Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
Diah Ambarwati (1602096)
Dilla Rizky P (1602099)
Firsty Maharani L (1602105)
2017/2018
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan
Keperwatan Medikal Bedah II dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Luka Bakar” tanpa ada kendala suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Tak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu marwanti selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
2. Teman-teman serta pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di mata manusia lain ataupun di mata
Allah SWT, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan
penyajiannya mengingat akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki untuk itu kami
selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk
kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Pengertian...................................................................................................................3
B. Etiologi........................................................................................................................4
C. Patofisiologi................................................................................................................5
D. Klasifikasi...................................................................................................................7
F. Komplikasi................................................................................................................12
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................13
H. Penatalaksanaan........................................................................................................14
A. Pengkajian...................................................................................................................18
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................................20
C. Intervensi.....................................................................................................................21
A. Kesimpulan...............................................................................................................26
B. Saran........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 secara global luka bakar termasuk dalam
peringkat ke 15, penyebab utama kematian terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang
berusia 5-29 tahun. Angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa per
tahun. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi (moenadjat 2003). Cidera luka bakar memiliki beragam penyebab dan berpotensi
menyebabkan kematian atau cidera yang berdampak seumur hidup pada pasien yang
mengalami luka bakar, yaitu luka bakar yang disebabkan oleh air panas, luka bakar karena
api unggun atau rokok, radiasi, listrik, zat kimia, pejanan gas panas, ledakan, tertahan
diruangan yang dipenuhi asap (Muttaqin dan sari 2011).
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jariangan mati (eskar) yang tetap pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama (muttaqin dan sari 2011). Luka bakar merupakan respon kulit dan
jariangan subkutan terhadap trauma suhu atau termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial
merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian
dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan
ketebalan penuh merusak semua sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan
biasanya membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas (grace dan borley, 2007).
Luka bakar dibedakan beberapa jenis, yaitu luka bakar derajat 1, luka bakar derajat II,
dan luka bakar derajat III. Luka bakar derajt II dibedakan menjadi 2, yaitu luka bakar
derajat II dangkal dan luka bakar derajat II dalam. Luka bakar derajat II akan mengalami
kerusakan pada epidermis dan sebagian dermis yang berupa reaksi inflamasi akut disertai
proses eksudasi, dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
permukaan kulit normal, dijumpai adanya bula dan akan mengalami ketidaknyamanan
seperti nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi (moenadjat, 2003). Manifestasi
klinis yang terjadi pada luka bakar secara umum meliputi , nyeri, pembengkakan dan
1
lepuhan, sedangkansecara khusus meliputi bukti adanya inhalasi asap, luka bakar pada
mata atau alis mata, luka bakr sirkuferensial (grace dan borley, 2007).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa ( international assosiation for the study of pain), awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan (herdman, 2013). Luka
bkar derajat II akan mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua
epidermis da sebagian dermis, pada kulit akan ada bula, sedikit odema, dan nyeri berat
(dewi, 2013).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Dengan diambil kasus luka bakar, penulis ingin memperkenalkan luka bakar pada
para pembaca dan masyarakat umum serta mampum emberikan asuhan
keperawatan dari klien yang menderita luka bakar.
2. Tujuan khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan oleh
kontak dengan sumber panasseperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),
akibat sengatan listrik, akibat bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
(Moenajat,2001). Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan
permasalahan yang kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun
juga seluruh sistem tubuh (Nina,2008). Luka bakar adalah trauma yang diakibatkan
oleh panas, bahan kimia, arus listrik, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam. Luas permukaan tubuh yang terbakar akan
mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel tubuh dan mengganggu semua sistem
terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
termal. Terdapat dua jenis luka bakar menurut ketebalannya. Luka bakar dengan
ketebalan parsial adalah luka bakar yang tidak merusak epitel atau merusak
sebagian dari epitel, sedangkan luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua
sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan jika permukaan kulit yang
terluka luas akan membutuhkan eksisi dan cangkok kulit (Grace &
Borley,2006).Luka bakar merupakan kondisi terjadinya luka akibat terbakar yang
disebabkan oleh panas yang tinggi, senyawa kimia, kistrik dan pemajanan sinar
matahari yang berlebihan. Pengobatan luka bakar harus dibedakan berdasarkan
luasnya. Pada prinsip rule of nine luka bakar dibagi menjadi beberapa bagian yakni
bagian kepala 9%, dada 18%, punggung 18%, anggota gerak atas 18%, paha 18%
dan anggota gerak bawah 18%, perineum dan genitalia 1% (Hidayat, 2008).
