Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Hasil

IV.1.1. Gambaran Makroskopis Organ

Tabel 1. Gambaran makroskopis ginjal tikus putih

Morfologi Organ Ginjal Berat


Kelompok
Tikus Organ
Perlakuan Warna Permukaan Konsistensi
ke- (gram)
Kontrol 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2,049
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1,980
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1,856
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2,272
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2,010
Dosis 100 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.293
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.095
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.086
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.273
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.010
Dosis 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.087
1000 2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.593
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1.511
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1.475
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1.764

Tabel 2. Gambaran makroskopis jantung tikus putih

Morfologi Organ Jantung Berat


Kelompok
Tikus Organ
Perlakuan Warna Permukaan Konsistensi
ke- (gram)
Kontrol 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1.118
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.898
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1.207
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.964
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.744
Dosis 100 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1.118
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.846
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.953
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.964
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.744
Dosis 1000 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.830
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 2.593
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 1.151
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.698
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 0.830

Tabel 3. Gambaran makroskopis hati tikus putih

Morfologi Organ Hati Berat


Kelompok
Tikus Organ
Perlakuan Warna Permukaan Konsistensi
ke- (gram)
Kontrol 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.344
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.829
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 9.579
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 9.295
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.821
Dosis 100 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 9.594
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.469
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.465
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 8.295
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.821
Dosis 1000 1 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 8.080
2 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 9.024
3 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.987
4 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 7.390
5 Merah kecoklatan Licin, halus Kenyal 9.219

Tabel 4. Gambaran makroskopis limpa tikus putih

Morfologi Organ Limpa Berat


Kelompok
Tikus Organ
Perlakuan Warna Permukaan Konsistensi
ke- (gram)
Kontrol 1 Merah tua Licin Kenyal 0.993
2 Merah tua Licin Kenyal 1.286
3 Merah tua Licin Kenyal 1.344
4 Merah tua Licin Kenyal 1.241
5 Merah tua Licin Kenyal 1.431
Dosis 100 1 Merah tua Licin Kenyal 1.096
2 Merah tua Licin Kenyal 1.088
3 Merah tua Licin Kenyal 1.324
4 Merah tua Licin Kenyal 1.241
5 Merah tua Licin Kenyal 1.431
Dosis 1000 1 Merah tua Licin Kenyal 0.811
2 Merah tua Licin Kenyal 0.531
3 Merah tua Licin Kenyal 0.512
4 Merah tua Licin Kenyal 1.072
5 Merah tua Licin Kenyal 0.828

Tabel 5. Gambaran makroskopis paru-paru tikus putih

Morfologi Organ Paru-paru Berat


Kelompok
Tikus Organ
Perlakuan Warna Permukaan Konsistensi
ke- (gram)
Kontrol 1 Merah muda Licin Kenyal 1.598
2 Merah muda Licin Kenyal 1.790
3 Merah muda Licin Kenyal 1.838
4 Merah muda Licin Kenyal 2.965
5 Merah muda Licin Kenyal 1.616
Dosis 100 1 Merah muda Licin Kenyal 1.752
2 Merah muda Licin Kenyal 1.982
3 Merah muda Licin Kenyal 2.190
4 Merah muda Licin Kenyal 2.968
5 Merah muda Licin Kenyal 1.616
Dosis 1000 1 Merah muda Licin Kenyal 2.217
2 Merah muda Licin Kenyal 1.906
3 Merah muda Licin Kenyal 1.914
4 Merah muda Licin Kenyal 2.593
5 Merah muda Licin Kenyal 2.567
IV.1.2. Gambaran Makroskopis Skeleton

Tabel 6. Gambaran makroskopis tulang belakang

Kelompok
Tikus ke- Morfologi Skeleton
Perlakuan
Kontrol 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 100 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 1000 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Ket: Normal : tulang belakang simetris

Table 7. Gambaran makroskopis tulang ekor

Kelompok
Tikus ke- Morfologi Skeleton
Perlakuan
Kontrol 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 100 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 1000 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Ket: Normal : tulang ekor simetris
Tabel 8. Gambaran makroskopis tulang kaki depan

Kelompok
Tikus ke- Morfologi Skeleton
Perlakuan
Kontrol 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 100 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 1000 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Ket: Normal : tulang kaki depan simetris

