Вы находитесь на странице: 1из 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN LUKA BAKAR

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Pengampu : Marwanti.,S.Kep.,Ns

Disusun oleh:
Diah Ambarwati (1602096)
Dilla Rizky P (1602099)
Firsty Maharani L (1602105)

PROGRAM STUDY D3 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan
Keperwatan Medikal Bedah II dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Luka Bakar” tanpa ada kendala suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Tak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu marwanti selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
2. Teman-teman serta pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di mata manusia lain ataupun di mata
Allah SWT, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan
penyajiannya mengingat akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki untuk itu kami
selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk
kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Klaten, Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

B. Rumusan masalah.......................................................................................................2

C. Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

A. Pengertian...................................................................................................................3

B. Etiologi........................................................................................................................4

C. Patofisiologi................................................................................................................5

D. Klasifikasi...................................................................................................................7

E. Penentuan Luas Luka Bakar.....................................................................................11

F. Komplikasi................................................................................................................12

G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................13

H. Penatalaksanaan........................................................................................................14

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................18

A. Pengkajian...................................................................................................................18

B. Diagnosa Keperawatan................................................................................................20

C. Intervensi.....................................................................................................................21

BAB III PENUTUP.............................................................................................................26

A. Kesimpulan...............................................................................................................26

B. Saran........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 secara global luka bakar termasuk dalam
peringkat ke 15, penyebab utama kematian terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang
berusia 5-29 tahun. Angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa per
tahun. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi (moenadjat 2003). Cidera luka bakar memiliki beragam penyebab dan berpotensi
menyebabkan kematian atau cidera yang berdampak seumur hidup pada pasien yang
mengalami luka bakar, yaitu luka bakar yang disebabkan oleh air panas, luka bakar karena
api unggun atau rokok, radiasi, listrik, zat kimia, pejanan gas panas, ledakan, tertahan
diruangan yang dipenuhi asap (Muttaqin dan sari 2011).

Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jariangan mati (eskar) yang tetap pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama (muttaqin dan sari 2011). Luka bakar merupakan respon kulit dan
jariangan subkutan terhadap trauma suhu atau termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial
merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian
dari epitel. Biasanya dapat pulih dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan
ketebalan penuh merusak semua sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan
biasanya membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas (grace dan borley, 2007).

Luka bakar dibedakan beberapa jenis, yaitu luka bakar derajat 1, luka bakar derajat II,
dan luka bakar derajat III. Luka bakar derajt II dibedakan menjadi 2, yaitu luka bakar
derajat II dangkal dan luka bakar derajat II dalam. Luka bakar derajat II akan mengalami
kerusakan pada epidermis dan sebagian dermis yang berupa reaksi inflamasi akut disertai
proses eksudasi, dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
permukaan kulit normal, dijumpai adanya bula dan akan mengalami ketidaknyamanan
seperti nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi (moenadjat, 2003). Manifestasi
klinis yang terjadi pada luka bakar secara umum meliputi , nyeri, pembengkakan dan

1
lepuhan, sedangkansecara khusus meliputi bukti adanya inhalasi asap, luka bakar pada
mata atau alis mata, luka bakr sirkuferensial (grace dan borley, 2007).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa ( international assosiation for the study of pain), awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan (herdman, 2013). Luka
bkar derajat II akan mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua
epidermis da sebagian dermis, pada kulit akan ada bula, sedikit odema, dan nyeri berat
(dewi, 2013).

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana definisi tentang Luka Bakar?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Luka Bakar?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Dengan diambil kasus luka bakar, penulis ingin memperkenalkan luka bakar pada
para pembaca dan masyarakat umum serta mampum emberikan asuhan
keperawatan dari klien yang menderita luka bakar.
2. Tujuan khusus

a. Mengkaji pasien dengan luka bakar.

b. Mendiagnosa keperawatan dalam dengan luka bakar .

c. Memberikan intervensi keperawatan dalam dengan luka bakar.

d. Melakukan implementasi keperawatan dalam dengan luka bakar.

