Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Kelas A
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Dokumen Kesiapsiagaan ini. Dokumen ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Bencana Geologi.
Terselesaikannya dokumen ini tidak lepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak,
maka dari itu kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan
ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Dosen Ir. Eko Teguh Paripurno M.T. sebagai pengampu mata kuliah Manajemen Bencana
Geologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran”
Yogyakarta.
3. Teman-teman PANGEA 2016 yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Dokumen ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik ataupun saran yang membangun dari para
pembaca guna adanya perbaikan dalam penulisan laporan yang akan datang. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk para pembaca.
Irfan Rosyidi
111.160.026
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Banjir merupakan bencana alam paling sering terjadi, baik dilihat dari
intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi kejadian dalam setahun
yaitu sekitar 40% di antara bencana alam yang lain. Bahkan pada tempat-tempat
tertentu, banjir merupakan rutinitas tahunan. Hampir di setiap musim penghujan
sering terjadi peristiwa bencana banjir yang muncul dimana-mana, dengan lokasi
dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangat beragam. Masalah banjir telah ada
sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di dataran banjir (flood
plain) suatu sungai (Kementrian Negara Ristek dan Teknologi, 2008). Bencana
banjir merupakan kejadian alam yang sulit diduga karena datang secara tiba-tiba
dengan perioditas yang tidak menentu, kecuali daerah-daerah yang sudah menjadi
langganan terjadinya banjir. Setidaknya ada beberapa faktor penting yang menjadi
penyebab terjadinya banjir di Indonesia diantaranya faktor kemiringan lereng dan
ketinggian lahan suatu daerah, faktor jenis tanah dan penggunaan lahannya, faktor
kerapatan sungai dan curah hujan yang tinggi membuat suatu daerah akan rawan
bencana banjir seperti yang terjadi di Kabupaten Jepara.
Metode yang digunakan pada pengolahan data penelitian ini menggunakan
metode overlay dengan scoring antara parameter-parameter yang ada, yaitu
kemiringan lereng, elevasi, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan
kerapatan Sungai. Dari semua parameter ini nantinya akan di scoring dengan
pemberian bobot dan nilai sesuai dengan pengklasifikasiannya masing-masing yang
kemudian dilakukan overlay menggunakan software ArcGIS 10.5
Dalam melakukan Manajemen Bencana Geologi perlu adanya persiapan-
persiapan yang matang agar bencana dapat di antisipasi dan ditangani dengan baik.
Bencana geologi tidak dapat kita ketahui kapan akan terjadi tapi kita bias membuat
langkah-langkah antisipasi ketika bencana geologi itu terjadi. Setidaknya kita bisa
melakukan kegiatan pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
1
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
1 0-8 Datar 5
2 >8-15 Landai 4
4 >25-45 Curam 2
Sumber : Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986 dalam
Matondang, J.P., 2013 dengan modifikasi penulis
2
Tabel 2. Klasifikasi Ketinggian Lahan / Elevasi
No Elevasi Nilai
1 <10 5
2 10-50 4
3 50-100 3
4 100-200 2
5 >200 1
Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard dengan GIS
2 51-100 Lebat 4
3 21-50 Sedang 3
4 5-20 Ringan 2
Sangat 1
5 <5
Ringan
Sumber : Theml, S. 2008 : Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard dengan GIS
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah
dalam waktu tertentu. Curah hujan yang diperlukan untuk perancangan
pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik yang tertentu biasa disebut
curah hujan wilayah/daerah. Semakin tinggi curah hujannya maka semakin
berpotensi terjadi banjir, begitu pula sebaliknya. Semakin rendah curah
hujannya, maka semakin aman akan bencana banjir.
3
2.1.4 Kerapatan Sungai
Kerapatan aliran adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi
luas DAS. Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem pengaliran (drainase)
di daerah tersebut. Artinya, semakin besar jumlah air larian total (semakin
kecil infiltrasi) dan semakin kecil air tanah yang tersimpan di daerah tersebut
(Matondang, J.P., 2013).
