Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN

Tidur bagi manusia adalah hal yang sangat penting, karena tidur
mengendalikan irama kehidupan kita sehari-hari. Jika kita kurang tidur atau
mengalami gangguan dalam tidur, maka hari-hari kita akan menjadi lambat dan
kurang bergairah. Sebaliknya tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu
kita memiliki energi dan gairah dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Setiap
manusia menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari kehidupannya untuk
tidur.Menurut penelitian, hampir setiap manusia pernah mengalami masalah
tidur.Satu dari tiga orang dilaporkan mengalami gangguan tidur dan satu dari
sembilan orang memiliki masalah tidur yang cukup serius. Karena beberapa
masalah tidur dapat diatasi oleh individu yang bersangkutan dan yang lain
memerlukan bantuan dokter, maka self diagnosis (diagnosis diri) menjadi sangat
penting.1.2
Tidur merupakan fenomena alamiah manusia yang mendasar dan
merupakan suatu kebutuhan tubuh untuk sementara waktu mengistirahatkan kerja
organ dan memperbaiki sel-sel jaringan yang rusak. Tidur juga bermanfaat bagi
otak untuk memperbaiki keseimbangan metabolisme kalori, mengatur
keseimbangan tubuh, memperbaiki imunitas tubuh dan mengkonsolidasikan
kembali fungsi kognitif dan emosi.1.2
Definisi tidur yaitu suatu ketidaksadaran dimana orang dapat dibangunkan
dengan rangsang sensoris atau rangsang lain yang tepat. Ketidaksadaran pada
waktu tidur berbeda dengan ketidaksadaran pada waktu anestesi yang dalam,
ketidakaktivan total dari system aktivasi retikularis dalam keadaan sakit (koma),
dan kegiatan aktivasi retikularis yang berlebihan pada epilepsi umum.1.2.3
Tidur pada manusia juga dipengaruhi oleh faktor hormonal misalnya
kortisol. Hormon ini akan menurun pada sore hari menjelang malam, dimana
dibutuhkan tidur untuk mengembalikan ke kadar semula, yang akan dibutuhkan
pada pagi harinya agar seseorang dapat melakukan aktivitas selanjutnya.1.2.3

1
Tidur yang baik membutuhkan total waktu tidur yang cukup seperti halnya
tidur yang sesuai dengan irama sirkadian (irama yang seirama dengan rotasi bola
dunia). Masalah pengaturan pola tidur pada usia lanjut biasanya meliputi; sulit
untuk tidur, tidur dalam yang sebentar, bangun terlalu pagi dan total waktu tidur
yang sedikit. Kebiasaan tidur yang buruk seperti waktu bangun yang tidak teratur
dan seringnya tertidur pada siang hari pada lanjut usia bisa menjadi faktor
predisposisi untuk terjadinya insomnia. Minuman yang mengandung caffeine dan
alkohol bisa mempengaruhi pola tidur.1.2
Faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur, dimana keluhan terhadap kualitas tidur berjalan seiring dengan
penambahan usia. Sebagian besar lanjut usia memiliki resiko gangguan tidur yang
disebut dyssomnia yang dapat terbagi menjadi bermacam gangguan dengan
penyebabnya dan juga parasomnia.1.2.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia

Gangguan tidur pada lanjut usia dapat terjadi secara primer yang
contohnya adalah gangguan tidur akibat sulit bernapas (Obstruktif Apneu Sleep
Disorder) dan kebanyakan berhubungan dengan masalah medis dan kejiwaan atau
karena penggunaan dan penyalahgunaan obat tertentu. Gangguan tidur yang dapat
ditemukan pada lanjut usia adalah :
1.Dyssomnia
A. Insomnia
Adalah ketidakmampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau untuk
mempertahankan keadaan tidur dan biasanya sekunder akibat stress psikologis,
gangguan neurologi tertentu, pengguanaan substansi atau zat tertentu dan penyakit
medis.. 1.2.
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan
gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus
(lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di
tengah malam dan tidak dapat kembali tidur.Seringkali penderita terbangun lebih
cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur.Ada tiga jenis
gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleeponset insomnia), selalu terbangun di
tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat
dari yang diinginkan (early awakening insomnia).Cukup banyak orang yang
mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini. 1.2.
Dalam penelitian dilaporkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 15 persen
dari total populasi mengalami gangguan insomnia yang cukup serius. Gangguan
tidur insomnia merupakan gangguan yang belum serius jika anda alami kurang
dari sepuluh hari. Untuk mengatasi gangguan ini kita dapat menggunakan teknik-
teknik relaksasi dan pemrograman bawah sadar. 1.2.
Yang penting kita harus dapat menjaga keseimbangan frekuensi
gelombang otak agar sesering mungkin berada dalam kondisi relaks dan meditatif

3
sehingga saat kita harus tidur kita tidak mengalami kesulitan untuk menurunkan
gelombang otak ke frekuensi delta.
Insomnia berdasarkan penyebab :
a. Insomnia Psikofisiologi
Merupakan insomnia yang menetap yang disebabkan oleh kondisi psikologi atau
kejiwaan. Selama periode sementara insomnia, pasien membiasakan diri dengan
kesulitan tidurnya, dan ini merupakan bentuk dari anggapan yang memenuhi diri
mereka yang merasa cemas bahwa waktu tidur merupakan siksaan berat atau
cobaan dibandingkan istirahat.2
b. Gangguan Neuropsikiatri
Depresi dan kecemasan biasa terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami
kesulitan tidur. Depresi sering berhubungan dengan pola terbangun pada tengah
malam atau bangun terlalu pagi, meskipun pasien dengan fase depresi dari
gangguan tidur bipolar (penyakit manik depresi) dapat juga mengalami tidur yang
berlebihan. Kecemasan biasanya berhubungan dengan kesulitan untuk memulai
tidur. Dari berbagai penyebab, gangguan tidur juga dapat terjadi sekunder akibat
ganngguan sistem saraf pusat. Insomnia sering disertai demensia multi infark,
Alzheimer, delirium, dan demensia lainnya. Meskipun penurunan fungsi yang
dihubungkan dengan kondisi ini ringan, perpindahan kedalam lingkungan baru
seperti Rumah Sakit atau Rumah Perawatan dapat menimbulkan disorientasi. Pada
malam hari saat sedikit yang dapat dilihat, pasien dapat mengalami disorientasi
dan agitasi (sun downing). Merupakan hal yang terpenting lainnya adalah
menyingkirkan sebab-sebab metabolic atau toksik seperti infeksi atau uremia. 2
c. Gangguan medis
Adanya gejala – gejala yang berhubungan dengan gangguan medis yang dapat
mengganggu tidur pada lanjut usia. Penyakit kronik yang disebabkan proses
degeneratif atau rheumatoid arthritis adalah sebab yang biasa menyebabkan
pasien terbangun saat tidur. Penyakit jantung Kongestif (CHF), Asma dan COPD
dapat menyebabkan pasien sesak dan terbangun pada malam hari (nocturnal
dyspnea), Makroglosia yang berhubungan dengan Hipertiroid juga dapat
mempengaruhi nafas pada malam hari melalui obstruksi atau sumbatan saluran