Tabel 9. Gambaran makroskopis tulang kaki belakang

Kelompok
Tikus ke- Morfologi Skeleton
Perlakuan
Kontrol 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 100 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Dosis 1000 1 Normal
2 Normal
3 Normal
4 Normal
5 Normal
Ket: Normal : tulang kaki belakang simetris
IV.2. Pembahasan
Penggunaan tradisional yang luas dan bukti adanya khasiat yang
sangat banyak dari tumbuhan kelor, mengkudu dan kemangi menunjukkan
bahwa tanaman-tanaman ini mempunyai manfaat yang sangat besar dan
berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat. Meskipun demikian, untuk
mengetahui keamanan obat, perlu dilakukan uji toksisitas sehingga
kombinasi dari ketiga tanaman ini layak dijadikan sediaan obat yang lebih
baik dan layak digunakan, misalnya sebagai suatu fitofarmaka. Uji toksisitas
adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi
dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data
yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat
bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga
dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia (BPOM,
2014). Salah satu pengujian toksisitas adalah pengujian toksisitas subkronis.
Uji toksisitas subkronik adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek
toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang
yang diberikan secara oral pada hewan uji. Uji ini memberikan informasi
adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut; informasi
kemungkinan adanya efek toksik setelah pemaparan sediaan uji secara
berulang dalam jangka waktu tertentu; informasi dosis yang tidak
menimbulkan efek toksik dan mempelajari adanya efek kumulatif dan efek
reversibilitas zat tersebut (BPOM, 2014). Salah satu parameter yang dapat
diamati dalam uji toksisitas adalah pengamatan secara makroskopis terhadap
organ vital tikus dan skeleton tikus.
Organ vital seperti jantung, ginjal, hati, limpa dan paru-paru
merupakan organ yang sangat penting untuk kelangsungan dan kualitas
hidup dan jika salah satu organ tersebut rusak dan tidak berfungsi dengan
baik akibat penggunaan jangka panjang dari suatu obat maka perlu
dilakukan pengujian keamanan. Pengamatan terhadap organ vital ini
dilakukan dengan mengamati secara makroskopis pada morfologi luar dari
setiap organ-organ vital tikus.
Ginjal merupakan organ yang vital bagi tubuh, oleh sebab itu sering
dijadikan parameter pengamatan untuk uji toksisitas suatu obat. Ginjal
merupakan organ vital yang menjaga homeostatik tubuh dengan cara
mengatur keseimbangan air dan elektrolit, mengatur keseimbangan asam
basa, dan mengatur osmolaritas cairan tubuh dan elektrolit. Kerusakan ginjal
dapat disebabkan oleh racun maupun pengobatan yang merusak sel-sel
epitel nefron. Apabila terjadi kerusakan pada sel-sel ginjal, maka fungsi ginjal
akan terganggu, seperti fungsi homeostatik, fungsi endokrin, dan fungsi
ekskresi (Lu, 1985).
Dari hasil pengamatan terhadap gambaran morfologi ginjal (tabel 1)
menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol, dosis 100, dan dosis 1000 tidak
ditemukan adanya perubahan warna yang menandakan organ ginjal tersebut
normal. Sedangkan permukaan organ ginjal terlihat licin (normal) pada
semua kelompok perlakuan. Konsistensi organ ginjal juga normal pada
semua perlakuan yaitu kenyal atau tidak mengalami perubahan selama
penelitian. Hal ini sesuai pendapat Simbala, dkk. (2017) ginjal yang normal
berwarna merah kecoklatan, permukaannya licin dan konsistensinya kenyal.
Tidak adanya perubahan yang bermakna dari gambaran makroskopis organ
ginjal mungkin dikarenakan akibat kerusakan ginjal belum sampai pada
tingkat kerusakan anatomi. Penelitian yang dilakukan oleh Hendriani (2007),
pada pengamatan makroskopik organ ginjal menggunakan ekstrak buah
mengkudu dan rimpang jahe gajah, pada hasil pengamatan tidak
menunjukkan adanya kelainan organ secara makroskopik.
Salah satu organ yang memiliki fungsi terpenting lainnya adalah
jantung. Jantung berfungsi sebagai alat pompa untuk mengedarkan darah,
baik ke paru-paru maupun seluruh organ tubuh manusia yang lain. Karna
pentingnya fungsi jantung ini maka jika terjadi suatu gangguan atau
kerusakan pada organ ini akan mengakibatkan tergangunya seluruh kinerja
sistem yang ada didalam tubuh manusia (Simbala, dkk., 2017).
Hasil pengamatan terhadap gambaran morfologi jantung (tabel 2)
menunjukkan bahwa gambaran makroskopis organ jantung kelompok
perlakukan dosis 100 dan dosis 1000 memperlihatkan warna merah
kecokelatan sama dengan kelompok kontrol. Konsistensi jantung sama yaitu
kenyal sedangkan berat dan ukuran bervariasi antara satu kelompok dan
kelompok lainnya. Gambaran makroskopis tikus (Rattus norvegicus)
kelompok kontrol negatif tidak menunjukkan perubahan ataupun kelainan,
jantung tidak mengalami pengerasan, permukaan halus dan berwarna merah
kecokelatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simbala, dkk.
(2017) bahwa jantung yang normal apabila jantung tidak mengalami
pengerasan, permukaannya halus dan warnanya terlihat merah kecokelatan.
Hati merupakan salah satu organ vital yang terlibat dalam proses
metabolisme tubuh. Secara struktural dan fungsional, hati merupakan organ
