Вы находитесь на странице: 1из 11

Pengertian Hadits dan Macam-macam Hadits Bacaan Madani 10:10:00 PM Bacaan Islami ,

Hadits 2 Comments Hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad , baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arab: taqrîr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan
setelah diangkat sebagai Nabi (Arab: bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti
hadits di sini semakna dengan sunnah. Hadits yang dapat dijadikan pegangan adalah hadits
yang dapat diyakini kebenarannya. Untuk mendapatkan hadits tersebut tidaklah mudah karena
hadits yang ada sangatlah banyak dan sumbernya pun berasal dari berbagai kalangan.

A. Dari Segi Jumlah Periwayatannya. Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak
sedikitnya perawi yang menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits
dibagi menjadi dua macam, yakni a) Hadits mutawatir, dan b) Hadits Ahad.

1. Hadits Mutawatir.

a. Pengertian Hadits mutawatir. Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti
beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah
ialah Suatu hasil hadits tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi,
yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.

b. Pembagian Hadits Mutawatir.

Para ulama membagi hadits mutawatir menjadi 3 (tiga) macam :

a) Hadits Mutawatir Lafzi. Hadits yang lafad-lafad para perawi itu sama, baik hukum maupun
ma’nanya.

b) Hadits Mutawatir Ma’nawy. Hadits yang berlainan bunyi lafaz dan maknanya, tetapi dapat
diambil dari kesimpulannya atau satu makna yang umum.

c)Hadits Mutawatir Amaly. Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari
agama dan telah mutawatir di antara kaum muslimin bahwa Nabi melakukannya atau
memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu

2. Hadits Ahad.

a. Pengertian hadis ahad. Menurut Istilah ahli hadis, pengertian hadis ahad ialah hadits yang
tidak berkumpul padanya syarat-syarat mutawatir.

b. Pembagian Hadits Ahad. Pembagian hadits ahad dilihat dari jumlah periwayatannya di bagi
kepada tiga tingkatan yaitu : a) Hadits Masyhur. Hadits yang di riwayatkan oleh tiga orang atau
lebih,serta belum mencapai derajat Mutawatir. b) Hadits ‘Azis. Hadits yang diriwayatkan oleh
dua orang, walupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja,kemudian
setelah itu,orang-orang pada meriwayatkannya. c) Hadits gharib. Hadits yang dalam sanadnya
terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja penyendirian dalam
sanad itu terjadi.
B. Dari Segi Kualitas Sanad dan Matannya.

Para ulama membagi hadis ahad dalam tiga tingkatan, yaitu hadits sahih, hadits hasan, dan
hadis daif. Pada umumnya para ulama tidak mengemukakan, jumlah rawi, keadaan rawi, dan
keadaan matan dalam menentukan pembagian hadis-hadis tersebut menjadi hadis sahih,
hasan, dan daif.

1. Hadits Sahih. Hadits Sahih adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil,
sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan tidak janggal. Hadits
shahih terbagi kepada dua bagian:

a) Shahih li-dzatihi. Hadits yang sanadnya bersambung-sambung, diriwayatkan oleh orang yang
adil, sempurna hafalannya dari orang yang sekualitas dengannya hingga akhir sanad, tidak
janggal dan tidak mengandung cacat yang para

b) Shahih li-ghairih. Hadits yang keadaan rawi-rawinya kurang hafidh dan dhabith tetapi
mereka masih terkenal orang yang jujur, hingga karenanya berderajat hasan, lalu didapati
padanya dari jalan lain yang serupa atau lebih kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan
yang menimpanya itu.

2. Hadits Hasan. Hadits Hasan adalah hadits yang dinukilkan oleh orang yang yang adil yang
kurang sedikit kedhobitannya, bersambung-sambung sanadnya sampai kepada nabi SAW. dan
tidak mempunyai ‘Illat serta syadz. Menutut Ibnu Shalah, hadits hasan itu dapat dibagi menjadi
dua:

a) Hasan li-dzatihi. Berita Hadits yang terkenal para perawinya tentang kejujuran dan
amanahnya tetapi hafalan dan keteguhan hafalannya tidak mencapai derajat para perawi hadits
shahih.

b) Hasan li-ghairih Hadits yang sanadnya tidak sepi dari seorang yang tidak jelas perilakunya
atau kurang baik hafalannya dan lain-lainnya.

