Вы находитесь на странице: 1из 19

KESIAPSIAGAAN KABUPATEN JEPARA DALAM

MITIGASI BENCANA BANJIR

Disusun Oleh :

Kelas A

Rivo Ghozali 111.130.112


Eko Prasetyo 111.160.001
Irfan Rosyidi 111.160.026
Exaudi Pandapotan Silaban 111.160.180

MANAJEMEN BENCANA GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKONOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Dokumen Kesiapsiagaan ini. Dokumen ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Bencana Geologi.

Terselesaikannya dokumen ini tidak lepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak,
maka dari itu kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan
ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Dosen Ir. Eko Teguh Paripurno M.T. sebagai pengampu mata kuliah Manajemen Bencana
Geologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran”
Yogyakarta.
3. Teman-teman PANGEA 2016 yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Dokumen ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik ataupun saran yang membangun dari para
pembaca guna adanya perbaikan dalam penulisan laporan yang akan datang. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk para pembaca.

Yogyakarta, 19 Desember 2018


Penyusun,

Irfan Rosyidi
111.160.026

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................................................. iv
Daftar Tabel ..................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 2
II.1 Pembobotan Parameter .......................................................................................... 2
II.1.1 Kelerengan / Kemiringan Lereng .................................................................. 2
II.1.2 Ketinggian Lahan / Elevasi ........................................................................... 2
II.1.3 Curah Hujan .................................................................................................. 3
II.1.4 Kerapatan Sungai .......................................................................................... 4
II.2 Siklus Penanggulangan Bencana ........................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
III.1 Peta Geologi .......................................................................................................... 7
III.2 Peta Ketinggian ..................................................................................................... 7
III.3 Peta Kemiringan Lereng ....................................................................................... 8
III.4 Peta Kerapatan Sungai .......................................................................................... 8
III.5 Peta Rawan Banjir................................................................................................. 9
III.6 Langkah-Langkah Mitigasi Bencana Banjir ......................................................... 10
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................................. 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Penanggulangan Bencana ...................................................................... 5


Gambar 2. Peta Geologi Kabupaten Jepara ........................................................................ 6
Gambar 3. Stratigrafi Kabupaten Jepara ............................................................................. 6
Gambar 4. Peta Ketinggian ................................................................................................. 7
Gambar 5. Peta Kelerengan ............................................................................................... 8
Gambar 6. Peta Kerapatan ................................................................................................. 8
Gambar 7. Peta Rawan Banjir ............................................................................................. 9
Gambar 8. Hal-Hal yang dilakukan sebelum bencana Banjir ............................................. 10
Gambar 9. Hal-Hal yang dilakukan saat bencana Banjir .................................................... 11
Gambar 10. Hal-Hal yang dilakukan setelah bencana Banjir ............................................. 12

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Kemiringan Lereng ............................................................................. 2


Tabel 2. Klasifikasi Ketinggian Lahan/Elevasi .................................................................. 3
Tabel 3. Klasifikasi Curah Hujan........................................................................................ 3
Tabel 4. Klasifikasi Kerapatan Sungai................................................................................ 5

v
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Banjir merupakan bencana alam paling sering terjadi, baik dilihat dari
intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam setahun
yaitu sekitar 40% di antara bencana alam yang lain. Bahkan pada tempat-tempat
tertentu, banjir merupakan rutinitas tahunan. Hampir di setiap musim penghujan
sering terjadi peristiwa bencana banjir yang muncul dimana-mana, dengan lokasi
dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangat beragam. Masalah banjir telah ada
sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di dataran banjir (flood
plain) suatu sungai (Kementrian Negara Ristek dan Teknologi, 2008). Bencana
banjir merupakan kejadian alam yang sulit diduga karena datang secara tiba-tiba
dengan perioditas yang tidak menentu, kecuali daerah-daerah yang sudah menjadi
langganan terjadinya banjir. Setidaknya ada beberapa faktor penting yang menjadi
penyebab terjadinya banjir di Indonesia diantaranya faktor kemiringan lereng dan
ketinggian lahan suatu daerah, faktor jenis tanah dan penggunaan lahannya, faktor
kerapatan sungai dan curah hujan yang tinggi membuat suatu daerah akan rawan
bencana banjir seperti yang terjadi di Kabupaten Jepara.
Metode yang digunakan pada pengolahan data penelitian ini menggunakan
metode overlay dengan scoring antara parameter-parameter yang ada, yaitu
kemiringan lereng, elevasi, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan
kerapatan Sungai. Dari semua parameter ini nantinya akan di scoring dengan
pemberian bobot dan nilai sesuai dengan pengklasifikasiannya masing-masing yang
kemudian dilakukan overlay menggunakan software ArcGIS 10.5
Dalam melakukan Manajemen Bencana Geologi perlu adanya persiapan-
persiapan yang matang agar bencana dapat di antisipasi dan ditangani dengan baik.
Bencana geologi tidak dapat kita ketahui kapan akan terjadi tapi kita bias membuat
langkah-langkah antisipasi ketika bencana geologi itu terjadi. Setidaknya kita bisa
melakukan kegiatan pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.