terkompleks kedua setelah otak dan merupakan kompartemen ekstraseluler
utama pada vertebrata (Malarkey et al., 2005). Hati juga mempunyai peranan
penting dalam proses detoksifikasi. Hati dapat mengaktifkan atau
menonaktifkan zat-zat yang masuk ke dalam tubuh. Hati dikatakan normal
apabila memiliki permukaan rata dan halus serta berwarna merah
kecokelatan, sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaan berbintik-
bintik, terdapat kista dan mengalami perubahan warna (Robins dan Kumar,
1992).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3, bahwa
dari kelompok kontrol, dosis 100 dan dosis 1000 hasil untuk gambaran
makroskopis hati tikus menunjukkan bahwa hati menunjukan permukaan
yang licin, tepi rata dan warnanya terlihat merah kecokelatan serta
konsistensi hati masih kenyal pada semua perlakuan dan tidak mengalami
pengerasan. Hal ini didukung oleh penelitian Bodhi, dkk. (2017) bahwa hati
terlihat normal dengan permukaan hati licin dan warnanya terlihat merah
kecokelatan tidak menunjukkan perubahan ataupun kelainan apapun.
Organ selanjutnya yang berperan penting yaitu limpa. Limpa bersama
jaringan limfonodi berperan dalam memproduksi antibodi pada sistem
imunitas humoral. Limpa berperan dalam memproduksi limfosit T terutama
oleh kortek limpa bagian tepi dalam (Pearce, 2002). Menurut Brake et al
(1997) paparan limpa oleh imunogen akan membangkitkan aktivitas imun
limpa. Pada aktivitas imunitas yang meningkat, aktivitas proliferasi limfosit
limpa akan meningkat sehingga secara morfologi ukuran limpa menjadi lebih
besar. Organ limpa normal memiliki bentuk tepi yang lancip atau seperti
bentuk bulan sabit. Sedangkan organ limpa yang mengalami kerusakan akan
mengalami pembengkakan, berwarna coklat tua atau hampir hitam, dengan
tepi yang berbentuk cenderung tumpul atau membulat (Nurhaini dkk., 2015).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap organ limpa
dapat dilihat pada tabel 4, bahwa pada kelompok kontrol, dosis 100 dan dosis
1000 menunjukan morfologi secara makroskopik organ limpa yang berwarna
merah tua dengan permukaan yang licin serta kenyal, sehingga dikatakan
bahwa pada semua kelompok meunjukan organ limpa yang normal.
Organ vital lainnya yaitu paru-paru yang merupakan organ dalam
tubuh yang berhubungan langsung dengan udara luar, sehingga paru
mempunyai kemungkinan terpajan bahan yang berbahaya (partikel, gas
toksik, mikroorganisme patogen) (Guyton, 2006). Partikel yang masuk dalam
paru ukurannya sangat beragam, dan paru memiliki mekanisme pertahanan
untuk melindungi diri dari bahan yang mengenainya. Partikel berukuran > 10
µm tertangkap di dalam rongga hidung, yang berukuran diantara 5-10 µm
tertangkap di bronkus percabangannya, sedangkan yang berukuran < 3 µm
dapat masuk dalam alveoli (Djojodibroto, D., 2007).
Hasil pengamatan terhadap gambaran morfologi paru-paru pada tabel
5, menunjukkan bahwa gambaran makroskopis organ paru-paru kelompok
perlakukan dosis 100 dan dosis 1000 memperlihatkan warna merah muda
sama dengan kelompok kontrol. Konsistensi paru-paru sama yaitu kenyal
sedangkan berat dan ukuran bervariasi antara satu kelompok dan kelompok
lainnya. Gambaran makroskopis tikus (Rattus norvegicus) kelompok kontrol
tidak menunjukkan perubahan ataupun kelainan, paru-paru tidak mengalami
pengerasan dengan konsistensi yang kenyal dan berwarna merah muda.
Selain organ-organ vital, parameter lain yang diamati dalam penelitian
ini yaitu tulang. Tulang merupakan salah satu bagian yang paling penting
dalam membentuk rangka tubuh & ukuran tubuh; formasi sendi (membentuk
persendian yang dapat bergerak); perlengketan otot; sebagai pengungkit;
penyokong berat badan; perlindungan organ penting; hemopoiesis (sumsum
tulang tempat pembentukan sel-sel darah); fungsi immunologi; penyimpanan
kalsium (Syaifuddin, 2006).
Berdasarkan tabel data pengamatan bahwa pada semua kelompok baik
pada tulang belakang, tulang ekor, tulang kaki depan maupun tulang kaki
belakang tikus, pada kelompok kontrol menunjukan keadaan yang normal
yaitu tidak berubah bentuk. Begitupun pada kelompok dosis 100 dan dosis
1000 menunjukan hasil yang normal pada satiap tulang. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dari tulang salah satunya yaitu nutrisi,
asupan bahan pangan yang mengandung kalsium, fosfat, protein, vitamin A,
C, D diperlukan untuk generasi pertumbuhan tulang serta pemeliharaan
rangka tubuh (Syaifuddin, 2006; (Rizzoli, Bonjour, & Chevalley, 2010). Selain
itu, kekurangan protein dapat menurunkan kekuatan tulang dan
mengakibatkan terjadinya perubahan mikroarsitektur tulang (Darling &
Lannam-New, 2010). Oleh karena itu, pemberian dari kombinasi ekstrak
kemangi, mengkudu dan kelor ini tidak memempengaruhi bentuk tulang
belakang, tulang ekor, tulang kaki depan dan tulang kaki belakang tikus
sehingga aman untuk dikonsumsi dalam jangka yang lama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi dari
ekstrak kemangi, mengkudu dan kelor tidak berpengaruh terhadap gambaran
makroskopik organ ginjal, jantung, hati, limpa dan paru-paru serta tidak
berpengaruh juga terhadap bentuk dari tulang belakang, tulang ekor, tulang
kaki depan dan tulang kaki belakang tikus jantan galur wistar (Rattus
norvegicus) secara makroskopis.

