Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya
makalah yang berjudul “ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR (BBL)” ini
Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk
itu kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Angka kematian bayi secara keseluruhan di Indonesia mencapai 334 per 100.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian terbesar adalah asfiksia (Mieke, 2006). Angka kematian
bayi di Indonesia menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia mengalami penurunan dari
46 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 2003).
Sedangkan angka kematian ibu mengalami penurunan dari 421 per 100.000 kelahiran hidup
(SKDI 1992) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI 2003). Kematian pada masa
perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar 28%.
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi daripada di negara maju.
Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia sedang atau berat,
dari jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang
lebih 40 per 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus meninggal setiap tahun
karena asfiksia (Dewi dkk, 2005).
Dalm kasus asfiksia ini, peran perawat adalah bagaimana untuk memacu napas klien
untuk kembali normal. Memberikan terapi oksigen yang baik, memberikan semangat kepada
keluarga klien untuk berfikir positif dan mengurangi rasa cemas.
Pengawasan ini bertujuan menemukan sedini mungkin adanya kelainan yang dapat
mempengaruhi proses persalinan sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan baik.
Pemilihan cara persalinan dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan demi keselamatan ibu
dan bayi, untuk ibu hamil preeklamsia cara persalinan yang sering dilakukan adalah Sectio
Caesarea. Sectio Caesarea dilakukan bila terjadi gawat janin atau fetal distress pada kala I, terjadi
ketuban pecah dini, kala II yang lama dan ibu yang mengalami kejang (Wiknjosastro, 1999).
Pada sekarang ini, perkembangan ilmu kesehatan terutama dalam pengobatan dan
peralatan, sangatlah menunjang dalam pemulihan penyakit. Terutama penyakit yang ada dalam
pembahasan makalah ini. Begitu juga dengan petugas kesehatan, baik dokter, perawat, ahli gizi
dan lain-lain telah banyak membantu dalam pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal, baik
dalam segi perawatan maupun dalam segi pengobatannya. Pada asfiksia neonatorum yang paling
baik dan tepat, terutama dalam segi keperawatannya sangatlah membantu dalam penyembuhan
klien. (Wiknjosastro, 1999).
Oleh karena itu dalam makalah ini dijelaskan mengenai penyakit asfiksia neonatorum.
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor ibu,
faktor placenta, faktor featus dan faktor neonatus, sehingga menyebabkan bayi sulit untuk
5
bernafas secara spontan. Setiap penyakit mempunyai gambaran klinik tersendiri terutama pada
tanda dan gejala, pengobatan serta perawatannya.
Dari hasil pemikiran tersebut di atas, penulis ingin membahas lebih jauh tentang
bagaimana seharusnya menangani penderita asfiksia dalam bentuk makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Klien dengan Asfiksia Neonatorum”.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah
bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,
2005).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). (FKUI.2007)
7
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah ekstrimitas Merah
biru seluruh
tubuh
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
8
2.3 Etiologi Asfiksia
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang
peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Menurut M. Rachman (2000), pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi
terdiri dari:
1. Faktor Ibu
a) Hipoksia ibu. Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b) Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering
ditemukan pada :Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat.
c) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
d) Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.asfiksia
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio
plasenta, perdarahan plasenta, plasenta previa dan lain-lain.
3. Faktor featus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher
kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
9
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial. Kelainan
konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.
10
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
a. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga
terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini
akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal
ini juga dapat menimbulkan pendarahan otak. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
b. Anuria dan Oliguria
Disfungsi jaringan jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal
dengan istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir keorgan
seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
d. Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
e. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
11
d. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan. (FKUI.2007)
3.9 Pencegahan
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan
sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama
proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah
gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang
menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar
tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara
benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai
upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan
adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu
membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar
12
persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat
keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat
strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar
kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai
komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan
melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua
upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi
baru lahir.
13
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4) Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang).
5) Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6) Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor
(misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada
kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan
elektroda internal).
14
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b. Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi.
e. Asietas b/d ancaman kematian
15
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO RASIONALISASI
KPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Bersihan jalan TJ : Setelah 1. Mengauskultasi 1. Obstruksi jalan napas
nafas tidak efektif dilakukan suara nafas dapat dimanefestasikan
berhubungan tindakan sebelum dan dengan adanya bunyi
dengan keperawatan sesudah suction. napas tambahan seperti
penumpukan selama proses krekels,
mukus lendir. keperawatan ronki,wheezing.
diharapkan jalan 2. Memberitahu 2. Sebelum melakukan
nafas lancar keluarga tentang tindakan berikan
Kriteria Hasil: suction penkes kepada
Rata-rata keluarga agar tidak
repirasi dalam terjadi kepanikan/
batas normal kesalhpahaman. Dan
(30- agar ada kerjasama dari
40x/menit) keluarga pasien.