e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam dengan luka bakar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan oleh
kontak dengan sumber panasseperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api
ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),
akibat sengatan listrik, akibat bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
(Moenajat,2001). Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan
permasalahan yang kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun
juga seluruh sistem tubuh (Nina,2008). Luka bakar adalah trauma yang diakibatkan
oleh panas, bahan kimia, arus listrik, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam. Luas permukaan tubuh yang terbakar akan
mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel tubuh dan mengganggu semua sistem
terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
termal. Terdapat dua jenis luka bakar menurut ketebalannya. Luka bakar dengan
ketebalan parsial adalah luka bakar yang tidak merusak epitel atau merusak
sebagian dari epitel, sedangkan luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua
sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel kulit dan jika permukaan kulit yang
terluka luas akan membutuhkan eksisi dan cangkok kulit (Grace &
Borley,2006).Luka bakar merupakan kondisi terjadinya luka akibat terbakar yang
disebabkan oleh panas yang tinggi, senyawa kimia, kistrik dan pemajanan sinar
matahari yang berlebihan. Pengobatan luka bakar harus dibedakan berdasarkan
luasnya. Pada prinsip rule of nine luka bakar dibagi menjadi beberapa bagian yakni
bagian kepala 9%, dada 18%, punggung 18%, anggota gerak atas 18%, paha 18%
dan anggota gerak bawah 18%, perineum dan genitalia 1% (Hidayat, 2008).
Adanya luka bakar pada tubuh akan merusak fungsi kulit yakni melindungi
tubuh dari kotoran dan infeksi. Apabila banyak permukaan tubuh yang terbakar,
maka dapat mengancam jiwa seseorang karena adanya kerusakan pembuluh darah,

3
ketidakseimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernapasan serta fungsi
saraf (Adibah & Winasis,2014 dalam Sari,2015).Luka bakar yang luas dapat
menyebabkan shock. Hal ini terjadi karena cairan tubuh sebagian besar dikirim ke
daerah yang terbakar sehingga volume darah yang dialirkan ke otak dan jantung
berkurang. Shock pada anak-anak dapat terjadi jika luka bakar seluas 10%,
sedangkan pada orang dewasa seluas 20% (Mohamad,2005).
B. Etiologi
1. Luka bakar termal
Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan atau gas panas dan bahan padat (solid). Luka bakar paling sering
disebabkan karena terpajan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau
terkena logam yang panas (Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).
2. Luka bakar kimia
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Derajat luka bakar karena bahan kimia berhubungan langsung dengan
lama kontak, konsentrasi zat kimia dan banyaknya jaringan yang terpapar. Semua
pakaian yang terkena harus dilepas dan kulit diperiksa untuk melihat daerah luka.
Karena kedalaman luka juga ditentukan oleh konsentrasi agen yang ada pada kulit,
maka pengenceran dengan bilasan air yang banyak menjadi tahapan dalam
penatalaksanaan pasien luka bakar akibat basa kuat lebih merusak daripada akibat
asam kuat (Sabiston, 1995; Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).
3. Luka bakar listrik
Luka bakar akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi ketika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia merupakan penghantar
listrik yang baik. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan
menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh.
Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi
kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak. Berat
ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage, dan cara
gelombang listrik mengenai tubuh (Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).

Arus listrik bisa menyebabkan terjadinya cedera melalui 3 cara:

a. Henti jantung (cardiac arrest) akibat efek listrik terhadap jantung

b. Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh

4
c. Luka bakar termal akibat kontak dengan sumber listrik.

4. Luka bakar radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Hal
ini berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka
bakar radiasi. Awalnya luka ini dengan kedalaman sebagian, tetapi dapat berlanjut
ke trauma yang lebih dalam (Borley & Grace, 2006; Rahayuningsih,2012).

C. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke


tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi kulit
dengan luka bakar akan mengalami keusakan pada epidermis, dermis, maupun
jaringan subkutan tergantung lamanya kulit kontak dengan sumber panas (Effendi,
1999).Cidera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ. Besarnya respon
patofisiologis ini berkaitan erat dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa
stabil ketika terjadi luka bakar kira0kira 60% seluruh permukaan tubuh (Hudak &
Gall, 1996).

Tingkat keperawatan perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka


bakar yang menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan
berlangsung 24 – 72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan pergeseran cairan dari
komponen vaskuler ke ruang interstisium. Bila jaringan terbakar, vasodilatsi
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul perubahan permeabilitas sel pada
luka bakar dan sel disekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada
pada ekstra sel, sodium chloride dan protein lewat melalui daerah yang tebakar dan
membentuk gelembung-gelembung dan edema atau keluar melalui luka terbuka.
Akibat adanya edema luka bakar, lingkungan kulit mengalami kerusakan. Kulit
sebagai barier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang penting
dari organisme yang masuk. Terjadinya kerusakan lingkugan kulit akan
memungkinkan mikro organisme masuk dalma tubuh dan menyebabkan infeksi

5
luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Dengan adanya edema
juga akan berpengaruh terhadap peningkatan peregangan pembuluh darah dan saraf
yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri terseut dapat mengganggu
mobilitas pasien.

