pelayanan liturgis, menyadari tugasnya
sebagai panggilan pelayanan bagi umat Allah (PUMR 97). Dari para lector diharapkan
kemudahan untuk membiasakan diri serius dalam mempersiapkan diri, melatih
ketrampilan serta selalu mengadakan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan tugasnya.
Diharapkan pula agar mereka sesantiasa melakukan tugas pembacaan Sabda Tuhan
dalam norma kesempurnaan : benar, baik dan indah.
Beberapa pedoman penting cara membaca Kitab Suci menurut Katekismus Gereja Katolik :
109.
Di dalam Kitab Suci Allah berbicara kepada manusia dengan cara manusia. Penafsir Kitab
Suci harus menyelidiki dengan teliti, agar melihat, apa yang sebenarnya hendak dinyatakan
para penulis suci, dan apa yang ingin diwahyukan Allah melalui kata-kata mereka.
110.
Untuk melacak maksud para penulis suci, hendaknya diperhatikan situasi jaman dan
kebudayaan mereka, jenis sastra yang biasa pada waktu itu, serta cara berpikir, berbicara
dan berceritera yang umumnya digunakan pada jaman teks tertentu ditulis. “Sebab dengan
cara yang berbeda-beda kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dalam nas-nas yang
dengan aneka cara bersifat historis, atau profetis (kenabian). Atau poetis (sastra), atau
dengan jenis sastra lainnya”. (DV 12,2) Dei Verbum.
111.
Oleh karena Kitab Suci diilhami, maka masih ada satu prinsip lain yang tidak kurang
pentingnya guna penafsiran yang tepat, karena tanpa itu Kitab Suci akan tinggal huruf mati
saja. “Akan tetapi Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan dalam
Roh itu juga”. (DV 12,3) Dei Verbum.
Jadi lector adalah :
-Persiapan teknis :
Kitab Suci berisi kisah-kisah yang berasal dari berbagai lingkungan geografis alam, social,
dan budaya tertentu, yang berbeda dengan yang ada sekarang. Pengetahuan terhadap hal
ini dapat membantu lector dalam menginterpretasikan secara tepat.
Nama Uraian
3. Pigura
: bentuk ujaran perikop, yang juga harus dipelajari, dicermati dan dipahami oleh seorang
lector.
Nama Uraian
o) Kejelasan artikulasi : cara membuka mulut; diksi : pemilihan kata dan gaya ekspresi
penulis atau pembicara, seni berbicara jelas, sehingga setiap kata dapat didengar dan
dipahami (pengucapan dan intonasi); cara membunyikan huruf vocal/huruf hidup
dengan benar ( huruf i, e & a : huruf terang ringan ; huruf o & u : huruf gelap berat).
o) Aksentuasi : pemberian tekanan pada bagian penting yang perlu dipertajam untuk
mendapatkan perhatian lebih.
o) Resonansi : suatu gejala bunyi yang dikembalikan dari suatu ruangan, semacam gema.
Tanpa resonansi pita suara hanya menimbulkan bunyi yang lemah, karena panjang pita
suara hanya 1,5 – 2 cm. Dengan adanya resonansi suara manusia menjadi lebih indah
(alat resonansi : dada, mulut, hidung dan kepala)
Misalnya : saat Yesus berdoa, membaca dengan menggunakan resonan dada dan mulut;
saat Yesus meredakan angin atau marah di Bait Allah menggunakan resonan kepala.
o) Intonasi : alunan bacaan disesuaikan dengan tanda-tanda baca, apakah kalimat tanya,
perintah, nasehat, berita, dll. Menurut Rm. J. Waskito SJ, nada seorang lector ada dua, yakni
Arsis (kalimat yang tekanan kalimat akhirnya dinaikkan) dan Thesis (kalimat yang tekanan kalimat
pada akhir kalimat diturunkan)
Arsis Thesis
(Yeh. 1 : 13)
(Sir. 2 : 1)
3. Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi- tempat Engkau menetap
Mu,
selama-lamanya.
(1 Raj. 8 : 13)
4. Saya tidak mengerti apa maksud pertanyaan itu, makanya saya tidak
menjawab.
o) Volume suara : keras lembutnya suara, kokoh, nyaring, mewakili sifat kalimat, mampu
menjangkau pendengar.
o) Komunikasi : membangun hubungan kontak dengan pendengar secara baik, melalui mata,
ekspresi dan mimik wajah.
- Pandanglah ke seluruh umat untuk memastikan bahwa umat telah siap mendengarkan
Sabda Tuhan, kemudian barulah mulai membaca.