Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Adapun makalah PKN tentang pers pada era reformasi ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah PKN ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah PKN ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Daftar isi
Bab I pendahuluan
Tujuan …………………………………………………………………………..…………………………. 1
Bab ii isi
Bab iii
Latar Belakang
Perjalanan demokrasi di Indonesia masih dalam proses untuk mencapai suatu kesempurnan.
Wajar apabila dalam pelaksaannya masih terdapat ketimpangan untuk kepentingan penguasa
semata. Penguasa hanya mementingkan kekuasaan semata, tanpa memikirkan kebebasan rakyat
untuk menentukan sikapnya . Sebenarnya demokrasi sudah muncul pada zaman pemerintahan
presiden Soekarno yang dinamakan model Demokrasi Terpimpin, lalu berikutnya di zaman
pemerintahan Soeharto model demokrasi yang dijalankan adalah model Demokrasi Pancasila.
Namun, alih-alih mempunyai suatu pemerintahan yang demokratis, model demokrasi yang
ditawarkan di dua rezim awal pemerintahan Indonesia tersebut malah memunculkan
pemerintahan yang otoritarian, yang membelenggu kebebasan politik warganya.
Tujuan
Maklah ini di bertujuan untuk memberi informasi bagi para siswa untuk melengkapi materi pada
bab ini kebebasan pers pada setiap era terutama pers pada era reformasi
Ruang Lingkup
Penelitian ini akan mencakup cara membuat makalah yang baik dan benar dengan
memperhatikan tanda tanda tanda baca, cara penulisan, tata bahasa yang baik dan benar.
1
BAB II MATERI
Sungguh ironi, dalam sistem politik yang relatif terbuka saat ini, pers
Indonesia cenderung memperlihatkan performa dan sikap yang dilematis. Di satu
sisi, kebebasan yang diperoleh seiring tumbangnya rezim Orde Baru membuat
media massa Indonesia leluasa mengembangkan isi pemberitaan. Namun, di sisi
lain, kebebasan tersebut juga sering kali tereksploitasi oleh sebagian industri media
untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengabaikan
fungsinya sebagai instrumen pendidik masyarakat. Bukan hanya sekedar celah
antara rakyat dengan pemimpin, tetapi pers diharapkan dapat memberikan
pendidikan untuk masyarakat agar dapat membentuk karakter bangsa yang
bermoral. Ada hal lain yang harus diperhatikan oleh pers, yaitu dalam membuat
informasi jangan melecehkan masalah agama, ras, suku, dan kebudayaan lain,
biarlah hal ini berkembang sesuai dengan apa yang mereka yakini.
Sayangnya, berkembangnya kebebasan pers juga membawa pengaruh pada
masuknya liberalisasi ekonomi dan budaya ke dunia media massa, yang sering kali
mengabaikan unsur pendidikan. Arus liberalisasi yang menerpa pers, 2
Liberalisasi ekonomi juga makin mengesankan bahwa semua acara atau
pemuatan rubrik di media massa sangat kental dengan upaya komersialisasi. Sosok
idealisme nyaris tidak tercermin dalam tampilan media massa saat ini. Sebagai
dampak dari komersialisasi yang berlebihan dalam media massa saat ini,
eksploitasi terhadap semua hal yang mampu membangkitkan minat orang untuk
menonton atau membaca pun menjadi sajian sehari-hari.
`Ide tentang kebebasan pers yang kemudian menjadi sebuah akidah pelaku
industri pers di Indonesia. Ada dua pandangan besar mengenai kebebasan pers ini.
Satu sisi, yaitu berlandaskan pada pandangan naturalistik atau libertarian, dan
pandangan teori tanggung jawab sosial.
Menurut pandangan libertarian, semenjak lahir manusia memiliki hak-hak
alamiah yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun, termasuk oleh
pemerintahan. Dengan asumsi seperti ini, teori libertarian menganggap sensor
sebagai kejahatan. Hal ini dilandaskan pada tiga argumen. Pertama, sensor
melanggar hak alamiah manusia untuk berekspresi secara bebas. Kedua, sensor
memungkinkan tiran mengukuhkan kekuasaannya dengan mengorbankan
kepentingan orang banyak. Ketiga, sensor menghalangi upaya pencarian
kebenaran. Untuk menemukan kebenaran, manusia membutuhkan akses terhadap
informasi dan gagasan, bukan hanya yang disodorkan kepadanya.