Lynsley (1975) menyatakan bahwa jika nilai kerapatan aliran lebih
kecil dari 1 mile/ mile2 (0,62 Km/ Km2 ), DAS akan mengalami
penggenangan, sedangkan jika nilai kerapatan aliran lebih besar dari 5 mile/
mile2 ( 3,10 Km/ Km2 ), DAS sering mengalami kekeringan. Dari penjelasan
di atas maka didapat tabel klasifikasi sebagai berikut.
1 <0,62 5
2 0,62-1,44 4
3 1,45-2,27 3
4 2,28-3,10 2
5 >3,10 1
4
Gambar 1. Siklus Penanggulangan Bencana
5
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Peta Geologi
Pada peta geologi dapat dilihat bahwa kabupaten Jepara tersusun dari Soil,
Lava gunung api, Batupasir, Tuff, Batuan beku Basalt dan Batugamping. Batuan
tertua di Kabupaten Jepara ditunjukan dengan satuan batugamping dengan umur
Miosen pada formasi Bulu. Diatasnya terdapat satuan batupasir berumur Pliosen
pada formasi Pati Ayam. Dan Formasi Lava Muria menjadi endapan yang paling
muda di Umur Plestosen. Selanjutnya di atas Lava Muria terdapat endapan
gunungapi Kuarter dengan satuan endapan alluvial berumur Holosen.
6
3.2 Peta Ketinggian Tanah / Elevasi
7
Gambar 5. Peta Kelerengan Kabupaten Jepara
8
Peta kerapatan sungai di buat berdasarkan luas sungai yang mencakup di
setiap daerah tersebut. Pada hasil pengolahan data didapatkan 5 warna yang
menunjukan perbedaan luas sungai yang dihitung pada setiap kecamatan. Warna
yang pertama menunjukan luas sungai yg berada di kecamatan tersebut memiliki luas
0,176 m2. Warna kedua menunjukan luas sungai yang berada di kecamatan tersebut
memiliki luas 0,176 m2 – 0,32 m2. Warna ketiga menunjukan luas sungai yang berada
di kecamatan tersebut memiliki luas 0,32 m2 – 0,5 m2. Warna keempat menunjukan
luas sungai yang berada di kecamatan tersebut memiliki luas 0,5 m2 – 0,614 m2.
Warna kelima menunjukan luas sungai yang berada di kecamatan tersebut memiliki
luas 0,614 m2 – 0,923 m2.
Pada Peta Rawan Bencana Banjir terdapat beberapa tingkatan yaitu daerah
aman, awas, waspada, berbahaya dan sangat berbahaya. Daerah yang paling aman
dari banjir ditunjukan oleh warna hijau muda. Kemudian daerah yang aman dari
banjir selanjutnya berwarna hijau tua. Daerah dengan tingkat ketiga yaitu waspada
9
ditunjukan oleh warna kuning. Daerah dengan tingkat keempat yaitu berbahaya
ditunjukan oleh warna orange. Daerah dengan tingkat kelima yaitu sangat
berbebahaya ditunjukan oleh warna merah.
10
Gambar 9. Hal- hal yang dilakukan Saat Bencana Banjir
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat bencana banjir agar bencana
banjir tidak memakan banyak korban ialah :
Memantau perkembangan cuaca di tempat kejadian
Warga yang terkena banjir dianjurkan menjaga kesehatannya agar tidak
menambah korban banjir
Jangan panik dan berusaha untuk bias menyelamatkan diri
Bila hujan tidak berhenti dan lebat, segera evakuasi warga ke tempat
yang lebih tinggi dana man sesuai informasi dari aparat setempat
Membantu mereka yang membutuhkan tempat tinggal bagi mereka
yang terluka akibat banjir
Bijak dalam menggunakan air bersih
Bila memungkinkan segera selamatkan dokumen-dokumen penting
Berhati-hatilah dengan kabel listrik yang masih aktif
Bile terjebak saat banjir atau di dalam bangunan sebisa mungkin
mencari benda yang mengapung agar tidak tenggelam
11
Gambar 10. Kegiatan yang dilakukan Setelah Bencana Banjir
12
BAB 3
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA