Вы находитесь на странице: 1из 30

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT November 2018

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO

LAPORAN KEDOKTERAN OKUPASI


PASIEN LOW BACK PAIN PADA BURUH PELABUHAN

OLEH :
Muhamad Isafarudin Susanto, S.Ked
NIM : K1 A1 12 007

PEMBIMBING :
dr. Zida Maulina Aini, M.Ked. Trop

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran yang bermutu dan
manusiawi sudah tidak dapat di tunda lagi. Hal ini mengingat bahwa pelayanan
kedokteran meskipun berkembang pesat, tetapi semakin terkotak-kotak dengan
munculnya berbagai spesialisasi dan subspesialisasi. Lebih parah lagi, semakin
berkembangnya komersialisasi pelayanan kesehatan dan kedokteran, menurunnya
etos profesionalisme serta banyak di temukan berbagai pelanggaran norma dan
etika kedokteran.
Pelayanan kuratif yang dianggap lebih menguntungkan justru berkembang
pesat. Pendekatan yang di anut lebih ke arah pendekatan individu, salah satunya
adalah Ilmu Kedokteran Kerja , sebenarnya Ilmu Kedokteran Kerja hampir sama
dengan ilmu kedokteran biasa hanya saja dalam ilmu kedokteran kerja ini
digunakan kemampuan untuk melihat potensi dan faktor resiko dari pekerjaan yang
dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja ,serta dibutuhkan improfisasi dalam
melakukan kedokteran kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahay akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi bahkan
menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya. Melainkan harus dianggap sebagai bentuk
investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa
yang akan datang.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,
misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getran, kelembaban udara, dan hal-hal
lain yang menyebabkan kerusakan pada pendengaran, gangguan pernapasan,
kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar UV, percikan
benda panas ,dan lain-lain. K3 dalam konteks kerja berkaitan dengan waktu dan
shift dalam bekerja, waktu rekreasi dan libur dan waktu pergantian dalam shift
bekerja.
Salah satu penyakit yang sering ditimbulkan akibat kerja adalah Nyeri
punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) . Nyeri punggung bawah (NPB)
atau Low Back Pain (LBP) adalah gejala yang paling sering timbul di masyarakat
kita. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling
tidak satu episode nyeri pungung bawah selama hidupnya (lifetime prevalence)
tanpa mengenal perbedaan umur dan jenis kelamin. 1
Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang paling sering dari
pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke-2 untuk
alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke-5 alasan perawatan di rumah
sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.2
Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai sedang dan
sebentar. Ini akan membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan orang.
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) PERDOSSI (Persatuan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit
pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa kejadian NPB meliput 18,37% dari
seluruh kasus nyeri yang ditangani.1
B. Tujuan
Untuk mengetahui pendekatan diagnosis kedokteran okupasi penyakit
LBP akibat hubungan kerja pada pekerja buruh pelabuhan di Pelabuhan
Nusantara Kendari
C. Manfaat
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran okupasi, mampu
melakukan penilaian bahaya potensial, dan mampu melakukan pendekatan
diagnosis penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit akibat hubungan kerja
(PAHK).
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Penderita
 Nama : Tn. Faisal
 Usia : 40 tahun
 Kedudukan dalam keluarga : Kepala Rumah Tangga
 Jenis Kelamin : Laki - Laki
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Buruh Pelabuhan
 Suku : Muna
 Status Perkawinan : Menikah
 Alamat : Kelurahan Gunung Jati Lr. Mabolu
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :

Nyeri punggung bawah

2. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang :

Nyeri punggung bawah dialami sejak ± 1 bulan sebelum ke


puskesmas. Awalnya nyeri dirasakan tidak terlalu mengganggu, namun
lama-kelamaan nyeri punggung bawah dirasakan semakin berat ± 2 hari
sebelum kepuskesmas. Nyeri dirasakan terus-menerus, seperti diremas-
remas. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke jari-jari kaki kanan. Nyeri
dirasakan menghebat terutama pada saat penderita bangun dari tempat
tidurnya, saat akan berdiri dari posisi duduk dan pada saat penderita duduk
dan pada saat batuk. Nyeri berkurang bila penderita berbaring. Penderita
memiliki kebiasaan mengangkat beban berat seperti mengangkat barang
dipelabuhan. Pada saat mengangkat penderita biasanya membungkuk.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu :

Hipertensi : (+) Sejak ± 5 Tahun yang lalu terkontrol, penderita


minum obat nifedipin.