Sebagai contoh adanya pembatasan terhadap pers dengan adanya SIUPP (Surat
Izin Usaha Penerbitan Pers) sesuai dengan Permenpen 01/1984 Pasal 33h. Dengan
definisi ”pers yang bebas dan bertanggung jawab”, SIUPP merupakan lembaga
yang menerbitkan pers dan pembredelan.
Terjadinya pembredelan Tempo, Detik, Editor pada 21 Juni 1994, mengisyaratkan
ketidakmampuan sistem hukum pers mengembangkan konsep pers yang bebas dan
bertanggung jawab secara hukum. Ini adalah contoh pers yang otoriter yang di
kembangkan pada rezim orde baru..
Sungguh ironi, dalam sistem politik yang relatif terbuka saat ini, pers Indonesia
cenderung memperlihatkan performa dan sikap yang dilematis. Di satu sisi,
kebebasan yang diperoleh seiring tumbangnya rezim Orde Baru membuat media
massa Indonesia leluasa mengembangkan isi pemberitaan. Namun, di sisi lain,
kebebasan tersebut juga sering kali tereksploitasi oleh sebagian industri media
untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengabaikan
fungsinya sebagai instrumen pendidik masyarakat. Bukan hanya sekedar celah
antara rakyat dengan pemimpin, tetapi pers diharapkan dapat memberikan
pendidikan untuk masyarakat agar dapat membentuk karakter bangsa yang
bermoral. Kebebasan pers dikeluhkan, digugat dan dikecam banyak pihak karena
berubah menjadi ”kebablasan pers”. Hal itu jelas sekali terlihat pada media-media
yang menyajikan berita politik dan hiburan (seks). Media-media tersebut
cenderung mengumbar berita provokatif, sensasional, ataupun terjebak mengumbar
kecabulan.
Ada hal lain yang harus diperhatikan oleh pers, yaitu dalam membuat informasi
jangan melecehkan masalah agama, ras, suku, dan kebudayaan lain, biarlah hal ini
berkembang sesuai dengan apa yangmereka yakini.
5
Sayangnya, berkembangnya kebebasan pers juga membawa pengaruh pada
masuknya liberalisasi ekonomi dan budaya ke dunia media massa, yang sering kali
mengabaikan unsur pendidikan. Arus liberalisasi yang menerpa pers, menyebabkan
Liberalisasi ekonomi juga makin mengesankan bahwa semua acara atau pemuatan
rubrik di media massa sangat kental dengan upaya komersialisasi. Sosok idealisme
nyaris tidak tercermin dalam tampilan media massa saat ini. Sebagai dampak dari
komersialisasi yang berlebihan dalam media massa saat ini, eksploitasi terhadap
semua hal yang mampu membangkitkan minat orang untuk menonton atau
membaca pun menjadi sajian sehari-hari.
Ide tentang kebebasan pers yang kemudian menjadi sebuah akidah pelaku industri
pers di Indonesia. Ada dua pandangan besar mengenai kebebasan pers ini. Satu
sisi, yaitu berlandaskan pada pandangan naturalistik atau libertarian, dan
pandangan teori tanggung jawab sosial.
Kebebasan pers sekarang yang dipimpin presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
Wakil Presiden Jusuf Kalla, negara dan bangsa kita membutuhkan kebebasan pers
yang bertanggung jawab (free and responsible press). Sebuah perpaduan ideal
antara kebebasan pers dan kesadaran pengelola media massa (insan pers),
khususnya untuk tidak berbuat semena-mena dengan kemampuan, kekuatan serta
kekuasaan media massa (the power of the press). Di bawah Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kebebasan pers Indonesia
idealnya dibangun di atas landasan kebersamaan kepentingan pengelola media, dan
kepentingan target pelayanannya, tidak peduli apakah mereka itu mewakili
kepentingan negara (pemerintah), atau kepentingan rakyat.
B.Metodologi
Dalam penelitian ini kami menggunakan metode komparatif. Metode Komparatif
merupakan metode yang digunakan dalam penelitian yang diarahkan untuk
mengetahui apakah antara dua variable ada perbedaan dalam suatu aspek yang
diteliti. Dalam konteks ini relevansi penggunaan metodologi komperatif adalah
untuk mengetahui peran serta hambatan didalam berlangsungnya suatu
pemerintahan yakni perbandingan antara masa orde baru dan masa reformasi.
Kendatipun demikian, berdasarkan pengetahuan sejarah yang ada dan hasil dari
pembandingan diantara kedua masa kekuasaan tersebut menghasilkan analisa
secara statistic untuk mencari perbedaan variable yang diteliti.
C.Rumusan Masalah
1.Bagaimana peran pers dalam demokratisasi di Indonesia khususnya
dalam peristiwa revolusi Mei 1998? 2.
D.Batasan Masalah
Mengingat cukup luasnya bahasan dalam kajian kali ini, guna mempermudah
memahami Penulis mengambil batasan masalah mulai dari peran pers pada massa
Soeharto, khususnya dalam peristiwa revolusi Mei 1998, serta kendala-kendala
yang dihadapi oleh pers.
ekonomi, dengan didominasi subyek negara serta kecenderungan pers untuk lebih
berat ke sisi negara harus dilakukan dengan cara lebih memilih realitas psikologis
dibanding dengan realitas sosiologis. Tidak hanya itu, 9 elemen dasar Bill Kovach
mengenai jurnalisme yang seharusnya diamalkan oleh pers tidak terlaksana. 9
elemen dasar tersebut adalah :
8
1.Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran
2.Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara
3.Esensi utama jurnalisme adalah disiplin verifikasi
4.Jurnalis harus menjaga indepedensi dari objek liputannya
5.Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan
6.Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan
kompromi
7.Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan
8.Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional
9.Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personelnya Jika sudah
begitu, bisa dikatakan pers telah kehilangan jati dirinya.
Contoh
kediktatoran pemerintah terhadap pers adalah peristiwa 21 Juni 1994. Saat itu
beberapa media massa seperti Tempo, deTIK, dan editor dicabut surat izin
penerbitannya atau dengan kata lain dibredel setelah mereka mengeluarkan laporan
investigasi tentang berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
Negara. Akan tetapi, meskipun pemerintah telah membungkam media sedemikian
rupa, tetapi saja ada media yang pantang menyerah melakukan perlawanan pada
pemerintah. Salah satunya adalah Tempo. Pemerintah orde baru selalu merasa
terancam dengan keberadaan Tempo. Hal tersebut wajar karena sikap pantang
menyerah yang ditanamkan media tersebut kepada wartawan
–
wartawannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa Tempo menjadi media terpenting
pada masa orde baru. Sesungguhnya pada masa orde baru terdapat lembaga yang
menaungi pers di Indonesia, yaitu Dewan Pers. Sesuai UU Pers Nomor 40 tahun
1999, dewan pers adalah lembaga independen yang dibentuk sebagai bagian dari
upaya untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan
pers nasional. Berdasarkan amanat UU, dewan pers meiliki 7 fungsi :
1.Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain, bisa pemerintah
dan juga masyarakat
2.Melakukan pengkajian untuk pengembangan keidupan pers
3.Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik
4.Memberikan pertimbangan dan pengupayaan penyelesaian pengaduan
masyarakat atas kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers
5.Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.
6.Memfasilitasi organisasi pers dalam menyusun peraturan di bidang pers dan
meningkatkan kualitas profesi wartawan
7.Mendata persahaan pers Namun sangat disayangkan bahwa dewan pers masa
orde baru tidak melaksanakan fungsinya dengan efektif. 9
Ironisnya, dewan pers justru tidak melindungi rekan sesama jurnalis. Hal
tersebut terlihat saat peristiwa pembredelan media tahun 1994. Banyak anggota
dewan pers yang tidak meyetujui pemberedelan tersebut, namun dewan pers
dipaksa menyetujui langkah pemerintah tersebut. Tidak ada yang bisa dilakukan
dewan pers selain mematuhi instruksi pemerintah. Menolak sama artinya dengan
melawan pemerintah. Bisa disimpulkan keberadaan dewan pers masa orde baru
hanya sebatas formalitas.
10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga para siswa dapat mengerti tentang
perkembangan pers di setiap eranya terutama pers di era reformasi.
www.pknnisme.neks.com 11