Ketika terjadi kehilangan cairan dalam sitem vaskuler, terjadi homo


konsentrasi dan hematokrit naik, cairan darah menjadi kurang lancar pada daerah
luka bakar dan nutrisi kurang. Adanya cidera luka bakar menyebabkan tahanan
vaskuler perifer meningkat sebagai akibat respon stress neurohomoral. Hal tersebut
dapat meningkatkan afterload jantung dan mengakibatkan penurunan curah jantung
lebih lanjut. Akibat penuruna curah jantung, menyebabakan metabolisme anaerob
dan hasil akhir produk asam ditahan karena rusaknya fungsi ginjal. Selanjutnya
timbul asidosis metabolik yang menyebabkan perfusi jaringan terjadi tidak
sempurna.

Mengikuti periode pergeseran cairan, pasien tetap dalam kondisi akut.


Periode ini ditandai dengan anemia dan malnutrisi. Anemia akan berkembang
akibat banyak kehilangan eritrosit. Keseimbangan nitrigen negatif mulai terjadi
pada waktu terjadi luka bakar yang disebabkan kerusakan jaringan kehilangan
protein dan akibat respon stress. Hal ini akan berlangsung selama periode akut
karena terus menerus kehilangan protein melalui luka.Gangguan respiratori timbu
karena obstruksi saluran nafas bagian atas atau karena efek syok hipovolemik.
Obstruksi saluran nafas bagian atas disebabkan karena inhalasi bahan yang
merugikan atau udara yang terlalu panas, menimbulkan iritasi pada saluran nafas,
edema laring dan obstruksi potensial.

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan
cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya
cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan
perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di
intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler

6
mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi
ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).

Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh


kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah
kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga
mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila
hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan
hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan.
Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan
gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting
seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem

D. Klasifikasi

American College of Surgeon Health Policy Research Institute (2011) membagi


luka bakar menjadi tiga tingkatan, yakni :

1. First degree (partial thickness) : pada daerah superfisial, berwarna merah, terasa
nyeri.

2. Second degree (Partial thickness) : kulit kemerahan, melepuh, bengkak, dan


sangat nyeri.

3. Third degree (full thickness) : kulit berwarna keputihan, hangus, tembus hingga
saraf, ada sensasi seperti tusukan jarum di area yang terbakar.

Menurut Di Maio & Dana (1998), luka bakar dibedakan menjadi 4 derajat
berdasarkan kedalaman jaringan yang rusak, yaitu :

1. Luka bakar derajat 1 (superficial burn)

Terjadi kerusakan hanya di permukaan kulit, kulit kemerahan, tidak ada bulla,
sedikit oedem dan nyeri, dan tidak menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.

7
Gambar 2.1 Luka Bakar Derajat Satu (Sumber : www. mediskus.com)

2. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn)

TerjAdi kerusakan pada semua lapisan epidermis dan sebagian dermis. Terdapat
bula, sedikit oedema, dan nyeri berat.

Gambar 2.2 Luka Bakar Derajat Dua (Sumber : www. mediskus.com)

3. Luka bakar derajat 3 (full partial thickness burn)

Terjadi kerusakan pada semua lapisan kulit dan terdapat nekrosis, lesi tampak
putih, hilang sensasi rasa pada kulit dan akan menimbulkan jaringan parut setelah
sembuh.

8
Gambar 2.3 Luka Bakar Derajat Tiga (Sumber : www. mediskus.com)

4. Luka bakar derajat 4 (charring injury)

Kulit tampak hitam seperti arang akibat jaringan yang terbakar. Kerusakan terjadi
pada seluruh kulit, jaringan subkutan dan tulang akan hangus.

Menurut James (1990) dalam Dewi (2013), berdasarkan derajat dan luasnya kulit
yang terkena luka bakar dikategorikan menjadi 3 yakni ringan, sedang dan berat.

a. Luka bakar ringan jika ada luka bakar derajat I sebesar <15% atau derajat II
sebesar <2%.

b. Luka bakar sedang jika ada luka bakar derajat I sebesar 10-15% atau derajat
II sebesar 5-10%.

c. Luka bakar sedang jika ada luka bakar derajat II sebesar >20% atau derajat
III sebesar >10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin,
persendian, sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (>1000V) atau

9
dengan komplikasi patah tulang maupun kerusakan jaringan lunak/gangguan
jalan napas.