V.2 Saran
Apabila melakukan penelitian yang sama atau sejenis perlu dilakukan
pengamatan histopatologi pada organ vital seperti ginjal, jantung, hati, limpa
dan paru-paru tikus wistar, begitupun untuk skeleton tikus harus dilakukan
pengamatan hispatologi agar potensi keamanan suatu zat kimia lebih jelas
serta dilakukan second observer oleh ahli patologi anatomi.
DAFTAR PUSTAKA

Bodhi, dkk. 2017. Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pinang Yaki (Areca
vestiaria) Terhadap Gambaran Makroskopis Organ Hati Pada Tikus
Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvergicus). Jurnal Ilmiah Farmasi
– UNSRAT. Manado. Vol. 6. No. 3.

BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji
Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo.Jakarta: Badan Pengawasan Obat
dan Makanan RI.
Brake, D.A., C.H. Fedor., B.W. Werner., T.J. Miller., J.R. Taylor., and R.A.
Clare. 1997. Reviews : Characterization of Immune Response to
Eimeria tenella Antigens in a Natural Immunity Model with Hosts
Which Differ Serologically at the B Locus of the Major
Histocompatibility Complex. Infect. Immun. 65: 1204-1210.

Darling, A., & Lannam-New, S. 2010. Dietary protein and bone health: the
urgent need for large-scale supplementation studies. In P. Burkhardt,
B. Dawson-Hugles, & W. Connie, Nutritional Influences on Bone
Health. Springer.

Djojodibroto, D. 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Guyton, A.C and Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Phatology W. B


Saunders Co.

Hendriani, R. 2007. Uji Toksisitas Subkronis Kombinasi Ekstrak Etanol Buah


Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn.) Dan Rimpang Jahe Gajah
(Zingiber Officinale Rosc.) Pada Tikus Wistar. [skripsi]. Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Lu, F. C. 1985. Basic toxicology. Fundamentals, target organs, and risk


assessment. Hemisphere Publishing. New York.

Malarkey, D. E., Johnson, K., Ryan, L.,Boorman, G.., and Maronpot, R. R.


2005. New Insight into Functional Aspect of Liver Morphology.
Toxicologic Pathology. Vol. 33 (1): 27-34
Nurhaini R, Rahmawati F, Sunyoto. 2015. Gambaran histopatologik limpa
tikus betina galur Sprague dawley yang diberi ekstrak etanol akar
pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) dan diinduksi 7,12-dimetil
benz(a) antrazen. Cerata Journal of Pharmacy Science. 2015;2(1):70.

