Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis yang tentunnya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow dalam teori hierarki yaitu kebutuhan fisiologi, aman dan nyaman, cinta dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri. (Alimul Aziz, 2009)

Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan urutan yang ke dua menurut teori hierarki
Abraham Maslow. Nyeri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk dalam
kebutuhan aman dan nyaman. Nyeri merupakan pengalaman sensori yang tidak menyenangkan
yang di alami oleh seseorang yang muncul akibat kerusakan jaringan. Penatalaksanaan nyeri
biasanya digunakan menajemen terapi farmakologi dan non-farmakologi.

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa obat merupakan satu-satunya cara untuk
mengatasi masalah nyeri, padahal masih banyak metode atau tehnik non farmakologi antara lain
teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi (pengalihan), kompres hangat dingin dan
sebagainya. Teknik non farmakologi biasanya mempunyai resiko yang lebih rendah dan tindakan
tersebut dapat mengurangi rasa nyeri. Kompres hangat dapat membantu untuk mengurangi rasa
nyeri, kaku dan spasme otot, panas superficial dapat diberikan dalam bentuk mandi rendam atau
mandi siram dengan air hangat dan kompres basah yang hangat. Manfaat maksimal dapat di
capai dalam waktu 20 menit (Brunner & Suddarth, 2001)

Berdasarkan studi yang juga pernah dilakukan oleh Indriani Askam Ismail (2018) yang berjudul
“Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penerapan Penanganan Nyeri Pada Penderita gout arthritis
Menggunakan Metode Kompres Air Hangat Pada Lansia Di Desa Ilohungayo Kecamatan
Batudaa Kabupaten Gorontalo” menunjukan bahwa penatalaksanaan pemberian kompres hangat
mempunyai pengaruh dalam menurunkan skala nyeri yang di alami oleh lansia. Lansia
mengatakan nyeri berkurang setelah di beri kompres air hangat pada daerah yang megalami
nyeri.

Salah satu penyakit sistem musculoskeletal yang di derita oleh masyarakat pada umunya adalah
gout atritis. Gout atritis (asam urat) adalah penyakit radang sendi yang dapat menimbulkan rasa
nyeri, panas, bengkak, dan kaku pada persendian. Penyakit ini disebabkan oleh kandungan asam
urat yang berlebih dalam darah sehingga terjadi penumpukan Kristal asam urat di persendian dan
jaringan lunak lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan peradangan dan nyeri yang hebat. (Sari
Indah Nur Yunita dan Syamsiah Nur , 2017)

1
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa sebagaimana di sampaikan oleh
(Hippocrates) bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja (Ado-lascens) sedang pada
perempuan jarang sebelum monopous pada tahun 1986 di laporkan prevalansi gout di amerika
serikat 13.6/1000 pria dan 6.4/1000 perempuan. Prevalansi gout bertambah dengan
meningkatnya taraf hidup. Prevalansi di antara pria afrikan American lebih tinggi di bandingkan
dengan kelompok pria Caucasian. Di indinesia belum banyak di publikasi pada tahun 1935
seorang dokter berkebangsaan belanda bernama Van Der Horts melaporkan 15 pasien dengan
kecacatan (lumpuhkan anggota gerak) dari suatu daerah di jawa tengah, penelitian lain
mendapatkan bahwa pasien gout yang berobat rata-rata sudah mengidap penyakit selama lebih
dari 5tahun. Hal ini mungkin di sebabkan banyak pasien gout yang mengobati sendiri (self
medication)

Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau leboh (WHO,
2015). Secara global proporsi populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2014
adalah 12% dari total populasi global (UNFPA, 2015). Jumlah poulasi lansia berusia lebih dari
60 tahun di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun yaitu 19.142.805 jiwa tahun 2014
menjadi 21.685.326 jiwa pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015)

Berdasarkan hasil SP2010, secara umum jumlah penduduk lansia di provinsi gorontalo sebanyak
62,11 ribu orang atau 5,975 dari keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk lansia laki-laki (28,22
ribu orang)