10
11
E. Penentuan Luas Luka Bakar

Pada luka bakar dapat ditentukan luas lukanya dengan beberapa metode,
diantaranya rule of nine, Lund and Browder, dan Hand Palm. Ukuran luka bakar
ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar.

1. Rule of Nine

Gambar 2.4. Penilaian luka bakar berdasarkan Rule Of Nine

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatannya yang terkenal dengan
rule of nine. Metode ini dikenal sejak tahun 1940 sebagai pengkajian cepat untuk
menentukan perkiraan luas luka bakar. Dalam metode ini, tubuh dibagi menjadi
beberapa bagian anatomi dan setiap bagian mewakili 9% kecuali daerah genital.

1. Kepala dan leher : 9%

2. Ekstremitas atas : 2 x 9% (kanan dan kiri)

3. Paha dan betis-kaki : 4 x 9% (kanan dan kiri)

4. Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9% (kanan dan kiri)

5. Perineum dan genitalia : 1%

2. Lund and Browder

12
Pada metode ini total area tubuh yang terkena dikalkulasikan berdasarkan lokasi
dan usia. Metode lund and browder merupakan modifikasi prosentase bagian tubuh
menurut usia yang memberikan perhitungan lebih akurat tentang luas luka bakar.
(Hardisman,2014). Pada anak di bawah usia 1 tahun kepala sebesar 19% dan setiap
pertambahan usia satu tahun , prosentase kepala tutun 1% hingga tercapai nilai
dewasa.

3. Hand plam
Pada metode permukaan telapak tangan (hand palm), area permukaan tangan
pasien adalah sekitar 1% dari total luas permukaan tubuh. Biasanya metode ini
digunakan untuk luka bakar kecil (Gurnida & Lilisari,2011).

F. Komplikasi

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal.

2. Sindrom kompartemen

13
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi
aliran darah sehingga terjadi iskemia.

3. Adult Respiratory Distress Syndrome, akibat kegagalan respirasi terjadi jika


derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.

4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus


paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress
fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah
okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini
merupakan tanda-tanda ulkus curling.

5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.

6. Gagal ginjal akut

Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang
tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

7. Kontraktur.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan diagnostik pada luka bakar yaitu:

1. Laboratorium

14
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.

b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi


atau inflamasi.

c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera


inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat padaretensi karbon monoksida.

d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan


cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awalmungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

e. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan


cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatancairan.

f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungandengan perpindahan


cairan interstisial ataugangguan pompa, natrium.

g. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

h. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada


edema cairan.

i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau


fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

2. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau


luasnya cedera.

3. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemiamiokardial atau distritmia.

15
4. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhanluka bakar

H. Penatalaksanaan
1. Pengkajian primer

a. Airway

Menurut Moenadjat (2009), membebaskan jalan nafas dari sumbatan yang


terbentuk akibat edema mukosa jalan nafas ditambah sekret yang
diproduksi berlebihan (hiperekskresi) dan mengalami pengentalan. Pada
luka bakar kritis disertai trauma inhalasi, intubasi (pemasangan pipa
endotrakeal) dan atau krikotiroidektomi emergensi dikerjakan pada
kesempatan pertama sebelum dijumpai obstruksi jalan nafas yang dapat
menyebabkan distres pernafasan. Pada luka bakar akut dengan kecurigaan
trauma inhalasi. Pemasangan pipa nasofaringeal, endotrakeal merupakan
prioritas pertama pada resusitasi, tanpa menunggu adanya distres nafas.
Baik pemasangan nasofaringeal, intubasi dan atau krikotiroidektomi
merupakan sarana pembebasan jalan nafas dari sekret yang diproduksi,
memfasilitasi terapi inhalasi yang efektif dan memungkinkan lavase
bronkial dikerjakan. Namun pada kondisi sudah dijumpai obstruksi,
krikotiroidektomi merupakan indikasi dan pilihan.

b. Breathing

Adanya kesulitan bernafas, masalah pada pengembangan dada terkait


keteraturan dan frekuensinya. Adanya suara nafas tambahan ronkhi,
wheezing atau stridor.

Moenadjat (2009), Pastikan pernafasan adekuat dengan :

1) Pemberian oksigen

16
Oksigen diberikan 2-4 L/menit adalah memadai. Bila sekret banyak,
dapat ditambah menjadi 4-6 L/menit. Dosis ini sudah mencukupi,
penderita trauma inhalasi mengalami gangguan aliran masuk (input)
oksigen karena patologi jalan nafas; bukan karena kekurangan
oksigen. Hindari pemberian oksigen tinggi (>10 L/mnt) atau dengan
tekanan karena akan menyebabkan hiperoksia (dan barotrauma) yang
diikuti terjadinya stres oksidatif.

2) Humidifikasi

Oksigen diberikan bersama uap air. Tujuan pemberian uap air adalah
untuk mengencerkan sekret kental (agar mudah dikeluarkan) dan
meredam proses inflamasi mukosa.

3) Terapi inhalasi

Terapi inhalasi menggunakan nebulizer efektif bila dihembuskan


melalui pipa endotrakea atau krikotiroidektomi. Prosedur ini
dikerjakan pada kasus trauma inhalasi akibat uap gas atau sisa
pembakaran bahan kimia yang bersifat toksik terhadap mukosa.
Dasarnya adalah untuk mengatasi bronko konstriksi yang potensial
terjadi akibat zat kimia. Gejala hipersekresi diatasi dengan pemberian
atropin sulfas dan mengatasi proses infalamasi akut menggunakan
steroid.

4) Lavase bronkoalveolar

Prosedur lavase bronkoalveolar lebih dapat diandalkan untuk


mengatasi permasalahan yang timbul pada mukosa jalan nafas
dibandingkan tindakan humidifier atau nebulizer. Sumbatan oleh
sekret yang melekat erat (mucusplug) dapat dilepas dan dikeluarkan.
Prosedur ini dikerjakan menggunakan metode endoskopik
(bronkoskopik) dan merupakan gold standart. Selain bertujuan
terapeutik, tindakan ini merupakan prosedur diagnostik untuk
melakukan evaluasi jalan nafas.

17
5) Rehabilitasi pernafasan

Proses rehabilitasi sistem pernafasan dimulai seawal mungkin.


Beberapa prosedur rehabilitasi yang dapat dilakukan sejak fase akut
antara lain:

a) Pengaturan posisi

b) Melatih reflek batuk

c) Melatih otot-otot pernafasan.

Prosedur ini awalnya dilakukan secara pasif kemudian dilakukan


secara aktif saat hemodinamik stabil dan pasien sudah lebih
kooperatif.

6) Penggunaan ventilator

Penggunaan ventilator diperlukan pada kasus-kasus dengan


distresparpernafasan secara bermakna memperbaiki fungsi sistem
pernafasan dengan positive end-expiratory pressure (PEEP) dan
volume kontrol.

c. Circulation

Warna kulit tergantung pada derajat luka bakar, melambatnya capillary


refill time, hipotensi, mukosa kering, nadi meningkat.

Menurut Djumhana (2011), penanganan sirkulasi dilakukan dengan


pemasangan IV line dengan kateter yang cukup besar, dianjurkan untuk
pemasangan CVP untuk mempertahankan volume sirkulasi :

1) Pemasangan infus intravena atau IV line dengan 2 jalur


menggunakan jarum atau kateter yang besar minimal no 18, hal ini
penting untuk keperluan resusitasi dan tranfusi, dianjurkan
pemasangan CVP

18
2) Pemasangan CVP (Central Venous Pressure)

Merupakan perangkat untuk memasukkan cairan, nutrisi parenteral


dan merupakan parameter dalam menggambarkan informasi volume
cairan yang ada dalam sirkulasi. Secara sederhana, penurunan CVP
terjadi pada kondisi hipovolemia. Nilai CVP yang tidak meningkat
pada resusitasi cairan dihubungkan dengan adanya peningkatan
permeabilitas kapiler. Di saat permeabilitas kapiler membaik,
pemberian cairan yang berlebihan atau penarikan cairan yang
berlebihan akibat pemberian koloid atau plasma akan menyebabkan
hipervolemia yang ditandai dengan terjadinya peningkatan CVP.

2. Perawatan luka bakar di unit perawatan luka bakar, terdapat dua jenis
perawatan luka selama dirawat di bangsal yaitu:

a. Perawatan terbuka: luka yang telah diberi obat topical dibiarkan terbuka
tanpa balutan dan diberi pelindung cradle bed. Biasanya juga dilakukan
untuk daerah yang sulit dibalut seperti wajah, perineum, dan lipat paha.

b. Perawatan tertutup: penutupan luka dengan balutan kasa steril setelah


dibeikan obat topical.