3. Dari Segi Kedudukan dalam Hujjah. Hadits ahad ahad ditinjau dari segi dapat diterima atau
tidaknya terbagi menjadi 2 (dua) macam yaitu hadits maqbul dan hadis mardud.

a. Hadits Maqbul. Maqbul menurut bahasa berarti yang diambil, yang diterima, yang
dibenarkan. Sedangkan menurut urf Muhaditsin hadis Maqbul ialah Hadis yang menunjuki suatu
keterangan bahwa Nabi Muhammad SAW menyabdakannya. Jumhur ulama berpendapat bahwa
hadis maqbul ini wajib diterima. Sedangkan yang temasuk dalam kategori hadis maqbul adalah:
a) Hadits sahih, baik yang lizatihi maupun yang ligairihi. b) Hadits hasan baik yang lizatihi
maupun yang ligairihi.
b. Hadits Mardud. Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak; yang tidak diterima. Sedangkan
menurut urf Muhaddisin, hadis mardud ialah Hadis yang tidak menunjuki keterangan yang kuat
akan adanya dan tidak menunjuki keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya
dengan ketidakadaannya bersamaan. Jadi, hadis mardud adalah semua hadis yang telah
dihukumi daif. 4. Hadits Daif. Hadits daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits
sahih, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadits hasan

D. Dari Segi Tempat Penyandarannya. Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan,
apakah disandarkan pada Allah, Nabi SAW., shahabat ataukah disandarkan kepada yang
lainnya, maka hadits itu dapat dibagi menjadi:

1. Hadits Qudsi Yang disebut hadits Qudts –Qudsy atau hadits- Rabbany atau hawadits-lahi,
ialah sesuatu yang dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham , yang
kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau.

2. Hadits Marfu’. Hadits Marfu' adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik berupa
perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun sanadnya itu
terputus.

3. Hadits Mauquf. Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa
perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun sanadnya itu
terputus.

4. Hadits Maqtu’. Hadits Maqtu' adalah yang disandarkan kepada tabi’in dan tabi’ut tabi’i serta
orang yang sesudahnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau lainnya

Perngertian sanad, matan, rawi,dan rijalul hadist

1. sanad

pengertian sanad

sanad menurut bahasa berarti sandaran,yang dapat dipercayai atau dibuktikan.

Sedangkan menurut istilah, yakni jalan yang dapat menghubungkan matan hadist kepada Nabi
Muhammad saw, misalkan hadist yang diwirayatkan oleh bukhori berikut.

‫ ﺤﺪﺜﻨﺎ ﺃﻴﻮﺐ ﻋﻦ ﺃﺒﻯ ﻘﺎﻼﺒﺔ‬:‫ ﺤﺪﻋﺒﺪﺍﻟﻮ ﻫﺎﺏ ﺍﻟﺸﻗﻓﻯﻘﺎﻞ‬:‫ﺤﺪﺷﻨﺎ ﻤﺤﻣﺪ ﻨﻦﺍﻠﻣﺷﻦ ﻗﺎﻞ‬
‫ ﺃﻦﻴﮑﻮﺃ ﺍﷲ ﻮﺭ ﺴﻮﻠﮫﺃ ﺤﺐ ﺇﻠﻴﮫ‬:‫(ﺜﻼﺚﻤﻦ ﮐﻦﻔﻴﮫ ﻮﺠﺪﺤﻼﻮﺓ ﺍﻹ ﻴﻤﺎﻦ‬:‫ﻋﻦﺍﻨﺲﻋﻦ ﺍﻠﻨﺒﻯ ﺼﻠﻌﻢ‬
)‫ﻮ ﺃﻦﻴﺤﺐ ﺍﻟﺮﺃﻻﷲ;ﻮ ﺃﻦ ﻴﮑﻔﺮﮦ ﺃﻦﻴﻌﻮ ﺪﻔﻰ ﺍﻟﮑﻔﺮ ﮐﻤﺎ ﻴﮑﺮﮦ ﺃﻦ ﻴﻘﺬﻒ ﻔﻰﺍﻟﻨﺎﺮ‬%;‫ﻤﻣﺎﺴﻮ ﻫﻤﺎ‬
‫ﺮﻮﺍﺍﻟﺑﺨﺤﺎﺮﻯ‬
“telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin al-musannah,ujarnya:’abdul-wahhab as-
saqafi telah menyebarkan kepada ku, ujarnya:’telah bercerita kepadaku ayyub atas
pemberitahuan abi kilabah dari anas dari Nabi Muhammad saw, sabdanya:’tiga perkara, yang
barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman’. Yakni:1) Allah dan
rasulnya hendaknya lebih dicintai daripada selainnya. 2)kecintaannya kepada seseorang, tak
lain karena Allah semata-mata dan 3) keenggananmya kembali kepada kekufuran, seperti
keengganannya dicampakkan ke neraka’.”