Pengeluaran 3. Mengobservasi 3. Untuk membersihkan
sputum adanya tanda- sisa – sisa air ketuban
melalui jalan tanda distres
nafas. pernafasan
Tidak ada 4. Memposisikan 4. Untuk mencegah
suara nafas bayi miring terjadinya aspirasi
tambahan kekanan setelah
(ronchi/wheez memberikan
eng) makan
5. Kolaborasi
16
2. Gangguan TJ: pernafasan 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan napas
pemenuhan kembali normal kedalaman biasanya meningkat
kebutuhan O2 b/d pernapasan dan
ekspansi yang Kriteria Hasil: ekspansi dada
kurang adekuat Klien tidak 2. Auskultasi bunyi 2. Bunyi napas menurun
mengalami napas atau tidak ada bila
sesak napas jalan napas obstruksi
RR klien
normal (30-
40x/menit) 3. Posisikan bayi 3. Posisi ini dapat
Kulit klien pada abdomen memudahkan
tidak pucat atau posisi pernapasan dan
telentang dengan menurunkan episode
gulungan popok asfiksia
dibawah bahu
untuk
menghasilkan
sedikit
hiperektensi
4. Berikan rangsang 4. Merangsang SSP untuk
taktil yang segera meningkatkan gerakan
( mis, gosokkan tubuh dan kembalinya
punggung bayi ) pernapasan yang
bila terjadi apnea. spontan
5. Mengobservasi 5. Memaksimalkan
warna kulit. bernapas dan
6. Kolaborasi : menurunkan kerja
Berikan oksigen napas
tambahan
17
1. mengevaluasi 1. Agar
tingkat keluarga
pemahaman tahu
keluarga klien tentang
3. Ansietas b/d Tujuan : keluarga tentang penyebab
ancaman tidak cemas diagnose. sesak yang
kematian KH : dialami
Keluarga oleh
klien tetap bayinya
tenang 2. Memberikan 2. Agar dapat
Keluarga kesempatan mengurangi
mengerti untuk bertanya rasa cemas
dengan apa dan jawab
yang dengan jujur
dianjurkan antara
keluarga dan
perawat.
3. Melibatkan 3. Agar
orang terdekat keluarga
dalam tahu apa
perencanaan yang
keperawatan. perawat
lakukan
18
4. Memberikan 4. Agar
kenyamanan keluarga
fisik merasa
nyaman
4. Kerusakan TJ: pertukaran 1. Kaji status 1. Takipnea
pertukaran gas gas kembali pernafasan,per menandaka
b/d gangguan normal hatikan tanda- n distress
suplai oksigen tanda distres pernafasan,
dan Kriteria Hasil: pernafasan(mi khususnya
ketidakseimbang
5. Mempertahankan s, takipnea, bila
an ventilasi kadar PO2 / pernafsan pernfasan
PCO2 dalam cuping hdung, lebih dari
batas normal ( mengorok, 60 x/i
pO2 : 80- retraksi,ronki, setelah 5
100mmHg, pCO2 atau krekels). jam
: 35-45mmHg) pertama
6. Klien tidak kehidupan.
mengalami sesak
napas 2. Gunakan 2. Memberika
7. Suhu tubuh pemantauan n
dalam keadaan oksigen pemantauan
normal ( S 36- transkutan noninvasif
37ºC atau oksimeter konstan
nadi. Catat terhadap
kadar setiap kadar
jam. Ubah sisi oksigen.
alat setiap 3-4
jam.
3. Hisap hidung 3. Mungkin
dan orofaring perlu untuk
dengan hati- mempertah
19
hati,sesuai ankan
kebutuhan. kepatenan
jalan nafas,
khususnya
pada bayi
yang
menerima
ventilasi
terkontrol.
4. Pertahankan 4. Stres dingin
kenetralan meningkatk
suhu tubuh an
konsumsi
oksigen
bayi,dapat
meningkatk
an asidosis,
dan
selanjutnya
kerusakan
produksi
surfaktan.
20
21
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan
hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan
PH).
Asfiksia di bagi menjadi 3 jenis, yaitu Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia
sedang Nilai 7-10 : Normal
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan
persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang
sempurna tanpa gejala sisa.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur
denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa
nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia,
dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam
posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan
melakukan pernapasan buatan (bila perlu).
22
DAFTAR PUSTAKA
23