1
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembobotan Parameter


Parameter-parameter yang digunakan dalam analisis tingkat kerawanan
banjir di Kabupaten Jepara menggunakan :

2.1.1 Kelerengan / Kemiringan Lahan


Tabel 1. Klasifikasi kemiringan lereng

No Kemiringan (%) Deskripsi Nilai

1 0-8 Datar 5

2 >8-15 Landai 4

3 >15-25 Agak Curam 3

4 >25-45 Curam 2

5 > 45 Sangat Curam 1

Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986 dalam
Matondang, J.P., 2013 dengan modifikasi penulis

Kelerengan atau kemiringan lahan merupakan perbandingan


persentase antara jarak vertikal (tinggi lahan) dengan jarak horizontal
(panjang lahan datar). Semakin landai kemiringan lerengnya maka semakin
berpotensi terjadi banjir, begitu pula sebaliknya. Semakin curam
kemiringannya, maka semakin aman akan bencana banjir. Pada Tabel 2.1
disusun pemberian nilai untuk parameter kemiringan lahan.

2.1.2 Ketinggian Lahan / Elevasi


Ketinggian (elevasi) lahan adalah ukuran ketinggian lokasi di atas
permukaan laut. Ketinggian mempunyai pengaruh terhadap terjadinya banjir.
Semakin rendah suatu daerah maka semakin berpotensi terjadi banjir, begitu
pula sebaliknya. Semakin tinggi suatu daerah, maka semakin aman akan
bencana banjir.

2
Tabel 2. Klasifikasi Ketinggian Lahan / Elevasi

No Elevasi Nilai

1 <10 5

2 10-50 4

3 50-100 3

4 100-200 2

5 >200 1

Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard dengan GIS

2.1.3 Curah Hujan


Tabel 3. Klasifikasi Curah Hujan

No Rata-rata curah hujan (mm/hari) Deskripsi Nilai

1 >100 Sangat Lebat 5

2 51-100 Lebat 4

3 21-50 Sedang 3

4 5-20 Ringan 2

Sangat 1
5 <5
Ringan
Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard dengan GIS

Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah
dalam waktu tertentu. Curah hujan yang diperlukan untuk perancangan
pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik yang tertentu biasa disebut
curah hujan wilayah/daerah. Semakin tinggi curah hujannya maka semakin
berpotensi terjadi banjir, begitu pula sebaliknya. Semakin rendah curah
hujannya, maka semakin aman akan bencana banjir.

3
2.1.4 Kerapatan Sungai
Kerapatan aliran adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi
luas DAS. Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem pengaliran (drainase)
di daerah tersebut. Artinya, semakin besar jumlah air larian total (semakin
kecil infiltrasi) dan semakin kecil air tanah yang tersimpan di daerah tersebut
(Matondang, J.P., 2013).
Lynsley (1975) menyatakan bahwa jika nilai kerapatan aliran lebih
kecil dari 1 mile/ mile2 (0,62 Km/ Km2 ), DAS akan mengalami
penggenangan, sedangkan jika nilai kerapatan aliran lebih besar dari 5 mile/
mile2 ( 3,10 Km/ Km2 ), DAS sering mengalami kekeringan. Dari penjelasan
di atas maka didapat tabel klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 4. Klasifikasi Kerapatan Sungai

No Kerapatan Aliran (km/km2) Nilai

1 <0,62 5

2 0,62-1,44 4

3 1,45-2,27 3

4 2,28-3,10 2

5 >3,10 1

Sumber : Linsey (1959), Meijerink (1970), dan Ortiz

2.2 Siklus Penanggulangan Bencana


Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagaimana didefinisikan dalam UU
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Rangkaian kegiatan tersebut apabila digambarkan dalam siklus
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut :

4
Gambar 1. Siklus Penanggulangan Bencana

Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan yakni :


1. 1. Pra bencana yang meliputi:
- situasi tidak terjadi bencana
- situasi terdapat potensi bencana
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana

Tahapan bencana yang digambarkan di atas, sebaiknya tidak dipahami


sebagai suatu pembagian tahapan yang tegas, dimana kegiatan pada tahap tertentu
akan berakhir pada saat tahapan berikutnya dimulai. Akan tetapi harus dipahami
bahwa setiap waktu semua tahapan dilaksanakan secara bersama-sama dengan porsi
kegiatan yang berbeda. Misalnya pada tahap pemulihan, kegiatan utamanya adalah
pemulihan tetapi kegiatan pencegahan dan mitigasi juga sudah dimulai untuk
mengantisipasi bencana yang akan datang.

5
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Peta Geologi

Gambar 2. Peta Geologi Kabupaten Jepara

Gambar 3. Stratigrafi Kabupaten Jepara

Pada peta geologi dapat dilihat bahwa kabupaten Jepara tersusun dari Soil,
Lava gunung api, Batupasir, Tuff, Batuan beku Basalt dan Batugamping. Batuan
tertua di Kabupaten Jepara ditunjukan dengan satuan batugamping dengan umur
Miosen pada formasi Bulu. Diatasnya terdapat satuan batupasir berumur Pliosen
pada formasi Pati Ayam. Dan Formasi Lava Muria menjadi endapan yang paling
muda di Umur Plestosen. Selanjutnya di atas Lava Muria terdapat endapan
gunungapi Kuarter dengan satuan endapan alluvial berumur Holosen.

6
3.2 Peta Ketinggian Tanah / Elevasi

Gambar 4. Peta Ketinggian Kabupaten Jepara

Pada peta ketinggian tanah/elevasi daerah tertinggi ditunjukan dengan warna


orange dengan ketinggian >300 mdpl. Pada warna kuning menunjukan ketinggian
dari 101 – 300 mdpl. Pada warna hijau muda menunjukan ketinggian 51 – 100 mdpl.
Pada warna hijau tua menunjukan ketinggian dari 12,5 – 50 mdpl. Pada warna hijau
muda menunjukan ketinggian kurang dari 12,5 mdpl.

3.3 Peta Kelerengan


Kondisi lereng di Kabupaten Jepara sendiri sangat bervariasi. Pada
pembuatan peta terlihat perbedaan probabilitas kelerengan yang tersebar merata pada
di seluruh daerah di Kabupaten Jepara. Pada peta tersebut tedapat 4 warna yang
membedakan sudut kelerengan di daerah tersebut. Warna hijau menunjukan sudut
kelerengan < 15o. Warna hijau muda menunjukan sudut kelerengan 16o – 25o. Warna
kuning menunjukan tingkat sudut kelerengan 26o – 45o. Warna merah menunjukan
sudut kelerengan >45o.

7
Gambar 5. Peta Kelerengan Kabupaten Jepara

3.4 Peta Kerapatan Sungai

Gambar 6. Peta Kerapatan Sungai Kabupaten Jepara

8
Peta kerapatan sungai di buat berdasarkan luas sungai yang mencakup di
setiap daerah tersebut. Pada hasil pengolahan data didapatkan 5 warna yang
menunjukan perbedaan luas sungai yang dihitung pada setiap kecamatan. Warna
yang pertama menunjukan luas sungai yg berada di kecamatan tersebut memiliki luas
0,176 m2. Warna kedua menunjukan luas sungai yang berada di kecamatan tersebut
memiliki luas 0,176 m2 – 0,32 m2. Warna ketiga menunjukan luas sungai yang berada
di kecamatan tersebut memiliki luas 0,32 m2 – 0,5 m2. Warna keempat menunjukan
luas sungai yang berada di kecamatan tersebut memiliki luas 0,5 m2 – 0,614 m2.
Warna kelima menunjukan luas sungai yang berada di kecamatan tersebut memiliki
luas 0,614 m2 – 0,923 m2.