4
nafas bagian atas, dan sakit kencing manis yang tidak terkontrol juga dapat
mempengaruhi tidur karena seringnya buang air kecil pada malam hari. 2
d. Penggunaan obat-obatan, alkohol, dan zat lain
Meskipun tidak terduga, alkohol, kafein dan obat-obatan sering menimbulkan
insomnia. Walaupun minuman beralkohol sering digunakan untuk merangsang
tidur, waktu paruh yang pendek dapat menyebabkan seseorang terbangun pada
malam hari. Pasien dengan alkoholik kronis sering merasakan insomnia selama
berbulan-bulan walaupun telah mencapai keadaan tidak mabuk yang
menyebabkan mengganti alkohol dengan agen sedative lain. Pasien-pasien yang
menerima pengobatan sedatif atau obat-obatan hipnotik untuk periode waktu
tertentu , merasakan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut bahkan
cenderung untuk menambah dosis obat. Hal ini merupakan masalah toleransi
yang akan lebih bermasalah pada obat yang sudah lama ditemukan seperti
barbiturate, gluthethymide (doriden), metyprylon (noludar), dan ethchlorvinol
(ploacydil) jika dibandingkan dengan benzodiazepine yang baru. Walaupun
demikian masih banyak pasien menggunakan obat-obat tersebut. Penghentian
penggunaan obat-obatan secara bertahap penting untuk memperbaiki tidur, tetapi
tetap diperlukan perawatan untuk menghindari delirium atau serangan. Insomnia
dapat juga berhubungan dengan penggunaan obat psikostimulan , seperti
amphetamine atau methylphenidate , setara dengan penggunaan minuman yang
mengandung kafein , seperti kopi. Penentuan pengobatan dapat mempengaruhi
tidur . Theophyline dan obat serupa yang digunakan untuk mengobati penyakit
pernafasan juga dapat merangsang dan pasien dengan gangguan pernafasan dapat
dengan mudah menggunkan obat– obatan inhalasi secara berlebih. Beberapa obat
psikiatri seperti antidepresan trisiklik protritypiline (Vivictyl), monoamine
oksidase inhibitor seperti phenelzine (Nardil) dan tranylcypromine (parnate)
dan agen – agen baru seperti antidepresan fluoxetine (Prozac) dan bupropion
(Wellbutrin) dapat disebabkan insomnia bila diminum terlalu dekat dengan waktu
tidur. Agen antipsikotik seperti haloperidol (Haldol) dapat merangsang akathisia
(kegelisahan motorik) dan membuat sulit tidur. 2

5
Insomnia berdasarkan waktu :
 .Transient insomnia : episode tunggal yang berlangsung satu atau
beberapa malam (sering berhubungan dengan stress), bisa dikarenakan
suatu stress atau suatu situasi penuh stress yang berlangsung untuk waktu
yang tidak terlalu lama. 1.2
 .Short – term insomnia : Berlangsung beberapa hari sampai tiga minggu
(berhubungan dengan stress berkepanjangan), terjadi pada mereka yang
mengalami stress situasional ( kehilangan atau kematian yang dekat,
perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, lingkungan yang berbeda
dari biasanya, adanya penyakit fisik dan lain sebagainya) . 1.2
 .Long term atau khronik insomnia : berlangsung bulanan atau tahunan
( sering berhubungan dengan medis , gangguan kejiwaan atau gangguan
tidur primer ) . 1.2
B. Hipersomnia
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita
dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia
membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun
penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan
lesu sepanjang hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi
sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri. 1.2
Penyebab Hipersomnia antara lain :
a.Kondisi medis : Penyakit keturunan ( genetik), menstruasi, kondisi metabolik
atau toksik, encephalitis condition (peradangan atau infeksi jaringan otak),
pengobatan dengan suatu depresan ( zat yang berfungsi menekan fungsi tubuh
atau saraf), efek alkohol, keadaan putus rangsang ( kokain , ekstasi ,
metamfetamin ) , keadaan kurang atau tidur tidak berkualitas . 1.2
b.Kondisi kejiwaan : depresi ( sebagian ) , reaksi menghindar , gangguan irama
sirkadian . 1.2
Kondisi ini biasanya bercampur dengan gangguan tidur yang primer tetapi
dapat juga berhubungan dengan lsi disusunan saraf pusat (seperti tumor , dan
kelainan pembuluh darah) , penyakit paru – paru , atau penggunan zat tertentu .

6
Hipersomnia primer biasanya bermula pada masa remaja atau masa dewasa
muda , dan meskipun tidur sebentar – sebentar merupakan hal yang biasa pada
dewasa tua , hipersomnia biasa terjadi . 1.2
C. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan
Bentuk yang paling sering adalah obstructive sleep apnea , Apnea
merupakan salah satu gangguan tidur yang cukup serius. Lebih dari 5 juta
penduduk Amerika Serikat mengalami gangguan ini. Faktor risiko terkena
gangguan ini antara lain: kelebihan berat badan (overweight), usia paruh baya
(terutama pada wanita), atau usia lanjut yang pernah mengalami ketergantungan
obat. Apnea adalah penyakit yang disebut juga”to fall asleepat the wheel” karena
sering dialami ketika penderita sedang mengemudikan mobil. Apnea terjadi
karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari denyut jantung dan tekanan
darah. Ketika terserang, penderita seketika merasa mengantuk dan jatuh tertidur.
Penderita apnea mengalami kesulitan bernafas yang merupakan akibat dari
kolapsnya jaringan palatum lunak, obstruksi parsial jalan pernafasan dan
peningkatan tahanan jalan napas. Obesitas dan hipertensi dapat menyebabkan
kondisi seperti ini. Pasien dengan COPD dapat memperlihatkan kesulitan
bernapas saat tidur bernafas saat tidur. Apneu yang bersifat sentral relative jarang
terjadi dan dapat terjadi pada saat obstructive sleep apnea (campuran sleep apnea )
. 1.2
D. Dyssomnia lain
Seperti pergerakan kaki yang periodik dan berulang , gerakan menyentak
dari ekstremitas bagian bawah (nocturnal myoclinus) selama tidur , lebih sering
terjadi pada usia lanjut usia dan berhubungan dengan tidur siang. Meskipun
penyebabnya biasanya tidak diketahui , antidepresan trisiklik dan perhentian
pemberian obat – obatan sedatif dapat menjadi penyebab pada beberapa pasien
yaitu syndrome neurologik idiopathic yang dapat dipengaruhi oleh clonazepam .
Dan dapat juga terjadi Restless leg Syndrome pada beberapa pasien, yaitu
sindroma neurologist idiopatik yang dapat di pengaruhi oleh Klonazepam. 1.2