Jantung : (-) Disangkal penderita

Kolesterol : (-) Disangkal penderita

Asam Urat : (-) Disangkal penderita

Diabetes Melitus : (-) Disangkal penderita

4. Riwayat penyakit dalam keluarga :


Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
5. Riwayat Kebiasaan :
Penderita adalah seorang kepala keluarga yang merupakan tulang
punggung keluarga yang bekerja sebagai buruh pelabuhan yang bekerja
sebagai pengangkat barang dipelabuhan.
6. Riwayat Pengobatan :
Pasien menggunakan Salompas yang dibelinya diapotik
7. Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita mempunyai seorang istri yang bekerja sebagai buruh cuci
, serta mempunyai 2 orang anak yang a n a k p e r t a m a n y a s u d a h
k e r j a d a n a n a k k e d u a m a s i h s e k o l a h semuanya masih tinggal
dirumah semi permanen 1 lantai, 3 kamar, sumber penerangan listrik
PLN. Biaya pengobatan ditanggung oleh KIS.
C. Anamnesis Okupasi Pekerjaan
1. Jenis Pekerjaan

Table 1. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan Alat yang Tempat Kerja Lama Kerja


digunakan
Buruh pelabuhan Tidak ada Pelabuhan nusantara ± sudah 20
kendari tahun

2. Uraian tugas / pekerjaan


a. Cara melakukan pekerjaan
Pasien bertugas mengangkat barang penumpang dari dalam kapal atau
dari luar kapal
b. Jadwal kerja
Dalam 1 minggu pasien bekerja tiap hari yakni setiap ada kapal mulai
pukul 06.30 – 07.30, pukul 12.00- 13.00 dan pukul 17.30-18.30

Waktu Kegiatan
(WITA)
05.00-06.00 Bangun, sholat, bersiap- siap pergi kerja dan sarapan

06.00-06.30 Berangkat ke pelabuhan

06.30-07.30 Berlomba mencari penumpang yang akan diangkatkan


barangnya buat naik diatas kapal

07.30-12.00 Istrahat sambil menunggu kapal datang

12.00-13.00 Kedatangan kapal mereka berlomba lompat naik diatas


kapal buat mencari penumpang yang akan diangkatkan
barangnya. Kadang menunggu penumpang yang akan
naik keatas kapal buat diangkatkan barangnya
13.00-17.30 Makan siang, dan istrahat sambil menunggu kapal
masuk

17.30-18.30 Saat kapal masuk pasien lompat diatas kapal buat


mengangkat barang penumpang

18.30-19.00 Pulang kerja

c. Bahaya potensial :

Tabel 2. Bahaya Potenasial

Ganggaun
Bahaya Potensial Kesehatan Risiko
Daftar
Yang Kecelakaan
Kegiata
Mungkin
n
Psikososia
Fisik Kimia Biologi Ergonomi
l
Mengang Kejatu Posisi Strees LBP, Myalgia Jatuh
kat han membung ketika
Barang barang kuk untuk tidak ada
mengangk penumpan
at barang g yang
akan
diangkatka
n
barangnya
Lompat Jatuh Polusi Salah Jika Dislokasi, Tenggelam
di kapal dilaut kapal tumpuan kurang Fraktur
saat penumpan
melopat g
d. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami
Pasien mengeluhkan nyeri yang awalanya tidak mengganggu,
namun lama kelamaan nyeri punggung bawah dirasakan semakin
memberat. Nyeri terus menerus seperti diremas-remas. Dalam
melakukan pekerjaan pasien banyak mengangkat baranng
menggunakan tangan lalu diletakan dipunggung.
e. Body Discomfort Map / Peta Ketidaknyamanan Tubuh

Pasien merasahkan nyeri pada area tangan (nomor 36, 37, 38,39,
46) yang mana berhubungan dengan anggota gerak bagian bawah
curiga setinggi L2-S1
f. Brief Survey

5 4

Skor total brief survey untuk tangan dan pergelangan tangan knan kiri : 3
Skor total brief survey untuk lengan kanan dan kiri : 0
Skor total brief survey untuk bahu kanan dan kiri : 3
Skor total brief survey untuk leher : 0
Skor total brief survey untuk punggung : 4
Skor total brief survey untuk kaki : 3
Kesimpulan Skor Brief Survey untuk pergelangan tangan kanan 13 (High
Risiko), Skor total brief survey untuk punggung : 4 (High Risiko).
D. Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : Tampak sakit / sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 M6 V5
Tanda Vital