Berdasar data di kabupaten Gorontalo penyakit gout pada tahun 2016 ada sekitar 943 jiwa yang
terbanyak adalah perempuan yaitu 546 jiwa dan laki-laki yaitu 397 jiwa, sedang 2017 ada sekitar
1588 jiwa, pada perempuaan 1029 jiwa,laki-laki 559 jiwa. Penyakit arthritis salah satu
diantaranya adalah Gout Arthritis, Gout arthritis ini banyak di derita oleh lansia, jadi harus di
lakukan penelitian untuk menurunkan skala nyeri pada lansia dengan cara metode kopres air
hangat

Berdasarkan data di puskes jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas mootilango 19.300
jiwa. lansia yang menderita gout atritis 2016 157 orang, 2017 175 orang, 2018 132 orang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana Metode Kompres Air Hangat Dapat Menurunkan
Nyeri Pada Penderitan Gout Atritis di Puskesmas Mootilango Kec.Mootilango Kab.Gorontalo?”

2
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurunan/perubahan skala nyeri sendi
pada lansia di Puskesmeas Mootilango Kec.Mootilango Kab.Gorontalo dapat mengurangi rasa
nyeri serta untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan masukan dasar pertimbangan
terapi alternatif (non farmakologi) pada nyeri sendi bagi masyarakat khususnya lansia

1.4.2. Bagi pengembangan ilmu teknologi dan teknologi keperawatan

Di harapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu keperawatan gerontik terkait


non farmakologi untuk menangani nyeri sendi pada lansia.

1.4.3. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur kompres air hangat


dalam penanganan nyeri penderita gout arthritis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Nyeri

2.1.1. Pengertian Nyeri

Menurut the international association for the study of pain (ASP), nyeri di definisikan
sebagai pengalaman sensoris daan emosional yang tidak menyenangkan yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan. Presepsi yang di sebabkan oleh rangsangan yang
potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan nosisepsion. Merupakan langkah awal
proses nyeri.

2.1.2. Penyebab Rasa Nyeri

Penyebab rasa nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya,
penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi maupun eletrik),
neoplasma, peradangan dan lain-lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh
karena adanya trauma psikologis.

Nyeri berhubungan dengan fisik antara lain :

1. Trauma mekanik

Rasa nyeri di karenakan ujung-ujung saraf mengalami kerusakan akibat benturan gesekan
ataupun luka.

2. Trauma Termis

Nyeri di karenakan karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas dingin.

3. Trauma Kimiawi

Nyeri terjadi karena tersentuh zat asam atau basah yang kuat.

4. Trauma Eletrik

Nyeri yang di karenakan aliran listrik yang kuat mengaenai reseptor rasa nyeri

5. Noeplas

Neoplasm dapat menyebabkan nyeri karena terjadi tekanan atau kerusakan jaringan yang
mengandung reseptor nyeri dan juga karena jepitan atau metastave.

4
6. Peradangan

Nyeri terjadi karena ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit
oleh pembengkakan. (Asmadi, 2009)

Nyeri yang di rasakan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab
organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2009)

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang di pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

1. Arti nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti
merupakan arti yang negative, keadaan ini di pengaruhi oleh beberapa faktor usia, jenis
kelamin, latar belakang social budaya, lingkungan dan pengalaman.

2. Presepsi nyeri

Presepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.

3. Toleransi nyeri

Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-
obatan, hipnotos, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat,
dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa
marah, bosan, cemas, nyeri yang takkunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

4. Reaksi terhadap nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon
yang di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat presepsi nyeri,
pengalaman masalalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan fisik mental, rasa takut,
cemas, usia dan lain-lain. (Aziz Alimul, 2009)

5
2.1.4. Aspek Pengenalan nyeri

Pengenalan nyeri meliputi berbagai aspek yaitu (Prasetyo, 2010)

1. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang di rasakan oleh
seseorang. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Pengukuran
subjektif nyeri dapat di lakukan dengan menggunakan alat pengukur nyeri yaitu :

a. skala deskriptif verbal (verbal descriptif scale, VDS)

Skala deskriptif verbal merupakan salah satu ukur tingkat keparahan yang bersifat
objektif, skala deskriptif verbal ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa
kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat
pendeskripsi ini dirangking dari tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat.