E. Narkolepsi

7
Adalah suatu gangguan idiopatik karena aktivitas dari tingkat REM yang
berlebihan . Narcolepsy adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh gangguan
psikologis dan hanya bisa disembuhkan melalui bantuan pengobatan dari seorang
dokter ahli jiwa. Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus
menerus. Justru penderita narcolepsy ini terkena serangan secara mendadak pada
saat yang tidak tepat, seperti sedang memimpin rapat – biasanya terjadi serangan
pada kondisi emosi yang tegang seperti: marah, takut atau jatuh cinta. Serangan
narkolepsi dapat melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih
sadar dan secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi. . 1.2
Meskipun onset biasanya pada dekade kedua dari kehidupan , kondisi ini
kadang – kadang dapat ditemukan pada lanjut usia. Narkolepsi terdiri dari
serangan - serangan mengantuk terkadang disertai salah satu gejala dari ketiga
gejala ini :
1. Katapleksi
2. Paralisis tidur
3. Halusinasi hipnogogik
Lamanya serangan bervariasi dari beberapa detik hingga 15 – 30 menit.
Katapleksi terdiri dari hilangnya tonus secara episodik, mendadak dan
lengkap sehingga pasien dapat terjatuh tanpa kehilangan kesadaran. Bentuk yang
lebih ringan dapat menyerang bagian – bagian dari tubuh misalnya, lunglai ada
lutut. Katapleksi berlangsung beberapa detik hingga menit dan dapat dicetuskan
oleh emosi yang kuat. 1.2
Paralisis Tidur adalah suatu keadaandimana terjadi kehilangan tonus otot
sementara. Keadaan ini terjadi antara waktu tidur dan terjaga, dan pasien biasanya
tidak mampu bergerak. 1.2
Halusinasi Hipnogogik adalah halusinasi visual atau auditorik antara
waktu tidur dan jaga. Halusinasi ini khusus timbul saat seseorang mulai terlelap
dan berlangsung singkat yaitu beberapa detik hingga menit . 1.2

F. Gangguan ritme sirkadian tidur

8
Pasien lanjut usia memiliki lebih banyak kesulitan beradaptasi dengan
perubahan zona waktunya , seperti mereka yang baru melakukan perjalan (jetlag) ,
dan mereka yang mengalami perubahan dalam giliran kerja . Pasien lanjut usia
dapat memperburuk gangguan fase tidur , yang ditandai dengan rasa kantuk yang
terlalu dini pada malam hari dan terbangun terlalu cepat pada pagi hari. Gangguan
fase tidur yang berat sering kali dapat diakali dengan memajukan waktu tidur satu
jam didepan setiap malam berturut – turut sampai siklus bangun tidur didapatkan
kembali. 1.2
2. Parasomnia
Gangguan perilaku tidur REM terjadi paling sering pada pasien lanjut
usia . Aktivitas motorik seperti berlari atau menendang dapat terjadi selama mimpi
, meskipun atonia biasanya berhubungan dengan tingkat tidur REM. Keadaan
seperti perlukaan oleh yang tajam dapat berhubungan dengan prilaku rumit yang
dapat menyerupai berjalan saat tidur(Somnambulisme) terjadi akibat aktivitas
REM yang berlebihan. Penatalaksanaan dari somnambulisme dapat termasuk
memindahkan objek yang berbahaya dari area tempat tidur atau dengan obat-
obatan penekan REM seperti MAO , antidepresan trisiklik dan sedative ( seperti
clonazepam dan benzodiazepine ) telah dianggap sebagai terapi , tapi agen ini
dapat berresiko pada lanjut usia atau pada individu yang lemah . Tidur berjalan ,
terror saat tidur , dan ngompol terjadi dalam tidur selama 3 malam hari pertama
tapi tidak biasaterjadi pada lanjut usia. 1.2
2.2 Epidemiologi

Wanita memiliki prevalensi yang tinggi terhadap gangguan tidur:1


 Kesulitan tidur (> 65 tahun) .Pria 10 %, Wanita 18 %.
 Gangguan tidur sering terjadi pada pasien-pasien yang berada di rumah
sakit dan penghuni rumah perawatan.
 Pola tidur berubah seiring dengan usia, tetapi perubahan dapat ditandai
dengan perubahan fisik atau psikologi.
 Lanjut usia yang menerima obat-obatan hipnotik yang tidak proporsional.
2.3 Etiologi

9
Faktor Yang menyebabkan Gangguan tidur Pada lanjut Usia.1

1. Gangguan tidur primer


- Circadian Rhythm Disorder
- Sleep Apnea ( Obstructive, Central Or Mixed )
2. Rasa sakit karna sebab tertentu
3. Penyakit karena Neurologi ( Parkinson Disease , Alzheimer Disease )
4. Penyakit Cardiovaskular
5. Penyakit Gastroinstestinal
6. Gangguan Pskiatri ( depresi, anxietas, demensia,delirium,psikotik )
7. Obat-obatan dan zat lain
8. Kebiasaan tidur yang buruk

