Вы находитесь на странице: 1из 19

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI

JAKARTATENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

TENTANG
PEMBERLAKUAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SENTRALISASI
PELAYANAN STERILISASI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI
JAKARTATENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

NOMOR : ...............

TENTANG
PEMBERLAKUAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SENTRALISASI
PELAYANAN STERILISASI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA

Menimbang : a. Bahwa RUMAH SAKIT UMUM DAERAH adalah Rumah Sakit Umum
Daerah melaksanakan kegiatan pelayanan.
b. Bahwa dalam rangka menunjang peningkatan mutu pelayanan
kesehatan serta mencegah infeksi nosokomial dirumah sakit perlu
penanganan sterilisasi dengan baik.
c. Bahwa salah satu mata rantai untuk pengendalian infeksi perlu adanya
pengaturan tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan
sterilisasi di RSUD
d. Bahwa dalam pengelolaan sterilisasi membutuhkan kebijakan Standar
Prosedur Operasional (SPO) pelayanan sterilisasi sebagai acuan kerja
untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi di RSUD
e. Bahwa Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan sterilisasi
dipandang perlu ditetapkan dan diberlakukan dengan keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta .
Mengingat : 1. Undang-Undang Negara R.I. Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah
sakit.
2. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor: 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum...
4. Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor :
436/MENKES/SK/SK/VI/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang Berlakunya
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 382/Menkes/SK/III/2007,
tanggal 27 Maret 2007, tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

Memperhatikan :
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA
TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGENAI PEMBERLAKUAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SENTRALISASI PELAYANAN
STERILISASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Pertama : Memberlakukan Kebijakan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan


sterilisasi sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

Kedua
Dalam melaksanakan tugas Instalasi Penunjang Khusus (Sterilisasi Sentral)
agar mengacu pada Kebijakan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pelayanan Sterilisasi sebagaimana tercantum dalam lampiran surat
keputusaan ini

Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan dilakukan
evaluasi sesuai dengan perkembangan organisasi dan atau sesuai kebutuhan.

Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan
ditinjau kembali untuk diperbaiki sebagaimana mestinya

DITETAPKAN DI :JAKARTA
PADA TANGGAL : April 2017
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA

dr.
NIP:

Tembusan :

1.
2.
3.
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI
JAKARTA

NOMOR : ..............

TENTANG
SENTRALISASI PELAYANAN STERILISASI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN

1. Instalasi Sterilisasi sentral adalah salah satu unit penunjang bisnis di RSUD
yang mempunyai tugas sebagai pengelola sterilisasi di Rumah Sakit, serta
melaksanakan kegiatan sterilisasi secara sentral untuk menunjang kelancaran
pelayanan.

2. Pelayanan Steriliasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistim pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang memproses semua bahan,
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah
sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pemberian tanda, proses
sterilisasi, penyimpanan dan penyaluran.

3. Pusat pelayanan sterilisasi adalah Instalasi Sarana Sandang dan Sterilisasi


Sentral atau CSSD (Central Sterile Supply Department) merupakan salah satu
mata rantai untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam menurunkan angka
infeksi nosokomial dan mewujudkan keselamatan pasien (Patient Safety).

4. Sentralisasi adalah sistim yang mencerminkan kegiatan yang dilakukan terpusat,


dalam satu atap manajemen agar kualitas yan dicapai dapat terstandarisasi,
tidak ada duplikasi pelayanan sterilisasi sehingga terjadi efisiensi cost bagi
Rumah Sakit.

5. Sterilisasi adalah suatu proses penanganan alat atau bahan yang tidak steril
menjadi steril dengan menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba
termasuk endospora melalui metode sterilisasi.

6. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme temasuk spora.