Gambar 1 skala deskriptif verbal ( Prasetyo, 2010)

b. Skala Numerik (Numerical Ratting Scale, NRS)

Pengukuran skala ini sebagai pengganti alat pendeskripsi kata dalam hal ini, pasien
menilai nyeri dari skala 0 samapi 10, angka 0 di artikan kondisi klien tidak merasakan
nyeri, angka 10 mengindikasikan paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif
menggunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi.

Tabel 1 skala numeric (Prasetyo, 2010)

No Tingkatan Nyeri Keterangan


1. Nyeri ringan ( 1-3) 1. Nyeri seperti gatal-gatal
tersetrum dan nyutnyutan
2. Seperti melilit
3. Nyeri seperti perih
2. Nyeri sedang (4-6) 4. Nyeri seperti kram atau kaku
5. Nyeri seperti tertekan
6. Nyeri seperti terbakar atau
tertusuk-tusuk
3. Nyeri berat (7-9) 7-9 sangat nyeri tetapi dapat di
kontrol

6
4. Nyeri sangat berat (10) Sangat tidak dapat di control

c. skala analog visual ( Visual analog scale, VAS)

Skala ini merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus
dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya, skala ini memberiakan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang ia
rasakan

Gambar 2 skala analog visual (Prasetyo, 2010)

d. Skala wong beker

Skala ini mengembangkan skala wajah untuk mendeskripsikan nyeri pada anak-anak,
skala wong beker ini terdiri dari 6 wajah profil kartun yang mengabarkan wajah
tersenyum (bebas dari rasa nyeri) kemudian bertahap menjadi wajah kurang bahagia,
wajah yang sangat sedih dan wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat).

Gambar 3. Skala wong beker (Prasetyo, 2010)

2.Karaktekristik nyeri

Karakteristik nyeri meliputi penyebab nyeri, kualitas nyeri, (misalnya klien mendeskripsikan
kalmia-kalimat: berdenyut, perih, terbakar, tertususk-tusuk, dan lain-lain), lokasi nyeri,
penyerbaran nyeri, tingkat keparahan nyari dab durasi (menit, jam, hari, bulan dan tahu) serta
irama nyeri (terus menerus hilang timbul, periode bertambah, atau berkurangnya intensitas
nyeri).

7
3.faktor yang memperberat/memperingat nyeri

Banyak perilaku klien yang dapat memperberat nyeri klien, misalnya peningkatan aktifitas,
perubahan suhu, stress dan lain sebgainya. Demikian pula untuk menhilangkan atau menurunkan
nyerinya, seperti mengubah posisi, melakukan tindakan ritual, mengosok/massage bagian tubuh
yang sakit, meditasi atau mengompres bangian tubuh yang nyeri denga kompres dingin atau
hangat.

4.Pengruh nyeri terhadap aktifitas

Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari
misalnya terhdap pola tidur, nafsu makan, kosentrasi serta interaksi dengan orang lain

5.Penatalaksanaan nyeri

Pada pentalaksanaaan nyeri ada beberapa tindikan yang dapat dilakukan oleh seorang perawaat
untuk mengatasi nyeri . tindakan itu mencakup tidakan farmakilogis dan non farmakologis .

a. Tindakan farmakologis

World Health Organijation (WHO) merekomendasikan pentunjuk untuk pengobatan nyeri


kanker, pedoman tersebut di kembangkan dalam bentuk tangga analgesik yang membantu tenaga
klinis untuk menentukan obat-obatan mana yang harus diresepkan pada klien. Pedoman yang
dibuat WHO menkombinasikan pengunaan obat-obatan analgesik dan obat-obatan adjuvant yang
efektif untuk mengontrol nyeri klien. Obat-obat adjuvant adalah obat-obatan yang digunakan
bertujuan untuk meningkatakan memanjuran dari apiat, menghilangkan gejalah-gejalah yang
timbul bersamaan dengan serangan nyeri dan bertindak sebagai analgesik pada tipe nyeri
tertentu.

b. Tindakan non farmakologi

tindakan non farmakologi (non invasife) ini di gunakan untuk mendukung terapi farmakologis
yang sudah di berikan. Dalam pelaksanaannya klien dan keluarga perlu dilibatkann di dalam
merencanakan tindakan non farmakologi sehingga klien dan keluarga dapat melakukan dengan
efektif ketika harus menjalani perawatan di rumah, tindakan non farmakologi ini antara lain
stimulasi elektrik dan saraf kulit transkutan atau TENS (Strans Cutaneus Electrical Nerve
Stimulation).

Penganalan nyeri dengan stimulasi elektrik dan saraf kulit transkutan atau TENS ini dapat
menurunkan nyeri secara efektif, tehnik ini meliputi mandi air hangat/sauna, massase, kompres
dengan air dingin atau panas. (Prasetyo, 2010)

8
2.2. Tinjauan Umum Tentang Gout Atritis

2.2.1. Pengertian Gout Atritis

Penyakit radang sendi yang dapat menimbulkan rasa panas, bengkak, dan kaku pada persendian.
Penyakit ini di sebabkan oleh kandungan asam urat yang berlebih dalam darah sehingga terjadi
penumpukan Kristal asam urat di oersendian dan jaringan lunak lainnya. Hal inilah yang dapat
menyebabkan peradangan dan nyeri yang hebat. (Sari dan Syamsia, 2017)

Gout (Pirai) merupakan kelompok keadaan heterogeneous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolisme purin (Hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam
urat atau defek renal yang mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat, atau kombinasi
keduanya. (Brunner & Suddarth, 2001)

2.2.2. Patofisiologi

Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar
asam urat serum. Kalau Kristal urat masalah renal biasanya di mulai setelah proses inflamasi
akut meredah, preparat urikosurik seperti probensid akan memperbaiki keadaan hiperurisemia
dan melarutkan endapan urat. Alopurinol juga merupakan obat yang efektif tetapi penggunaanya
terbatas karena terdapat resiko toksisitas. Kalau di perlukan penurunan kadar asam urat dalam
serum ; preparat urikosurik merupakan obat pilihan. Kalau pasiennya beresikountuk mengalami
insuvisiensi renal atau batu giinjal (kakuli renal,), alopurinol merupakan obat pilihan (Brunner &
Suddarth, 2001).

2.3. Tujuan Umum Tentang Kompres Hangat

2.3.1. Pengertian kompres hangat

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang
dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. (Asmadi, 2019)

Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah diisi air hangat
dengan temperature maksimal 40oC. Lokasi kulit tempat untuk mengompres biasanya di wajah,
leher dan tangan dengan tujuan untuk memberikan relaksasi pada otot, mengurangi rasa sakit
dan dilakukan selama 5-10 menit.

2.3.2. Tujuan Kompres Hangat

1. Memperlancar sirkulasi darah


2. Mengurangi rasa sakit
3. Memberikan rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
4. Memperlancar pengeluaran eksudat
5. Merangsang peristaltic usus (Asmadi, 2009).