2.4 Fisiologi Tidur

Tidur merupakan fenomena kehidupan yang berlangsung dalam suatu


siklus tidur bangun berupa irama sirkardian yang berlangsung dan diatur oleh
pusat sirkardian di Nucleus Supra Kiasmatikus yaitu daerah hipotalamus region
anteroventral, yang mempengaruhi siklus endokrin dan pola sikap secara langsung
dan tidak langsung. Pusat pengaturan irama tubuh ini akan menterjemahkan
rangsang cahaya yang diterima mata, sehingga timbul irama terang dan gelap
dalam tubuh manusia ( irama sirkardian ). Nucleus Supra Kiasmatikus akan
mengirimkan sinyal ke badan pineal yang kemudian memproduksi hormon
Melatonin. Hormon ini hanya dikeluarkan pada saat gelap, dan dikenal sebagai
hormon pengatur waktu tubuh yang mengatur waktu tidur dan bangun manusia.1
Aktivitas otak selama tidur dapat direkam melalui gelombang otak pada
Elektroensephalogram (EEG), gerakan bola mata Elektrookulogram (EOG), dan
tonus otot pada Elektromiogram (EMG).1.3
Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural
healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun
untuk menjaga keseimbangan metabolisma dan biokimiawi tubuh. Hal penting
yang terjadi pada saat kita tidur adalah menurunnya frekuensi gelombang otak.1.3
Jadi dengan memahami proses penurunan frekuensi gelombang otak, kita
dapat melihat bahwa tidur memiliki beberapa tahapan, mulai dari kondisi relaksasi
(gelombang alpha), tidur dengan mimpi (adanya REM – Rapid Eye Movement)

10
atau dalam kondisi kreatif yaitu gelombang theta, dan tidur lelap tanpa mimpi
pada frekuensi gelombang delta. Jika kita dapat mengatur frekuensi gelombang
otak kita sampai pada taraf gelombang delta, kita tidak memerlukan waktu tidur
yang panjang, tetapi tidur yang berkualitas yaitu lelap tanpa mimpi. Jika kita
sering berada dalam kondisi relaksasi, maka kita tidak memerlukan banyak tidur.
Ketegangan dan stress membuat kita membutuhkan banyak tidur, namun justru
dalam kondisi tersebut kita menjadi susah tidur.
Adapun fase tidur normal dibagi 2 fase:1.3
1. REM (Rapid Eye Movement) :
Tidur REM ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat, refleks tendon
yang melemah atau menghilang, tekanan darah dan pernapasan meningkat, dan
mimpi biasanya terjadi pada stadium ini.
2. NREM (Non Rapid Eye Movement) dibagi kedalam 4 tahap :
 Tidur tahap 1 : EEG memperlihatkan gelombang bervoltase rendah,
berkurang gelombang alfa dan munculnya gelombang yang berfrekuensi
lebih lambat tanpa adanya gelombang tidur ( sleep spindle ).Pada tahap ini
tonus otot berkurang, kelopak mata menutup dan tampak gerakan bola
mata ke kanan dan ke kiri.Tahap ini berlangsung 3-5 menit dan stimulus
ringan sudah dapat membangunkannya.
 Tidur tahap 2 : Tidur memasuki tahap ke dua bilamana tampak
gelombang tidur (sleep spindle )pada EEG. Gelombang ini berupa
gelombang cepat bervoltase tinggi, frekuensi 14-18 spd dengan latar
belakang gelombang lambat(3-6 spd) bervoltase rendah. Otot bola mata
berhenti bergerak, tetapi tonus otot tetap terpelihara.
 Tidur tahap 3 dan 4 : EEG memperlihatkan gelombang delta yang
berfrekuensi 1-2 spd dengan voltase tinggi. Gelombang delta pada tahap 4
lebih banyak dari pada tahap 3.
Keempat tahap tidur dilalui dalam 70 - 100 menit pertama setelah seseorang mulai
tidur. Pada tahap REM sebagian besar mimpi dapat diingat kembali bila orang
terbangun, sebaliknya pada tahap tidur Non-REM, hanya sebagian kecil yang
dapat diingat kembali. Selama tidur itu, tidur REM dan NREM terjadi bergantian

11
4-6 kali. Jumlah tidur tahap 3, 4 dan REM makin berkurang sesuai dengan makin
meningkatnya usia. Pada lanjut usia, tidur REM terbagi secara merata sepanjang
malam dan tahap 3 dan 4 yang sangat pendek, bahkan sering tidak ada sama
sekali.1.3
2.5 Perubahan Tidur Pada Usia Lanjut
Dengan melanjutnya usia, tidur menjadi terfragmentasi dan efisiensi tidur
menjadi berkurang. Hal yang sering kali menjadi keluhan subjektif yang dialami
oleh para lanjut usia adalah keadaan lama di tempat tidur namun lebih singkat
dalam keadaan tertidur. Hal ini yang paling mencolok dalam hubungan antara usia
dengan perubahan fisologi tidur adalah pengurangan jumlah dan amplitudo dari
tidur delta. Tidur REM tidak dipengaruhi usia. Meskipun lamanya periode REM
dapat menjadi lebih konstan selama malam hari. Meskipun lanjut usia tidak
memerlukan waktu lebih untuk tertidur, mereka lebih sering terbangun ditengah-
tengah tidurnya pada malam hari dan tetap terjaga untuk waktu yang lama.
Mereka mungkin banyak tertidur dengan waktu yang singkat, dalam sehari dan
lebih sensitive terhadap zone waktu dan perubahan lingkungan.1.3
Dari penelitian diketahui bahwa pada lanjut usia yang berperan mengatur
siklus tidur adalah menurunnya reaktifitas terhadap informasi fotik dan non fotik,
demikian pula berubah peranan dari retina, nucleus suprakiasmatikum dari
hipotalamus, dan glandula pinealis yang berperan pada sirkardian tidur. 1.3
Perubahan pada sruktur sel neuron dan sel glia yaitu kematian sel neuron,
retraksi dendrite yang berlanjut, hilangnya sinap atau hubungan informasi antar
sel saraf, reaktivitas sel glia yang didasari adanya perubahan protein-protein
sitoskeletal dan penumpukkan protein seperti amiloid ekstraseluler, juga
perubahan pada sistem vaskuler yang mengalirkan darah di otak yang rentan
dengan proses aterosklerotik dan arteriosklerosis di usia lanjut. Pada lanjut usia
terjadi pengurangan jumlah tidur gelombang lambat ( stadium 3 dan 4 tidur
NREM ). 1.3
2.6 Diagnosis