Pearce, E. C. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Hal 166.


Gramedia: Jakarta.

Rizzoli, R., Bonjour, J.-P., & Chevalley. 2010. Dietary protein & bone Mass
Accrual. In P. Burkhardt, B. DawsonHugles, & C. Weaver, Nutritional
Influences on Bone health (pp. 1-7). Springer.

Robbins dan Kumar., 1992. Buku Ajar Patologi I. Edisi 4. EGC. Jakarta.

Simbala, dkk. 2017. Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pinang Yaki (Areca
vestiaria) Terhadap Gambaran Makroskopis Organ Ginjal Pada Tikus
Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvergicus). Jurnal Ilmiah Farmasi
– UNSRAT. Manado. Vol. 6. No. 3.

Simbala, dkk. 2017. Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pinang Yaki (Areca
vestiaria) Terhadap Gambaran Makroskopis Organ Jantung Pada
Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvergicus). Jurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT. Manado. Vol. 6. No. 3.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Вам также может понравиться

  • Profil Kandungan Kimia Ekstrak Etanol 80% Kulit
    Profil Kandungan Kimia Ekstrak Etanol 80% Kulit
    Документ8 страниц
    Profil Kandungan Kimia Ekstrak Etanol 80% Kulit
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Lampiran 2
    Lampiran 2
    Документ2 страницы
    Lampiran 2
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Metzole Brosur
    Metzole Brosur
    Документ2 страницы
    Metzole Brosur
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • 1434 1809 1 PB
    1434 1809 1 PB
    Документ4 страницы
    1434 1809 1 PB
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Tugas Imunologi
    Tugas Imunologi
    Документ11 страниц
    Tugas Imunologi
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Halaman Judul DLL
    Halaman Judul DLL
    Документ5 страниц
    Halaman Judul DLL
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Agrobiogen 6 2 2010 75-83
    Agrobiogen 6 2 2010 75-83
    Документ9 страниц
    Agrobiogen 6 2 2010 75-83
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • KLT 1
    KLT 1
    Документ5 страниц
    KLT 1
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Abstrak Kti
    Abstrak Kti
    Документ2 страницы
    Abstrak Kti
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Uu No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
    Uu No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
    Документ90 страниц
    Uu No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
    hendriksyuhada
    Оценок пока нет
  • BIOTEKNOLOGI PRODUKSI METABOLIT FX
    BIOTEKNOLOGI PRODUKSI METABOLIT FX
    Документ19 страниц
    BIOTEKNOLOGI PRODUKSI METABOLIT FX
    abdi
    Оценок пока нет
  • Daun Pedada
    Daun Pedada
    Документ4 страницы
    Daun Pedada
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Golongan Obat Bedasarkan Farmakologi
    Golongan Obat Bedasarkan Farmakologi
    Документ3 страницы
    Golongan Obat Bedasarkan Farmakologi
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Laporan Apotek
    Laporan Apotek
    Документ5 страниц
    Laporan Apotek
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Ramdhany
    Ramdhany
    Документ20 страниц
    Ramdhany
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Laporan Kemajuan PKM
    Laporan Kemajuan PKM
    Документ5 страниц
    Laporan Kemajuan PKM
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ3 страницы
    Bab 1
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Tatanama Lempeng
    Tatanama Lempeng
    Документ129 страниц
    Tatanama Lempeng
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Diare Kelompok 1
    Diare Kelompok 1
    Документ9 страниц
    Diare Kelompok 1
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Satu Anak Dua Negara
    Satu Anak Dua Negara
    Документ3 страницы
    Satu Anak Dua Negara
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Intraksi Dngan Makanan
    Intraksi Dngan Makanan
    Документ11 страниц
    Intraksi Dngan Makanan
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Pembahasan Resep
    Pembahasan Resep
    Документ15 страниц
    Pembahasan Resep
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Diare Kelompok 1
    Diare Kelompok 1
    Документ9 страниц
    Diare Kelompok 1
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Autoregulasi Otak
    Autoregulasi Otak
    Документ13 страниц
    Autoregulasi Otak
    Zackia Achmd
    Оценок пока нет
  • Proposal
    Proposal
    Документ12 страниц
    Proposal
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • KTI Daun Mangkokan
    KTI Daun Mangkokan
    Документ30 страниц
    KTI Daun Mangkokan
    Ramdhany Eka Putri
    Оценок пока нет
  • Leading Article Hipertensi Kritis
    Leading Article Hipertensi Kritis
    Документ9 страниц
    Leading Article Hipertensi Kritis
    Wahyu Aprillia
    Оценок пока нет