Вы находитесь на странице: 1из 18

Marasmus Dan Kwashiorkor

Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan
gizi (overnutrisi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan
asupan zat gizi esensial. Adapun contoh yang termasuk undernutrisi yaitu marasmus dan
kwashiorkor.

1. Marasmus

Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak . Marasmus adalah bentuk
malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.

Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena terlambat
diberi makanan tambahan. Hal ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula
pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi. Marasmus
berpengaruh dalam waku yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki.
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan
malformasi kongenital.

 Tanda dan Gejala

Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal,
nadi mungkin melambat, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi,
tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering,
tinja berisi mucus dan sedikit.

 Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

2. Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ). Walaupun sebab utama
penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang
mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan
terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian
malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare
kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi
menahun, luka bakar dan penyakit hati.

 Patofisiologi

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet
cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam
amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati
terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.

 Gejala Kwashiorkor
 Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.
 Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat
 Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
 Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna
 Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi
persisikan dan hiperpigmentasi
 Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan
tajam.
 Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
 Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah,
disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.

Ciri-ciri :

 Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam.


 Kulit tampak kering (Xerosis) dan memberi kesan kasar dengan garis-garis
permukaan yang jelas.
 Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang menunjukkan
hyperpigmentasi dan kulit dapat mengelupas dalam lembar yang besar, meninggalkan
dasar yang licin berwarna putih mengkilap.
 Perut anak membuncit karena pembesaran hati.
 Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat perlemkan sel-sel hati.
Tanda - tanda Gizi Buruk Marasmus dan Kwashiorkor

Tanda-Tanda Kwashiorkor :
1. Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis)
2. Wajah membulat dan sembab
3. Otot-otot mengecil
4. Perubahan status mental: cengeng, rewel kadang apatis
5. Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
6. Pembesaran hati
7. Sering disertai infeksi, anemia dan diare/mencret
8. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
9. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas
(crazy pavement dermatosis)
10. Pandangan mata anak nampak sayu
Tanda-Tanda Marasmus :
1. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orangtua
3. Cengeng, rewel
4. Perut cekung
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
6. Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit kronik
7. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang

Tanda-Tanda Marasmus-Kwashiorkor
Tanda-tanda marasmus – kwashiorkor merupakan gabungan tanda-tanda dari marasmus dan
kwashiorkor.
Pengertian, Tipe dan Gejala Klinis Marasmus dan Kwassiorkor

Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan
oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang
ringan sampai berat. Beberapa pengertian Kurang Energi Protein (KEP):

 KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80
% indeks berat badan menurut (BB/U) baku WHO-NCHS.
 Istilah Kurang Energi Protein (KEP) digunakan untuk menggambarkan kondisi klinik
berspektrum luas yang berkisar antara sedang sampai berat. KEP yang berat
memperlihatkan gambaran yang pasti dan benar (tidak mungkin salah) artinya pasien hanya
berbentuk kulit pembungkus tulang, dan bila berjalan bagaikan tengkorak (Daldiyono dan
Thaha, 1998).
 KEP adalah gizi buruk yang merupakan suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk itu sendiri adalah bentuk terparah
(akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun atau kekurangan gizi tingkat berat.
Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus, kwashiorkor dan

kombinasi marasmus kwashiorkor (Soekirman (2000).


 KEP terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori dan protein atau keduanya tidak
tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun
salah satu lebih dominan ketimbang yang lain.

Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua jenis kekurangan
energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia.

Beberapa tipe Kurang Energi Protein (KEP) dapat disebutkan, bahwa KEP atau gizi buruk
pada tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Masih seperti anak-anak
lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati dengan seksama badannya mulai
kurus. Sedangkan bagi KEP yang tingkat berat yang disertai dengan gejala klinis disebut
marasmus atau kwashiorkor, dimasyarakat lebih dikenal sebagai “busung lapar”.

Jika kondisi KEP cukup berat dikenal dengan istilah marasmus dan kwashiorkor, masing--
masing dengan gejala yang khas, dengan kwashiorkor dan marasmik ditengah-tengahnya.
Pada semua derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan disamping gejala-
gejala klinis maupun biokimiawi yang khas bagi tipenya. Klasifikasi KEP digunakan untuk
menentukan prevalensi KEP disuatu daerah dengan melihat derajat beratnya KEP, hingga
dapat ditentukan persentase gizi kurang dan berat di daerah tersebut (Pudjiadi, 2005).

Tipe KEP antara lain adalah sebagai berikut :


Marasmus. Marasmus adalah malnutrisi pada pasien yang menderita kehilangan lebih dari 10
% berat badan dengan tanda-tanda klinis berkurangnya simpanan lemak dan protein yang
disertai gangguan fisiologik. Tanpa terjadi nya cedera/kerusakan jaringan atau sepsis
(Daldiyono dan Thaha, 1998).

Marasmus disebabkan oleh kekurangan energi. Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang
berarti wasting/merusak. Marasmus pada umumnya merupakan penyakit pada bayi (dua belas
bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Marasmus merupakan penyakit
kelaparan dan terdapat pada kelompok sosial ekonomi rendah (Almatsier, 2004).

