Вы находитесь на странице: 1из 69

BAB VII

LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

7.1 Perlindungan Lingkungan


Pandangan masyarakat selama ini menyatakan bahwa kegiatan pertambangan mulai dari
tahap eksplorasi hingga penutupan tambang mempunyai dampak menganggu dan merusak
lingkungan hidup, baik dari dampak lingkungan fisik (mengubah bentang alam) maupun
dampak sosial (ganti rugi tanah atau tumbuhan). Oleh karena itu rencana pelaksanaan
kegiatan pertambangan harus diarahkan pada pelaksanaan penambangan yang berwawasan
lingkungan dan bertumpu pada kaidah peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya yang
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, kedalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa kesejahteraan bersifat
relatif tanpa batas. Pembangunan harus berkesinambungan, sumber daya alam terbatas, serta
kemampuan lingkungan yang terbatas untuk mengasimilasikan dampak negatif tersebut.
Dasar hukum yang mengatur perihal lingkungan di Indonesia, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan.
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
yang Wajib Memiliki AMDAL.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL).

VIII - 1
7.1.1 Dampak Kegiatan
Setiap tahap kegiatan pertambangan Batu Andesit tersebut akan menimbulkan dampak
baik positif ataupun negatif terhadap komponen lingkungan. Tahap kegiatan pertambangan
PT. Andesite Quality Corporation adalah sebagai berikut :
1) Tahap Pra-konstruksi
a. Sosialisasi
b. Pembebasan Lahan
c. Penerimaan tenaga kerja
d. Mobilisasi Peralatan
2) Tahap Konstruksi
a) Pembangunan jalan
b) Pembangunan fasilitas penunjang meliputi : pembuatan jalan tambang, pembangunan
instalasi pengolahan Batu Andesit.
3) Tahap Operasi
a) Penambangan Batu Andesit
b) Penyaliran tambang
c) Pemuatan dan pengangkutan Batu Andesit
d) Peremukan Batu Andesit
e) Pengoperasian fasilitas penunjang
f) Coorporate Social responsibility (CSR) / Community Development (CD)
4) Tahap Pasca-Operasi
a) Penutupan tambang
b) Reklamasi tambang
c) Pemutusan Hubungan Kerja
d) Pemindahan atau pembongkaran sarana tambang
e) Pemanfaatan bangunan atau sarana tambang
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan PT. Andesite Quality
Corporation ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan rona lingkungan awal. Untuk
memudahkan melihat dampak setiap tahapan kegiatan pertambangan terhadap aspek
lingkungan, maka dibuat matriks seperti tertera pada Tabel 7.1.

VIII - 2
Tabel 7.1
Matriks Identifikasi Dampak Rencana Kegiatan Pertambangan batu Andesit PT. Andesite Quality Corporation

Kegiatan Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pasca operasi Keterangan:

Komponen lingkungan 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
A. Fisik-Kimia Tahap Prakonstruksi
Iklim X X X X X X X X 1. Sosialisasi
Kualitas udara X X X X X X X X X X 2. Pembebasan lahan
3. Penerimaan tenaga kerja
Kebisingan X X X X X X X X X X 4. Mobilisasi peralatan
Fisiografi dan geologi X X X X X X Tahap Konstruksi
1. Pembangunan jalan
Lahan dan Ruang X X X X X X 2. Pembang. fasilitas penunjang
Tanah X X X X X X X Tahap Operasi
Hidrologi X X X X X X X 1. Pembersihan lahan
Kualitas Air X X X X X X X X 2. Pengupasan tanah pucuk dan
Transportasi X X tanah peutup
B. Biologi 3. Penggalian Breksi
Flora darat X X X X X X 4. Penyalirantambang
Fauna darat X X X X X 5. Pemuatan &pengangkutan Breksi
6. Pengoperasian fasilitas penunjang
Biota Air X X X X X X X 7. CSR/CD
C. Sosial Tahap Pascaoperasi
Demografi X X 1. Pemutusan hubungan kerja
Sosial ekonomi X X X X X X 2. Reklamasi dan revegetasi
Sosial budaya X X X X X 3. Pengelolaan fasilitas tambang
X= Ada dampak,positif maupun
Sikap dan persepsi masy. X X X X X X X X X X X X X
negatif
D. Kesehatan Masyarakat X X X X X X X X X X X

VIII - 3
Uraian dampak negatif dari kegiatan pertambangan batu Andesit PT.
Andesite Quality Corporation adalah sebagai berikut :
a. Tahap Pra-Konstruksi
a) Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk meluruskan persepsi masyarakat
adanya kegiatan usaha pertambangan. Apabila kegiatan ini tidak dilakukan
dengan baik dan hati-hati maka dapat menimbulkan persepsi negatif masyarakat,
terhadap rencana kegiatan penambangan, jika konflik ini tidak di selesaikan
dengan baik maka munculnya konflik antara perusahaan dengan masyarakat akan
menjadi kendala proses pelaksanaan penambangan. Sosialisasi merupakan
tahapan yang akan terus dilakukan khususnya jika terjadi perselisihan antara
perusahaan dan masyarakat. Ketidaksepahaman tersebut dapat dipicu oleh
kegiatan pembebasan lahan atau hubungan kerja.
b) Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan sangat potensial memicu munculnya dampak
negatif penting pada aspek sosial budaya, persepsi dan sikap masyarakat.
Terutama bagi masyarakat yang mempunyai klaim lahan yang terkait dengan
lokasi penambang. Proses pembebasan lahan yang dilakukan secara terbuka akan
melibatkan semua elemen yang terkait dan berlandaskan asas musyawarah untuk
mufakat. Hal tersebut akan dapat mengeliminasi persepsi dan sikap negatif dari
masyarakat yang dipicu oleh kecemburuan sosial. Namun jika kesepakatan yang
telah dibuat dilanggar maka akan berpotensi menimbulkan dampak negatif, selain
itu munculnya klaim lahan juga akan mengubah budaya dan tingkah laku
masyarakat, yang tentunya akan memberikan dampak terhadap pola budaya yang
selama ini ada.
Di samping dampak negatif yang timbul, dampak positif yang diperkirakan
akan muncul adalah peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari hasil
ganti rugi lahan. Dampak positif tersebut dapat berlangsung singkat jika penduduk
yang menerima ganti rugi tidak dapat memanfaatkan secara optimal uang tersebut.
Kelompok masyarakat yang demikian akan berpotensi menyebabkan munculnya
persepsi negatif pada tahapan kegiatan selanjutnya. Pembinaan terhadap

VIII - 4
masyarakat atau kelompok masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan masyarakat agar dapat mengambil kesempatan dan meraih peluang
usaha seiring berkembangnya aktivitas penambangan PT. Andesite Quality
Corporation.
c) Penerimaan Tenaga Kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk menangani kegiatan-kegiatan
tahap pra-konstruksi hingga tahap operasi, dapat menimbulkan dampak terhadap
peningkatan pendapatan penduduk yang diterima bekerja di perusahaan. Proses
penerimaan tenaga kerja dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku dengan tetap mengutamakan tenaga kerja lokal yang sesuai dengan posisi
tenaga kerja yang dibutuhkan. Keresahan masyarakat dan potensi konflik akan
muncul jika aspirasi masyarakat lokal untuk dapat berpartisipasi (bekerja) dalam
kegiatan perusahaan tidak/belum dapat terakomodasi dengan baik. Sikap dan
persepsi masyarakat positif jika dilakukan secara transparan dan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Sebaliknya dampak negatif akan terjadi jika
proses rekruitmen tenaga kerja dilakukan secara tidak transparan.
Harapan lain untuk penyerapan tenaga kerja berasal dari tumbuh dan
berkembangnya sektor jasa dan sektor informal dengan beroperasinya kegiatan
penambangan Batu Andesit PT. Andesite Quality Corporation. Berbagai sektor
informal tersebut diperkirakan akan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Sektor informal ini meliputi kebutuhan hidup sehari-hari seperti warung, bengkel,
pasar, toko, pemondokan dan lain-lain. Implikasi dari kegiatan ini banyaknya
penduduk yang bermigrasi ke lokasi ini sebagai bentuk dari peluang berusaha di
sektor informal seperti yang dijelaskan diatas.
d) Mobilisasi peralatan
Mobilisasi peralatan dimaksudkan untuk mempersiapkan seluruh peralatan
yang akan digunakan dalam tahap konstruksi, yaitu pembangunan jalan, sarana
dan prasarana penunjang di lokasi proyek. Mobilisasi peralatan dapat
menimbulkan dampak negatif berupa kepadatan transportasi peralatan yang
mengganggu arus lalu lintas penduduk di sekitar lokasi proyek, dan menimbulkan
polusi debu serta kebisingan akibat peralatan mekanis yang berlalu-lalang.

VIII - 5
a. Tahap Konstruksi
a) Pembangunan Jalan
Pembuatan jalan diawali dengan pembersihan lahan yang direncanakan
akan dijadikan badan jalan. Pembersiha ini hanya dilakukan untuk menghilangkan
kotoran ataupun sedikit ilalang kering di atas lahan yang akan dibuat jalan, karena
pada lahan ini tidak terdapat overburden. Selanjutnya dilanjutkan dengan kegiatan
pembuatan jalan dengan menggunakan alat Bulldozer.
b. Tahap Operasi
a) Penggalian atau Penambangan batu andesit
Pembongkaran/penggalian Batu Andesit akan menimbulkan dampak
negatif penting terhadap fisiografi lahan, penurunan kualitas tanah dan parameter
hidrologi. Penambangan Batu Andesit akan menimbulkan genangan air di lubang
tambang yang berpotensi menjadi habitat organisme penyebab penyakit
(pathogen), seperti nyamuk. Pembongkaran dan peremukan Batu Andesit dapat
menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Pengoperasian peralatan
yang digunakan untuk penambangan Batu Andesit akan meningkatkan polutan
udara dan kebisingan.
b) Penirisan air tambang atau Penyaliran Tambang
Penurunan kualitas air akan menurun apabila air dari tambang langsung
masuk ke badan perairan, maka dari itu diperlukan settling pond sehingga air yang
keluar dari tambang tidak berdampak ke badan perairan.
c) Pemuatan dan Pengangkutan Batu Andesit
Pemuatan dan pengangkutan Batu Andesit dari lokasi tambang ke lokasi
penumpukan/stockyard akan meningkatkan konsentrasi debu dan kebisingan.
Dampak yang terjadi bersifat terus menerus dan terakumulasi sehingga akan
berdampak terhadap kesehatan masyarakat, khususnya penyakit ISPA. Selain itu
kebisingan ini akan menyebabkan satwa yang berada pada sekitar tempat kegiatan
akan semakin jauh bermigrasi dari lokasi penambangan. Akumulasi dari dampak
negatif yang timbul oleh kegiatan pemuatan dan pengangkutan batubasaltpada
komponen kualitas udara, kebisingan dan kesehatan masyarakat selanjutnya akan

VIII - 6
memacu timbulnya sikap dan persepsi masyarakat yang bersifat negatif, sehingga
akan berpotensi timbulnya gangguan dan keamanan masyarakat.
d) Pengoperasian Fasilitas Penunjang
Dalam rangka menunjang kelangsungan dan kelancaran kegiatan
penambangan, PT. Andesite Quality Corporation melakukan operasional beberapa
fasilitas penunjang, seperti bengkel, mushola, kantin, perkantoran, serta fasilitas
tambang dan pengolahan lainnya. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan ini
adalah penurunan kualitas udara, kebisingan, hidrologi dan penurunan kualitas air
yang berimplikasi pada perubahan terhadap biota perairan, terbentuknya persepsi
dan sikap masyarakat dan perubahan terhadap aspek kesehatan masyarakat.
e) CSR/CD (Coorporate Social Responsibility/Community Development)
PT. Andesite Quality Corporation mengadakan berbagai program
kemasyarakatan berdasarkan pemahaman terhadap konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga sendi utama yang
mengokohkannya yaitu : pertumbuhan ekonomi, kinerja lingkungan, dan
tanggung jawab sosial. Program-program ini dilakukan sebagai wujud interaksi
yang saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat setempat.
c. Tahap Pasca-Operasi
a) Penutupan Tambang
Penutupan tambang akan berdampak negatif terhadap masyarakat sekitar
karena adanya pemutusan hubungan kerja. Sehingga masyarakat setempat akan
kehilangan mata pencaharian yang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi
masyarakat. Terlebih lagi bila pekerja tidak dapat memanfaatkan pesangon yang
diberikan dengan sebaik mungkin, maka uang pesangon tersebut dapat habis
dengan jangka waktu pendek. Selain Pemutusan Hubungan Kerja, kegiatan
pertambangan akan meninggalkan rona akhir yang tidak bervegetasi. Hal ini
menyebabkan terbentuknya persepsi dan sikap masyarakat yang negatif terhadap
kegiatan pertambangan.
b) Reklamasi
Kegiatan reklamasi lahan dilakukan dengan cover crop terhadap lahan-
lahan yang masih terbuka, dan menanami tanaman dengan tanaman berkayu.