7. Barang steril sekali pakai (single use) adalah barang / alat kesehatan yang
disediakan dan diproduksi untuk sekali pakai atau habis digunakan sekali pakai
dalam satu kemasan.
8. Barang steril yang dapat diulang ( re-use ) adalah barang / alat kesehatan
sesudah digunakan dapat diulang pakai setelah melalui proses pencucian,
dekontaminasi, pengemasan / labeling dan disterilkan dengan mesin sterilisator
yang sesuai (suhu tinggi atau suhu rendah)

9. Dekontaminasi adalah proses pembersihan peralatan dan barang / alat


kesehatan kotor yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba secara fisika atau
kimia dengan menggunakan desinfektan atau deterjen dimulai dari
mengelompokkan, merendam, mencuci, membilas sampai mengeringkan.

10. Desinfektan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi atau pencemaran dan mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.

11. Pengemasan adalah kegiatan pembungkus barang / alat kesehatan yang akan
disterilkan dengan bahan pengemas yang sesuai jenis dan ukuran.

12. Labeling adalah kegiatan pemberian label / etiket yang dilakukan terhadap
masing-masing bungkus / kemasan dari barang / alat kesehatan yang akan
melalui proses sterilisasi.

Pasal 2
PENYELENGGARAAN PELAYANAN STERILISASI

1. Penyelenggaraan Pelayanan Sterilisasi dapat secara :


1.1. Sentralisasi oleh Instalasi Penunjang Khusus (CSSD)
1.2. Desentralisasi oleh unit Kerja, dinamakan Satelit CSSD

2. Pelayanan Sterilisasi Desentraisasi (Satelit CSSD) diselenggarakan dilokasi


Unit Kerja dibawah koordinasi dan tanggung jawab Instalasi Penunjang Khusus
(CSSD), dengan ketentuan :
2.1. Tersedia ruangan (area kotor, area bersih, dan area steril) dan sarana
prasarana yang memenuhi standar.
Desain ruang pelayanan sterilisasi terdiri dari unclean area, clean area,
sterile area, yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindarkan
kontaminasi silang , adapun persyaratan ruangan :
a. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan yang
tidak bergaris (nut).
b. Suhu antara 18o – 22o celcius
c. Ventilasi menggunakan tekanan negatif untuk ruang dekontaminasi /
kotor, tekanan positif untuk ruang bersih dan ruangan penyimanan alat
steril.
d. Kelembaban 35 – 75 %
2.2. Tersedia SDM yang bertugas dalam pelayanan sterilisasi

2.3. Menyelenggarakan Pelayanan Sterilisasi dalam hal :


a. Pengecekan barang steril yang diterima dari petugas Sterilisasi
Sentral / CSSD (keadaan bungkus, tanggal sterilisasi, tanggal
kadaluarsa dan lain-lain)
b. Penempatan barang steril dalam wadah untuk dibawa keruang rawat,
penyimpanan barang steril sesuai ketentuan.
c. Penggunaan barang medis steril habis pakai setelah diberikan pada
pasien bila ada sisa dalam bungkus yang sudah terbuka tidak boleh
dipakai, untuk penderita infeksi khusus dibungkus tersendiri dalam
kantong yang berwarna kuning.
d. Proses dekontaminasi dan pengemasan dilakukan diruangan Unit
kerja, dan jika tidak mempunyai sarana dan prasarana proses
sterilisasi dikirim untuk proses sterilisasi ke Instalasi Penunjang
Penujnang (Sterilisasi Sentral). Dan bila Unit mempunyai sarana dan
prasarana / alat sterilisator , proses sterilisasi dilakukan di Unit kerja
dan petugas harus memahami operasional, penggunaaan alat, mutu
sterilisasi dan operatornya sudah mempunyai sertifikat pelatihan
CSSD.
e. Melakukan komonikasi efektif dengan Instalasi Penunjang Khusus
( Sterilisasi Sentral) yang berkaitan dengan pelayanan sterilisasi.

Pasal 3
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan sentralisasi pelayanan sterilisasi adalah :


1. Perencanaan dan Administrasi
1.1. Rencana strategis
1.2. Rencana Biaya Anggaran
1.3. Rencana Program dan Kegiatan

2. Pengelolaan Sterilisasi
2.1. Barang Medias Habis Pakai (single use)
2.2. Barang / Alat kesehatan re-use

3. Pengawasan dan evaluasi Mutu


3.1. Q.C (Quality Control)
3.2. Q.A (Quality Assurance)
3.3. Audit Mutu dan Evaluasi
BAB II
PENGORGANISASIAN

Pasal 4
1. Kegiatan sentralisasi pelayanan sterilisasi dikelola oleh Instalasi Penunjang
Khusus yang dipimpin oleh seorang Kepala instalasi dalam jabatan Fungsional

2. Kepala Instalasi Penunjang Khusus bertanggung jawab langsung kepada Ka.


Bid. Penunjang

3. Dalam melaksanakan kegiatan Kepala Instalasi Penunjang Khusus dibantu


oleh :
3.1. Pengelola Laundry
3.2. Pengelola CSSD
3.3. Pengelola Kamar Jenazah

Pasal 5
KETENAGAAN

1. Tenaga yang bekerja di Instalasi Penunjang Klhusus (Sterilisasi Sentral)


khususnya di Sterilisasi Sentral / CSSD berdasarkan jenis dan kualifikasi sesuai
dengan kebutuhan

2. Jenis tenaga
2.1. Tenaga Fungsional : S1 Kesehatan
2.2. Tenaga non Fungsional

3. Kualifikasi Tenaga :

3.1. Pendidikan Minimal :


a. Kepala Instalasi Penunjang Khusus . D4/Setara dengan S1
b. Pengelola Sterilisasi : SLTA
c. PJ Sterilisasi : SLTA
d. PJ Produksi : SKM kesehatan
e. Pelaksana : SLTA

3.2. Kompetensi : di bidang Sterilisasi

3.3. Sertifikasi : di bidang Sterilisasi


Pasal 6
TUGAS DAN FUNGSI

A. TUGAS :

1. Merencanakan kebutuhan barang medis, bahan pengemas yang berkualitas


untuk produksi barang medis steril
2. Menerima barang medis non steril (barang bersih dan barang kotor)
3. Menyiapkan atau memproduksi bahan medis steril
4. Menyalurkan barang medis steril
5. Mengawasi mutu barang medis steril
6. Memilih peralatan yang aman dan bermutu untuk menunjang pelayanan
sterilisasi seperti peralatan dekontaminasi, sterilisator, dan lain-lain
7. Memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan sterilisasi
8. Melakukan monitoring dan evaluasi bersama panitia Pengendalian Infeksi
dan Panitia Keselamatan Pasien

B. FUNGSI :

1. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi serta


mengevaluasi kegiatan sterilisasi
2. Menyediakan dan menyalurkan barang steril ke Unit kerja yang membutuhkan
3. Melakukan inventaris semua peralatan sterilisasi yang digunakan di Rumah Sakit
4. Mendokumentasikan setiap aktivitas penyelenggaraan proses sterilisasi sebagai
bagian dari program pengendalian mutu
5. Memberikan kontribusi terhadap pendidikan & Pelatihan bagi tenaga kesehatan
yang terkait dengan sterilisasi
BAB III
PENGELOLAAN SENTRALISASI PELAYANAN LINEN

Pasal 7
PERENCANAAN KEBUTUHAN

1. Perencanaan kebutuhan pelayanan sterilisasi rumah sakit diusulkan oleh


Instalasi Penunjang Khusus setiap bulannya baik ke Instalasi Farmasi maupun
ke Bag. RT/P RSUD masing- masing.

2. Perencanaan BMHP adalah perencanaan bahan baku dan pengemas yang


dibutuhkan untuk produksi barang medis steril secara periodik dengan
memperhatikan efisiensi dan efektifitas penggunaannyadan dikrim ke Instalasi
Farmasi untuk proses selanjutnya.

3. Perencanaan sarana prasarana diusulkan ke Perencanaan RSUD melalui


Kepala Bidang Penunjang.

4. Perencanaan ATK, ART dan Alat Non Medis diusulkan ke RT/P melalui Ka. Bid
Penunjang.

5. Perencanan kebutuhan SDM & Pendidikan diusulkan ke Bagian SDM dan


Bagian Pendidikan.

Pasal 8
PERENCANAAN PRODUKSI BMHP STERIL

1. Perencanan Barang Medis Habis Pakai terdiri atas kebutuhan produk kasa dan
kapas yang sudah jadi yang akan diproses menjadi barang steril.

2. Dalam penyusunan perencanaan BMHP yang akan diproduksi harus


memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas

3. Tujuan perencanaan BMHP steril agar terpenuhi kebutuhan unit kerja,


mencegah terjadinya kekosongan barang dan memudahkan evaluasi
kebutuhan.

Pasal 9
PRODUKSI BMHP STERIL

Produksi BMHP steril dengan cara memproduksi atau menyediakan barang seperti
kasa lipat steril, kasa gulung steril, depper steril, tampon vagina, gaas perut, lidi kapas,
dan lain-lain, dari bahan kasa yang berkualitas yang dikemas dengan bahan
pengemas yang sesuai jenis dan ukuran, kemudian disterilkan dengan mesin
sterilisator suhu tinggi (Autoclave).

Pasal 10
PENGADAAN

1. Pengadaan BMHP berdasarkan perencanaan kebutuhan melalui Instalasi


Farmasi.
2. Pengadaan Sarana Prasarana sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Pengadaan logistik Alat Rumah Tangga, Alat Tulis Kantor melalui Bagian Rumah
Tangga.
4. Pengadaan kelengkapan IT termasuk jaringannya melalui Instalasi Teknologi
Informasi.

Pasal 11
PENERIMAAN BARANG DARI UNIT

1. Barang yang dikirim dari Unit Kerja ke Sterilisasi Sentral (CSSD) dalam kondisi
bersih.
2. Penerimaan barang bersih melalui :
2.1. Loket penerimaan barang bersih dari Unit kerja
2.2. Loket yang menghubungkan area dekontaminasi dengan area
Pengemasan bagi barang / peralatan yang belum di dekontaminasi
dibatasi oleh mesin Washer Desinfektor sebelum melewati daerah untuk
dilakukan pengemasan dan labelling.

Pasal 12

DEKONTAMINASI

1. Dekontaminasi dilakukan terhadap barang yang akan disterilkan yang bertujuan


untuk :
a. Mengangkat kotoran baik yang berasal dari jaringan tubuh, lemak ataupun
darah.
b. Mengurangi jumlah mikroorganisme pada peralatan
2. Kegiatan dekontaminasi dilakukan oleh petugas Unit kerja masing-masing dan
dari petugas Sterilisasi Sentral (CSSD).

Pasal 13
PENGEMASAN
1. Pengemasan barang / alat kesehatan disesuaikan dengan jenis barang serta
ukuran dan dapat menggunakan kain / linen atau menggunakan plastik wipack
2. Bahan pengemas yang dipakai harus dapat mempertahankan sterilisasi sampai
waktu penggunaan dan mempertahankan keamanan dan efektivitas barang steril
pada saat digunakan pasien.

Pasal 14
LABELING
1. Setiap barang / alat kesehatan yang akan disterilkan harus diberi label / tanda
2. Labeling atau penandaan mencantumkan minimal :
a. Nama dan jenis barang
b. Nama ruangan
c. Tanggal sterilisasi
d. Tanggal kadaluarsa
e. Operator pegeset barang / alat
Pasal 15.
MONITORING PROSES STERILISASI

1. Pengujian proses sterilisasi melalui monitoring untuk meningkatkan keselamatan


dan keamanan pasien dan meningkatkan kualitas hasil proses sterilisasi, antara
lain :
a. Memastikan sterilitas barang / alat dari proses yang dilakukan
b. Mengidentifikasi sedini mungkin kegagalan proses sterilisasi, jangan
menggunakan peralatan bedah sebelum hasil BI menujukkan hasil
c. Memverifikasi kejadian kegagalan secepatnya, tindak lanjut melakukan
service pada peralatan mesin
d. Sesegera mungkin dapat mengidentifikasi peralatan medis yang gagal dalam
proses sterilisasi sebelum digunakan
e. Mengontrol biaya
2. Monitoring dilakukan pada saat sebelum kegiatan sterilisasi maupun terhadap
hasil sterilisasi.

Pasal 16
INDIKATOR STERIL

1. Ada beberapa indikator sterilisasi yang digunakan untuk memantau keberhaslan


proses sterilisasi, antara lain :
a. Indikator mekanik, adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti
gauge, tabel/grafik, dan suhu maupun tekanan yang menujukkan apakah alat
sterilisasi bekerja dengan baik.
b. Indikator kimia, adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi
(misalnya : uap panas atau gas etilen oksida) pada objek yang disterilkan,
dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia dapat berbentuk strip,
tape, kartu, vial serta sensitif terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi.
Indikator kimia memberikan informasi tercapainya kondisi steril pada tiap
kemasan, sehinga selain digunakan diluar ada juga yang diletakkan didalam
kemasan.
c. Indikator Biologi, adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter
yang terkontrol dalam suatu proses sterilisasi tetentu.
2. Pelaksanaan pengunaan indikator sterilisasi tersebut harus dilaksanakan sesuai
prosedur yang telah dibakukan dan harus terdokumentasi dengan baik secara
konsisten sebagai acuan pembuktian jaminan serilitas alat yang dihasilkan oleh
Sterilisasi Sentral / CSSD.

Pasal 17
PROSES STERILISASI

1. Ada beberapa Metode sterilisasi yang digunakan, antara lain :


N Metode sterilisasi Suhu Lama Alat yang disterilkan
o (Celcius) proses
sterilisasi
1 Uap / steam 135 7 menit Linen
2 Uap steam 135 4 menit Instrumen, kain kasa,lidi
kapas,depper,gass perut, dll.

4 Suhu rendah
.Ethylene 55 10 menit Alat-alat ya g tidak tahan
Oxide (ETo) dengan suhu tinggi, antara lain
Gudel, konektor, ETT, sungkup,
selang oxigen, nebulizer, selang
respirator, T.Piece, Flow meter
oxigen, com respirator, humidi
fife, botol suction, kanul, dll.

2. Proses sterilisasi harus diikuti sesuai standar baku ya g telah ditetapkan.

Pasal 18
PENYIMPANAN BARANG / ALAT STERIL

1. Barang yang sudah melalui proses sterilisasi disimpan diruang penyimpanan


barang / alat steril
2. Penyimpanan Barang /alat steril di diletakkan pada tempatnya masing-masing
sesuai dengan nama ruangan pengirim barang / alat
3. Sebelum barang / alat steril disimpan dilakukan uji visualisasi terhadap kondisi
perubahan indikator tapenya, pembungkus / pengemasannya, dan jika ada yang
tidak sesuai dengan standar baku dilakukan sterilisasi ulang.
4. Tidak diizinkan setiap petugas masuk keruang penyimpanan barang / alat steril,
kecuali petugas yang sudah ditunjuk
5. Penyimpanan barang / alat steril di unit kerja ditempatkan di lemari / kontainer
khusus dan tidak diperbolehkan tercampur dengan barang / alat non steril
6. Tempat penyimpanan barang / alat kesehatan steril diatur secara baik dalam
ruangan penyimpanan barang steril yang memenuhi persyaratan seperti
penerangan , suhu, kelembaban, ventilasi, dinding dan lantai.

Pasal 18
PENDISTRIBUSIAN BARANG / ALAT STERIL

1. Pendistribusian barang steril / alat steril sebagai suatu kegiatan penyaluran atau
pendistribusian barang / alat steril dari ruang distribusi melalui loket yang
berhubungan dengan ruang tunggu kepada unit kerja
2. Barang medis steril yag akan diserahkan kepada unit pemakai ditempatkan
dalam wadah khusus atau transportasinya menggunakan trolley / kontainer
tertutup yang memenuhi syarat untuk dibawa keruangan agar mutu barang
medis steril tetap terjamin
3. Pendistribusian atau transportasi barang medis steril ke uit kerja / pemakai
barang harus dapat menjamin agar barang tersebut tetap steril sampai
diruangan.
4. Alat yang diambil dari Sterilisasi Sentral / CSSD harus menggunakan wadah
yang bersih, kering dn tertutup.

BAB IV
PENGAWASAN MUTU
Pasal 19
KONTROL KUALITAS (QUALITY CONTROL)

1. Kontrol kualitas sebagai upaya monitoring / kontrol proses sterilisasi untuk


memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dengan uji
indikator dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik
2. Tujuan pengawasan mutu untuk
a. Menjamin kemungkinan ketiadaan mikroorganisme hidup dibarang medis
selama proses sterilisasi berlangsung
b. Mendeteksi sedini mungkin bila terjadi kegagalan
c. Menjamin kondisi steril barang steril sebelum didistribusikan.

Pasal 20
JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)
Jaminan mutu (Quality assurance) dilakukan terhadap :
1. BMHP (bahan baku dan pengemas)
2. Mesin / alat sterilisastor dan alat kerja lainnya
3. Petugas (kesehatan, kedisiplinan)
4. Ruangan / ligkungan kerja
5. Barang steril yang dihasilkan / pemeriksaan serilitas dengan uji Mikrobiologi

Pasal 21
AUDIT MUTU

Audit mutu dillaksanakan secara berkala terhadap


1. Barang steril di unit pemakai
2. Pelayanan sterilisasi dsentralisasi (satelit ) di Unit pemakai

BAB V
PENCATAN DAN PELAPORAN
Pasal 22
PENCATATAN
1. Pencatatan adalah kegiatan mencatat, mendata, mendukumentasikan dari
semua kegiatan yang dilaksanakan sebagai kegiatan harian dengan tujuan
mendapatkan :
a. Data bahan evaluasi
b. Bahan unuk menyususun perencanaan dan laporan
c. Sumber data untuk peneitian
2. Pelayanan sterilisasi dilakukan pencaatan secara rutin
a. Setiap kegiatan yang dilakukan setiap hari
b. Monitoring mekanik / fisika (tekanan , suhu, dll)
c. Monitoring kimia (tape, Bowie dick test)
d. Monitoring Biologi (sediaan )
e. Hasil Uji Mikrobiologi
f. Hasil pemeriksaan kualitas air
g. Pemberian label pada setiap kemasan
- Tanggal sterilisasi
- Tanggal kedaluarsa
- Petugas / operator
- Nomor sterilisator
- Nomor lot /bundel dan nomoe siklus sterilisator
- Nama ruangan pengirim barang

Pasal 24
PELAPORAN
Evaluasi yang harus dilakukan
1. Kegiatan pelaporan pelayanan serilisasi dilakukan secara rutin yaitu setiap
bulan, triwulan, semester dan laporan tahunan
2. Ruang lingkup kegiatan
a. Perencnaan dan Administasi
b. Pengelolaan sterilisasi
c. Pengawasan dan evaluai mutu
Pasal 25
EVALUASI
Evaluasi yang harus dilakukan

1. Keamanan petugas terhadap resiko menyelenggarakan kegiatan sterilisasi


2. Keamanan lingkungan terhadap dampak dari kegiatan penyelenggaraan
pelayanan sterilisasi
3. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan sterilisasi

BAB VI
PETUTUP
Pasal 26

1. Pengelolaan sentralisasi pelayanan sterilisasi di RSUD agar dilaksanakan penuh


tanggung jawab oleh Sterilisasi Sentral / CSSD.

2. Seluruh Unit kerja agar memahami tentang sterilisasi dalam rangka mencegah
kejadian dalam pelayanan yang diakibatkan pemakaian alat yang tidak steril
atau alat yang tercemar.

3. Hal-hal yang belum diatur dalam surat keputusan ini, akan diatur kemudian.

4. Segala biaya yang timbul akibat diterbitkannya surat keputusan ini menjadi
beban angaran rumah sakit melalui RBA Instalasi Penunjang Khusus.

Pas al 27

1. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan dilakukan evaluasi
sesuai perkembangan organisasi dan atau sesuai kebutuhan.

2. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya

DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL :
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA

Вам также может понравиться