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : 36,5 ᵒC

Berat badan : 56 cm

Tinggi badan : 147 kg

IMT : 24,32 (Normal)

Kepala : normocepal

Mata : Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-

Leher : Perbesaran kelenjar getah bening (-)

Thorak : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)

Cor : Bunyi jantung, normal, bising (-)

Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing


(-/-)

Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan


epigastrium (-),

Hepar/Lien : Tidak teraba.

Ekstremitas : edema (-)


Status Motorik :

Superior Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Pemeriksaan
Gerakan (+) Normal (+) Normal (+) Normal (Nyeri) (+) Normal

Kekuatan Otot 5 5 kurang karena nyeri hebat 5


Tonus Otot (+) Normal (+) Normal (+) Normal (+) Normal
Atrofi Otot (-) (-) (-) (-)
Refleks Fisiologis (+) Normal (+) Normal (+) Normal (+) Normal
Refleks Patologis (-) (-) (-) (-)
Sensibilitas (+) Normal (+) Normal (+) Normal (+) Normal

Status lokalis (Regio Lumbosakral)

Inspeksi : Simetris, tanda radang (-), eritema (-), deformitas (-)

Palpasi : Hangat (-), Nyeri tekan (+) regio lumbosakral, Spasme


otot (+) paralumbal, tes lipat kulit (+)

Lingkup gerak sendi trunkus :, merasa nyeri bila duduk atau


berdiri.

Tes Provokasi : Laseque : +/-

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM : tidak dilakukan


F. RESUME

Seorang Laki-laki, 40 tahun, datang ke poliklinik puskesmas kandai


dengan keluhan utama nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah
dialami penderita sejak ± 1 bulan sebelum kepuskesmas. Nyeri dirasakan
terus-menerus, seperti diremas-remas. nyeri dirasakan menjalar hingga ke
jari-jari kaki kanan. Nyeri dirasakan menghebat terutama pada saat penderita
bangun dari tempat tidurnya, saat akan berdiri dari posisi duduk dan pada saat
penderita duduk dan pada saat batuk. Nyeri berkurang bila penderita
berbaring. Penderita memiliki kebiasaan mengangkat beban berat seperti
mengangkat barang dipelabuhan. Pada saat mengangkat penderita biasanya
membungkuk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam
batas normal. Status motorik dan sensoris dalam batas normal. Pada status
lokalis didapatkan nyeri tekan dan spasme otot setinggi L5-S1, Pada tes
provokasi didapatkan laseque (+/-)

G. DIAGNOSIS OKUPASI
1. Diagnosis Klinis
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita LBP ec. Susp. HNP L2-S1
2. Diagnosis Okupasi
HNP dapat berhubungan dengan penyakit akibat kerja (PAK)
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa :
Amitriptilin 25 mg 3x1/4 tab,
Diazepam 5mg 3x1/4 tab,
Vit B1 B6 B12 3x1 tab
2. Rehabilitasi Medik
Problem Rehabilitasi Medik :
a. Nyeri punggung bawah (VAS: 7)
b. Keterbatasan lingkup gerak sendi lumbosakral (fleksi, ekstensi,
lateral bending, rotasi)
c. Gangguan transfer dan ambulasi
d. Gangguan AKS
Program :
1. Alih baring tiap 2 jam
2. Proper Back Mechanism
3. Breathing exercise
4. TENS Regio Lumbosacral
3. Okupasi Terapi
a. Edukasi Cara mengangkat beban berat

b. Melarang pasien untuk bekerja sebagai buruh pelabuhan dan


mengangkat beban berat
I. PROGNOSIS
1. Ad Vitam : Ad Bonam
2. Ad Sanasionam : Ad Malam
3. Ad Fungsionam : Ad Malam
BAB III

