Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANALISIS MASALAH
40
41
hiperemis, edem, hyperplasia, dan stippling menghilang. Pada pasien ini ditemukan
hiperplasia gingiva yang lebih sering ditemukan pada AML daripada pasien leukemia
kronik. Hiperplasia gingiva disebabkan karena infiltrasi sel-sel leukemik ke gingiva,
inflamasi atau akibat hiperplasia reaktif. Faktor yang mempermudah timbulnya
hiperplasia gingiva adalah adanya respon yang berlebihan terhadap iritan lokal yang
disebabkan berkurangnya kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi gingiva
karena bentuknya yang tidak matang. Iritan lokal tersebut merupakan stimulus
inflamasi yang dapat berasal dari akumulasi plak yang menyebabkan kebersihan
rongga mulut menjadi buruk. Kalkulus disebabkan oleh plak yang mengeras hal ini
mengindikasikan kurangnya perlindungan kesehatan gigi dan mulut (oral hygiene)
pasien. Hal ini menjadi faktor resiko terjadinya infeksi dan memungkinkan bakteri
melewati jaringan dan masuk ke pembuluh darah yang dapat menimbulkan terjadinya
bakteremia.
Pada status lokalis, ditemukan adanya gangren radix pada 1.6, 2.6, 3.6 yaitu
terdapat sisa akar pada gigi 1.6, 2.6, 3.6 yang merupakan tempat subur bagi
perkembangbiakan bakteri. Kemungkinan terjadinya gangren radix pada pasien ini
adalah akibat dari karies yang tidak ditatalaksana lanjut.
Pada pasien leukemia akut terjadi gangguan produksi maupun maturasi
neutrofil sehingga secara kuantitatif maupun fungsional yang terganggu, serta terapi
intervensi pada pasien leukemia seperti kortikosteroid, kemoterapi, transplantasi stem
sel dan radiasi dapat menyebabkan menurunnya jumlah maupun fungsi neutrofil
sehingga terjadi defisiensi pertahanan tubuh dan mengakibatkan tingginya risiko
terkena infeksi bakterial gram negatif dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi
sistemik.
Dari anamnesis, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral didapatkan tanda-tanda
fokal infeksi berupa kalkulus di semua kuadran, gangrene radix pada gigi 1.6, 2.6 dan
3.6 serta gingivitis marginalis. Kebiasaan sikat gigi pasien ini yang kurang teratur,
dimana pasien sikat gigi 1 kali sehari dan teknik yang digunakan kurang tepat. Hal ini
menimbulkan kondisi oral hygyne yang buruk dan menimbulkan timbunan debris dan
42
plak yang berujung pada kalkulus pada gigi pasien. Serta kebiasaan pasien
mencongkel gigi yang sakit dengan tangan juga meningkatkan risiko infeksi. Bakteri-
bakteri penyebab infeksi tersebut kemungkinan besar berkumpul di daerah radix
sehingga menyebabkan kondisi oral pasien menjadi semakin buruk dan menimbulkan
gangrene.
Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pro ekstraksi gangren
radix yang berada di 1.6, 2.6 dan 3.6 dan pro scaling kalkulus untuk membersihkan
kalkulus pada rahang atas dan rahang bawah. Selain itu juga dilakukan perawatan
dengan menjaga oral hygiene pasien. Mengedukasikan kepada pasien mengenai oral
hygiene untuk mengatasi adanya komplikasi yang lebih lanjut. Edukasi juga
dilakukan pada pasien dalam pemilihan makanan seperti menghindari makanan yang
keras, terlalu panas dan yang mengandung banyak gula seperti yang dikonsumsi
dalam intensitas sering dan jumlah yang banyak, pasien juga diajarkan cara menyikat
gigi yang benar dan teratur serta pentingnya memberitahu kepada pasien mengenai
kunjungan ke dokter gigi setiap 6 bulan. Pasien juga direncanakan menjalani terapi
berupa kemoterapi. Maka dari itu penting melakukan penilaian ada tidaknya fokal
infeksi pada rongga mulut dikarenakan kemoterapi yang berifat imunosupresan
sehingga jika ada fokal infeksi dapat meningkatkan kejadian bakteremia yang bisa
berakhir pada sepsis yang sering menyebabkan kematian.
43
DAFTAR PUSTAKA
14 Pedersen, Anne M.L. 2016. Oral Infections and General Health. Denmark:
Springer.
15 Penyakit gigi dan mulut, bursa buku senat mahasiswa fakultas kedokteran
UNDIP, Semarang, 2007
16 Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the
medically compromised patient. 7th ed. St. Louis: Mosby, 2008: 451,454-6
17 Peterson LJ. Odontogenic infections. Diunduh dari :
http://famona.erbak.com/OTOHNS/Cummings?cumm069.pdf, 6 Januari
2017).
18 Schuenke, Michael, dkk. 2013.Anatomi untuk Kedokteran Gigi Kepala dan
Leher. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
19 Silverman, S.L, L Boy Eversole, Edmon L.T 2002. Essentials of Oral
Medicine. London: BC Decker Inc.
20 Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and practice of oral medicine. 2nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1995. p.399-415.
21 Wangidjaja, Itjingningsih. 2014. Anantomi Gigi Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
22 J Philip, Lewis RE, George PW. Contemporary oral and maxillofacial
pathology. 2nd ed. Philadelphia: Mosby, 2004: 382-5
23 Zimmermann C,InêsMeurer M, Grando LJ,Gonzaga Del Moral JA, Silva
Rath IB,Tavares SS. 2015. Dental treatments in patients with leukemia.
Journal of Oncology Hindawi Publishing Corporation,