2. Matan

dari segi bahasa,matan berarti membelah, mengeluarkan.

Sedangkan matan menurut istilah ilmu hadis, yaitu sebagai berikut.

‫ﻤﺎ ﺍﻨﺘﮫﻰ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﻟﺴﻨﺪ ﻤﻥ ﺍﻟﮑﻟﻢ ﻔﮫﻮ ﻨﻔﺲ ﺍﻟﺤﺪﻴﺚ ﺍﻟﺬﻱ ﺬﮐﺮ ﺍﻻ ﺀﺴﻨﺎﺪﻟﻪ‬

“perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang disebut sesudah habis
disebutkan sanadnya.”

Contoh:

‘dari Muhammad yang diterima dari abu salamah yang diterima dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullahsaw bersabda :” saandainya tidak akan memberatkan terhadap umatmu, niscaya aku
suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) niscaya aku melakukan shalat.”(HR. Turmuzi).

3. Rawi

Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah
didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya ruwah dan
perbuatannya menyampaikan hadist tersebut dinamakan me-rawi (meriwayat)-kan hadist

Contoh:

‫ﻋﻦ ﺍﻢﺍﻟﻤﺆ ﻤﻨﻴﻦﻋﺎﺜﺸﺔ ﺮﻀﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﮫﺎ ﻘﺎﻠﺕﻘﺎﺮ ﺴﻮ ﻠﺎ ﷲ ﺼﻠﻌﻢ ﻤﻦ ﺍﺤﺪﺙﻔﻲ ﺍﻤﺭﻨﺎ ﻫﺬ‬
﴾‫﴿ﻤﮅﻔﻖﻋﻟﻴﻪ‬.‫ﺍﻤﺎﻠﻴﺲ ﻤﻨﻪ ﻓﮫﻢﻭﺮﺪﱞ‬

‘Warta dari umul mukminin,’aisyah ra, ujurnya:’rasulallah saw telah bersabda:’barang siapa
yang mengada-adakan suatu yang bukan termasuk dalam urusan (agama) ku, maka ia
tertolak’.”

4. Rijalul hadist

Rijalul hadist ialah tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang hadist yang diakui keabsahannya
dalam periwayatan hadist.

Ilmu rijalul hadist yaitu :

.‫ﻋﻟﻢ ﻴﺒﺤﺚ ﻔﻴﻪ ﻋﻦ ﺮﻮﺍ ﺓ ﺍﻟﺤﺪ ﻴﺚ ﻤﻦﺍﻟﺼﺤﺎ ﺒﺔ ﻮﺍﻟﺘﺎ ﺒﻌﻴﻦ ﻮﻤﻦ ﺒﻌﺪ ﻫﻢ‬
ilmu yang membahas para perawi hadist, baik dari kalangan sahabat maupun tabiin dan orang-
orang (angkatan) sesudah mereka.

Study tentang rijalul hadist pada dasarnya meliputi hal-hal antara lain;

A. namanya masing-masing, keadaan dan biografinya, laqak atau title dalam bidang hadist,
seperti dabit,adil dsb.

B. Guru-guru yang memberi atau menyampaikan hadist kepadanya.

C. Murid-muridnya yang menerima hadist dari dia.

D. Kedudukannya dalam ilmu hadist dan hasil karyanya dalam bidang hadist.

Tokoh-tokoh hadid\st atau rijalul hadist ada yang berasal dari kalangan sahabat dan ada juga
dari kalangan tabiin.