VIII - 7
Sasaran utamanya adalah tanaman tahunan sehingga secara pelan-pelan akan
merubah penutupan lahan dari lahan terbuka menjadi lahan yang bervegetasi,
vegetasi ini lambat laun akan memberikan iklim mikro. Dengan adanya vegetasi
juga menyebabkan kualitas tanah akan semakin membaik begitu juga dengan laju
aliran tanah yang menyebabkan air hujan sebagian akan tertahan oleh akar
tanaman sehingga mengurangi pengaruh negatif terhadap kualitas air di perairan.
Akumulasi dari pengurangan dampak negatif ini akan memberikan persepsi positif
pada masyarakat.
c) Pemindahan atau Pembongkaran Sarana Tambang
Berhentinya operasi penambangan PT. Andesite Quality Corporation akan
meninggalkan fasilitas penambangan yang sudah tidak digunakan lagi. Fasilitas
yang tidak dapat dimanfaatkan kembali dibongkar agar tidak membahayakan
masyarakat dan lingkungan sekitar. Yang perlu diperhatikan dalam proses
pembongkaran adalah aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaksanaan
pembongkaran akan dilakukan setelah fasilitas tidak digunakan lagi dan proses
pembongkaran dilakukan hingga selesai (tidak meninggalkan material sisa).
Sarana dan prasarana yang mengandung limbah akan dilakukan pembersihan
(cleaning up) terlebih dahulu sebelum dibongkar, sehingga tidak membahayakan
lingkungan dan masyarakat sekitar.
d) Pemanfaatan Bangunan atau Sarana Tambang
Pada tahap pasca operasi, sarana dan prasarana tambang dapat
dimanfaatkan kembali, baik oleh Pemerintah Daerah maupun oleh perusahaan
sebagai penunjang program pasca tambang yang bermanfaat bagi masyarakat
sekitar. Hal ini dapat menimbulkan persepsi positif masyarakat terhadap kegiatan
penambangan PT. Andesite Quality Corporation bahwa kegiatan penambangan
tersebut tetap memperhatikan masyarakat sekitar.
Beberapa komponen lingkungan yang terkena dampak, antara lain :
1. Komponen Fisika – Kimia
Dengan adanya kegiatan penambangan, komponen-komponen fisik yang
akan terkena dampak antara lain:
a. Iklim dan cuaca

VIII - 8
Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca dalam periode yang panjang. Suhu
dan curah hujan merupakan dua unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan
di bumi. Suhu rata-rata di Desa Girimulyo sebesar 26,30C serta curah hujan rata-
rata 2654 mm. Suhu di bulan April yang merupakan bulan terhangat sebesar
27,00C serta suhu rata-rata terendah berada pada bulan Juli sebesar 25,00C. lihat
lampiran G.1
Kondisi iklim di Desa Girimulyo yaitu 48 mm hujan yang trejadi di bulan
Agustus yang merupakan bulan terkering. Hamper semua presipitasi jatuh pada
bulan Januari dengan rata-rata 381 mm. Berdasarkan analisis data curah hujan
bulanan selama tahun 2017, rata-rata curah hujan perbulan adalah 248 mm. Lihat
lampiran G.2 & G.3.
Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan November, sedangkan
terendah terjadi pada bulan Agustus. Nilai ini mengikuti pola distribusi musim di
Indonesia, yaitu bulan basah jatuh pada musim penghujan (November-April) dan
bulan kering pada musim kemarau (Mei-Oktober).
Dapat disimpulkan bahwa rata-rata curah hujan per tahun yaitu
111,88mm/tahun. Pada musim kemarau besar curah hujan rata-rata adalah
31,095mm/tahun. Pada musim hujan besar curah hujan rata-rata adalah
194,3317mm/tahun. Grafik data Curah hujan dari tahun 2006 – 2015 Kabupaten
Kulon Progo. Lihat lampiran G.4
b. Topografi
Perubahan lahan akan terjadi apabila dilaksanakan kegiatan penambangan,
yaitu yang semula bentang alam berupa bukit akan berubah menjadi galian yang
dalam.
c. Perubahan tata guna lahan
Tata guna lahan mengalami perubahan yang besar, dikarenakan sebelum
penambangan terdapat tanaman diatas lahan tersebut. Setelah kegiatan
penambangan berakhir akan berbentuk lahan datar yang memiliki elevasi datar
sama dengan rumah penduduk sekitar.
d. Kualitas Udara

VIII - 9
Pada tahap operasi penambangan, perubahan kualitas udara didaerah
kegiatan akan terjadi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan truck didalam proses
pengangkutan bahan galian. Komponen kualitas udara yang menjadi tolak ukur
adalah CO, NO2 dan SO2. Komponen tersebut akan meningkat seiring kegiatan
pertambangan yang disebabkan oleh alat angkut truck, Back Hoe dan Bulldozer.
e. Kebisingan
Dampak kebisingan pada tahap operasional pasti terjadi, terutama
ditimbulkan oleh suara dari kendaraan alat berat, terutama pada saat peledakan,
transportasi dan pengolahan pada kegiatan tahap operasi.
f. Hidrologi
Perubahan kualitas air disekitar penambangan akan mengalami dampak dari
kegiatan penambangan terutama pada saat pengolahan. Air akan bersifat basa
dikarenakan proses pengolahan Batu Andesit yang akan menggunakan bantuan
air, sehingga perlu dilakukan pengawasan terhadap kualitas air, baik disekitar
lokasi penambangan maupun disekitar sumur warga.
2. Komponen Biologis atau Biotis
a. Flora
Tidak terlalu banyak perubahan flora yang terjadi karena pada daerah
penambangan, karena lahan penambangan ini merupakan lahan dengan banyak
tanaman seperti jati dan sengon.
b. Fauna
Jumlah fauna penghuni lokasi kegiatan penambangan pada saat ini (fauna
liar) semakin berkurang atau jenis-jenis fauna bermigrasi dikarenakan adanya
penambangan dan habitatnya mengalami gangguan.
3. Komponen Sosekbud – Kesmas
a. Dengan adanya rencana kegiatan penambangan diwilayah ini masyarakat
sangat mendukung karena akan dapat memberikan peluang untuk bekerja dan
mendapatkan penghasilan diperusahaan ini dalam upaya untuk
meningkatakan kesejahteraan keluarganya.
b. Sosial – Ekonomi

VIII - 10
Perubahan yang terjadi untuk kondisi sosial – ekonomi masyarakat dengan
adanya rencana kegiatan penambangan, akan memberikan dampak yang lebih
baik dibandingkan sebelum ada kegiatan penambangan. Dengan kegiatan ini
banyak penduduk setempat memeberikan kesempatan kerja yang secara langsung
akan memberikan penghasilan bagi masyarakat sekitarnya sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat setempat.
c. Sosial – Budaya
Kemungkinan dampak yang terjadi dengan adanya kegiatan penambangan
Batu Andesit bagi penduduk sekitar daerah Dusun Kalisonggo dilihat dari jenis
dan macam kegiatan yang direncanakan tidak memberikan perubahan yang sangat
signifikan terhadap sistem sosial – budaya di wilayah tersebut, terutama
perubahan yang sifatnya negatif, tetapi kemungkinan malah memperkokoh
ekosistem sosial – budaya yang sudah ada bahkan dapat lebih meningkat lagi
karena kondisi sosial – ekonomi masyarakatnya menjadi lebih mantap.
Perkumpulan kesenian tradisional yang sudah ada dapat lebih semarak,
bergairah, dengan demikian kelestarian budaya tradisional yang sudah melekat
dimasyarakat akan lebih terjaga.
d. Kesehatan Masyarakat
Adanya kegiatan rencana penambangan di wilayah Desa Pendoworejo
mempunyai pengaruh atau dampak langsung maupun tidak langsung bagi
penduduk sekitar kegiatan penambangan tersebut. Sebelum adanya kegiatan
penambangan, masyarakat sekitar hidup dari pertanian lahan kritis dan berkebun,
serta berternak sehingga pendapatan belum mencukupi untuk hidup layak. Dengan
kekurangan inilah muncul penyakit–penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang
tidak baik atau sehat. Penyakit endemik seperti malaria, diare, ISPA, dan lain-lain
mengindikasikan bahwa kondisi sosial – ekonomi masyarakat masih sangat redah,
tetapi dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat karena adanya kegiatan
penambangan akan dapat memperbaiki taraf hidup sehingga dengan demikian
mereka mampu untuk memperbaiki dan memperhatikan kesehatan keluarganya.

7.1.2 Pengelolaan Lingkungan

VIII - 11
Sesuai dengan PP nomor 27 tahun 2012, PT. Andesite Quality Corporation
wajib melakukan kegiatan UKL (Upaya pengelolaan lingkungan hidup) dimana
UKL dilakukan oleh PT. Andesite Quality Corporation. Dengan adanya dampak
negatif yang mungkin terjadi saat penambangan yang dilakukan, maka perlu
adanya suatu usaha untuk meminimalisir, sehingga tidak berdampak langsung
terhadap kelangsungan perusahaan sendiri maupun lingkungan hidup. Adapun
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh PT. Andesite Quality
Corporation sebagai berikut :
1. Lingkungan Abiotik
 Melakukan penyemprotan pada jalan tambang untuk mengurangi polusi
debu.
 Membuat kolam pengendapan untuk mengendapkan lumpur yang
terbawa air hujan, dari tambang dan pengolahan sebelum dibuang ke
sungai.
 Melakukan kegiatan penambangan secara bertahap untuk mengurangi
luas areal terbuka, perubahan iklim mikro, pengurangan intensitas
dampak pada bentang alam.
 Melakukan perawatan dan pemeliharaan alat untuk mengurangi
kebisingan dan polusi udara akibat alat-alat yang digunakan.
2. Lingkungan Biotik
 Melakukan penanaman pohon di areal bekas penambangan dan areal yang
tidak ditambang.
3. Lingkungan Culture
 Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja lokal.
 Memberikan pelatihan-pelatihan ketrampilan pada masyarakat sekitar.
 Membantu sarana kesehatan di lingkungan sekitar.
 Memperbaiki sarana dan prasarana fisik sehingga dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan sendiri dan masyarakat sekitar.
pengelolaan lingkungan PT. Andesite Quality Corporation selanjutnya
dijabarkan dalam suatu matriks dimana pada matriks tersebut terdapat rincian hal
tentang tata cara pelaksanaan dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan sesuai

VIII - 12
dengan tahapan penambangan yang dilakukan. Adapun matriks tersebut
ditampilkan sebagai berikut :

VIII - 13
Tabel 7.2 Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Penambangan Batu Andesit PT. Andesite Quality Corporation

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


INSTITUSI
BENTUK PENGELOL
SUMBER JENIS BESARAN LOKASI PERIODE
UPAYA AAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN
TAHAP KONSTRUKSI
A. KOMPONEN FISIK DAN KIMIA
A1. KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN
Sumber dampak Peningkatan Kadar debu Melakukan Jalan sekitar proyek 1 kali/ hari Instansi
berasal dari kadar debu yang penyiraman air di konstruksi kegiatan pelaksana
mobilisasi udara dihasilkan jalan tambang penambangan yaitu PT.
peralatan material sebesar 50 sehingga Andesite
serta dimobilisasi mppcf mengurangi kadar Quality
peralatan debu yang Corporation
dihasilkan oleh selaku
alat pemrakara

B. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


Mobilisasi dan kesempatan 20% dari total dengan penduduk di sekitar 3 kali penerimaan Instansi
demobilisasi kerja pekerjaannya meningkatkan wilayah proyek selama satu tahun pelaksana
tenagakerja berasal dari kesempatan kerja yaitu PT.
pertambangan masyarakat bagi masyarakat Andesite
setempat setempat, hingga Quality
mencapai 30% Corporation
dari total pekerja selaku
tambang. pemrakara

VIII - 14
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI
BENTUK PENGELOLAA
SUMBER JENIS BESARAN LOKASI PERIODE
UPAYA N
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN
TAHAP KONSTRUKSI
A. KOMPONEN FISIK DAN KIMIA
A1. KUALITAS UDARA
penambangan penigkatan kadar debu melakukan area dilakukan saat Instansi
andesit dan kadar debu yang penyiraman air penambangan melakukan pelaksana yaitu
transportasi udara dihasilkan pada saat andesit, depan penambangan PT. Andesite
andesit sebesar 50 penambangan bengkel alat berat Quality
mppcf Corporation
selaku
pemrakarsa dan
instansi penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov.
DIY dan kantor
LH Kab. Kulon
Progo

VIII - 15
emisi gas buang penurunan gas karbon produksi gas area 1 kali/bulan Instansi
dari alat berat kualitas monoksida karbon penambangan pelaksana yaitu
udara (CO) yang monoksida dapat andesit, depan PT. Andesite
dihasilkan dikurangi dengan bengkel alat berat Quality
dari alat berat cara memasang Corporation
alat pengubah selaku
katalik untuk pemrakarsa dan
menyempurnakan instansi penerima
pembakaran laporan yaitu
Bappeda Prov.
DIY dan kantor
LH Kab. Kulon
Progo
A.2. KEBISINGAN
Operasi alat berat peningatan kebisingan diberikan area setiap alat Instansi
dan mesin andesit kebisingan ditimbulkan peredam suara penambangan beroperasi pelaksana yaitu
oleh suara alat berat andesit depan PT. Andesite
dari sehingga bengkel alat berat Quality
kendaraan alat kebisingannya Corporation
berat, berkurang selaku
terutama pada pemrakarsa dan
transportasi instansi penerima
dan laporan yaitu
pengelolaan Bappeda Prov.
pada kegiatan DIY dan kantor
tahap operasi LH Kab. Kulon
produksi Progo

VIII - 16
HIDROGEOLOGI
Proses penurunan air permukaan proses area 1 kali/bulan Instansi
penambangan kualitas air menurun penambangan penambangan pelaksana yaitu
batu andesit dilakukan dengan andesit PT. Andesite
baik, sehingga Quality
kualitas air Corporation
permukaan tidak selaku
menurun pemrakarsa dan
instansi penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov.
DIY dan kantor
LH Kab. Kulon
Progo

VIII - 17
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLA KET
SUMBER JENIS BESARAN
PENGELOLAAN PENGELOL PEMANTAU AN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK
LH AAN LH AN LH
proses peningkata kebisingan Rata-rata curah area saat proses instansi
penambangan n aliran yang hujan per tahun penambangan penambangan pelaksana yaitu
batu andesit permukaan dihasilkan 100 yaitu 251 mm/tahun. batu andesit PT. Andesite
dan reklamasi DB Keadaan rata-rata Quality
bekas curah hujan tertinggi Corporation
tambang terjadi pada bulan selaku
November sebesar pemrakarsa dan
716 mm dengan instansi
jumlah hari hujan 23 penerima
hari sebulan. laporan yaitu
Sehingga terjadi Bappeda Prov.
peningkatan DIY dan
permukaan air. Kantor LH
Kab. Kulon
Progo.