Tinjauan pustaka

A. DEFINISI
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
5
paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
6
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
B. GAMBARAN ANATOMI
3
Anatomi tulang belakang :
1. Kolum vertebra
Kolum vertebra terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri atas :
a. Segmen anterior
Bagian ini terutama berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh
korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh
diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligament
longitudinal posterior dan ligament longitudinal anterior.
b. Segmen posterior
Bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus
spinosus. Satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh sepasang
artikulasi dan diperkuat oleh ligament serta otot.
2. Diskus intervertebra
Diskus intervertebra berfungsi sebagai penyangga beban dan sebagai
peredam kejut. Diskus dibentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan
anyaman serat- serat fibroelastik sehingga berbentuk seperti gentong.
Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra
sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi
nucleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak
mengandung
C. PATOFISIOLOGI
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus
ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi
yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang

selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.7 Nyeri yang timbul dapat berupa


nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi

atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.7
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di
mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini
menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap
rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan
7
Laseque.
D. ETIOLOGI
3
Dalam klinik LBP dibagi dalam 2 kelompok:
1. LBP oleh faktor mekanik.
a. LBP oleh mekanik akut
Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak
melampaui batas kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu
untuk jangka waktu terlampau lama.
b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap
tubuh yang membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut
membuncit dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian
mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai
kompensasi agar keseimbangan tubuh. tetap terjaga. Di samping akibat
sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada
wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.
2. LBP oleh faktor organik
a. LBP osteogenik
1) Radang
2) Trauma
Tidak jarang LBP merupakan keluhan utama pada fraktur vertebra
lumbal. Lebih-lebih fraktur spontan akibat osteoporosis pada
penderita usia lanjut. Jenis fraktur ini sering disertai spondilolistesis

L5-S1 dan L4- L58


3) Keganasan
Dapat bersifat primer, multiple myeloma atau sekunder akibat
metastasis.
4) Kongenital
b. LBP diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebralis.
Bentuk dan gangguan yang sering dijumpai ialah :
1) Spondilosis
2) Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
3) Spondilitis ankilosa
c. LBP neurogenik
1) Neoplasma
2) Arakhnoiditis
3) Stenosis kanal
E. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis
mayor, obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerja
seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-
jam (posisi tubuh kerja yang statik), mengangkat dan membawa beban yang
9
berat, menarik beban, membungkuk, serta kehamilan.

F. GAMBARAN KLINIK

Low back pain merupakan suatu gejala, bukan suatu penyakit dan
12
memiliki banyak penyebab. Secara umum digambarkan sebagai rasa nyeri
12
antara batas kosta dan lipatan bokong. Pada umumnya para penderita
berusia dekade kedua. Keluhan nyeri dapat menjalar dan tidak menjalar. Pada
tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan
tidak menjalar, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya
pegal pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah
pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha, belakang
tumit dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah leher dapat
dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan
pada waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan pergerakan. Jika
nyeri menjalar ke arah bokong, paha, belakang tumit hingga telapak kaki,
10
maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang khas pada penderita HNP.
G. DIAGNOSIS KLINIS LOW BACK PAIN
Diagnosis klinis LPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis serta pemeriksaan penunjang.
7
1. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:
a. Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang
timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan
otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena
penyebab lain timbul bertahap.
b. Lama dan frekuensi serangan
LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari
sampai resolusinya degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
c. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan LPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama
terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah
atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang
menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi
sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran yang
tetap.
d. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah
saat aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat
nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada
penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.
e. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara
LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari
masing- masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.
Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-
20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu
tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai,
biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala LBP yang sudah
lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan
gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat,
yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan
suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah
suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut
barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa
menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai
mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan
setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-
abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan
mengejan sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada
pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu
peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
7
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
7
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis
serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat
disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:

a. Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah


b. Ekstensi ke belakang (back extension)
c. Fleksi ke depan (forward flexion)
d. Lokasi dari HNP
e. Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang
Palpasi
a. Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
b. Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan
nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat
respons pasien.
11
3. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri
punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena
sebab yang lain
a. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri punggung bawah disebabkan oleh gangguan pada
salah satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya
gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan
demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.
b. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen
mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya.
c. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi
motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas.
d. Tes-tes Provokasi
1) Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut
tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
2) Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa
nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue
positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf
yang membentuk saraf ini.
3) Tes Kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi,
0
setelah sendi coxae 90 dicoba untuk meluruskan sendi lutut.
4) Patrick sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external,
rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki
yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain.
Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi
rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu
sebab yang non neurologik misalnya coxitis
5) Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan
ini akan mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam
kanalis spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf akan ikut tertarik
ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan
lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akar
saraf tersebut.
2
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan
penyebab LBP:
2. Laboratorium : pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan cairan
cerebrospinal.
3. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang
bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian
diskogenik.
4. Pemeriksaan Elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk
membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
5. Pemeriksaan mielografi (untuk indikasi tertentu).
H. PENATALAKSANAAN
2
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:
1. Obat-obatan

Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri


tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan dapat
berupa golongan analgetika, dimana golongan ini terdiri dari analgetika
antipiretik dan analgetika narkotik. Yang umum digunakan adalah analgetik
antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan “endogenous
pain substance” sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Di samping
itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi di samping
analgetik yaitu obat anti inflamasi non steroid.

2. Penanganan Rehabilitasi Medik


Program Rehabilitasi Medik
a. LBP oleh faktor mekanik akut.
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah,
kompres air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.
b. LBP oleh faktor mekanik
Tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk
menghilangkan hiperlordosis tersebut. Pada prinsipnya untuk :
- Latihan penguatan dinding perut, otot gluteus maksimus
- Latihan peregangan untuk otot yang memendek, terutama otot
punggung dan hamstring.
c. LBP oleh karena fraktur kompresi
Dikenal dua macam penanganan :
- Konsevatif : tirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi dengan
korset untuk 4-6 minggu lagi, bila jenis fraktur stabil. Bila tidak
stabil, diperlukan tirah baring yang lebih lama (6-8 minggu)
- Operatif : Tindakan operatif merupakan indikasi bila
kedudukan fragmen fraktur jelek, sedangkan reposisi sulit
dilakukan secara konservatif.
d. Osteoporosis
Penanganannya latihan-latihan, pemasangan korset, pemanasan
dangkal.
e. Keganasan
Terhadap fraktur patologik yang mungkin terjadi atau instabilitas
tulang belakang dapat diberikan korset.
f. Hernia Nukleus Pulposus
Penanganannya : konservatif
- Tirah baring selama 3-5 hari dengan alas keras selama fase
akut, dengan posisi semi Fowler
- Terapi fisik Shortwave Diathermy
- Traksi pelvis
- Latihan-latihan yang pada prinsipnya untuk memperkuat otot-
otot tulang belakan.
3. Tindakan Operatif
- Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi)
- Adanya gangguan neurologis yang progresif (kelemahan otot)
- Nukleolisis, merupakan metoda alternatif setelah operatif gagal.
4. Modalitas Fisik
a. Terapi Panas
- Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat
memberikan rasa nyaman karena dapat mempengaruhi hantaran
perasaan sakit oleh serabut aferen.
- Microwave diathermy, prinsip pemanasan melalui
elektromagnetik potensial. Daya tembus dapat mencapai
subkutis, lemak, dan otot.
- Shortwave Diathermy, prinsip pemanasan melalui potensial
listrik.
- Ultrasound Diathermy, prinsip pemanasan dengan high
frequency vibration, memiliki daya tembus yang paling besar.
b. Terapi Dingin
Cold packs dan masase dengan balok es dapat digunakan
sebagai terapi dingin.
c. Stimulasi Listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
Dapat digunakan pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa
nyeri
d. Massage
Efek yang timbul dalam pemberian massage adalah bersifat reflektoris
dan mekanik.
e. Latihan
- Relaksasi, berbaring di alas yang kaku dengan punggung lurus
dan lutut ditekuk. Atur nafas dalam hitungan dua-dua. Kepalkan
tangan lalu biarkan relaksasi, rasakan menyebar dari lengan ke
punggung.
- Pelvic tilt, tekan punggung ke bawah sehingga datar seluruhnya
dan menempel dasar selama 5-10 hitungan sebelum relaksasi
kembali.
- Lutut ke dada, tarik lutut kiri bergantian dengan kanan ke dada
dengan kedua tangan
- William Flexion Exercise adalah program latihan yang terdiri atas 7
macam gerak yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal
(terjadi fleksi lumbal). William flexion exercise telah menjadi dasar
dalam manajemen nyeri pinggang bawah selama beberapa
tahun untuk mengobati beragam problem nyeri pinggang bawah
berdasarkan temuan diagnosis. Dalam beberapa kasus, program
latihan ini digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet
joint (kapsul-ligamen), otot, serta degenerasi corpus dan diskus.
Tn. William menjelaskan bahwa posisi posterior pelvic tilting
adalah penting untuk memperoleh hasil terbaik. Adapun tujuan dari
william flexion exercise adalah untuk mengurangi nyeri,
memberikan stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara
aktif pada otot abdominal, gluteus maximus, dan hamstring, untuk
menigkatkan fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan
lower back (sacrospinalis), serta untuk
mengembalikan/menyempurnakan keseimbangan kerja antara group
otot postural fleksor & ekstensor