Adanya luka bakar pada tubuh akan merusak fungsi kulit yakni melindungi
tubuh dari kotoran dan infeksi. Apabila banyak permukaan tubuh yang terbakar,
maka dapat mengancam jiwa seseorang karena adanya kerusakan pembuluh darah,
3
ketidakseimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernapasan serta fungsi
saraf (Adibah & Winasis,2014 dalam Sari,2015).Luka bakar yang luas dapat
menyebabkan shock. Hal ini terjadi karena cairan tubuh sebagian besar dikirim ke
daerah yang terbakar sehingga volume darah yang dialirkan ke otak dan jantung
berkurang. Shock pada anak-anak dapat terjadi jika luka bakar seluas 10%,
sedangkan pada orang dewasa seluas 20% (Mohamad,2005).
B. Etiologi
1. Luka bakar termal
Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan atau gas panas dan bahan padat (solid). Luka bakar paling sering
disebabkan karena terpajan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau
terkena logam yang panas (Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).
2. Luka bakar kimia
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Derajat luka bakar karena bahan kimia berhubungan langsung dengan
lama kontak, konsentrasi zat kimia dan banyaknya jaringan yang terpapar. Semua
pakaian yang terkena harus dilepas dan kulit diperiksa untuk melihat daerah luka.
Karena kedalaman luka juga ditentukan oleh konsentrasi agen yang ada pada kulit,
maka pengenceran dengan bilasan air yang banyak menjadi tahapan dalam
penatalaksanaan pasien luka bakar akibat basa kuat lebih merusak daripada akibat
asam kuat (Sabiston, 1995; Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).
3. Luka bakar listrik
Luka bakar akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi ketika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia merupakan penghantar
listrik yang baik. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan
menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh.
Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi
kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak. Berat
ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage, dan cara
gelombang listrik mengenai tubuh (Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).
b. Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh
4
c. Luka bakar termal akibat kontak dengan sumber listrik.
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Hal
ini berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka
bakar radiasi. Awalnya luka ini dengan kedalaman sebagian, tetapi dapat berlanjut
ke trauma yang lebih dalam (Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).
C. Patofisiologi
5
luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Dengan adanya edema
juga akan berpengaruh terhadap peningkatan peregangan pembuluh darah dan saraf
yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri terseut dapat mengganggu
mobilitas pasien.
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan
cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya
cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan
perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di
intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler
6
mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi
ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
D. Klasifikasi
1. First degree (partial thickness) : pada daerah superfisial, berwarna merah, terasa
nyeri.
3. Third degree (full thickness) : kulit berwarna keputihan, hangus, tembus hingga
saraf, ada sensasi seperti tusukan jarum di area yang terbakar.
Menurut Di Maio & Dana (1998), luka bakar dibedakan menjadi 4 derajat
berdasarkan kedalaman jaringan yang rusak, yaitu :
Terjadi kerusakan hanya di permukaan kulit, kulit kemerahan, tidak ada bulla,
sedikit oedem dan nyeri, dan tidak menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.
7
Gambar 2.1 Luka Bakar Derajat Satu (Sumber : www. mediskus.com)
TerjAdi kerusakan pada semua lapisan epidermis dan sebagian dermis. Terdapat
bula, sedikit oedema, dan nyeri berat.
Terjadi kerusakan pada semua lapisan kulit dan terdapat nekrosis, lesi tampak
putih, hilang sensasi rasa pada kulit dan akan menimbulkan jaringan parut setelah
sembuh.
8
Gambar 2.3 Luka Bakar Derajat Tiga (Sumber : www. mediskus.com)
Kulit tampak hitam seperti arang akibat jaringan yang terbakar. Kerusakan terjadi
pada seluruh kulit, jaringan subkutan dan tulang akan hangus.
Menurut James (1990) dalam Dewi (2013), berdasarkan derajat dan luasnya kulit
yang terkena luka bakar dikategorikan menjadi 3 yakni ringan, sedang dan berat.
a. Luka bakar ringan jika ada luka bakar derajat I sebesar <15% atau derajat II
sebesar <2%.
b. Luka bakar sedang jika ada luka bakar derajat I sebesar 10-15% atau derajat
II sebesar 5-10%.
c. Luka bakar sedang jika ada luka bakar derajat II sebesar >20% atau derajat
III sebesar >10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin,
persendian, sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (>1000V) atau
9
dengan komplikasi patah tulang maupun kerusakan jaringan lunak/gangguan
jalan napas.
10
11
E. Penentuan Luas Luka Bakar
Pada luka bakar dapat ditentukan luas lukanya dengan beberapa metode,
diantaranya rule of nine, Lund and Browder, dan Hand Palm. Ukuran luka bakar
ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar.
1. Rule of Nine
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatannya yang terkenal dengan
rule of nine. Metode ini dikenal sejak tahun 1940 sebagai pengkajian cepat untuk
menentukan perkiraan luas luka bakar. Dalam metode ini, tubuh dibagi menjadi
beberapa bagian anatomi dan setiap bagian mewakili 9% kecuali daerah genital.