VIII - 18
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLA KET
SUMBER JENIS BESARAN
PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUA AN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK
LH LH N LH
GEOLOGI
proses perubahan batuan yang penambangan area saat proses instansi proses
penambangan keaktifan proses memiliki dengan cara penambangan penambangan pelaksana yaitu penambanga
batu andesit geomorologi kekerasan membongkar batu andesit PT. Andesite n batu
dan reklamasi yang tinggi batuan galian Quality andesit
bekas dengan Corporation
tambang menggunakan alat selaku
mekanis pemrakarsa
dan instansi
penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov.
DIY dan
Kantor LH
Kab. Kulon
Progo.

VIII - 19
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK INSTITUSI
LOKASI PERIODE KET
SUMBER JENIS BESARAN UPAYA
PENGELOLAAN PEMANTAUAN PENGELOLAAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN
LH LH
LH
KOMPONEN GEOLOGI
Penambangan perubahan habitat melakukan lahan 4 kali/ tahun instansi pelaksana
andesit dan keanekaragaman tumbuhan yang penambangan penambangan yaitu PT.
reklamasi bekas dan kerapatan jumlahnya dengan tidak dengan hasil Andesite Quality
tambang flora berkurang mengganggu reklamasi Corporation
habitat tumbuhan pertambangan selaku
pemrakarsa dan
instansi penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov.
DIY dan Kantor
LH Kab. Kulon
Progo.
Penambangan perubahan habitat hewan melakukan lahan 4 kali/ tahun instansi pelaksana
andesit dan keanekaragaman yang jumlahnya penambangan penambangan yaitu PT.
reklamasi bekas jenis dan berkurang dengan tidak dengan hasil Andesite Quality
tambang kelimpahan mengganggu reklamasi Corporation
fauna darat habitat hewan pertambangan selaku
pemrakarsa dan
instansi penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov.
DIY dan Kantor
LH Kab. Kulon
Progo.

VIII - 20
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI
SUMBER BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
JENIS DAMPAK
DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN
A.2 SOSIAL BUDAYA
operasional keresahan hampir seluruh dengan melakukan desa-desa disekitar selama proses instansi pelaksana
penambangan masyarakat warga menolak pendekatan dengan lokasi penambangan yaitu PT. Andesite
batu andesit adanya warga setempat dan penambangan sampai pasca Quality
penambangan membuat program tambang Corporation
CSR selaku pemrakarsa
dan isntansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
kantor LH Kab.
Kulon Progo
B. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
B.1 KESEHATAN MASYARAKAT
operasional penurunan tingkat memicu membuka jasa areal sekitar dari tahap instansi pelaksana
penambangan kesehatan timbulnya akibat pemeriksaan penambangan penambangan yaitu PT. Andesite
batu andesit masyarakat penambangan kesehatan gratis hingga pasca Quality
tambang Corporation
selaku pemrakarsa
dan isntansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
kantor LH Kab.
Kulon Progo

VIII - 21
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK INSTITUSI
SUMBER BESARAN LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
JENIS DAMPAK UPAYA
DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN
TAHAP PASCA TAMBANG
A. KOMPONEN FISIK DAN KIMIA
A1. PENUTUPAN TAMBANG
Reklamasi bekas perubahan jumlah habitat melakukan lahan dari tahap instansi pelaksana
tambang keanekaragaman flora dan fauna reklamasi di penambangan dan penambangan yaitu PT. Andesite
dan kerapatan berkurang daerah tambang lahan hasil hingga tahap pasca Quality
flora dan fauna reklamasi pasca tambang Corporation
tambang selaku pemrakarsa
serta instansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
kantor LH Kab.
Kulon Progo
bekas perubahan terjadi perubahan melakukan areal sekitar dari tahap instansi pelaksana
penambangan batu geomorfologi geomorfologi reklamasi di pertambangan penambangan yaitu PT. Andesite
andesit setelah daerah tambang hingga tahap pasca Quality
penambangan tambang Corporation
selaku pemrakarsa
serta instansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
kantor LH Kab.
Kulon Progo

VIII - 22
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK INSTITUSI
SUMBER BESARAN LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
JENIS DAMPAK UPAYA
DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN
A.2 KOMPONEN SOSIAL BUDAYA
Berakhirnya Pemutusan Pekerja tambang Membuat Daerah sekitar IUP Setahun sebelum instansi pelaksana
kegiatan hubungan kerja tidak mendapat lapangan tambang berakhir yaitu PT. Andesite
pertambangan pekerjaan pekerjaan seperti Quality
membuat sawah Corporation
dan kebun selaku pemrakarsa
serta instansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
kantor LH Kab.
Kulon Progo

VIII - 23
7.1.2.1 Pengelolaan Limbah
Pengelolaan air limbah dari area pertambangan sudah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Tahapan awal adalah melakukan kajian pola
aliran permukaan yang masuk ke areal tambang. Kajian dimaksudkan untuk
menetapkan titik penataan titik penataan air limbah yang akan dibuang ke
lingkungan. Saat ini terdapat 23 titik penataan yang semuanya sudah mendapatkan
izin pembuangan air limpah (IPAL) dari Bupati Kulonprogo. Air limbah yang
dibuang melalui semua lokasi titik penataan sudah dilakukan pengujian
laboratorium ekstrernal setiap 1 bulan sekali. Hasil analisasi menunjukkan bahwa
air limbah yang dibuang tersebut telah memnuhi baku mutu air limbah yang
ditetapkan.
Kebijakan yang diambil oleh perusahaan saat ini adalah mempersiapkan
dahulu fasilitas pengelolaan air limbah dan kemudian memintakan izin
pembuangan air limbah ke Bupati. Setelah semua fasilitas dan izin diperoleh baru
fasilitas tersebut dioperasikan sebagai sarana pengolahan air limpah (IPAL).
Pembangunan fasilitas IPAL ini telah melalui perencanaan pembangunan
IPAL dengan mempertimbangkan kualitas dan volume air limbah (curah hujan
tertinggi) yang akan diolah.
Kebijakan manajemen PT. Andesite Quality Corporation terhadap
pelaksanaan konservasi air juga termasuk sebagai salah satu bagian dalam
efisiensi sumber daya. Beberapa aktivitas terkait konservasi adalah sebagai
berikut :
Pengaspalan jalan mampu menghemat air untuk penyiraman, fasilitas
pencucian alat berat dan angkutan karyawan yang menggunakan sistem sirkulasi
tertutup. Sedang dalam perencanaan adalah pembuatan dan pemanfaatan settling
pond dan catchment dam sebagai sumber air yang dimanfaatkan.

7.1.2.2 Rencana Kegiatan Reklamasi


Reklamasi yang dimaksud disini adalah mengupayakan keadaan
lingkungan yang seimbang serta mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan
disekitar kawasan PT. Andesite Quality Coorporation, kegiatan yang bertujuan
mengembalikan kegunaan lahan agar dapat berfungsi kembali secara normal,
mengurangi kerusakan dan pencemaran lingkungan baik selama proses
penambangan, maupun setelah penambangan. Rencana reklamasi lahan yang
disusun pada dokumen rencana reklamasi ini adalah untuk kurun waktu 5 tahun
dengan perincian setiap tahunnya (terhitung mulai tahun 2023 s/d 2028).
1) Reklamasi Lahan
Rencana reklamasi lahan untuk kegiatan penambangan bahan galian
batuan andesit pada lokasi Blok IUP PT. Andesite Quality Corporation
selama kurun waktu mulai dari tahun 2023 sampai tahun 2028 adalah sebagai
berikut:
a. Lahan Bekas Tambang
Reklamasi akan dilaksanakan pada lahan bekas tambang dengan cara
menata elevasi permukaan yang di kemudian hari direncanakan dapat
dijadikan kawasan tambak ikan, waduk, perkebunan dan peternakan.
b. Jalan Tambang
Rencana reklamasi dan revegetasi lahan untuk keperluan jalan tambang
tidak dilakukan mengingat bahwa jalan tambang menuju ke stockpile /
crushing plant masih akan terus digunakan hingga masa produksi selesai. Di
kemudian hari jalan tambang ini akan tetap dipergunakan sebagai akses
penghubung antar desa bagi masyarakat sekitar.
c. Kolam sedimen/kendali erosi lainnya
Selama 5 tahun penambangan bahan galian batuan andesit pada lokasi Blok
IUP PT. Andesite Quality Corporation, kolam sedimen dan sarana kendali
erosi akan direklamasi dengan cara menutup kembali kolam pengendap
tersebut. Pekerjaan tersebut akan dilakukan setiap tahun.
d. Stockpile dan Crushing Plant
Untuk fasilitas stockpile dan crushing plant masih digunakan selama umur
tambang dan kegitan produksi serta akan direklamasi dan direvegetasi saat
rencana penutupan tambang.
e. Fasilitas Penunjang
Untuk fasilitas penunjang seperti: kantor, mess, gudang, bengkel dan lain
sebagainya, tidak dilakukan kegiatan reklamasi karena masih akan digunakan
hingga selesai kegiatan produksi.

2) Teknik dan Peralatan dalam Kegiatan Reklamasi


1. Teknik Reklamasi
Penutupan area penambangan PT. Andesite Quality Corporation harus
mengindahkan aspek pelestarian lingkungan dan dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan kemajuan / progress pekerjaan penambangan.
Paska penambangan selesai akan dilakukan pekerjaan rehabilitasi lahan
bekas tambang untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan fisik-kimia
dan biologi. Bekas-bekas penambangan akan ditutup kembali dengan tanah
penutup dengan membuat jenjang untuk menghindari erosi dan memperkecil
kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi.
Pada daerah penambangan yang dilakukan dengan cara tambang
terbuka akan terjadi perubahan bentang alam. PT. Andesite Quality
Corporation akan menerapkan metode penimbunan pada pit 2 dalam operasi
penambangannya, hal ini untuk menghemat lahan pembuangan lapisan tanah
penutup (waste dump) juga untuk menghindari dampak negatif terhadap
bentang alam dan akan memperkecil luas lahan yang akan berlubang. Untuk
kepentingan reklamasi, tanah pucuk yang kaya akan unsur hara diusahakan
tidak tercampur dengan lapisan lainnya dan pada saat back filling
dikembalikan pada posisi paling atas. Untuk memperkecil erosi maka bentang
akhir dari sistem back filling dibuat dalam bentuk jenjang atau teras.