12
Faktor – faktor yang harus menjadi pertimbangan pada waktu
mengevaluasi mengenai gangguan tidur pada orang tua. 1.3
 Apakah pasien mengeluh tidur yang berlebihan, ketiakmampuan untuk
tertidur pada waktu jam tidur, Bangun yang terlalu dini atau kombinasi
dari gejala-gejala diatas?
 Apakah total waktu tidur tidak cukup dan apakah percobaan tidur pada
waktunya tidak sinkronise dengan irama sirkardian ?
 Apakah stressor atau factor lingkungan, Seperti suara anjing, bunyi
telepon, terlalu terang atau suhu yang tidak nyaman di kamar tidur?
 Apakah terapi yang digunakan atau gangguan psikiatrik apa menyebabkan
gangguan tidur?
 Apakah efek sedative dan efek stimulasi dari kafein dan alcohol dapat
menyebabkan gangguan tidur?
 Apakah pasien memiliki gangguan tidur primer, seperti sleep apnea,
restless legs sindrom atau periodik limb movements?
 Apakah kebiasaan tidur yang buruk , seperti terlalu banyak aktivitas
sebelum tidur, waktu bangun yang tidak teratur dan seringnya tidur di
siang hari memperburuk gangguan tidur?
Hal lain yang bisa menjadi dasar diagnosis :
1. Riwayat 1.3
a. Riwayat tidur
Membiarkan pasien memiliki sleep diary selama 2 minggu, merupakan
cara yang berguna untuk mengetahui informasi:
- Waktu spesifik saat tidur dan saat bangun, dan apakah ada
perubahan pola yang terjadi.
- Waktu dan frekuensi dari keluhan ( seperti terbangun pada malam
hari, tidur siang, narkolepsi, paralisis tidur)
- Waktu yang dihabiskan dalam keadaan sadar dalam sehari.
- Penggunaan alcohol, tembakau, minuman mengandung kafein, dan
obat-obatan, perlu diketahui sebagai pemeriksaan.

13
- Mengantuk di siang hari, yang dapat mencerminkan sleep apnea
pada orang dengan riwayat insomnia (-).
- Mendengkur, nafas terngangga (diduga sleep apnea) atau gerakan
fisik yang tidak biasa selama tidur (diduga gerak myoclonic).
Pasien dapat tidak menyadari adanya riwayat ini; perlu ditanyakan
pada teman tidur.
- Faktor yang mempercepat, seperti rasa, gangguan dan penggunaan
obat atau alkohol.
b. Riwayat psikiatri
Karena banyaknya gangguan tidur yang behubungan dengan atau
memiliki komponen psikiatri, dokter harus menanyakan tentang
kecemasan atau depresi, terapi psikiatri sebelumnya, riwayat keluarga
dengan gangguan tidur atau perubahan personalitas kepribadian sekarang
(dapat terjadi hipersomnia). Dalam hal ini, respon keluarga terhadap
gangguan tidur perlu diperhatikan.
c. Riwayat pengobatan
Gejala yang berhubungan dengan kardiovaskuler, pernafasan, otot
rangka dan gangguan endokrin yang dapat mempengaruhi tidur seperti
diindikasikan di bawah ini :
 Kardiovaskular
Riwayat sesak di malam hari, sakit dada atau berdebar-debar menimbulkan
dugaan bahwa insomnia berhubungan dengan penyakit kardiovaskular.
 Paru-Paru
Batuk menetap, wheezing, dan rasa tidak nyaman yang disebabkan retensi
CO2 dan hipoksia (seperti pada COPD) dapat menimbulkan insomnia pada
pasien lanjut usia. Sleep Apnea kadang-kadang berhubungan dengan
penyakit paru kronik.
 Otot Rangka
Rasa sakit disebabkan penyakit sendi dapat mencetuskan kesulitan tidur
atau dapat membangunkan pasien di malam hari. Pasien lanjut usia dapat
mengalami kram kaki pada malam hari yang mengganggu tidur.

14
 Endokrin
Agitasi berhubungan dengan hipertiroid atau seringnya kencing malam
hari akibat control yang kurang baik dari DM (disfungsi kandung kemih
yang berhubungan dengan DM) dapat menyebabkan Insomnia.
 Susunan Saraf Pusat
Pasien dan keluarganya harus ditanya tentang kehilangan memori atau
perburukan penilaian untuk mengidentifikasi demensia awal sebagai sebab
insomnia.
2. Pemeriksaan Fisik 1.3
Perhatian khusus harus dilakukan pada pasien-pasien dengan gangguan
pernapasan, kardiovaskuler dan gangguan Endokrin.
a. Pemeriksaan Psikiatri
Pasien perlu diperiksa untuk tanda-tanda depresi, kecemasan, dan
gangguan pikiran. Depresi serius yang terjadi dan menetap dalam bentuk
kesedihan, diduga disebabkan oleh 4 atau lebih hal yang disebutkan, yaitu:
gangguan tidur (biasanya insomnia, jarang hipersomnia), kehilangan
minat, kondisi menyalahkan diri sendiri yang berlebihan, penurunan
energi, ketidak mampuan berkonsentrasi, pengurangan selera makan,
kemunduran psikomotor, ide-ide bunuh diri.
b. Pemeriksaan Medis 1.3
 Penyakit Kardiovaskular
Tanda-tanda seperti udem perifer, pembesaran jantung, pulmonary rates
dan pulsasi yang tidak teratur dapat merupakan indikasi bahwa penyakit
jantung menyebabkan insomnia.
 Penyakit pernapasan
Bukti adanya obstruksi jalan napas yang kronik (sianosis pemanjangan
fase ekspirasi, wheezing, barrel chest, nail clubbing) dapat menyebabkan
insomnia atau sleep apnea.
 Penyakit otot rangka
Yang ditandai dengan bengkak, lunak dan sakit pada pergelangan sendi.
 Penyakit endokrin

15
Dapat ditandai dengan pulsasi yang cepat dan kulit yang kering yang
merupakan bentuk hipertiroid. Kencing manis dapat diduga dengan adanya
perubahan pada retina atau bukti adanya neuropati.
 Demensia atau gangguan neurologist sentral
Dapat memberi kesan dengan bukti adanya kekurangan memori,
kemunduran penilaian dan kemunduran dalam mengemukakan hal yang
abstrak. Screening test yang berguna adalah MMSE (Mini Mental State
Examination)
2.7 Penatalakasanaan

1. Penatalaksanaan insomnia : 1.3


Tujuan penatalaksanaan pada pasien insomnia :
 Menghentikan ketergantungan obat tidur.
 Meningkatkan pelaksanaan hygiene tidur.
 Memperbaiki gangguan tidur spesifik, contohnya :
- Nocturnal myoklonus
- Obstruktif sleep apnea
- Central sleep apnea
 Memperbaiki keadaan yang menganggu tidur.
 Memonitor respon terapi secara obyektif.
Populasi lanjut usia merupakan kelompok terbesar dalam menggunakan
obat hipnotik untuk mengatasi masalah-masalah mereka. Seharusnya tindakan
penggunaan obat tidak digunakan sebagai usaha terakhir tetapi terapi
nonfarmakologis harus didahulukan terlebih dahulu sebelum terapi farmakologis.