12
Pada metode ini total area tubuh yang terkena dikalkulasikan berdasarkan lokasi
dan usia. Metode lund and browder merupakan modifikasi prosentase bagian tubuh
menurut usia yang memberikan perhitungan lebih akurat tentang luas luka bakar.
(Hardisman,2014). Pada anak di bawah usia 1 tahun kepala sebesar 19% dan setiap
pertambahan usia satu tahun , prosentase kepala tutun 1% hingga tercapai nilai
dewasa.
3. Hand plam
Pada metode permukaan telapak tangan (hand palm), area permukaan tangan
pasien adalah sekitar 1% dari total luas permukaan tubuh. Biasanya metode ini
digunakan untuk luka bakar kecil (Gurnida & Lilisari,2011).
F. Komplikasi
2. Sindrom kompartemen
13
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi
aliran darah sehingga terjadi iskemia.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang
tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
7. Kontraktur.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan diagnostik pada luka bakar yaitu:
1. Laboratorium
14
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
15
4. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhanluka bakar
H. Penatalaksanaan
1. Pengkajian primer
a. Airway
b. Breathing
1) Pemberian oksigen
16
Oksigen diberikan 2-4 L/menit adalah memadai. Bila sekret banyak,
dapat ditambah menjadi 4-6 L/menit. Dosis ini sudah mencukupi,
penderita trauma inhalasi mengalami gangguan aliran masuk (input)
oksigen karena patologi jalan nafas; bukan karena kekurangan
oksigen. Hindari pemberian oksigen tinggi (>10 L/mnt) atau dengan
tekanan karena akan menyebabkan hiperoksia (dan barotrauma) yang
diikuti terjadinya stres oksidatif.
2) Humidifikasi
Oksigen diberikan bersama uap air. Tujuan pemberian uap air adalah
untuk mengencerkan sekret kental (agar mudah dikeluarkan) dan
meredam proses inflamasi mukosa.
3) Terapi inhalasi
4) Lavase bronkoalveolar
17
5) Rehabilitasi pernafasan
a) Pengaturan posisi
6) Penggunaan ventilator
c. Circulation
18
2) Pemasangan CVP (Central Venous Pressure)
2. Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar, terdapat dua jenis
perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu:
a. Perawatan terbuka: luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka
tanpa balutan dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga dilakukan
untuk daerah yang sulit dibalut seperti wajah, perineum, dan lipat paha.
19
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian awal
c) Nyeri
a) Liat kasar
20
c) Cokelat, cokelat kemerahan, merah atau hitam
3) Timbang BB anak pada saat masuk rumah sakit (ukur tanda-tanda vital)
5) Dapatkan riwayat yang berkaitan cedera luka bakar terutama waktu cedera, sifat
agens penyebab kebakaran, durasi kontak, apakah cedera terjadi di area tertutup
obat yang diberikan
6) Dapatkan riwayat yang berkaitan dengan kondisi sebelum terbakar, berat badan,
penyakit yang ada sebelumnya, adanya alergi, imunisasi tetanus.
7) Bahan dalam prosedur diagnostik dan pengujian, mis: jumlah darah, urinalisis
kultur luka bakar, hemotokrif.
a. Pantau tanda-tanda vital, (tekanan darah, Polsi RR, ukur masukan dan haluaran)
21
c. Kaji sirkulasi pada area perifer dari luka bakar
d. Kaji adanya bukti pemulihan, stabilitasi penutup sementara / graft kulit, infeksi
e. Observasi adanya bukti komplikasi pneumoni, sepsis luka, ukur curing disfungsi
sistem syaraf hipertensi.
3. Pengkajian Sekunder
a. Head To Toe
1) keadaan umum
Datang dengan keadaan kotor,mengeluh panas sakit, gelisah, penurunan tingkat
kesadaran apabila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
2) TTV
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama.
3) Pemeriksaan kepala dan leher
Bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut setalah terkena luka bakar,
adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar.
b) Mata
c) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.
d) Mulut
e) Telinga
22
f) Leher
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ekspansi dada tidak maksimal, vokal
fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.
5) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium.
6) Genetalia
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
7) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karen nyeri.
8) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila suplay darah ke
otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik).
9) Pemeriksaan kulit
Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip
pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine).
23
B. Diagnosa Keperawatan
6. Nyeri akut
C. Intervensi
24
selama tirah baring.
Airway Management:
25
berat jenis dan warna urin.
26
1. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan
nadi perifer.
27
posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila
diindikasikan.
28
4. Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan
bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh
sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain
karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas )
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari.
30
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika
31
32