19
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian awal

a. Kaji status pernapasan

b. Kaji luas cedera luka bakar

c. Kaji kedalaman cedera luka bakar

1). Luka bakar superficial (derajat pertama) di epidermis

a) Permukaan merah kering

b) Pucat jika ditekan dan kembali normal jika tekanan dilepas

c) Nyeri

2). Luka bakar ketebalan penuh (derajat ketiga)

a) Liat kasar

b) Permukaan kusam, kering

20
c) Cokelat, cokelat kemerahan, merah atau hitam

d) Tidak pucat jika ditekan

e) Nyeri bervariasi, sering kali nyeri hebat

a. Kaji adanya bukti-bukti cedera penyerta

1) Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya cedera atau iritasi

2) Periksa nasafaring untuk mengetahui ada tidaknya oedema atau kemerahan

3) Periksa adanya rambut hangu stermasuk rambut hidung

b. Kaji adanya cedera lain (mis: memar, fraktur, cedera internal)

1) Observasi adanya bukti-bukti distress pernapasan

2) Kaji kebutuhan terhadap obat nyeri

3) Timbang BB anak pada saat masuk rumah sakit (ukur tanda-tanda vital)

4) Kaji tingkat kesadaran

5) Dapatkan riwayat yang berkaitan cedera luka bakar terutama waktu cedera, sifat
agens penyebab kebakaran, durasi kontak, apakah cedera terjadi di area tertutup
obat yang diberikan

6) Dapatkan riwayat yang berkaitan dengan kondisi sebelum terbakar, berat badan,
penyakit yang ada sebelumnya, adanya alergi, imunisasi tetanus.

7) Bahan dalam prosedur diagnostik dan pengujian, mis: jumlah darah, urinalisis
kultur luka bakar, hemotokrif.

2. Pengkajian terus - menerus:

a. Pantau tanda-tanda vital, (tekanan darah, Polsi RR, ukur masukan dan haluaran)

b. Pantau infuse intravena, observasi adanya bukti-bukti hidrasi berlebihan

21
c. Kaji sirkulasi pada area perifer dari luka bakar

d. Kaji adanya bukti pemulihan, stabilitasi penutup sementara / graft kulit, infeksi

e. Observasi adanya bukti komplikasi pneumoni, sepsis luka, ukur curing disfungsi
sistem syaraf hipertensi.

3. Pengkajian Sekunder
a. Head To Toe
1) keadaan umum
Datang dengan keadaan kotor,mengeluh panas sakit, gelisah, penurunan tingkat
kesadaran apabila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
2) TTV
Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama.
3) Pemeriksaan kepala dan leher

a) Kepala dan rambut

Bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut setalah terkena luka bakar,
adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar.

b) Mata

Kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi, benda asing yang menyebabkan


gangguan penglihatan, bulu mata yang rontok.

c) Hidung

Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung
yang rontok.

d) Mulut

Sianosis karena kurangnya suplay darah ke otak, bibir kering.

e) Telinga

Bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen.

22
f) Leher

Posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi


untuk mengatasi kekurangan cairan.

4) Pemeriksaan thorak / dada

Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ekspansi dada tidak maksimal, vokal
fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.

5) Abdomen

Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium.

6) Genetalia

Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.

7) Muskuloskletal

Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karen nyeri.

8) Pemeriksaan neurologi

Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila suplay darah ke
otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik).

9) Pemeriksaan kulit

Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip
pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine).

23
B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas

2. Bersihan jalan napas tidak efektif

3. Defisit volume cairan

4. Gangguan perfusi jaringan tidak efektif

5. Kerusakan integritas kulit

6. Nyeri akut

C. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil NIC

1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau laporan GDA dan kadar


pertukaran gas selama ..x 24 jam keperawatan karbon monoksida serum.
pasien mendapatkan oksigenasi yang
adekuat. 2. Berikan suplemen oksigen pada
tingkat yang ditentukan.
.
Kriteria hasil:
3. Pasang atau bantu dengan selang
1. RR 12-24 x/mnt endotrakeal dan tempatkan
pasien pada ventilator mekanis
2. Warna kulit normal
sesuai indikasi bila terjadi

3. GDA dalam renatng normal insufisiensi pernafasan (dispneu


hipoksia, hiperkapnia, rales,
4. Tidak ada kesulitan bernafas takipnea dan perubahan
sensorium).

4. Anjurkan pernafasan dalam


dengan penggunaan spirometri

24
selama tirah baring.

5. Pertahankan posisi semi fowler,


bila hipotensi tak ada.