Tabel 7.4 Rencana reklamasi areal penambangan Tahun 2023 s/d 2028
Tahap Reklamasi Rencana Luasan Reklamasi Keterangan
Tahap 1 & 2 0,8 Ha Tahun 2023 – 2024
Tahap 3 & 4 1,4 Ha Tahun 2024 – 2025
Tahap 5 & 6
Tahap Akhir 2,8 Ha Tahun 2025 – 2026
Tahap Akhir 2,3 Ha Tahun 2026 – 2027
1,1 Ha Tahun 2027 – 2028
TO TA L 8,62 Ha
Selain lokasi tambang reklamasi dilakukan pada tempat-tempat
terbuka akibat pembuatan jalan tambang, halaman perkantoran dan
basecamp, dimana penghijauan dilakukan di tepi kiri dan kana jalan tambang,
halaman perkantoran, basecamp dan workshop dengan jenis tanaman
setempat yang mudah dan cepat tumbuh.
Berdasarkan hasil pembahasan dalam Dokumen Studi Kelayakan PT.
Andesite Quality Corporation, maka metode dan peralatan yang digunakan
dalam pelaksanaan reklamasi adalah sebagai berikut :
A. Reklamasi
a. Back Filling
Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di lokasi
outside dump hanya akan dilaksanakan sampai tersedianya daerah bekas
penambangan yang cukup luas untuk dapat melaksanakan back filling. Cara
seperti ini, selain mengurangi biaya produksi (karena jarak angkut lapisan
penutup berkurang) juga dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat
bekas penambangan. Dengan back filling, lubang- lubang bekas tambang
akan terisi kembali sehingga persiapan pelaksanaan reklamasi dapat segera
berjalan.
b. Water Filling
Pelaksanaan water filling dilakukan pada pit 1 secara terencana yaitu
dengan mengisi lahan bekas penambangan (quarry) dengan air hujan atau air
tanah dan pembuatan saluran sirkulasi.
c. Penataan Permukaan Tanah
Penataan permukaan tanah timbunan dilakukan dengan membuat
terasering dan pengaturan elevasi permukaan.
B. Penebaran Tanah Pucuk
Penebaran tanah pucuk dilakukan pada seluruh bidang datar dari
tumpukan waste dump, dengan ketebalan 30 – 40 cm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi penimbunan tanah
adalah sebagai berikut:
 Jarak yang tidak terlalu jauh dari permuka kerja tambang.
 Tidak mengganggu areal yang akan ditambang.
 Topografi permukaan berupa lembah.
C. Revegetasi
Kegiatan revegetasi atau penanaman kembali ini dilakukan pada tumpukan
waste di bekas bukaan tambang yang sudah di-back filling. Jenis tanaman
yang digunakan dalam proses revegetasi ini adalah tanaman penutup tanah,
yang terdiri dari: tanaman centrocema pubescens, peureraria, javanica,
colopogonium munuciodes serta tanaman kayu-kayuan yang diutamakan,
misalnya: pinus dan kakao. Penanaman kembali ini dapat dilakukan dengan
jarak 4x4 meter atau ±729 batang per hektar.
2. Teknik Reklamasi Settling Pond
Ketika kolam pengendapan sudah tidak berfungsi lagi, maka akan
meninggalkan kolam-kolam besar berisi lumpur yang perlu penanganan khusus
dalam kegiatan reklamasinya. Metode penimbunan dipilih untuk menangani
kolam pengendapan ini agar lahan bekas kolam pengendapan memiliki daya
dukung yang baik untuk kegiatan revegetasi. Material yang digunakan untuk
kegiatan penimbunan berasal dari Pit 1 sebanyak ??? BCM untuk menangani
kolam seluas ??? m2. Kegiatan penimbunan dilakukan segera setelah kolam
pengendapan tidak difungsikan lagi, agar proses pengeringan menjadi lebih cepat
dan penataan lahan untuk persiapan revegetasi lebih mudah dilakukan. Pada
kegiatan revegetasi, penataan tanah pucuk (top soil) dilakukan dengan sistem
lubang tanam (pot) dengan tujuan menghemat volume tanah pucuk yang
digunakan. Tanah pucuk juga didatangkan dari pit 1 dengan volume ??? LCM.
Volume tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan volume lubang tanam
yang berjumlah ??? lubang tanam dengan volume setiap lubang tanam adalah ???
m3. Untuk mendukung kestabilan lahan terhadap erosi, maka dilakukan
perancangan sistem pembuangan air (SPA) atau drainase yang baik untuk
mencegah air limpasan masuk ke dalam lahan bekas kolam pengendapan tersebut.
Penempatan lokasi saluran penirisan disesuaikan dengan kemiringan kontur di
wilayah tersebut.
3. Teknik Reklamasi Waste Dump Area
Timbunan lapisan penutup Overburden dan Topsoil (waste dump area)
diluar tambang akan direklamasi dengan cara direvegetasi (penebaran cover
crop) untuk menjaga erosi tanah. Setelah material OB dikembalikan ke pit
bekas tambang. Waste dump area ini berada pada kontur yang relative datar
sehingga ditanami pohon pinus dimana sebelumnya diawali oleh penyebaran
benih rumput dan dapat dilakukan juga dengan cover crop, kemudian
dilakukan juga pemupukan dengan nitrogen, fosfor, dan potassium/kalium,
untuk menambah unsur hara tanah sehingga menyuburkan tanaman.
Reklamasi pada area waste dump (Penanaman Pinus) ini dapat dilakukan
pada tahun ke 5 setelah material tanah penutup ditimbun kembali pada area
bekas tambang, sedangkan penebaran covercrop dapat dilakukan pada tahun
ke 4 selama material penutup masih ditumpuk di area waste dump.
4. Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan reklamasi PT. Andesite
Quality Corporation ini antara lain adalah sebagai berikut:
Tabel 7.5 Peralatan Mekanis
No. Alat Tipe Alat Jumlah (Unit)
1. Bulldozer Komatsu D7G 1
2. Dump Truck Mitsubishi PS 100 2
3. Excavator Komatsu PC 200-7 2

5. Produktivitas Alat Mekanis


Pemuatan material penutup baik overburden maupun top soil dilakukan
oleh 1 unit Excavator Backhoe Komatsu PC200 dengan kapasitas bucket 2,1 m3,
dengan produktivitas sebesar 195,67 LCM/ jam. Untuk mengangkut material yang
telah termuat pada dumptruck sebanyak 1 unit dengan kapasitas 15 m3, dari
kapasitas bucket yang dimiliki mempunyai produktivitas 1 unit sebesar 108
LCM/jam. Sedangkan untuk mendorong material dalam upaya perataan tanah
penutup dan tanah pucuk dengan 1 unit Bulldozer yang memiliki luasan dimensi
blade 3.970 mm 1.100 mm, memiliki produktivitas 2.843 m2/jam yang berarti
Bulldozer mampu menebarkan tanah seluas 2.843 m2 dalam waktu satu jam kerja.
6. Penimbunan dan Pola Perataan Tanah
Penataan lahan diawali dengan alat berat Excavator sebagai alat untuk
memuat material yang ditimbun pada bank soil, kemudian diangkut oleh
Dumptruck menuju disposal 1 untuk ditumpahkan (dumping) lalu tiap tumpahan
dari 1 Dumptruck tersebut diratakan oleh Bulldozer dengan sistem perataan tanah
secara menyeluruh dan bertahap/berlapis (layer) untuk lahan seluas 14.000 m2.
7. Teknis Penimbunan dan Penebaran
Bulldozer berperan untuk menebar dengan cara meratakan tiap timbunan
hasil dumping dari tanah loose yang diangkut oleh Dumptruck yamg berasal dari
tempat penimbunan (bank soil) dengan ketebalan yang ditentukan untuk setiap
penebaran yaitu setebal 0,30 m (0,21 m setelah dipadatkan) ditambahkan dengan
ketebalan top soil 0,40 m loose yang diupayakan dalam keadaan padat setebal
28,8 bagan (29 bagan) yang mempunyai luasan 2.160 m2 dan volume sebesar 432
LCM berdasarkan kemampuan dumptruck dalam mengangkut tanah tiap jamnya.
Untuk setiap 1 bagan yang ditebar oleh bulldozer mempunyai luasan seluas 75 m2
dengan ketebalan 0,20 m ( keadaan loose belum dipadatkan).
8. Tanaman Untuk Revegetasi
Lahan bekas tambang yang telah direklamasi ditata kembali sesuai
dengan kontur daerah tersebut. Setelah dilakukan penataan areal tersebut
ditimbun dengan tanah pucuk dan ditaburi dengan tanaman penutup (cover
crop) yaitu: benih centrosema pubescens (CP) dan calopogonium mucunoides
(CM) 10 kg/Ha dengan maksud untuk memelihara kelembaban tanah serta
mengurangi penggerusan erosi. Selanjutnya dilakukan penghijauan dengan
pohon lokal, antara lain: pinus (p.mercusii) dan kakao (theobroma cacao)
tanaman lokal lainnya dengan jarak tanam 4 x 4 meter. Lokasi revegetasi akan
dilakukan di lokasi timbunan outside dump. Adapun kesesuaian syarat tumbuh
tanaman dengan kondisi lahan :
Tabel 7.6. Kesesuaian Syarat Tumbuh Tanaman Pinus dengan kondisi lahan
Kriteria
Syarat Kondisi Lahan di
No. Kesesuaian Keterangan
Tumbuh Lokasi Penelitian
Lahan
1 Ph tanah 4,7 - 5,4 4,5 - 6,5 Sesuai
1200 - 3000
2 Curah Hujan 2240 (mm/tahun) Sesuai
(mm/tahun)
Lempung,
Lempung dan
3 Tekstur tanah masif & Sesuai
berpasir
berpasir
Kedalaman
4 efektif tanah ≥ 30 cm
pucuk
5 Suhu udara 20°C 21,1°C - 29,4°C Sesuai
200 - 1800
6 100 - 500 mdpl Sesuai
Ketinggian mdpl

Tabel 7.7. Kesesuaian Syarat Tumbuh Tanaman Kakao dengan kondisi lahan
Kriteria
Kondisi Lahan di
No. Kesesuaian Syarat Tumbuh Keterangan
Lokasi Penelitian
Lahan
1 Ph tanah 5,6 - 6,8 4,5 - 6,5 Sesuai
1100 - 3000
2 Curah Hujan 2240 (mm/tahun) Sesuai
(mm/tahun)
Lempung,
Lempung dan
3 Tekstur tanah massif, kerikil Sesuai
berpasir
& berpasir
Kedalaman
4 efektif tanah ≥ 40 cm
pucuk
5 Suhu udara 15°C – 31°C 21,1°C - 29,4°C Sesuai
6 Ketinggian 0 - 800 mdpl 100 - 500 mdpl Sesuai

9. Penanaman Bibit Tanaman Pinus


Setelah top soil dipindah dan ditebar (speading) dengan dengan ketebalan
yang sudah dicapai yaitu setebal 0,30 m tahapan selanjutnya ialah penanaman
kembali (revegetasi) dengan bibit tanaman pinus yang diperkirakan sebanyak
729 bibit. Untuk kegiatan revegetasi pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga
manusia dengan pelaksanaannya meliputi :
1. Pembuatan lubang tanam dan jarak tanam disesuaikan dengan
rekomendasi ahli pertanian untuk syarat kesuburan tanaman Pinus yaitu
dengabn ukuran dimensi (30 x 30 x 30) cm, lalu untuk jarak tanam
ditentukan seluas 4 x 4 meter.
2. Pengaturan arah larikan tanaman yang relative datar mengikuti arah timur
barat.
3. Sebelum penanaman dilakukan penimbunan tanah yang akan digunkan
untuk menutup lubang tanam.
4. Kegiatan penanaman direkomendasikan pada saat musim penghujan tiba.
10. Pemeliharaan
Dalam kegiatan pemeliharaan lahan yang telah direklamasi akan
dilakukan beberapa kegiatan, antara lain:
a. Pemupukan ulang
Pemupukan ulang dilakukan secara berkala dan secara rutin dilakukan
apabila kegiatan penanaman telah berjalan dan saat usia tanaman sudah
layak untuk dilakukan pemupukan.
b. Pemeliharaan dan pemantauan
Pemeliharaan tanaman akan dilakukan secara rutin dan dilakukan oleh
beberapa tenaga kerja agar kondisi dan perkembangan tanaman dapat
berjalan dengan normal.

7.1.3 Pemantauan Lingkungan Hidup


Sesuai dengan PP nomor 27 tahun 2012, PT. Andesite Quality Corporation
wajib melakukan kegiatan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup) dimana
UPL dilakukan oleh instansi pemerintah di bidang lingkungan hidup. Dengan
adanya dampak negatif yang mungkin terjadi saat penambangan yang dilakukan,
maka perlu adanya suatu usaha untuk meminimalisir, sehingga tidak berdampak
langsung terhadap kelangsungan perusahaan sendiri maupun lingkungan hidup.
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh instansi pemerintah
adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Abiotik
 Pengambilan sampel kualitas udara langsung di lapangan.
 Menganalisis data pengukuran debu dan hasilnya dibandingkan dengan
angka baku mutu lingkungan.
 Melakukan pengambilan sampling air limbah dari buangan / kolam
pengendapan dan dianalisis di Laboratorium.
 Membandingkan hasil analisa dari kualitas air permukaan dengan baku
mutu air yang telah ditetapkan.
2. Lingkungan Biotik
 Melakukan pemantauan langsung terhadap tanaman pohon di areal bekas
penambangan dan areal yang tidak ditambang.
3. Lingkungan Culture
 Melakukan pengawasan terhadap fasilitas sarana dan prasarana yang telah
dibangun.
 Memantau kesehatan masyarakat sekitar.
 Membantu penyaluran atau usaha yang didirikan oleh lulusan pendidikan
keterampilan perusahaan.
Kegiatan pemantauan lingkungan PT. Andesite Quality Corporation
selanjutnya dijabarkan dalam suatu matriks dimana pada matriks tersebut terdapat
rincian hal tentang tata cara pelaksanaan dan pemantauan lingkungan yang
dilakukan sesuai dengan tahapan penambangan yang dilakukan. Adapun matriks
tersebut ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 7.3 Matriks Upaya Pemantauan Lingkungan Penambangan Batu Andesit PT. Andesite Quality Corporation

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


INSTITUSI
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
TAHAP KONSTRUKSI
A. KOMPONEN FISIK DAN KIMIA
A1. KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN
Sumber Peningkatan Kadar debu Dengan menjalankan Jalan sekitar Setiap 3 bulan Intansi pengawas yaitu
dampak kadar debu yang sampling udara dengan proyek kegiatan sekali selama tahap kantor LH Kab. Kulon
berasal dari udara dihasilkan metode gravimetri konstruksi konstruksi Progo dan Dinas
mobilisasi sebesar 50 untuk udara tersuspensi penambangan pertambangan Kab.
peralatan mppcf Kulon Progo.
material serta
dimobilisasi
peralatan

B. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


Mobilisasi dan kesempatan 20% dari total pengamatan lapangan penduduk di 1 kali selama masa instansi pengawas
demobilisasi kerja pekerjaannya sekitar wilayah konstruksi yaitu kantor-kantor LH
tenagakerja berasal dari proyek Kab. Kulon Progo dan
pertambangan masyarakat Dinasker DUK-
setempat
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
TAHAP KONSTRUKSI
A. KOMPONEN FISIK DAN KIMIA
A1. KUALITAS UDARA
penambangan penigkatan kadar debu dengan melakukan area penambangan setiap 3 bulan instansi pengawas
andesit dan kadar debu yang sampling udara dengan andesit depan sekali selama tahap yaitu kantor LH Kab.
transportasi udara dihasilkan metode gravitimeter bengkel alat berat konstruksi Kulon Progo dan Dinas
andesit sebesar 50 untuk udara pertambangan Kab.
mppcf tersuspensi Kulon Progo dan
Instansi penerima
laporan yaitu Bappeda
Prov. DIY dan kantor
LH Kab. Kulon Progo

emisi gas penurunan gas karbon melakukan sampling area penambangan setiap 3 bulan instansi pengawas
buang dari alat kualitas udara monoksida udara dengan metode andesit depan sekali yaitu kantor-kantor LH
berat (CO) yang analisis udara sesuai bengkel alat berat Kab. Kulon Progo dan
dihasilkan dari dengan PP No.41 Dinasker DUK-Capil
alat berat Tahun 1999 tentang Kab. Kulon Progo dan
pengendalian instansi penerima
pencemaran udara laporan yaitu Bappeda
Prov. DIY dan kantor
LH Kab. Kulon Progo.
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
INSTITUSI
SUMBER JENIS BESARAN BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
TAHAP KONSTRUKSI
A. KOMPONEN FISIK DAN KIMIA
A.2. KEBISINGAN
Operasi alat peningatan kebisingan pengukuran langsung area penambangan setiap 3 bulan instansi pengawas
berat dan kebisingan ditimbulkan di lapangan dengan andesit depan sekali yaitu kantor LH Kab.
mesin andesit oleh suara dari sound level meter dan bengkel alat berat Kulon Progo dan Dinas
kendaraan alat membandingkan hasil Pertambangan Kab.
berat, terutama pengukuran dengan Kulon Progo dan
pada baku mutu tingkat instansi peneriman
transportasi kebisingan laporan yaitu Bappeda
dan Prov. DIY dan kantor
pengelolaan LH Kab. Kulon Progo
pada kegiatan
tahap operasi
produksi

HIDROLOGI
Proses penurunan air permukaan pengambilan sampel area penambangan setiap 6 bulan instansi pengawas
penambangan kualitas air menurun air dan analisis andesit sekali yaitu kantor-kantor LH
batu andesit laboratorium sesuai Kab. Kulon Progo dan
dengan Dinasker DUK-Capil
membandingkan baku Kab. Kulon Progo dan
mutu kelas II PP No. instansi penerima
82 tahun 2001 tentang laporan yaitu Bappeda
Pengelolaan kualitas Prov DIY dan kantor
air dan pengendalian LH Kab. Kulon Progo
pencemaran air
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK
LOKASI PERIODE INSTITUSI
SUMBER JENIS BESARAN UPAYA KET
PEMANTAUA PEMANTAUA PEMANTAUAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLA
N LH N LH
AN LH
proses peningkatan kebisingan Pengamatan area 3 bulan musim institusi pengawas
penambangan aliran yang dihasilkan langsung penambangan hujan selama yaitu kantor LH
batu andesit permukaan 100 DB dengan batu andesit operasional Kab. Kulon Progo
dan reklamasi mengukur penambangan dan instansi
bekas tambang volume air batu andesit penerima laporan
setiap settling yaitu Bappeda
pond dan Prov. DIY Kab.
pengamatan Kulon Progo
area reklamasi
dan
penghijauan
bekas
penambangan
batu andesit
GEOLOGI
proses perubahan batuan yang operasi lokasi area setiap 6 bulan instansi pengawas proses
penambangan keaktifan proses memiliki penambangan penambangan sekali membuka yaitu kantor LH penambang
batu andesit geomorologi kekerasan yang andesit batu andesit 1 blok Kab. Kulon Progo an batu
dan reklamasi tinggi penambangan dan Dinas andesit
bekas tambang Pertambangan
Kab. Kulon Progo
dan instansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY DAN
Kantor LH Kab.
Kulon Progo
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK INSTITUSI
LOKASI PERIODE KET
SUMBER JENIS BESARAN UPAYA PEMANTAUAN
PEMANTAUAN PEMANTAUAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK PENGELOLAAN
LH LH
LH
KOMPONEN GEOLOGI
Penambangan perubahan habitat pengamatan lahan setelah instansi pengawas
andesit dan keanekaragaman tumbuhan yang langsung dan penambangan penambangan yaitu kantor LH
reklamasi bekas dan kerapatan jumlahnya plotting di dan lahan hasil selesai Kab. Kulon Progo
tambang flora berkurang lapangan serta reklamasi dilakukan, dan 2 dan Dinas
analisis dan pertambangan kali tahun Pertambangan
deksriptif analisis (musim kemarau Kab. Kulon Progo
dan hujan) dan instansi
selama penerima laporan
operasional yaitu Bappeda
tambang Prov. DIY dan
Kantor LH Kab.
Kulon Progo
Penambangan perubahan habitat hewan pengamatan lahan 2 kali/ tahun instansi pengawas
andesit dan keanekaragaman yang jumlahnya langsung dan penambangan yaitu kantor-
reklamasi bekas jenis dan berkurang plotting di dan lahan hasil kantor LH Kab.
tambang kelimpahan lapangan serta reklamasi Kulon Progo dan
fauna darat analisis dan pertambangan Dinasker DUK-
deksriptif analisis Capil Kab. Kulon
Progo dan instansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
kantor LH Kab.
Kulon Progo
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK INSTITUSI
SUMBER BESARAN LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
JENIS DAMPAK UPAYA
DAMPAK DAMPAK PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN
A.2 SOSIAL BUDAYA
operasional keresahan hampir seluruh observasi dan desa-desa di 1 kali/tahun intansi pengawas
penambangan masyarakat warga menolak wawancara serta sekitar lokasi selama proses yaitu kantor LH
batu andesit adanya kuantitatif dan penambangan penambangan Kab. Kulon Progo
penambangan kualitatif dan Dinas
pertabangan Kab.
Kulon Progo serta
instansti penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov. DIY
dan Kantor LH Kab.
Kulon Progo
B. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
B.1 KESEHATAN MASYARAKAT
operasional penurunan tingkat memicu pengumpulan data areal sekitar 1 kali/tahun instansi pengawas
penambangan kesehatan timbulnya akibat dari puskesmas penambangan selama proses yaitu kantor-kantor
batu andesit masyarakat penambangan kecamatan dalam penambangan LH Kab Kulon
wilayah lokasi Progo dan Dinasker
penambangan DUK-capil Kab.
Kulon Progo serta
instansi penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov. DIY
dan kantor LH Kab.
Kulon Progo
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK INSTITUSI
SUMBER BESARAN LOKASI PERIODE
JENIS DAMPAK UPAYA PENGELOLAAN
DAMPAK DAMPAK PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN
TAHAP PASCA TAMBANG
A. KOMPONEN FISIK DAN KIMIA
A1. PENUTUPAN TAMBANG
Reklamasi bekas perubahan jumlah habitat pengamatan lahan setelah instansi pengawas
tambang keanekaragaman flora dan fauna langsung dan penambangan dan penambangan yaitu kantor LH
dan kerapatan berkurang plotting di lahan hasil selesai Kab. Kulon Progo
flora dan fauna lapangan serta reklamasi pasca dan Dinas
analisis data tambang Pertambangan
deksriptif Kab. Kulon Progo
serta instansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
Kantor LH Kab.
Kulon Progo
bekas perubahan terjadi perubahan observasi lokasi areal sekitar setelah instansi pengawas
penambangan batu geomorfologi geomorfologi bekas awal penambangan penambangan yaitu kantor LH
andesit setelah pertambangan selesai Kab. Kulon Progo
penambangan dan Dinasker
DUK-Capil Kab.
Kulon Progo serta
instansi penerima
laporan yaitu
Bappeda Prov.
DIY dan Knator
LH Kab. Kulon
Progo
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
BENTUK INSTITUSI
SUMBER BESARAN LOKASI PERIODE PENGELOLAAN
JENIS DAMPAK UPAYA
DAMPAK DAMPAK PEMANTAUAN PEMANTAUAN
PENGELOLAAN
A.2 KOMPONEN SOSIAL BUDAYA
Berakhirnya Pemutusan Pekerja tambang Observasi dan Daerah sekitar setelah instansi pengawas
kegiatan hubungan kerja tidak mendapat wawancara serta IUP penambangan yaitu kantor LH
pertambangan pekerjaan kualitatifdan selesai Kab. Kulon Progo
kuantitatif dan Dinas
Pertambangan
Kab. Kulon Progo
serta instansi
penerima laporan
yaitu Bappeda
Prov. DIY dan
Kantor LH Kab.
Kulon Progo
7.1.4 Kegiatan Pascatambang
Kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau
seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam
dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan yang
dilakukan oleh PT. Andesite Quality Corporation meliputi kegiatan :
1. Tapak bekas tambang
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran fasilitas
tambang, dan reklamasi bekas fasilitas tambang, lokasi penambangan, dan bekas
kolam pengendapan serta pengamanan semua bukaan tambang yang berpotensi
bahaya terhadap manusia.
2. Fasilitas pengolahan.
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran fasilitas
pengolahan dan reklamasi bekas fasilitas pengolahan, serta stabilisasinya, dan
pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak dan
limbah B3.
Berikut ini adalah Rencana Pembongkaran Fasilitas Penambangan PT.
Andesite Quality Corporation, dapat dilihat pada Tabel 7.8.
Tabel 7.8
Rencana Pembongkaran Fasilitas Tambang

Tidak
No. Fasilitas Luas (m2) Dibongkar
Dibongkar
1. Tempat Pengolahan 1118.22 
2. Stockyard 494.03 
3. Stockpile 454.5 
4. Gudang C.E.M 282.11 
5. Fuel Tank 150.81 
Gudang Bengkel dan 168.89
6. 
Operasional
7. Bengkel 226.49 
8. Parkir alat berat 362.9 
Parkir LV, Motor, 192.43
9. 
Tamu, Karyawan
10. Kantor & Pemasaran 311.05 
Kantin, Pantry, 261.23
11. 
Entertainment Center
12. Gudang Umum 193.51 
13. Mushola 50.6 
14. Mess 243.07 

Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran sisa-sisa


bangunan, transmisi listrik dan pipa. Pembongkaran peralatan, mesin, tangki
bahan bakar minyak dan pelumas. Selain itu juga dilakukan reklamasi lahan bekas
sarana transportasi, serta pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan
kimia, minyak dan limbah B3.
3. Pemeliharaan dan perawatan.
Yang dimaksud adalah pemeliharaan dan perawatan terhadap tapak bekas
tambang, lahan bekas fasilitas pengolahan, dan lahan bekas fasilitas penunjang.
4. Sosial dan ekonomi.
Kegiatan penting yang dilakukan adalah penanganan pengurangan dan
pemutusan hubungan kerja, bimbingan, dan bantuan untuk pengalihan pekerjaan
bagi karyawan. Kegiatan lainnya adalah pengembangan usaha alternatif untuk
masyarakat lokal yang disesuaikan dengan program-program Coorporate Social
Responsibility (CSR) ataupun dari Comdev (Comunity Development).

A. Pemantauan
Pekerjaan penataan lahan merupakan bagian dari pemantauan lingkungan,
dikonsentrasikan pada reklamasi lahan bekas tambang, penataan kolam sedimen,
stabilitas lereng, dan kualitas air. Kegiatan rehabilitasi dikonsentrasikan pada
penanaman tanaman cover crop dan jenis tanaman yang sesuai daerah dan bernilai
ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat.
Hasil pemantauan serta pelaporannya mengenai :
1. Kestabilan Fisik.
Pemantauan kestabilan lereng, keamanan bangunan pengendali erosi dan
sedimentasi, penimbunan material penutup, serta fasilitas lain.
2. Air Permukaan dan Air Tanah.
Pemantauan terhadap kualitas air kolam penampungan, sungai, air sumur di
sekitar lokasi bekas tambang, sumur pantau, air di kolam bekas tambang,
dan lain-lain.
3. Flora dan Fauna.
Pemantauan terhadap flora dan fauna akuatik dan terestrial.
4. Sosial dan Ekonomi.
Pemantauan sosial dan ekonomi (demografi, mata pencaharian, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain).
B. Organisasi
Organisasi untuk pascatambang tidak begitu banyak, hanya memerlukan
beberapa divisi maupun staf–staf dikarenakan lingkup kerjanya hanya untuk
pengelolaan dan pemantauan kegiatan yang telah direncanakan. Adapun staf–staf
yang melakukan pengerjaan pascatambang adalah yang tercantum di diagram
organisasi pada bab IX, kegiatan yang dilakukan antara lain bertanggung jawab
dan mengawasi atas K3, perawatan berkala, melakukan rehabilitasi, pemantuan
terhadap semua kegiatan dalam pascatambang.
Berikut adalah Bagan Organisasi Pascatambang PT. Andesite Quality
Corporation:

Gambar 11.1 Diagram Alir Organisasi Pascatambang

7.1.4.1 Pemanfaatan Lahan Pascatambang


Luas lokasi tambang yang dimiliki PT. Andesite Quality Corporation
adalah 15 Ha. Fasilitas tambang ada beberapa yang dibongkar. Bangunan kantor,
mushola kantin dan sebagainya dibiarkan tetap berdiri karena masih bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dialih fungsikan sebagai potensi desa
wisata karena rencana reklamasi akan menjadikan pit 2 seperti hutan pinus.
Program rencana reklamasi dan Pascatambang PT. Andesite Quality Corporation
sudah disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo
(sesuai Perda Kabupaten Kulon Progo No.1 tahun 2012).
Sedangkan untuk pit 1 akan dijadikan waduk untuk pemancingan, seluas
27257.49 m2. Pada waduk bekas void penambangan akan ditebar ikan sebanyak
500 kg bibit ikan campur terlebih dahulu. Penebaran ikan akan mulai dilakukan
pada tahun ke-9 (Tahun 2028), menunggu void penambangan terisi oleh air
dengan kurun waktu 6 bulan setelah tambang berakhir pada akhir tahun ke-9
(Tahun 2028). Dalam penebaran bibit ini dilakukan sekaligus. Dengan demikian
diharapkan masyarakat bisa memperoleh penghasilan dari pemancingan tersebut,
sehingga kegiatan penutupan tambang dapat memberikan manfaat pada
masyarakat sekitar tambang.
Selain untuk budidaya ikan, waduk bekas penambangan nantinya dapat
dimanfaatkan sebagai saluran irigasi/pengairan. Kemudian untuk bagian safety
bench , akan ditanami tanaman cover crop seperti rumput gajah yaitu sehingga
akan meningkatkan daya dukung tanah dan juga sebagai pencegah erosi, serta
nantinya rumput gajah akan dimamfaatkan warga untuk pakan ternak. Penanaman
rumput gajah pada safety bench dilaksanakan pada awal tahun 2023. Setelah
penanaman pada safety bench selesai, pada tahun yang sama dilanjutkan dengan
revegetasi menggunakan rumput gajah pada area bekas penambangan pada elevasi
160-115. Revegetasi yang dilakukan yaitu dengan menggunakan sistem tabur.
Dimensi penanaman yaitu 0.3m x 0.3m. Lay out reklamasi pada tahun 2021 dapat
dilihat di (Lampiran I.15). Untuk perhitungan biaya revegetasi dapat dilihat pada
(Lampiran K.8).
Fasilitas pengolahan akan dibongkar sehubungan dengan berhentinya
penambangan. Pembongkaran fasilitas pengolahan ini dimulai dengan
pembongkaran peralatan pengolahan, kemudian dilanjutkan pembongkaran
bangunannya. Bekas mesin-mesin pengolahan dan besi bekas bangunan akan
dijual dan bekas bangunan akan ditimbun di dasar pit. Area disekitar bekas
pengolahan, bekas ruang Power supply, bengkel, stockyard dan kolam
pengendapan akan dibongkar dan direvegetasi dengan pohon mahoni.
Pembongkaran fasilitas pengolahan dan fasilitas penunjang dilakukan pada awal
tahun 2028. Kemudian dilanjutkan dengan revegetasi pada tahun yang sama. Lay
out hasil reklamasi pada tahun 2028 dapat dilihat pada (Lampiran I.16).
Untuk biaya pembongkaran dapat dilihat pada Lampiran I.3 dan untuk biaya
revegetasi stockyard, tempat pengolahan dan bengkel dapat dilihat pada
(Lampiran I.5, Lampiran I.6, Lampiran I.7).

7.1.4.2 Jadwal Pelaksanaan Pascatambang

Tahun
Jenis Kegiatan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perizinan
pendekatan masyarakat

REKLAMASI & PASCATAMBANG


& pembebasan lahan
perekrutan tenaga kerja
perjanjian (MOU) jual
REKLAMASI

REKLAMASI

REKLAMASI

REKLAMASI

beli
land clearing &
pengupasan top soil
pembangunan sarana &
prasarana
pengadaan & persiapan
peralatan mekanis
pembuatan jalan
tambang

7.1.4.3 Rencana Biaya Pascatambang


A. Biaya Langsung,
1. Pengelolaan tapak bekas tambang
2. Pembongkaran bangunan dan sarana penunjang yang sudah tidak
digunakan, kecuali ditentukan lain.
3. Reklamasi tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan pemurnian, serta
fasilitas penunjang.
4. Pemantauan kualitas air, tanah, dan udara
5. Aspek sosial budaya dan ekonomi
(Rincian biaya langsung dapat dilihat pada Lampiran I.12)

B. Biaya tidak langsung


Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan
reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar
acuan, yang ditentukan sebagai berikut (Lampiran I.12):
1. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5 % dari biaya langsung
2. Biaya perencanaan reklamasi sebesar 2 % - 10 % dari biaya langsung
3. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor sebesar 3 % - 14 % dari biaya
langsung
4. Biaya supervisi sebesar 2 % - 7 % dari biaya langsung
5. Total Biaya
Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak
langsung dan biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-
pajak yang berlaku dan dibuat dalam mata uang Rupiah.
7.2 Keselamatan Pertambangan
7.2.1 Manajemen Risiko Keselamatan Pertambangan
Manajemen risiko adalah proses identifikasi bahaya, penilaian risiko serta
pengembangan strategi pengelolaannya. Penerapan manajemen risiko memiliki
manfaat diantaranya dapat menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi
risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya, menekan biaya untuk
penanggulangan kejadian yang tidak di inginkan, menjadikan rasa aman,
meningkatkan pemahaman dan kesadaran, dan memenuhi persyaratan
perundangan yang berlaku.
7.2.1.1 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah proses mengendalikan adanya suatu bahaya
dan menetapkan karakteristiknya.
Tabel 7.1 Tipe Bahaya

Bahaya contoh
Micro Biologi ; Bakteri, Virus, Jamur, Tengu (Mites)
Biologi
Macro bilogi : serangga, parasit, tumbuhan & binatang
Fisik Suara bising getara, pencahayaan, radiasi, temperatur dan tekanan
Kimia Debu, asap, gas, kabut (aerosols), fiber, fume, uap (vapors), B3
Stress fisik (physical stresses) : ruang sempit & terbatas, menarik,
mendorong, canggung/aneh (awkward) or static postures, overexertion,
Ergonomi repetitive motion, fatigue, excessive force, direct pressure.

Stress kejiwaan/mental ; bosan, terlalu berat


Mekanis Permesinan, peralatan (titik operasi, titik jepit, titik geser)
Lingkungan Kemiringan, permukaan tidak rata, cuaca tidak mendukung,
sekitar berlumpur/basah, kegelapan .
Intimidasi, trauma, pola gilir kerja, pola promosi, pengorganisasian
Psikososial kerja.
Tingkah laku Ketidakpatuhan, kurang keahlian, tugas baru/tidak rutin, overconfident

Potensi bahaya yang ada di PT. Andesite Quality Coorporation


digolongkan atas 3 faktor yaitu faktor manusia atau pekerja, faktor bahaya
pada proses penambangan serta faktor bahaya pada proses pengolahan
batu andesit. Identifikasi bahaya pada proses penambangan batu andesit di
PT. Andesite Quality Coorporation dimulai dari land clearing hingga
penambangan selesai (reklamasi). Identifikasi bahaya pada PT. Andesite
Quality Coorporation dapat dilihat di tabel 7. 3

Tabel 7.3

No Potensi bahaya Sumber bahaya Jumlah


Temuan
1 Sikap pekerja -
Kebisingan
Lalu lintas tambang
2 Penambangan
Serpihan material
Asap
Debu
Pengolahan batu Serpihan material di area
3
andesit kerja
Kabel pembangkit listrik
Total

7.2.1.2 Penilaian Risiko


Penilaian risiko adalah penilaian suatu resiko dengan membandingkan
terhadap tingkat / kreiteria resiko yang telah ditetapkan.
Manajemen resiko menurut Australia Standard / New Zealand
Standard (AS/NZS 4360 : 2004) terdapat kriteria penaksiran resiko yang
diklasifikasikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Qualitative Measures Of Likelihood
Level Tingkat likelihood Penjelasan
Hanya terjadi pada kondisi Terjadi pada kondisi abnormal bencana
1 khusus alam/darurat
2 Terjadi sewaktu-waktu Frekuensi terjadi satu tahun sekali
Frekuensi terjadi seminggu sampai sebulan
Sering terjadi
3 sekali
4 Pasti terjadi Frekuensi terjadi setiap hari
5 Jarang Mungkin terjadi hanya pada kondisi tidak normal
Tabel 7. Qualitative Measures Of Consequence Or Impact
Level Tingkat konsekuensi Penjelasan
A Tidak signifikan Tidak ada cedera, kerugian financial kecil
Penanganan pertolongan pertama, kerugian
B Rendah
financial sedang, tingkat politis rendah
Diperlukan penanganan medis, kerugian
C Menengah
financial cukup besar, tingkat politis sedang
Cidera yang meluas, kerugian financial besar,
D Besar
tingkat politis yang besar.
Kematian, kerugian financial sangat besar,
E Dahsyat
kekacauan politis tingkat tinggi.

Tabel 7. Tingkat Risiko


Konsekuensi
Likelihood Tidak Rendah Menengah Besar Dahsyat
signifikan
Hampir pasti M S H H H
Kemungkinan besar M S S H H
Kemungkinan sedang L M S H H
Kemungkinan kecil L L M S H
Jarang L L M S S

Keterangan :
H : high risk, memerlukan perhatian manajemen senior
S : significant risk, risiko ekstrim, memerlukan tindakan segera
M : Medium Risk, tanggung jawab manajemen harus dipertegas
L : Low Risk, dapat dikelola dengan prosedur rutin

Setelah mendapat temuan potensi bahaya di lapangan dan menggolongkan


potensi bahasa bedasarkan sumbernya, maka selanjutnya dilakukan penilaian
risiko dengan pendekatan risk matriks.
Setelah itu menentukan tingkat keparahan (risk level) dengan
mempertimbangkan kriteria resiko Likelihood (L) dengan Severity atau
Concequences (C). jumlah tingkat bahaya kecelakaan kerja yang diklasifikasikan
terhadap nilai Likelihood (L) dengan Concequences (C) sesuai dengan peluang
dan resiko tingkat keparahan. Penetapan nilai Likelihood (L) dan Concequences
(C) berdasarkan tabel 7. ;
Penetapan nilai likelihood dan concequences berdasarkan identifikasi
bahaya yang telah dilakukan yaitu :
Tabel 7.

No Sumber hazard Likelihood Concequences


1 Sikap pekerja 5 4
2 Kebisingan 4 2
3 Lalu lintas tambang 5 5
4 Serpihan materail 3 2
5 Asap 3 3
6 Debu 4 2
7 Serpihan material di area kerja 3 3
8 Kabel pembangkit listrik 2 3

Setelah penetapan nilai likelihood (L) dan concequences (C) maka langkah
selanjutnya adalah mengalikan nilai likelihood (L) dan Concequences (C)
sehingga hasil perkalian nilai tersebut akan dimasukkan kedalam matriks risiko
sehingga akan didapatkan peringkat risiko serta mengetahui peringkat yag bernilai
ekstrim untuk diberikan rekomendasi perbaikan, seperti tabel di bawah ini.

Tabel 7. Penetapan matriks risiko

No Sumber hazard L C LxC Risk


Level
1 Sikap pekerja 5 4 20 Ekstrim
2 Kebisingan 4 2 8 Tinggi
3 Lalu lintas tambang 4 5 20 Ekstrim
4 Serpihan material 3 2 6 Sedang
5 Asap 3 3 9 Tinggi
6 Debu 4 2 8 Tinggi
7 Serpihan material di area kerja 3 3 9 Tinggi
8 Kabel pembangkit listrik 2 3 6 Sedang

Berdasarkan tabel diatas, dapat diliat terdapat dua potesi kecelakaan kerja
yang bernilai ekstrim yaitu sikap pekerja serta lalu lintas tambang. Maka dari itu
kedua potensi kecelakaan kerja tersebut harus diprioritaskan untuk mendapatkan
rekomendasi perbaikan.

7.2.1.3 Pengendalian Risiko


Pengendalian yang dilakukan oleh PT Andesite Quality Coorporation
untuk proses penambangan dengan metode pembongkaran mortar
disesuaikan dengan bahaya yang muncul dari setiap langkah kerja. Upaya
pengendalian terhadap potensi kecelakaan kerja yang telah dilakukan oleh
PT Andesite Quality Coorporation yaitu Melakukan pengawasan terhadap
para karyawan serta pelatihan tentang pentingnya APD dan Memberikan
rambu-rambu tentang kondisi jalan serta pengontrolan kondisi jalan secara
teratur.