3.5 Peta Rawan Banjir

Gambar 7. Peta Rawan Banjir Kabupaten Jepara

Pada Peta Rawan Bencana Banjir terdapat beberapa tingkatan yaitu daerah
aman, awas, waspada, berbahaya dan sangat berbahaya. Daerah yang paling aman
dari banjir ditunjukan oleh warna hijau muda. Kemudian daerah yang aman dari
banjir selanjutnya berwarna hijau tua. Daerah dengan tingkat ketiga yaitu waspada

9
ditunjukan oleh warna kuning. Daerah dengan tingkat keempat yaitu berbahaya
ditunjukan oleh warna orange. Daerah dengan tingkat kelima yaitu sangat
berbebahaya ditunjukan oleh warna merah.

3.6 Langkah – Langkah Mitigasi Banjir

Gambar 8. Hal-hal yang dilakukan Sebelum Bencana Banjir

Hal-hal yang perlu dipersipakan oleh masyarakat di Kabupaten Jepara


sebelum menghadapi banjir ialah sebagai berikut :
 Sosialisasi dan memberikan pelatihan kepada masyarkat yang tinggal di
daerah rawan banjir dalam menghadapi banjir
 Membersihkan saluran pembuangan limbah cair rumah tangga seperti got
atau sungai kecil
 Membuat Standar Operasi Prosedur bencana banjir di lingkup RT/RW
 Menyiapkan perlengkapan yang relevan dengan bencana banjir

10
Gambar 9. Hal- hal yang dilakukan Saat Bencana Banjir

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat bencana banjir agar bencana
banjir tidak memakan banyak korban ialah :
 Memantau perkembangan cuaca di tempat kejadian
 Warga yang terkena banjir dianjurkan menjaga kesehatannya agar tidak
menambah korban banjir
 Jangan panik dan berusaha untuk bias menyelamatkan diri
 Bila hujan tidak berhenti dan lebat, segera evakuasi warga ke tempat
yang lebih tinggi dana man sesuai informasi dari aparat setempat
 Membantu mereka yang membutuhkan tempat tinggal bagi mereka
yang terluka akibat banjir
 Bijak dalam menggunakan air bersih
 Bila memungkinkan segera selamatkan dokumen-dokumen penting
 Berhati-hatilah dengan kabel listrik yang masih aktif
 Bile terjebak saat banjir atau di dalam bangunan sebisa mungkin
mencari benda yang mengapung agar tidak tenggelam

11
Gambar 10. Kegiatan yang dilakukan Setelah Bencana Banjir

Rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah banjir adalah sebagai berikut :


 Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan yang terkena banjir
 Memeriksa ketersediaan air bersih
 Memperbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah
 Menjaga sistem pembuangan air dan limbah agar tetap bersih dan tidak
kotor ataupun tersumbat
 Tidak menggunakan air bersih secara semena-mena
 Menjauhkan kabel listrik agar tidak terjadi kejadian yang tidak di inginkan
 Menghindari wilayah yang sudah rusak seperti bagnunan yang sudah tidak
layak pakai
 Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan bantuan seperti
tempat tinggal, obat, makanan dan pakaian

12
BAB 3
KESIMPULAN

Kabupaten Jepara tergolong rawan banjir dimana wilayah pesisir pantai


Kabupaten Jepara lebih rawan banjir dibandingkan dengan wilayah bagian tengah
atau dataran tingginya. Secara umum Kabupaten Jepara termasuk kedalam kelas
rawan banjir dengan karakteristik fisik wilayah rawan, yaitu kelas daerah pesisir
pantai, dan juga daerah yang memiliki banyak sungai pada kecamatannya. Peta
kerawanan banjir yang menggunakan parameter kelas curah hujan rata rata bulanan
dan tahunan hampir sebagian besar mewakili kejadian nyata di lapangan untuk
pemetaan daerah rawan banjir kabupaten Jepara.

Mitigasi Bencana Geologi pada daerah Banjir di Kabupaten Jepara yaitu


dengan melakukan persiapan pra bencana, bencana dan pasca bencana. Dengan
persiapan yang disiapkan jauh-jauh hari makan akan memberikan hasil yang positif
bagi masyarakat dan pemerintah setempat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2013. Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung : Penerbit


Angkasa Bandung.

BNPB, 2008, Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

Nurjanah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Jakarta: Alfabeta.

Susanto. 2006. Disaster Management Di Negeri Rawan Bencana. PT Aksara


Grafika Pratama : Jakarta.

Вам также может понравиться