A. dari kalangan sahabat B. dari kalangan tabiin

1) abu hurairah 1) said idn al-musyyarab

2) abdulallah bin umar 2) urwah ibn zubair

3)annas bin malik 3) nafi’ al– adawy

4) aisyah 4) al-hasan al-bashri

Dll………. Dll………..

ALIRAN SYIAH, KHAWARIJ, MURJIAH, QADARIYAH, JABARIAYAH, MU’TAZILAH, DAN


AHLUSSUNAH WALJAMA’AH

Aliran Syiah

Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib dan keturunannya
sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw. wafat. Para penulis sejarah Islam berbeda pendapat
mengenai awal mula golongan syiah. Sebagian menganggap Syiah lahir setelah Nabi
Muhammad saw. wafat, yaitu pada suatu perebutan kekuasaan antara kaum Muhajirin dan
Anshar.
Pendapat yang palingpopular tentang lahirnya golongan Syiah adalh setelah gagalnya
perundingan antara Ali bin Abi Talib a Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Siffin. Perundingan ini
diakhiri dengan tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali memberontak
terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali. Mereka itu disebut golongan Khawarij
atau orang-orang yang keluar, sedangkan sebagian besar pasukan yang tetap setia kepada Ali
disebut Syiah atau pengikut Ali.

Aliran Khawarij

Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini menganggap
diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk berjuang di
jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena persoalan politik, tetapi dalam
teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis. Alasan
mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalh ketidak setujuan mereka
terhadap arbitrasi atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan
Mu’awiyah.

Menurut keyakinan Khawarij, semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan
dengan merujuk kepada hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah al-Maidah Ayat 44
yang artinya,” Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itulah orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan orang-orang yang
menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak
merujuk Al-Qur’an.

Dalam aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah, an-
Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.

Aliran Murji’ah

Aliran ini disebut juga Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik
antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum Khawarij pada hari perhitungan
kelak. Oleh karena itu, mereka tidak ingin smengeluarkan pendapat entang siapa syang benar
dan dan siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang bertikai itu.

Dalam perkembangannya, aliran initernyata tidak dapat melepaskan diri dari persoalan teologis
yang muncul pada waktu itu.ketika itu terjadi perdebatan mengenainhukum orang yang
berdosa besar. Kaum Murji’ah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak dapat
dikatakan kafir selama ia tetap mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad saw.
sebagai rasul. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat kaum Khawarij yang menyatakan
bahwa orang Islam yang berdosa besar hukumnya kafir.
Dalam perjalanan sejarahnya, aliran ini aliran ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Kelompok ekstrem terbagu
dalam beberapa kelompok, diantaranya adalah al-Jahamiyah, as-Salihiyah, al-Yunusiyah, al-
Ubaidiyah, al-Gailaniyah, as-Saubariyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.

Aliran Qadariyah

Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan nberasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan teologi Islam, tidak diketahui secara
pasti kapan aliran ini muncul.

Pendiri aliran ini adalah Ma’bad al-Juhani dan Gailan ad-Dimasyqi. Aliran ini mempunyai
pendapat bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan baik ataupun jahat. Selain itu,
menurut aliran ini manusia mempunyai kemerdekaan atas tingkah lakunya. Ia berbuat baik
ataupun jahat atas kehendaknya sendiri. Degan demikian, menurut aliran ini manusia diciptakan
Allah mempunyai kebebasan untuk mengatur jalan hidupnyatanpa campur tangan Allah. Oleh
karena itu, jika manusia diberi ganjaran yang baik berupa surga atau disiksa di neraka, semua
itu adalah pilihan mereka sendiri.

Aliran Jabariyah

Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung sarti memaksa. Smenurut al-
Syahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyandarkan perbuatamn tersebut kepada Allah.