Airway Management:

1. Auskultasi suara napas sebelum


dan sesudah dilakukan
pembebasan jalan napas, catat
hasilnya
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .. x24 jam jalan 2. Lakukan fiksasi pada daerah
napas klien kembali paten (terbebas kepala leher untuk
dari sumbatan), dengan kriteria hasil: meminimalkan terjadinya
gerakan
Bersihan jalan a. RR normal (12-24x/menit)
2. napas tidak 3. Lakukan pembebasan jalan napas
b. Ritme pernapasan reguler
efektif secara manual dengan teknik jaw
thrust maneuver secara hati-hati
c. Suara nafas normal
untuk mencegah terjadinya
d. Tidak ada penggunaan oto gerakan leher
bantu nafas
4. Lakukan pembebasan jalan napas
dengan alat oropharyngeal
airwayjika dibutuhkan

5. Monitoring pernapasan dan


status oksigenasi klien

3 Defisit volume Setelah diberikan asuhan 1. Monitoring CVP, kapiler dan


cairan keperawatan selama ….x24 jam kekuatan nadi perifer.
tidak ditemukan tanda-tanda
kekurangan volume cairan atau 2. Observasi pengeluaran urin,

dehidrasi dengan KH:

25
berat jenis dan warna urin.

3. Timbang berat badan setiap hari

4. Ukur lingkar ekstremitas yang


terbakar tiap hari sesuai
indikasi

5. Lakukan program kolaborasi


meliputi: Pasang/ pertahankan
kateter urine.

6. Berikan penggantian cairan IV


yang dihitung, elektrolit, plasma,
a. membran mukosa lembab
albumin.

b. integritas kulit baik


7. Monitoring hasil pemeriksaan
laboratorium (Hb, elektrolit,
nilai elektrolit dalam batas normal.
natrium).
c. Intake dan output cairan
8. Berikan obat sesuai
tubuh pasien seimbang
indikasi (diuretik)

9. Monitoring tanda-tanda vital


setiap jam selama periode
darurat, setiap 2 jam selama
periode akut, dan setiap 4 jam
selama periode rehabilitasi.-
Warna urine.- Masukan dan
haluaran setiap jam selama
periode darurat, setiap 4 jam
selama periode akut, setiap 8 jam
selama periode rehabilitasi.
Status umum setiap 8 jam.

26
1. Kaji warna, sensasi, gerakan, dan
nadi perifer.

2. Tinggikan ekstremitas yang


Setelah dilakukan tindakan sakit.
keperawatan,selama ...x 24 jam
3. Ukur TD pada ektremitas yang
diharapkan aliran darah pasien ke
mengalami luka bakar
jaringan perifer adekuat

4. Dorong latihan gerak aktif


Gangguan perfusi Kriteria Hasil :
4 jaringan tidak
1. Nadi perifer teraba dengan kualitas 5. Lakukan kolaborasi dalam
efektif
dan kekuatan yang sama mempertahankan penggantian
cairan
2. Pengisian kapiler baik
6. Kolaborasi dalam mengawasi
3. Warna kulit normal pada area yang
elektrolit terutama natrium,
cedera
kalium, dan kalsium

7. Lakukan kolaborasi untuk


menghindari injeksi IM atau SC

5 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji/catat ukuran, warna,


integritas kulit keperawatan, selama ...x24jam kedalaman luka, perhatikan
diharapkan pasien menunjukkan jaringan nekrotik dan kondisi
regenerasi jaringan Kriteria hasil: sekitar luka.
Mencapai penyembuhan tepat waktu
2. Lakukan perawatan luka bakar
pada area luka bakar.
yang tepat dan tindakan kontrol
infeksi.

3. Pertahankan penutupan luka


sesuai indikasi.

4. Tinggikan area graft bila


mungkin/tepat. Pertahankan

27
posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila
diindikasikan.

5. Pertahankan balutan diatas area


graft baru dan/atau sisi donor
sesuai indikasi.

6. Cuci sisi dengan sabun ringan,


cuci, dan minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam sehari,
setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.

7. Lakukan program kolaborasi,


siapkan / bantu prosedur
bedah/balutan biologis.

6 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri :


keperawatan selama….x24 jam
1. Kaji nyeri secara komprehensif
tingkat kenyamanan klien meningkat,
(lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri terkontrol dg KH:
frekuensi, kualitas dan faktor
a. Klien melaporkan nyeri presipitasi).
berkurang dg scala nyeri 2-3
2. Observasi reaksi nonverbal dari
b. Ekspresi wajah tenang ketidaknyamanan.

c. Klien dapat istirahat dan tidur 3. Gunakan teknik komunikasi


terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.

28
4. Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

6. Pilih dan lakukan penanganan


nyeri (farmakologis/non
farmakologis).