A. Terapi Non Farmakologis 1.3


Tujuan tindakan farmakologis ini adalah memperkuat hubungan antara
tidur dan waktu yang dihabiskan di tempat tidur, dan mengurangi aktifitas
yang tidak berhubungan dengan tidur, seperti rasa khawatir.
Tujuan ini dapat dicapai dengan memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
 Pola tidur

16
- Mempertahankan pola tidur secara tertidur, dimana bangun dan tidur secara
teratur
- Memperhatikan waktu tidur secara teratur
- Memperpendek watu mengantuk
 Lingkungan
- Dipertahankan suhu yang nyaman dan bebas dari suara-suara mengganggu
atau berisik, dengan penerangan yang cukup dan tidak mengganggu mata,
ataupun gelap, juga dalam lingkungan yang bersih.
- Tempat tidur juga merupakan salah satu bagian penting. Banyak o-rang yang
menggunakan kasur yang terlalu lunak dan tidak nyaman sehinggga
mempengaruhi tidur mereka. Kasur dipilih sesuai agar kenyamanan tidur tidak
terganggu
- Pergunakan bantal alas kepala yang sesuai dan nyaman untuk tidur.
- Pakaian tidur dipilih yang bersih dan nyaman dipakai.
 Aktivitas
- Pasien harus diberitahukan bahwa saat mereka berbaring dalam keadaan
sadar selama lebih dari 30 menit, mereka harus meninggalkan kamar,
melakukan aktivitas lain diluar kamar sampai merasa lelah, lalu kembali ke
tempat tidur. Jika pasien cenderung berbaring dan bangun untuk periode
waktu yang lama, mereka harus mengatur jadwal untuk pergi tidur lebih
lambat (lebih malam).
- Jangan membaca atau menonton televisi di tempat tidur (atau melakukan
aktivitas lainnya di tempat tidur selain untuk untuk tidur).
- Olah raga setiap hari tapi jangan sebelum tidur
- Dokter perlu membantu dalam pelaksanaan suatu jadwal siang dan malam
yang teratur. Jadwal ini sebaiknya memungkinkan pasien untuk melakukan
aktivitas fisik secara teratur di siang hari dan cukup waktu unmtuk rileks
setelah beraktivitas sebelum beristirahat. Menjelang tidur aktivitas mental
perlu dihindari.
 Sumber makanan penunjang , seperti Vitamin B12 , Asam folat , dsb.
 Cairan , obat-obatan dan latihan

17
- Hygiene tidur yang baik juga termasuk menghindari berkemih pada malam
hari dengan membatasi pemasukan cairan pada waktu yang dekat dengan
waktu tidur.
- Latihan fisik yang teratur setiap hari memperbaiki tidur dan meningkat
pelepasan growth hormone dimalam hari.
- Hindari minuman yang merangsang seperti teh , kopi , dan minuman cola
harus dihindari dimalam hari setelah pukul 6 sore
- Segelas susu hangat sebelum tidur merupakan pengobatan tradisional,
ataupun mandi air hangat atau pijat dapat membantu relaksasi untuk
mempermudah tidur.
B. Terapi Farmakologis 1.3
Hipnotik
Pada pemakaian pertama obat hipnotik , memang cenderung mengurangi
jeda- jeda pemutus tidur dan memungkinkan orang untuk lebih cepat jatuh tertidur
lebih lama . Kebanyakan obat- obatan hipnotik mengurangi tidur REM.
Alkohol
Telah lama dikenal berfungsi sebagai hipnotik tua yang selektif bila
diminum dalam jumlah yang tidak banyak , akan tetapi bila berlebih, maka
alkohol akan menginduksi tidur , namun kemudian dapat menyebabkan gangguan
pada tidur.
L- Triptofan
Merupakan asam amino alamiah yang terdapat dalam susu , daging , dan
beberapa sayur hijau . terdapat beberapa bukti bahwa L- Triptofan dapat
menginduksi tidur bila diminum dalam dosis 1 gram dimalam hari.
Benzodiazepin
Dalam pemberian Benzodiazepin harus dapat diresepkan dalam jumlah
kecil (misalnya jumlah yang cukup untuk pemberian minggu saja untuk setiap kali
pemberian), dan pengulangan resep harus dihindari . Pasien harus diingatkan agar
supaya berhati – hati dalam beraktivitas sehari – hari seperti menyetir , dan lain
sebagainya agar tidak membahayakan dirinya sendiri . Berikan dosis efektif yang

18
sekecil mungkin . Benzodiazepin tidak akan mempengaruhi gangguan emosional
dasar yang menyertai insomnia kronis.
Golongan ini akan mengganggu pertimbangan social , gampang agresif
dan resiko bunuh diri meningkat. Obat – obatan ini di metabolisme dihati dan
beberapa diantaranya menghasilkan metabolit – metabolit aktif yang ekskresinya
dari tubuh lebih lambat dibanding dengan senyawa asalnya. Semua obat ini perlu
digunakan secara hati – hati apabila pasien memiliki gangguan pada fungsi hati,
khususnya obat- obatan yang mengalami oksidasi.
Pada lanjut usia metabolisme Benzodiazepin berlangsung lebih lambat dan
perlahan dan metabolit yang terkonjugasi di ekskresi lebih lambat karena
penurunan fungsi ginjal dengan pertambahan usia . Dengan demikian , efek obat
ini akan lebih nyata pada lanjut usia . Pada pemberian hipnotik ini sebaiknya
diberikan saat perut dalam keadaan kosong , karena adanya makanan akan
memperlambat absorbsi. Keluhan utama sindrom putus obat adalah kecemasan ,
depresi, perubahan persepsi , perasaan depersonalisasi dan nausea. Insomnia
sering terjadi suatau gejala akibat putus obat.
Diazepam 5 – 30 mg
Obat ini baik diberikan pada dosis tunggal dimalam hari sebelum tidur.
Metabolit utamanya , dismentil diazepam , mempunyai waktu paruh yang
panjang.Hal ini membuat diazepam terutama bermanfaat pada insomnia yang
disebabkan oleh neurosis cemas . Dapat pula terjadi perasaan melayang saat
bangun tidur setelah mabuk pada malam sebelumnya (hangover).