Dalam sejarah tercatat bahwa orang yang pertama kali mengemukakan paham Jabariyah di
kalangan umat Islam adalh al-Ja’ad Ibnu Dirham. Pandangan-pandangan Ja’ad ini, kemudian
disebarluaskan oleh para pngikutnya, seperti Jahm bin Safwan. Manusia menurut aliran
Jabariyah adalah sangat lemah, tidak berdaya, serta terikat dengan kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan. Manusia tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas, sebagaimana dimiliki
soleh paham qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari aturan,
scenario, dan kehendak Allah. Segala akibat baik baik dan buruk yang diterima oleh manusia
dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah. Akan tetapi, ada kecendrungan
bahwa Tuhan bahwa Tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang mutlak, absolute, dan
berbuat sekehenak-Nya. Hal ini dapat menimbulkan paham seolah-olah Tuhan tidak adil.
Misalnya, Tuhan menyiksa orang yang berbuat dosa yang dilakukan orang itu terjadi atas
kehendak-Nya.
Baik aliran Qadariyah maupun Jabariyah tampaknya memperlihatkan paham yang saling
bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada Al-Qur’an. Hal ini memperlihatkan
betapa terbukanya kemungkinan terjadinay perbedaan pendapat dalm Islam.

Aliran Muktazilah

Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah
mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil
bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra,
mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin
yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan
mukmin dan bukan kafir[2].

Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih
mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga
mendapat nama “kaum rasionalis Islam”[3].

Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri, lalu
membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada awal
perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah sulit
dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya bersifat rasional
dan filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah
Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa
pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.

Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah. Berikut
ini kelima doktrin aliran Muktazillah.

a. At-Taauhid (Tauhid)

Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep tauhid
menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela tauhid (ahl al-
Tauhid).

b. Ad-Adl

Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa Tuhan
wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat
bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu
berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat mewujudkan
keinginannya.

c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).


Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam
sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang yang
berdosa besar ke dalam neraka.

d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).

Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah.
Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika
melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir.
Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka
selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.

e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang


Kemungkaran).

Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi yang
mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada kelompok lain.
Orang yang menentang akan dihukum.

Ahlussunah Waljama’ah

Adapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan
kelompok syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah-sebagaimana juga Asy’ariayah-masul dalam
barisan sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam
barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term Ahlussunah banyak
dipakai setalah munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah[4].

1. Aliran Asy’ariyah

Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang dianggap menyeleweng dan
menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya,
yaitu Abu Hasan al-Asy’ari[5]. Dan nama aslinya adalah Abu al-hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari,
dilahirkan dikota Basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/ 935 M,
keturunan Abu Musa al-Asy’ari seorang sahabat dan perantara dalam sengketa antara Ali r.a.
dan Mu’awiyah r.a.[6]

Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok ajarannya yang
berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran As’ariyah.

a. Tentang Sifat Allah


Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah (kuasa), al-Hayah
(hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).

b. Tentang Kedudukan Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan
demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru).

c. Tentang melihat Allah Di Akhirat

Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai wujud.

d. Tentang Perbuatan Manusia

Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.

e. Tentang Antropomorfisme

Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana disebutkan dalam
surah al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi bagaimana bentuk Allah tidak
dapat diketahui.

f. Tentang dosa Besar

Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selam ia masih beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya.

g. Tentang Keadilan Allah

Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas ciptaan-Nya.

Ketujuh pemikiran al-Asy’ari tersebut dapat diterima oleh kebanyakan umat Islam karena
sederhana dan tidak filosofis.

2. Aliran Maturidiyah

Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Ia dilahirkan di Maturid,
sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk daerah Uzbekistan).

Al-Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran


Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-Akbar dan Al-fiqh Al-Absath dan
memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-Maturidy meninggalkan
karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam lapangan ilmu tauhid.

Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah. Dalam membahas kalam, Maturidiyah


mengemukakan tiga dalil, yaitu sebagai berikut:
a. Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa ala mini tidak akan mungkin qasim
karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan derak, baik dan buruk.
Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak terlepas dari yang baru maka baru pula.

b. Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah baru. Jadi
alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan waktu selalu
bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.

c. Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki dirinya
kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya tetap msatu. Akan
tetapi, ala mini selalu berubah, yang berarti ada sebab perubahan itu[7].

Вам также может понравиться