7. Ajarkan teknik non farmakologis


(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengatasi nyeri.

8. Kolaborasi untuk pemberian


analgetik

9. Evaluasi tindakan pengurang


nyeri/kontrol nyeri.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan
bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh
sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain
karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas )
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari.

30
B. Saran

1. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien


dengan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta
konsep asuhan keperawatan.

2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan


dengan penyakit ini.

3. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan


danketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar
dengan cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, Marry. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing

Kartikawati, Dewi. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1. Jakarta:

Salemba Medika

Musliha. (2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-NOC.

Yogyakarta: Nuha Medika

Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA

NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergenci. Jakarta: EGC

Padila. (2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Patty, Pamela. (2010). Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

31
32

Вам также может понравиться

  • SAP Hipertensi (Astuti)
    SAP Hipertensi (Astuti)
    Документ10 страниц
    SAP Hipertensi (Astuti)
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Hadir Mahasiswa
    Daftar Hadir Mahasiswa
    Документ2 страницы
    Daftar Hadir Mahasiswa
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • LP Hipertensi Pada Lansia
    LP Hipertensi Pada Lansia
    Документ16 страниц
    LP Hipertensi Pada Lansia
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Karya Monumental Umat Islam Dalam Ipteks
    Karya Monumental Umat Islam Dalam Ipteks
    Документ13 страниц
    Karya Monumental Umat Islam Dalam Ipteks
    Astuti Dwi Jayanti
    0% (2)
  • Presus
    Presus
    Документ32 страницы
    Presus
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • PPOK
    PPOK
    Документ17 страниц
    PPOK
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Leaflet Hipertensi
    Leaflet Hipertensi
    Документ4 страницы
    Leaflet Hipertensi
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • LP Halusinasi
    LP Halusinasi
    Документ13 страниц
    LP Halusinasi
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Документ7 страниц
    Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Pembelajaran Rsud Wonosari
    Satuan Acara Pembelajaran Rsud Wonosari
    Документ8 страниц
    Satuan Acara Pembelajaran Rsud Wonosari
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Cad
    Cad
    Документ23 страницы
    Cad
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Документ27 страниц
    Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Askep CA Kulit
    Askep CA Kulit
    Документ32 страницы
    Askep CA Kulit
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Aik Kel 2
    Aik Kel 2
    Документ14 страниц
    Aik Kel 2
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • LP Cad
    LP Cad
    Документ15 страниц
    LP Cad
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • ASUHAN KANKER KULIT
    ASUHAN KANKER KULIT
    Документ29 страниц
    ASUHAN KANKER KULIT
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Документ7 страниц
    Aik Kelompok 4 Pak Mawardi
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • ASUHAN KANKER KULIT
    ASUHAN KANKER KULIT
    Документ29 страниц
    ASUHAN KANKER KULIT
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Aik II Karya Monumental
    Aik II Karya Monumental
    Документ16 страниц
    Aik II Karya Monumental
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Askep Kehilangan
    Askep Kehilangan
    Документ54 страницы
    Askep Kehilangan
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • THALASEMIA
    THALASEMIA
    Документ21 страница
    THALASEMIA
    Rambu Ema
    Оценок пока нет
  • Naskah Meeting Morning-1
    Naskah Meeting Morning-1
    Документ4 страницы
    Naskah Meeting Morning-1
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • PIJAT OKSITOSIN
    PIJAT OKSITOSIN
    Документ20 страниц
    PIJAT OKSITOSIN
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Katarak
    Asuhan Keperawatan Katarak
    Документ22 страницы
    Asuhan Keperawatan Katarak
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Naskah Meeting Morning-1
    Naskah Meeting Morning-1
    Документ4 страницы
    Naskah Meeting Morning-1
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Proposal Tak Stimulasi Persepsi Umum
    Proposal Tak Stimulasi Persepsi Umum
    Документ12 страниц
    Proposal Tak Stimulasi Persepsi Umum
    amelamanrosalin1100
    100% (1)
  • Faktor Predisposisi Astuti
    Faktor Predisposisi Astuti
    Документ2 страницы
    Faktor Predisposisi Astuti
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Kesimpulan Hasil KPSP TK B
    Kesimpulan Hasil KPSP TK B
    Документ1 страница
    Kesimpulan Hasil KPSP TK B
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет
  • Tugas Farmako Bu Ratna
    Tugas Farmako Bu Ratna
    Документ26 страниц
    Tugas Farmako Bu Ratna
    Astuti Dwi Jayanti
    Оценок пока нет