Klorazepat dikalium
Diubah menjadi dismentil diazepam oleh pH lambung yang asam , dan ini
dapat dihindari terjadinya hangover pada mereka yang cenderung mengalaminya
bila minum diazepam.
Triazolam

19
Dengan dosis 0, 125 mg menjelang tidur , atau Temazepam 5 – 15 mg
menjelang tidur bermanfaat sebagai hipnotik kerja singkat. Dari kasus- kasus
yang mengeluh sulit tidur , maka triazolam merupakan obat yang paling efektif .
Cara lain pemakaian benzodiazepine kerja singkat dengan cara memberikan pada
saat pasien terbangun ditengah malam . Karena efeknya berlansung singkat , maka
memungkinkan tambahan tidur selama 2- 4 jam.
Klonazepam
Dosis yang diberikan 0, 252 mg menjelang tidur , mengatasi mioklonus
malam hari.
Flurazepam
Secara eksklusif didasarkan sebagai obat untuk mengatasi insomnia . Hasil
dari uji klinis terkontrol telah menunjukan bahwa flurazepam mengurangi secara
bermakna waktu induksi tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur, maupun
lamanya tidur . Mula – mula efek hipnotik rata- rata 17 menit setelah pemberian
obat secara oral dan berakhirnya hingga 8 jam . Efek residu sedasi disiang hari
terjadi pada sebagian besar penderita , untuk metabolik aktifnya yang masa
kerjanya panjang , karena obat itu obat ini cocok untuk pengobatan insomnia
jangka panjang dan jangka pendek disertai gejala anxietas di siang hari.
Efek sampai pusing , vertigo , ataksia , dan gangguan keseimbangan
terutama pada lanjut usia dan penderita yang keadaannya lemas. Flurazepam
dikontraindikasikan pada wanita hamil . Penderita juga perlu diperingatkan
terhadap kemungkinan efek adiktif oleh alkohol sehari setelah pemberian
flurazepam. Dosis oral untuk induksi tidur dewasa 30 mg pada waktu tidur ( bagi
beberapa penderita cukup 15 mg , pada lanjut usia dan penderita yang keadaanya
lemas 15 mg ).

Flurazepam dan Nitrazepam


Sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan akumulasi dalam tubuh ,
metabolik aktif , dan aktivitas di siang hari.
Obat-obat jenis lain :

20
a. Amitriptilin, doksepin, dotiepin atau nianserin, cocok diberikan kepada
insomnia yang disertai depresi. Semua obat golongan ini tergolong
sedative. Efek samping pada jantung mungkin tidak diharapakan pada
kelompok usia pertengahan dan lanjut usia.
b. Kloralhidrat 500-2000 mg di malam hari merupakan hipnotik yang
popular, efektif dan terjangkau harganya. Obat ini terutama bermanfaat
pada lanjut usia karena kecil potensinya untuk terjadi ketergantungan
fisik atau psikis. Kloralhidrat tidak menyebabkan perasaan kacau dan
hanya sedikit mempengaruhi siklus tidur. Bekerja dalam waktu 30
menit dan efeknya berlangsung hingga 8 jam. Dimetabolisme oleh hati
dan diekskresi oleh ginjal, sehingga tidak boleh digunakan pada
penyakit hati dan ginjal. Dapat terjadi gastrirtis dan ruam kulit. Obat
ini dikontraindikasikan pada penderita gastritis dan tukak peptic.
c. Klormetizol edisilat 500-1000 mg di malam hari, bermanfaat pada
lanjut usia, terutam mereka yang menderita demensia dan gangguan
tidur. Merupakan suatu derivate vitamin B12 dan memiliki efek
sedative, hipnotik dan anti konvulsan. Dapat timbul sakit kepala,
bersin-bersin, iritasi mata, dan ganguan lambung. Gangguan fungsi
hati merupakan suatu factor resiko keracunan obat ini.
Obat-obat yang mempunyai rantai samping alifatik (misalnya Chlorpromazine,
promazine, dan rifluopromazine) adalah yang paling sedative. Golongan
piperazine bersifat sedative ringan, sedangkan golongan piperidin memiliki
efektivitas sedative intermediate.
- Klorpromazine dan tioridazine merupakan sedative fenotiazine yang cocok
untuk kasus insomnia yang menyertai psikosis.
- Haloperidol 1-3 mg peroral sekali atau dua kali sehari atau 1-5 mg di
malam hari dapat mengendalikan perasaan kacau yang dialami pada siang
hari dan ganguan yang berkaitan dengan salah persepsi pada malam hari.
- Klorpromazine 25-30 mg peroral di malam hari, secara tunggal atau secara
bersamaan dengan benzodiazepine dapat digunakan pada kasus insomnia
yang menyertai penyakit terminal.

21
Barbiturat
Barbiturat merupakan golongan anti depresan otak secara umum dan
kurang dibandingkan dengan golongan enotiazin dan benzodiazepine. Reaksi
paradoks pada lanjut usia yang disertai agresi, agitasi, atau yang serupa itu sering
terjadi. Barbiturat kini tidak lagi dipakai sebagai hipnotik karena kecenderungan
menimbulkan ketergantungan baik psikis maupun fisik, banyaknya interaksi obat
yang ditimbulkannya induksi enzim-enzim hati dan bahanya bila ditelan dalam
dosis berlebih.
Antihistamin
Antihistamin seperti klorpheniramin (benadryl) dapat merupakan hipnotik
yang efektif untuk beberapa pasien, tetapi efek anti kolinergiknya dapat
menyebabkan kebingungan pada usia lanjut.
Beberapa antihistamin yang memberikan efek sedatif (antihistamin generasi I) :
1. Alkylamines : Brompheniramine, Chlorpheniramine, Pheniramine,
Deklorpheniramine, Dimethidine.
2. Ethanolamines : Carbinoxamine, Clemastine, Diphenhidramine.
3. Phenotiazine : Mequitazine, promethazine
4. Piperazine : Homochlorcyclizine, Hidroxyzine (Iterax), Meclizine,
Oxatomide.
5. Piperidine : Cyproheptadine, phenindamine, Piprinhydrinate
Azatadine
2. Sindroma Apneu Tidur 1.3
 Pengobatan penderita sindroma apneu tidur bersifat mendesak karena ada
resiko kematian mendadak.
 Perlu dilakukan observasi tidur selama 24 jam, wawancara dengan partner
tidurnya dan pemeriksaan polisomnografi.
 Tindakan yang perludilakukan adalah dengan meningkatkan tekanan aliran
udara yang terus menerus (CPAP-Continuous Positive Airway Pressure)
 Dapat pula dilakukan pembedahan
 Jika pasien gemuk, maka perlu menurunkan berat badan yang dengan
sendirinya akan memecahkan persoalan.