7.2.2 Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan


a. Pengelolaan K3 di Lokasi Tambang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) adalah aspek penting yang
akan menunjang produktifitas, efisiensi kerja dan produksi tambang.
Untuk itu pengelolaannya akan dilaksanakan dengan baik di bawah
tanggung jawab dan koordinasi Kepala Teknik Tambang, diantaranya:
 Melengkapi setiap pekerja dengan Alat Pelindung Diri sesuai
standar dan kondisi lingkungan kerjanya masing-masing.
 Mengawasi pelaksanaan penggunaan Alat Pelindung Diri.
 Menetapkan Standar Operasi & Prosedur (SOP) untuk tiap jenis
pekerjaan penambangan.
 Menyediakan fasilitas P3K berupa First Aid Kit (kotak P3K),
serta ruangan P3K lengkap dengan peralatan P3K, obat-obatan
dan tenaga medis.
 Pemeriksaan kesehatan rutin seluruh pekerja sesuai ketentuan.
 Melakukan “safety talk” rutin sebelum memulai pekerjaan di
lokasi tambang dari dan oleh seluruh pekerja di bawah arahan
Kepala Teknik Tambang atau yang ditunjuk mewakilinya.
 Melengkapi peralatan dan sarana kerja yang memiliki potensi
bahaya dengan alat pelindung dan pengaman.
 Inspeksi rutin atau mendadak ke setiap peralatan dan atau lokasi
kerja yang memiliki potensi bahaya, dilaksanakan oleh Kepala
Teknik Tambang atau orang yang ditunjuk.
 Memasang tanda peringatan dan rambu utuk tiap daerah yang
berpotensi bahaya.
b. Pengelolaan K3 di Unit Pengolahan
Pada unit pengolahan terdapat 3 (tiga) aktivitas utama, yaitu:
a. Aktivitas pembongkaran batuan hasil tambang dilanjutkan
pengumpanan ke unit pengolahan.
b. Aktivitas reduksi ukuran dan pemisahan.
c. Aktivitas penumpukan hasil pengolahan. Semua aktivitas tersebut
di atas memiliki potensi bahaya.
Untuk itu diperlukan langkah pengamanan antara lain sebagai berikut:
 Penggunaan Alat Pelindung Diri seperti safety helmet, safety
shoes, safety glasses, reflector vest, ear plug, dan dust masker.
 Melengkapi mesin-mesin pada daerah berpotensi bahaya dengan
alat pelindung yang memadai.
 Melengkapi peralatan yang digerakkan listrik dengan emergency
break.
 Usaha menyirami debu dengan penyiraman air (sprayer).
 Menetapkan “Standard Operation and Procedure” (SOP) untuk
setiap pekerjaan seperti pengoperasian alat berat, crusher, belt
conveyor, dan lain sebagainya.
 Memasang rambu/tanda peringatan pada daerah berpotensi
bahaya.
 Inspeksi ke peralatan dan daerah-daerah yang memiliki potensi
bahaya oleh Kepala Teknik Tambang atau pejabat yang ditunjuk.
c. Pengelolaan K3 pada Kegiatan Pengangkutan
Untuk pengelolaan K-3 dibidang pengangkutan akan dilaksanakan
dengan baik di bawah tanggung jawab dan kordinasi Kepala Teknik
Tambang, antara lain :
 Melengkapi setiap pekerja dengan Alat Pelindung Diri sesuai
standar dan kondisi lingkungan kerja sepanjang kegiatan
pengangkutan berlangsung.
 Mengawasi pelaksanaan penggunaan Alat Pelindung Diri.
 Menetapkan Standar Operasi & Prosedur (SOP) untuk pekerjaan
pengangkutan.
 Menyediakan fasilitas P3K berupa First Aid Kit (Kotak P3K) di
setiap peralatan pengangkutan, serta ruangan P3K lengkap dengan
peralatan P3K, obat-obatan dan tenaga medis.
 Melakukan “safety talk” rutin sebelum memulai kegiatan
pengangkutan dari dan oleh seluruh pekerja di bawah arahan
Kepala Teknik Tambang atau yang ditunjuk mewakilinya.
 Melengkapi peralatan dan sarana kerja yang memiliki potensi
berbahaya dengan alat potensi bahaya dengan alat pelindung dan
pengaman.
 Inspeksi rutin atau mendadak ke setiap peralatan dan atau daerah-
daerah kerja yang memiliki potensi bahaya oleh Kepala Teknik
Tambang atau orang ditunjuk.
 Memasang tanda peringatan dan rambu-rambu lalu lintas untuk
tiap daerah yang berpotensi bahaya.
7.2.2.1 Pengelolaan Keselamatan Kerja
Pengelolaan keselamatan kerja dimulai dengan melaksanakan
identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada
yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan
identifikasi bahaya dimulai dengan membuat standart operational
procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah
observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa, tindakan selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat
resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian
resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat
deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan penunjukan
personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah dilakukan
pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan melakukan
monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko. Berikut adalah
skema sistem pengelolaan keselamatan kerja:

Identifikasi Bahaya

Monitoring dan
Peninjauan
Analisa Bahaya Ulang Bahaya/Risiko

Penerapan

Evaluasi Resiko

Kontrol /
Pengendalian Risiko

Gambar 7 Sistem Manajemen Risiko

a. Alat Pelindung Diri (APD)


PT. Andesite Quality Coorporation menyediakan APD tanpa dipungut
biaya kepada semua karyawan dan visitor yang mendapat izin masuk
perusahaan sesuai dengan registrasi. Adapun APD yang tersedia adalah:
1) Alat pelindung kepala (safety helmet)
2) Alat pelindung telinga (ear plug dan ear muff)
3) Alat pelindung mata (googles)
4) Alat pelindung kaki (safety shoes)
5) Baju kerja atau rompi yang dilengkapi dengan scotchlite
6) Alat pelindung pernapasan (masker)
7) Alat pelindung tangan (gloves)
8) Pelindung badan (baju pelampung dan jas hujan)

b. Distribusi dan Pengawasan APD


Prosedur pendistribusian APD dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Karyawan Baru
a. Sebelum diberikan APD karyawan baru terlebih dahulu
diberikan safety induction untuk memperkenalkan jenis bahaya
yang ada dan memberikan pemahaman tentang jenis APD apa
saja yang diperlukan.
b. Setelah itu, pengawas yang bersangkutan mengurusi semua
berkas dan kelengkapan untuk diajukan kebagian logistik
untuk pengambilan APD.
c. Kemudian, APD diberikan kepada karyawan dan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemakai mengenai kehilangan dan
kerusakan selama batas waktu yang ditentukan untuk
pergantian APD yang baru.
2) Karyawan Lama
a. Apabila APD telah rusak maka prosedur distribusi APD juga
sama dengan karyawan baru tetapi perwakilan karyawan
tersebut harus membawa APD yang telah rusak untuk
diidentifikasi pihak safety departement sebagai bukti.
b. Kehilangan APD harus dipertanggungjawabkan oleh karyawan
yang bersangkutan dan diberikan sanksi sesuai dengan yang
diberlakukan manajemen.
Pengawasan kedisiplinan karyawan memakai APD dilakukan oleh
pengawas masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pengamatan dan pendekatan secara emosional supaya pemakaian APD
oleh karyawan tidak dirasa hanya sebagai kewajiban tetapi
menganggapnya sebagai kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman dan
selamat dalam bekerja.

c. Media Komunikasi K3
1) Rambu
Rambu-rambu yang terpasang adalah jenis rambu larangan,
perintah, infomasi dan peringatan. Rambu ini dipasang di sepanjang jalan
hauling dan di area tambang serta di instalasi berbahaya.

2) Poster
Poster K3 banyak terpasang di ruang kerja dengan tujuan sebagai
peringatan dan sebagai motivasi bagi karyawan untuk mempertimbangkan
dan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja ketika bekerja.
3) Papan Informasi K3
Papan informasi dipasang dengan tujuan untuk memberikan
informasi baik kepada karyawan maupun kepada visitor. Papan informasi
di PT. Andesite Quality Coorporation (AQC) dipasang di halaman depan
dengan harapan mudah dilihat karena diletakkan di jalur masuk ke kantor.
4) Billboard
Billboard di PT. AQC diletakkan di tempat yang sering dilalui
karyawan sehingga mudah untuk dibaca. Billboard ini berisi pengumuman
sebagai media komunikasi yang berisi infomasi.

7.2.2.2 Pengelolaan Kesehatan Kerja


Pengelolaan kesehatan kerja pada PT. Andesite Quality Coorporation
menerapkan beberapa metode , yaitu :
a. Monitoring Lingkungan
Monitoring lingkungan sebagai upaya pemantauan terhadap
higene lingkungan kerja juga telah dilakukan oleh pihak manajemen PT.
Andesite Quality Coorporation. Monitoring ini ada yang dilakukan
langsung oleh safety department dan environment department dan ada juga
yang dilakukan oleh pihak independen yaitu Universitas Palangkaraya dan
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Beberapa faktor fisik yang telah
dilakukan monitoring adalah debu, kebisingan untuk lingkungan sekitar,
kebisingan untuk lingkungan kerja, suhu, kelembaban, kecepatan angin
dan arah angin.
b. Pelayanan Kesehatan
Kinerja program kesehatan kerja dinilai dari tingkat absen
karyawan karena sakit. PT. Andesite Quality Coorporation memberikan
pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan di klinik yang berada dalam satu
kompleks dengan camp karyawan. Tiap klinik dikelola oleh satu tenaga
paramedis dengan obat-obatan serta perlengkapan pengobatan untuk
penanganan kecelakaan ringan.
Fasilitas olahraga untuk menunjang kesehatan karyawan juga
telah disediakan oleh pihak manajemen. Perhatian terhadap monitoring
lingkungan dan sanitasi juga merupakan wujud pelayanan kesehatan yang
berupa usaha preventif. Usaha prefentif lain yang ditempuh manajemen
adalah dengan memberikan vaksinasi dan medical check up untuk semua
karyawan. Selain usaha preventif, usaha pemantauan kesehatan serta
konsultasi kesehatan yang ditangani oleh tenaga paramedis di klinik juga
ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan derajat kesehatan
karyawannya.
c. Fasilitas Kesehatan Kerja
Fasilitas kesehatan yang disediakan oleh PT. Andesite Quality
Coorporation adalah dengan disediakannya klinik dengan satu paramedis
dan satu dokter berstatus kontrak yang didatangkan dari RS Hardjolukito.
Fasilitas yang ada di klinik perusahaan berupa ruang pemeriksaan, obat-
obatan dan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan. Untuk
perawatan lanjutan pihak manajemen juga menyediakan rumah sakit
rujukan yang bekerjasama dengan RS Hardjolukito.
d. Pengujian Kesehatan
Pengujian kesehatan yang dilaksanakan oleh PT. Andesite Quality
Coorporation adalah pengujian kesehatan berkala dengan mengadakan
medical check up yang dilaksanakan rutin secara bergilir yang
bekerjasama dengan laboratorium klinik Cito Yogyakarta.

7.2.2.3 Pengelolaan Lingkungan Kerja


Salah satu acuan dari MSHA (Mine safety and Health Administration)
Coal Mine, minimal 5% dari keseluruhan tempat kerja wajib melakukan
pengelolaan lingkungan kerja tahunan. Kita bias pertimbangkan juga
berdasarkan hasil penilaian risiko mana yang paling prioritas terhadap
bahaya kesehatan untuk dilakukan pengelolaan lingkungan kerja.
1. Pengendalian Debu
Pengendalian debu adalah prioritas utama dalam pengelolaan
lingkungan kerja pertambangan, debu dihasilkan dari operasi tambang
seperti peledakan, proses pemuatan material tambang dengan alat berat
dan belt conveyor. Debu tambang berpotensi menyebabkan penyakit
akibat kerja salah satunya debu silica (kuarsa) yang memiliki NAB (Nilai
Ambang Batas) sangat ketat. Selain mengganggu visibilitas/jangkauan
pandang operator alat berat, debu tambang juga sangat berbahaya bagi
kesehatan pekerja, sehingga hampir di semua lokasi tambang pada PT.
Andesite Quality Coorporation menyiapkan unit alat berat yang berisikan
tangki air dalam jumlah besar (water spray truck) yang memiliki jadwal
rutin penyiraman jalan sesuai dengan perintah kerja atau jadwal yang
sudah ditetapkan oleh pengawas lapangan. Masker debu umumnya juga
wajib disediakan di lokasi tambang untuk pekerja yang berpotensi
mengirup debu tambang ini.
2. Pengendalian Bising
Pengendalian bising menjadi prioritas kedua setelah debu, kebisingan
dihasilkan akibat pemakaian unit alat berat dalam jumlah besar sehingga
berpotensi menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran pada pekerja.
Sumbat telinga yang sering disebut earplug, disediakan oleh PT. Andesite
Quality Coorporation untuk melindungi pajanan bising dari alat berat.
Kabin operator alat berat, selain berfungsi menghindarkan operator /
terpapar debu juga melindingi dari kebisingan yang dihasilkan oleh suara
mesin alat berat tersebut.
3. Pengendalian Getaran
Pengendalian getaran sangat penting dilakukan di operasi kerja
pertambangan, operator alat berat yang melakukan kegiatan di dalam
kabin alat berat dengan posisi duduk lama berpotensi terkena penyakit
akibat kerja yaitu cidera tulang belakang (low back pain). Sehingga
disediakannya kursi operator yang menggunakan suspensi angin yang
bertujuan meredam pajanan getaran ke operator. Perawatan jalan tambang
dengan alat berat seperti grader & compactor juga menjadi kunci
pengendalian getaran ke tubuh pekerja tambang yang mengendarai alat
bergerak (kendaraan ringan, truk, ataupun alat berat beroda).
4. Pencahayaan
Lokasi tambang yang terpencil dan jauh dari sumber
pencahayaan/sumber pembangkit listrik menyebabkan kebutuhan
pencahayaan menjadi sangat penting, selain meningkatkan produktifitas
kerja, juga mengurangi risiko kelelahan kerja akibat fungsi mata yang
dipaksakan berlebihan.
5. Kualitas Udara Kerja
Kualitas udara di pertambangan juga berpotensi mengganggu
kesehatan pekerja tambang akibat adanya operasi tambang, antara lain
pajanan debu, gas-gas beracun emisi buang dari alat berat atau gas-gas
beracun alami lainnya. Dengan penanaman pohon serta dijauhkannya
potensi bahaya tersebut maka pekerja tambang akan dijauhkan dari potensi
paparan bahayabahaya tersebut.
6. Pengendalian Radiasi
Dalam industri tambang terkadang digunakan peralatan yang
mengandung radioaktif sehingga berpotensi memberikan pajanan kepada
pekerja. Untuk radiasi sinar UV (Ultra Violet) juga bisa mengganggu
visibilitas / kemampuan pandang pekerja tambang, radiasi UV bisa
dihasilkan oleh kegiatan pengelasan atau sinar matahari yang terik.
Pemakaian pelindung mata yang sesuai seperti kaca hitam las & kacamata
safety hitam menjadi salah satu pengendalian yang bisa dilakukan
7.2.3 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Sistem manajemen keselamatan pertambangan minerba, yang selanjutnya
disebut SMKP minerba, adalah bagian dari system manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselamatan pertambangan yang
terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan keselamatan
operasi pertambangan kecelakaan kerja dan rasa tidak aman dari para pekerja pada
saat bekerja dapat terjadi karena kelalaian manajemen dalam menjalankan fungsi
pengawasan terhadap faktor-faktor penyebab kecelakaan. Untuk itu, penting bagi
perusahaan untuk membangun manajemen yang memiliki system yang dapat
meminimalkan terjadinya kecelakaan dan menjamin para pekerja berada pada
kondisi aman pada saat bekerja serta memperingatkan pekerja jika melakukan
tindakan kerja yang tidak aman. Manajemen harus bergerak aktif untuk mencapai
target zero accident dengan aktif dalam melakukan sosialisasi kepasa para pekerja
mengenai pentingnya K3 pada saat bekerja, melakukan pelatihan-pelatihan
mengenaik K3 dan memasang poster-poster K3 di sekitar tempat kerja. Selain itu
manajemen juga harus memperketat pelaksanaan aturan-atran yang berlaku ,
seperti :
1. Sebelum menuju lokasi kerja, setiap pemimpin departemen harus
memberikan pengarahan kepada bawahannya mengenai K3, memeriksa
kelengkapan APD dan kelayakan unit kendaraan yang akan dipakai.
2. Pelaksanaan pelatihan untuk pekerja tambang yang terjait dengan fungsi,
manfaat, penggunaan, dan perawatan alat pelindung diri dan alat
keselamatan.
3. Rutin dalam melakukan razia di area oading point, menjaga kerahasiaan
waktu razia dan tegas tanpa memandang jabatan terhadap setiap
pelanggaran.
4. Tegas dalam menerapkan aturan perusahaan bahwa setiap tamu
perusahaan harus melakukan induksi dan setiap pekerja yang baru selesai
cuti atau izin harus melakukan induksi untuk menguji kelayakannya dalam
melakukan pekerjaannya.
5. Rutin melakukan evaluasi harian mengenai K3 sehingga segala
perkembangan mengenai K3 yang terjadi di lokasi kerja dapat segera
diketahui pimpinan dan dapat segera ditindaklanjuti.
7.2.4 Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
7.2.4.1 Sistem dan Pelaksanaan Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan

sarana, prasarana, instalasi dan peralatan pertambangan yang ada di


PT. Andesite Quality Coorporation bisa diliat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7. Fasilitas Penunjang Kegiatan Operasional Tambang
Batu Andesit
Luas
Jenis bangunan Ukuran (m)
No (m2)
1 Kantor administrasi 16 x 10 160
2 Gudang 5x8 40
3 Bengkel 10 x 5 50
4 pos jaga 2x3 6
5 ruang parkir kendaraan 10 x 10 100
Total 356

Tabel 7. Instalasi
No Instalasi jumlah
1 Instalasi air
2 Instalasi gas
3 Instalasi kelistrikan
4 Instalasi proteksi kebakaran
5 Instalasi komunikasi
6 Instalasi penangkal petir
7 Instalasi bahan bakar
Tabel 7. Peralatan Pertambangan
No Peralatan pertambangan Jumlah
1
2
3
4
5

Pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada di PT. Andesite Quality


Coorporation mengacu pada Kepmen ESDM 555.K.26.M.PE Tahun 1995
tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
Pemeliharaan instalasi yang ada pada PT. Andesite Quality
Coorporation yaitu :
a. Instalasi pengolahan air
Instalasi pengolahan air yang ada pada PT. Andesite Quality
Coorporation di cek secara berkala yaitu 3 kali dalam seminggu, hal ini
bertujuan agar tidak adanya penyumbatan dalam pipa yang mengalirkan
air-air tersebut.
b. Instalasi kelistrikan
Instalasi listrik pada PT. Andesite Qualiy Coorporation berada
dibawah tanah. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir bahaya yang
mungkin timbul. Semua sistem kelistrikan harus dengan kontruksi yang
memenuhi peryaratan, sehingga dapat mencegah bahaya yang timbul
ketika menggunakannya dan harus dirawat sehingga kondisinya tetap
aman. Kondisi instalasi listrik pada PT. Andesite Quality Coorporation
sudah memenuhi syarat yang ada di Kepmen ESDM 555.K.26.M.PE
Tahun 1995 pasal 192 yaitu terlindungi dari rembesan air, bersih serta
kering. Semua pesawat dan peralatan listrik sudah dilengkapi dengan label
yang terbuat dari plat logam anti karat yang menunjukkan daya, tegangan
arus, dan asrusnya, nama pabrik pembuat, jenis dan nomor seri.
Semua penghantar listrik dalam instalasi listrik yang dapat
menimbulkan bahaya harus terbalut dengan bahan isolasi dan terlindungi
sepenuhnya atau ditempatkan atau dlindungi dengan baik untuk mencegah
bahaya. Hal ini tercantum dalam Kepmen ESDM 555.K.26.M.PE Tahun
1995 pasal 184.
Pekerja pada PT. Andesite Quality Coorporation dilarang
mengerjakan pekerjaan penggalian, penimbunan atau pekerjaan
pemindahan tanah dalam jarak 25 meter dari setiap hantaran listrik, kabel
troli/kabel yang ditanam, kecuali arus listrik hantaran tersebut telah
diputuskan atau apabila Kepala Teknik Tambang atau teknisi telah
mengizinkan dan memberi petunjuk cara mengerjakan serta
pengamanannya
c. Instalasi proteksi kebakaran
Penanggulan kebakaran merupakan kewajiban semua pekerja yang
bekerja di PT. Andesite Quality Coorporation. Pekerja yang melihat
adanya kebakaran disekitarnya, harus dengan segera mengambil tindakan
untuk memadamkan kebakaran tersebut, apabila api yang dihasilkan
sangat besar , maka harus memberitahukan atasannya dan segera tanda
bahaya harus segera dibunyikan.
PT. Andesite Quality Coorporation melarang semua pekerja yang
merokok atau menggunakan api terbuka pada waktu menggunakan,
mengangkut, menyimpan atau menangani cairan atau gas yang mudah
menyala termasuk minyak pelumas. Pemilihan alat pemadam api yang
ada di PT. Andesite Quality Coorporation sesuai dengan Kepmen ESDM
555.K.26.M.PE Tahun 1995 pasal 106.
Perawatan yang diterapkan untuk pemdam api , sesuai dengan
Kepmen ESDM 555.K.26.M.PE Tahun 1995 pasal 108 ayat 1-10 yaitu :
(1) Alat pemadam api dan semua peralatan yang diperlukan untuk
memadamkan api, semua alat-alat pembantu serta setiap bahan yang
digunakan dalam keadaan darurat, harus selalu dirawat dalam keadaan
siap pakai.
(2) Alat pemadam api harus selalu dalam keadaan terisi penuh, sehingga
dapat digunakan pada setiap saat. Setiap pekerja yang menggunakan
alat pemadam api tersebut harus melaporkan penggunaannya sehingga
alat tersebut dapat diisi kembali.
(3) Pada waktu mengisi alat pemadam api, semua peralatannya harus
dibersihkan dahulu dengan baik.
(4) Tanggal pengisian dan tanda tangan petugas harus dimuat dalam log
book dan atau pada label yang dilekatkan pada setiap alat pemadam
api.
(5) Setiap alat pemadam api harus ditangani sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuatnya.
(6) Apabila hidran merupakan bagian dari sistem alat pemadam
kebakaran, hidran tersebut harus selalu dirawat dalam keadaan siap
pakai.
(7) Apabila menggunakan team pemadam kebakaran dari luar, maka
harus tersedia siamese connections yang dapat dipakai untuk semua
hidran.
Pemeriksaan instalasi proteksi kebakaran juga berdasarkan Kepmen
ESDM 555.K.26.M.PE Tahun 1995 pasal 109 ayat 1- 7, yaitu :
• Alat pemadam api harus diperiksa sekurang-kurangnya sekali dalam
sebulan untuk menjamin apakah dalam keadaan penuh dan siap pakai.
• Sekurang-kurannya sekali dalam 1 tahun harus dilaksanakan
pemeriksaan pada bagian-bagian yang meliputi mekanisme kerja alat,
jumlah dan keadaan bahan isian dan kondisi selang, nosel serta
tabungnya untuk menentukan bahwa alat pemadam kebakaran tersebut
dapat bekerja secara efektif.
• Alat pemadam api harus diuji secara hidrostatis minimal 20 kilogram
per sentimeter per segi atau 1,5 x tekanan kerja atau setiap 5 tahun
sekali sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatannya.
• Pemeriksaan secara visual terhadap kerusakan atau kerapuhan pipa air,
keran, pipa keluar, hidran dan selang yang menjadi bagian dari sistem
pemadam kebakaran tersebut harus dilaksankaan sekurang-kurangnya
sekali dalam tiga bulan dan uji pakai untuk menjamin bahwa alat
pemadam kebakaran tersebut masih bekerja dengan baik ,harus
dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 tahun.
• Alat pemadam api yang menggunakan sistem tekanan tetap harus
diperiksa sekurangkurangnya sekali dalam setahun untuk menjamin
bahwa alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.
• Petugas yang melaksanakan pemeriksaan atau pengujian yang diatur
dalam peraturan ini harus memberikan surat keterangan bahwa
pemeriksaan atau pengujian telah dilaksanakan dan mencantumkan
tanggal pelaksanannya.
• Surat keterangan tentang pengujian hidrostatis sebagaimana dimaksud
ayat (3) pasal ini harus disimpan sampai alat pemadam api tersebut
diuji kembali atau tidak dipakai lagi.
d. Instalasi penangkal petir
Instalasi penangkal petir yang ada pada PT. Andesite Quality
Coorporation dipasang pada bagian ujung dari semua hantaran listrik yang
masuk ke tambang bawah tanah. Instalasi petir ini harus diperiksa setiap 6
bulan atau setiap setelah terjadi petir yang hebat. Hal ini sesuai dengan
Kepmen ESDM 555.K.26.M.PE Tahun 1995 pasal 198 ayat 3.
Hubungan dari setiap penghantar pembumian penangkal petir supaya
dipisahkan dari setiap sistem pembumian lainnya di tambang dengan jarak
sekurang-kurangnya 3 meter di udara dan 15 meter di dalam tanah.
e. Instalasi komunikasi
Instalasi komunikasi merupakan sarana yang vital, harus ditetapkan
berdasarkan ketentuan kepala teknik tambang. Harus ada jalur komunikasi
khusus yang digunakan saat keadaan darurat. Sistem komunikasi
pertambangan sedikit berbeda dengan sistem komunikasi radio biasa,
karena topografi area tambang yang biasanya terdiri dari bukit-bukit dan
lembah sehingga mempersulit komunikasi antara HT dan Radio
Komunikasi Rig. Terutama pada Tambang tertutup atau bawah tanah.
PT. Andesite Quality Coorporation menerapkan beberapa aturan yang
berhubungan dengan instalasi komunikasi , yaitu dilarang menggunakan
telepon pada waktu terjadi petir karena dapat menimbulkan bahaya, untuk
pesawat telepon diletakkan di dalam kotak kedap air dan kerangka
logamnya harus dibumikan.

7.2.4.2 Pengamanan Instalasi


PT. Andesite Quality Coorporation menyediakan APAR (Alat
Pemadam Api Ringan)

7.2.4.3 Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan


Pertambangan

7.2.4.4 Kompetensi Tenaga Teknik


7.2.4.5 Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknik Pertambangan
7.2.5 Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan
Penanganan K-3 merupakan tanggung jawab Divisi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang langsung akan bertanggung jawab kepada Kepala Teknik
Tambang atau Manajer Tambang. Struktur organisasinya dapat dilihat pada
Gambar 7.1 berikut ini :
Gambar 7.1 Organisasi Manajemen Keselamatan Pertambangan

KTT adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung jawab atas


terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-undangan K3 pada suatu
kegiatan usaha pertambangan di wilayah yg menjadi tanggung jawabnya.
Berdasarkan pasal 11 Kepmen 55.K/26/M.PE/1995 :
(1) KTT dalam melakukan tugas & fungsinya dibidang K3 pada pekerjaan
tambang, permesinan & pelistrikan dibantu oleh petugas yang bertanggung
jawab atas unit organisasi perusahaan yang bersangkutan.
(2) Petugas tersebut disebut Pengawas Operasional atau Pengawas Teknis dan
bertanggung jawab kepada KTT.
Berdasarkan pasal 12 Kepmen 55.K/26/M.PE/1995 menjelaskan bahwa pengawas
operasional memiliki tugas :
a. Bertanggung jawab atas keselamatan pekerja.
b. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan & pengujian.
c. Bertanggung jawab atas keselamatan,kesehatan dan kesejahteraan semua
orang yg ditugaskan kepadanya.
d. Membuat dan menandatangani laporan.
Berdasarkan pasal 13 Kepmen 55.K/26/M.PE/1995 menjelaskan bahwa pengawas
teknis memiliki tugas :
a. Bertanggungjawab untuk keselamatan peralatan
b. Mengawasi dan memeriksa permesinan dan kelistrikan
c. Menjamin selalu dilaksanakannya penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian
d. Membuat dan menandatangani laporan

Вам также может понравиться