Gejala klinis dari tipe KEP marasmus menurut Depkes RI, tampak sangat kurus, wajah
seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai
tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut cekung, iga gambang dan sering disertai
penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) serta diare kronik atau konstipasi/susah buang
air.

Kwashiorkor. Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering
terjadi pada anak yang terlambat menyapih sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang
terutama dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau
lebih (Almatsier, 2004).

Adapun gejala klinis dari tipe KEP kwashiorkor adalah ; edema umumnya diseluruh tubuh,
terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan
lunak ; wajah membulat dan sembab ; pandangan mata sayu ; rambut tipis kemerahan seperti
warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok ; perubahan status mental,
apatis dan rewel ; pembesaran hati ; otot mengecil (hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada
posisi berdiri atau duduk ; kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Crazy pavement dermatosis) dan
sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut serta anemia dan diare.

Marasmus-Kwashiorkor. Tipe marasmus-kwasiorkor terjadi karena makanan sehari-harinya


tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan normal. Pada tipe ini
terjadi penurunan berat badan dibawah 60 % dari normal.

Gejala klinis dari tipe marasmus dan kwashiorkor adalah merupakan gabungan antara
marasmus dan kwashiorkor yang disertai oleh edema, dengan BB/U < 60 % baku Median
WHO NCHS. Gambaran yang utama ialah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit,
pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti pada marasmus. Jika edema
dapat hilang pada awal pengobatan, penampakan penderita akan menyerupai marasmus.
Gambaran marasmus dan kwashiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi oleh
kekurangan protein yang parah.
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat
yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal
atau tinggi Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun dapat
pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai
komplikasi dari parasit atau infeksi lain.

Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein
yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan.
Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang
dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa
edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.

Marasmus berasal dari kata marasmos (bahasa jerman) yang berarti sekarat. Mal
nutrisi jenis ini biasanya biasanya berupa kelambatan pertumbuhan, hilangnya lemak di
bawah kulit, mengecilnya otot, menurunnya selera makan dan keterbelakangan mental.

Marasmus adalah salah satu bentuk Malnutrisi paling sering ditemui pada balita
penyebabnya antara lain karen amasukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan
lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan memiliki satu
atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Marasmik Kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition di mana
ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi,
marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.

2. ETIOLOGI
 Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun
tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam
derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
 Penyebab Marasmus :
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil
akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor
lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab – sebab marasmus
antara lain :
1. pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit.
2. pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidak tahuan
orang tua si anak ; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
3. kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orangtua dan
anak terganggu.
4. kelainan metabolic. Misalnya : renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia,
lactose intolerance. Malformasi kongenital misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

3. PATOFISIOLOGI
 Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam
keadaan normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi
pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein
senagai sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
 Kwashiorkor
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. kelainanan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin
kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
oleh hepar yang kemudian berakibat edem. perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan
akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
4. GEJALA
 Marasmus
a) Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b) Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
c) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit
keriput.
d) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi dan dagu terlihat
menonjol, mata lebih besar dan cekung.
e) Hipotoni akibat atrofi otot
f) Perut buncit
g) Kadang-kadang terdapat edem ringan pada tungkai
h) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
Gb. Marasmus

 Kwashiorkor
a) Secara umum anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap
lanjut anak menjadi apatus dan koma.
b) Pertumbuhan terlambat
c) Udema
d) Anoreksia dan diare.
e) Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f) Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g) Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan
lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h) Anak mudah terjangkit infeksi
i) Terjadi defesiensi vitamin dan mineral

Gb. kwashiorkor

 Marasmic kwashiorkor
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma)
gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut menjadi
kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana cadangan
energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai

Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh
menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala
kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya mengandung
karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan protein.

Gb. Marasmic kwashiorkor


5. PEMERIKSAAN
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui pemeriksaan fisis
dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang pertama adalah inspeksi, dapat
kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan diatas antara lain edema
dan kurus, pucat, moon face, kelainan kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement
dermatosis. Pada palpasi ditemukan hepatomegali.
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting
diperhatikan berupa :
 tes darah (Hb, glukosa, protein serum, albumin)

 kadar enzim pencernaan

 biopsi hati

 pem. tinja & urin

perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam serum.
Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,tetapi sering
kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
Kadar glukosa darah yang rendah, pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam
amino dalam plasma dapat menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak
essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat.