22
 Asupan alcohol atau obat-obatan yang berlebihan harus dihentikan.
 Pemberian sedative, termasuk premedikasi dan anesthesia umum
berbahaya pada kasus-kasus ini dan perlu dilakukan pengawasan ketat.
 Medroksiprogesteron asetat 20 mg peroral tioap 8 jam merupakan suatu
perangsang pernapasan dan memperbaiki gejala-gejala sindroma ini. Obat
ini bekerja dengan merangsang pernapasan sentral.
 Protriptilin 20-30 mg peroral di malam hari, dapat mengurangi banyaknya
episode apneu. Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah tidur REM,
yaitu saat –saat dimana terjadi periode apneu yang paling berat dan juga
dapat mengubah aktivitas otot pernapasan.
3. Narkolepsi 1.3
 Tidur siang secara teratur dan tidur malam yang lebih panjang dapat
membantu mencegah serangan tidur di siang hari dan sedikitnya
mengurangi frekuensinya.
 Psikoterapi individual atau kelompok baik dari pasien atau keluarga yang
dapat membantu dan memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyakit dan kecacatannya.
 Untuk mengatasi berbagai aspek yang berbeda dari sindroma ini
diperlukan pengobatan yang berbeda pula. Kebanyakan penderita
mengeluh bahwa serangan tidur di siang hari adalah yang paling
menggangu dalam hidup mereka.
 Kafeine, ephedrine dan antikonvulsan tidak memiliki tempat dalam
pengobatan narkolepsi.
 Metilfenidat 80 mg / per hari peroral dapat digunakan untuk mengatasi
rasa mengantuk di siang hari. Dosis awal biasanya 5 mg per oral pada jam
8, 12, dan jam 4 sore. Obat ini memiliki masa kerja yang singkat.
Absorpsinya berkurang oleh makanan, oleh karena itu harus diberikan 1
jam sebelum atau sesudah makan.

23
 Imipramin 10 – 25 mg dalam dosis terbagi selama siang hari, digunakan
untuk mengatasi gejala Narkolepsi lainnya. Dosis rendah lebih efektif
untuk katapleksi dari pada untuk pengobatan depresi.
 Pemberian bersama Metilfenidat dan Imipramin dapat digunakan untuk
mengatasi serangan tidur dan gejala-gejala penyertanya.
 Fenelzin dipakai untuk pengobatan narkolepsi yang resisten dan mengatasi
semua gejala pada gangguan ini.
 Protriptiline diberikan sebagai dosis tunggal sebelum tidur.
 Propanolol 240 – 480 mg / hari peroral efektif mengatasi serangan tidur
pada narkolepsi.
4. Transient Insomnia
Mungkin tidak diperlukan obat, akan tetapi apabila pasien memerlukan
nya dapat diberikan derivat benzodiazepine yang bekerja cepat seperti Triazolam
dan Lorazepam, yang juga cepat hilang dari tubuh. Pasien cukup diberi pil saja,
sering tidak perlu diobati sampai seminggu.
5. Short Term Insomnia 1.3
Sebagai pengobatan dapat diberikan derivat benzodiazepine yang bekerja
cepat. Biasanya pengobatan tidak lebih dari 3 minggu.
6. Long term Insomnia 1.3
Dalam keadaan ini obat-obatan yang lebih tepat adalah neuroleptika
dengan efek hipnotik yang kuat seperti klorpromazin, levomepromazinem dan
sebagainya untuk schizophrenia, dan amitriptilin, mianserin, atau maproptilin bila
terdapat depresi.
7. Parasomnia 1.3
Aktivitas motorik termasuk gerakan–gerakan menendang di tempat tidur
atau tidur berjalan dapat diatasi dengan obat REM suppressant seperti
antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor. Akan tetapi obat ini
beresiko membuat lemah pada pasien lanjut usia. Hal yang penting adalah
memindahkan benda-benda yang berbahaya dan mebel yang ujungnya tajam dari
sekitar pasien dengan kondisi ini.

24
BAB III

KESIMPULAN

Gangguan tidur pada lanjut usia seringkali berhubungan dengan gangguan


medis dan gangguan psikiatrik lainya, seringkali tidak terdiagnosis secara pasti

25
dan tidak di terapi dengan baik sebagai mana mestinya. Untuk itu diperlukan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang gangguan tidur (insomnia)
khususnya pada lanjut usia. Dengan mengetahui dan memahami berbagai jenis
gangguan atau penyakit tidur kita dapat mengambil langkah yang diperlukan.
Sepanjang masih bisa diatasi sendiri dengan teknik-teknik manajemen diri
(relaksasi dan pemrograman bawah sadar, meditasi, dan pola hidup yang sehat dan
seimbang), maka kita sebenarnya dapat menjadi bagian dari solusi masalah yang
kita hadapi. Untuk gangguan atau penyakit yang serius seperti narcolepsy maupun
apnea, kita harus berkonsultasi dengan dokter ahli, karena mengabaikan gangguan
tersebut dapat berakibat fatal (mematikan) bagi penderita.
Pemeriksaan yang cermat sangat penting untuk menetapakan apakah
penderita gangguan tidur mengalami sleep disorder atau sleep disturbance. Peran
dokter dan perawat untuk mengambil riwayat gangguan, riwayat medik-psikiatrik,
penggunaan obat sebelumnya, catatan observasi tidur maupun rekaman tidur
sangat membantu penegakkan diagnosa dan pemberiaan tatalaksana yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ. Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Edisi 11. EGC: Jakarta. 2010. p.268-280.

26
2. Budiman R, Insomnia pada Usia Lanjut, Dalam Buku Kumpulan Abstrak/
Makalah, Healty and Active Ageing Symphosium Successful aging an
Emerging Paradigm of Gerontology : Illness, Crisis and Loss, Jakarta :
Kongres Nasional gerontology, 2004
3. Prayitno A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaanya. Jurnal Kedokteran Triksakti Vol.21 No.1;2002

27

Вам также может понравиться