5. Edukasi
1. Edukasi penderita (Proper Back Mechanism):
- Proper Body Mechanism
Waktu berdiri :
- Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode jongkok
sebentar.
- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi
tekuklah pada lutut.
- Waktu berjalan :
- Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa gesa.
Waktu duduk :
- Busa kursi jangan terlalu lunak.
- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang
punggung
- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah
dari paha.
- Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak
dengan punggung kursi.
Waktu tidur :
- Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur
sebaiknya yang keras. Gunakan bantal kepala yang tidak terlalu
tinggi atau terlalu rendah untuk menjaga kelengkungan tulang leher
dan tulang punggung tetap dalam keadaan normal. Gunakan bantal
di bawah lutut agar lutut tetap dalam keadaan tertekuk.
- Ketika tidur dengan posisi menyamping atau miring, tekuk sedikit
lutut, letakkan bantal antara kedua lutut.
- Saat mengangkat barang, terlebih dahulu tekuk lutut dan
berjongkok, jaga punggung agar tetap lurus dan kepala juga lurus
selama mengangkat. Pastikan benda selalu menempel pada tubuh,
selama mengangkat dan membawanya. Jangan mendadak atau
menyentak mengangkat dan jangan memutar atau menyamping.
Ketika membawa suatu benda, gunakan postur yang tepat yaitu
berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika berjalan.
Membawa dengan beban di depan dan menempel ke tubuh.
- Olahraga: Pada penderita LBP dimana kondisi punggung belum
stabil harus menghindari olahraga yang bersifat beregu. Yang
1
dianjurkan adalah olahraga perorangan yaitu berenang dan jogging.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor).
2. Secara etiologi LBP (Low back Pain) digolongkan dalam 2 golongan yang
pertama LBP oleh faktor mekanik yang kedua LBP oleh faktor organik.
3. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penilaian bahaya potensial
di lingkungan kerja pasien maka dapat disimpulkan bahwa penyakit LBP
yang di deritanya saat ini termasuk ke dalam penyakit akibat hubungan
kerja (PAHK)
B. Saran
1. Lebih berhati-hati dalam mengangkat barang dan sesuai prosedur yang
telah ditentukan.
2. Agar pihak pelabuhan melakukan penyuluhan K3 terhadap semua buruh
pelabuhan,
DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam : Meliala
L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA., editor. Nyeri Punggung Bawah.
Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. 2003.
2. Bener et al. Obesity and Low Back Pain.Coll. Antropol, 2003, 27: 95-
104.
3. Sengkey L., Angliadi LS, Mogi TI., Gessal J. Low Back Pain. Dalam :
Bahan Kuliah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK UNSRAT. Manado. 2006. Hal: 79-
90
4. Kurt JI, et al. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam; Editor
edisi bahasa Indonesia, Asdie AH. Jakarta : EGC, 199. Hal.90.
5. Rakel D. Low Back Pain. 2003. Dow nlo ade d fr
om:http://www.clinicalevidence.com Mei 2013.
6. Maher, Salmond & Pellino. 2002. Low Back Pain Syndroma. Philadelpia:
FA DavisCompany.
7. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam:
Meliala L, Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
8. Harsono. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta:
Gajahmada University Press. 2007.
9. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
10. Priguna Sidharta. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta :
Dian Rakyat. 1996.
11. Edgar G. Dawson, M.D.; Regis W. Haid, Jr., M.D. Treatment and
Prevention of Lumbar Disc Herniations Pulposus [Online] 2007 [cited
April 2013]; Available from http://www.Spineuniverse.com
/displayarticle.php/article28.html.
12. Barr KP, Harrast MA. Low Back Pain. In : Braddom, RL. Physical
Medicine and Rehabilitation. Edisi ke-4. Philadelpia: Elsevier Inc. 2011.
Hal: 187.

Вам также может понравиться