Kerap kali juga ditemukan kekurangan kalium dan magnesium.Terdapat juga


penurunan aktifitas enzim-enzim dari pancreas dan xantin oksidase,tetapi kadarnya akan
kembali menjadi normal segera setelah pongobatan dimulai.
6. KOMPLIKASI
1. shock
2. koma
3. cacat permanent
4. Defisiensi vitamin A
5. Dermatosis
6. Kecacingan
7. Diare kronis
8. Tuberculosis

7. TATA LAKSANA

Prinsip pengobatanya adalah:


1) Memberikan makanan yang mengandung banyak proteinbernilai biologik tinggi,
tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap
3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
rendah.
4) Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap
keluarga.
Dalam aplikasinya penanganan marasmus berat pada tahap awal adalah mengatasi
kelainan akut, seperti diare, bronkopneumonia, atau penyakit infeksi berat lainnya, gangguan
elektrolit dankeseimbangan asam basa, renjatan(shock), gagal ginjal, gagal jantung. Dalam
keadaan dehidrasi danasidosis pedoman pemberian cairan paraenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah 250 ml/kg BB/hari
2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan
menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
3) Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-8 jam
pertama,kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya. Selain itu ASI
ataususu formula dapat diberikan per oral bila anak telah dapat minum. Pengobatan
cairanintravena tersebut dapat dimodifikasi sesuai keadaan penderita dan jenis
penyakit penyerta
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang
dianjurkanadalah 3,0 ± 5,0 g/kg BB sehari. Biasanya dalam pemberian makanan diperlukan
pula penambahanvitamindan mineral, khususnya vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C,
asam folat mineralkalium, magnesium, dan besi.
Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3x5 kali mg/hari pada anak
kecildan 3x15 pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral
sebanyak 75-100 mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda
hipokalemia diberikan KCL secara intravena dengan dosis 3-4 mEq/kg BB. Magnesium
diberikan intramuskularatau intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5
mEq/kg BB/hari selama 4-5hari pertama perawatan.
Pada hari perawatan ke 5 sampai ke 10 diberikan per oral dalam bentuklarutan Mg-
klorida dengan dosis0,1-0,3 mEq/kg BB/hari. Termurah adalah fero-sulfat dengan dosis3x10
mg/kg BB/hari per oral atau parenteral. Pada keadaan hipoglikemia berat (glukosa darah
<30mg/dl) diberikan 1-2 ml glukosa 40%/kg BB secara intravena. Karena sering terjadi
defisiesi enzim disakaridase, pemberian susu dengan kadar laktosa rendah akan lebih banyak
menolong, pemberian lemak nabati akan lebih baik dari lemak hewani.
Penyuluhan dan pemberian makanan yang adekuat, baik kualitas maupun
kuantitas,merupakan upaya pencegahan yang ampuh. Bahan makanan yang dikonsumsi
hendaknya berasaldari sumber makanan setempat. Dalam menangani masalah Marasmu perlu
juga dipertimbangkanfaktor ekonomi, sosial, dan budaya keluarga atau masyarakat
lingkungannya.
Terapi dietetik
Cara pemberian makan pada marasmus berat dibagi atas 3 tahap :
1. Tahap penyesuaian
Tahap ini merupakan peralihan ke makanan biasa selama toleransi anak terhadap
makanan masihrendah. Makanan yang diberikan diawali dengan yang lebih encer, lebih cair,
bernilai kalori danprotein rendah, kemudian secara bertahap ditingkatkan hingga tercapai
jumlah kalori 150-200kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB sehari.tergantung dari
kemampuan penderita lamapenyesuaian ini biasanya bervariasi 1-2 minggu; atau lebih lama.
Pada aplikasinya penderita dibagimenjadi 2 golongan menurut berat badannya, yaitu berat
badan kurang dari 7 kg dan lebih dari 7 kg.
 Berat badan kurang dari 7 kg.
Jenis makanan yang diberikan adalah makanan bayi. Pada awal perawatan makanan
utamanyadalah susu yang diencerkan (1/3,2/3,3/3) atau susu formula yang dimodifikasi (susu
rendah laktosa).Untuk tambahan kalori dapat diberikan glukosa 2-5% dan tepung 2%.
Kemudian secara berangsurdapat diberikan buah + biskuit. Makanan lunak dan makanan
lembik. Selain itu bila ada ASI dapatterus diberikan
 Berat badan lebih dari 7 kg
Jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur kebih dari 1 tahun, dimulai
denganpemberian kalori 50 kkal/kg BB. Protein 1,0 g/kg BB, dan cairan 200 ml/kg BB
sehari. Bentukmakan yang diberikandimukai dengan pemberian makanan cair yang
diencerkan, kemudiansecara bertahap dikentalkan (1/3,2/3,3/3). Bahan makanan utama dan
sumber protein makanancair adalah susu. Sebagai tambahan kalori dapat diberikanglukosa
5%. Dalam tahap awal inimakanan cair diberikan lebih sering dengan porsi lebih kecil dan
bila perlu dengan sonde. Setelahdiberikanmakanan cair penuh dan toleransi makanan anak
membaik, dapat dimulai denganpemberian makanan lunak, disusul dengan makanan biasa.
2. Tahap penyembuhan
Bila keadaan umum anak, toleransi terhadap makanan, dan nafsu makan membaik,
pemberia nmakanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1-2 hari sehingga tercapai
konsumsi kalori sebanyak 150-200 kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB sehari
3. Tahap lanjutan

Вам также может понравиться