Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
ARHAM , S.Kep
CI LAHAN CI INSTITUSI
T.A 2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Luka Bakar (Combutsio)
1. Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi (Brunner dan Suddart. 2012).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Juga disebabkan oleh
kontak dengan suhu rendah (ferosbite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan
kematian atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun
estetik.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau
zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
1. Luka bakar termal : Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau
kontak dengan objek panas.
2. Luka bakar api : Berhubungan dengan asap/cedera inhalasi.
3. Luka bakar kimia :Terjadi dari tipe/kandungan agen pencedera, serta
konsentrasi dan suhu agen.
4. Luka bakar listrik :Suatu trauma yang disebabkan oleh arus listrik,
yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam.
Faktor yang membedakan keparahan karena arus listrik:
1. Jenis dan besarnya arus listrik
2. Jalan masuknya arus listrik
3. Lama kontak dengan arus listrik.
B. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan melalui hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi denaturasi
protein atau iosinasi isi sel.
Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar:
1. Api: kontak dengan kobaran api.
2. Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak
panas.
3. Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan
jaringan organik.
4. Luka bakar listrik: tidak terlalu sering terjadi di Indonesia. Bisa timbul
dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki
karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal
dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam
tubuh.
5. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya
dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering
terjadi di Indonesia.
C. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber-sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan oleh radiasi
elektromagnetik.Pada kasus luka bakar listrik kerusakan diakibatkan oleh
arus listrik yang masuk ketubuh dan menjalar ke jaringan. Ekstremitas
biasanya terkena kerusakan jaringan yang lebih parah karena ukurannya
lebih kecil di banding tubuh, menyebabkan arus yang besar terkumpul
diekstremitas. Luka tambahan karena listrik adalah luka bakar pada kulit
pada tempat masuk dan keluarnya arus listrik karena putaran suhu tinggi
oleh aliran listrik (2,5000C) pada permukaan kulit, luka bakar yang terjadi
karena baju korban terbakar. Mungkin disertai patah tulang dan dislokasi
karena otot-otot berkontraksi akibat listrik. Luka bagian dalam biasanya
termasuk kerusakan otot, kerusakan saraf dan kemungkinan penggumpalan
darah disebabkan tekanan arus listrik, kerusakan organ dalam rongga atau
perut.
Penderita luka bakar juga dapat mengalami kenaikan penguapan air. Di
mana selama 48 jam pertama kehilangan ini terutama disebabkan oleh
eksudat pada permukaan luka. Daerah kehilangan seluruh ketebalan kulit
yang mula-mula kering dan kurang mengalami penguapan air tetapi dengan
semakin melunaknya luka bakar maka penguapan air akan meningkat
dengan cepat. Pada luka bakar seluruh ketebalan kulit yang luas, penguapan
dapat mencapai 6-8 liter sehari.
D. Fase – Fase Luka Bakar
Fase – fase luka bakar yaitu :
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway
tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar,
namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera
inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ -
organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur
E. Manifestasi Klinis
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka:
1. Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi
merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab, atau
membengkak. Jika ditekan , daerah yang terbakar akan memutih, belum
terbentuk lepuhan.
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik
karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien
luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
1) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
2) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya
dalam 16 jam berikutnya.
2. Pengkajian sekunder
a. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan
diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2
tahun lebih rentan terkena infeksi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
7) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
c. Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang
merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis
hepatis, gangguan pernafasan). (Doengoes, 2009).
B. Diagnosa
Beberapa Diagnosa keperawatan luka bakar sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhial; oedema mukosa; kompresi jalan nafas
2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema
3. Ketidakseimbangan volume cairan ; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatic
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
metabolic
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Gangguan pertukaran NOC NIC
gas berhubungan a. Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
dengan obstruksi b. Respiratory Status : ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau
trakheobronkhial; c. Vital Sign Status jaw thrust bila perlu
oedema mukosa; Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
kompresi jalan nafas a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi ventilasi
yang adekuat 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
b. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda- jalan nafas buatan
tanda distress pernafasan 4. Pasang mayo bila perlu
c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tidak ada pursed lips) tambahan
d. Tanda tanda vital dalam rentang normal 8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Brunner dan Suddart. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Leong M, Philips LG. 2012. Wound Healing. Dalam : Townsend CM, Beauchamp
RD, evers BM, Mattox KL, Sabiston textbook of surgery. Edisi ke 19.
Canada : Elsevier