9
2.3.3. Manfaat Kompres Hangat

Kompres hangat dapat memberikan efek menurunkan nyeri efektif, tindakan ini mengalihkan
perhatian klien sehingga klien berfokus pada stimulus taktil dan mengabaikan sensasi nyeri yang
pada akhir baik kompres hangat dapat menurunkan presepsi nyeri, untuk mendapatkan hasil yang
terbaik terapi panas dapat di lakukan selama 20 menit dengan 1x pemberian (Nadjmudin, 2011)

2.3.4. Indikasi Kompres Hangat

1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)


2. Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian.
3. Spasme otot
4. Adanya abses, hematoma, (Asmadi,2009)

2.3.5. Suhu Yang Direkomendasikan Untuk Kompres Hangat

Tabel 4 rekomendasi untuk kompres hangat

Derajat panas Suhu Bentuk dan kegunaan


Sangat dingin Di bawah 15oC Kantung es
Dingin 15-18oC Kemasan pendingin
Sejuk 18-27oC Kompres dingin
Hangat beku 27-37oC Mandi spons alcohol
Hangat 34-49oC Berendam dengan air panas,
irigasi,kompres hangat/panas
Panas Diatas 99oC Kantong air untuk orang
dewasa

2.3.6. Tehnik Kompres Hangat (Nadjmudin 2011)

1. Cara pemberian kompres panas :


Persiapan alat :
a. kom berisi cairan hangat sesuai kebutuhan 40oC
b. handuk/kain/waslap
c. pengalas

cara kerja :
a. dekatkan alat-alat ke klien
b. perhatikan privasi klien
c. cuci tangan
d. jelaskan pada klien prosedur yang dilakukan
e. atur posisi klien
f. pasang pengalas di bawah daerah yang akan di kompres

10
g. basahi kain kompres dengan air, peras kain hingga tidak terlalu basah (kain/waslap di
tutup dengan kain plastic di sekitar daerah kena kompres dan letakkan kembali
didaerah kompres agar panas tidak menyebar)
h. letakkan kain pada daerah yang akan di kompres
i. apabila kain telah kering atau suhu relative telah dingin, masukan kembali kain
kompres kedalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres.
j. catat perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan
k. setelah selesai, ataur kembali klien dengan posisi yang nyaman.
l. bereskan semua alat.
m. cuci tangan dan dokumentasikan tindakan ini beserta responnya

Hal-hal yang perlu di perhatikan :


a. suhu kompres di pertahankan tetap hangat
b. cairan jangan terlalu panas hindara agar kulit jangan sampai terbakar
(Nadjmudin,2011)

2.4. Tinjauan Umum Tentang Lansia

2.4.1. Pengertian lansia

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, disebutkan bahwa lansia adalah
seseorang yang mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lansia di katakana sebagai tahap akhir
perkembangan dan daur kehidupan lannsia (Rhosma, 2014).

Menurut WHO Health Organization lansia adalah seseorang yag telah memasuki usia 60 tahun
ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dan
fase kehidupan

2.4.2. Klasifikasi lansia

Beberapa kategori lansia menurut departemen kesehatn 2003 adalah sebagai berikut :

1. pra lansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun


2. lansia, seseorang yang berusia 60 tahun.
3. lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4. lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa
5. lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehinggaa hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.

11
Sedangkan lansia menurut WHO adalah :

1. Erlderly : 60-74 tahun


2. Old : 75-89 tahun
3. Very Old : > 90 tahun

2.4.3. Karakteristik lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut ( Siti Maryam dkk, 2012 )

1. berusia lebih dari 60 tahun

2. kebutuhan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit dari kebutuhan
biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif .

3. lingkungan tempat tinggal bervariasi.

2.4.4. Masalah Lansia dan berbagai kemampuannya

Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan di alami
semua orang yang di karuniai umur panjang, hanya cepat lambatnya proses tersebut bergantung
pada masing-masing individu. Adapun masalah yang terkait dengan lanjut usia antara lain :

1. secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masala, baik
secara fisik , biologi, mental aupun social dan ekonomi. Semakin lanjut usia
seseorang dia akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik yang
menyebabkan penurunan pada peran-perannya.

2. lanjut usia tidak hanya di tandai dengan kemunduran fisik. Kondisi lanjut usia dapat
pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang kesibukan
sosialnya akan semakin berkurang.\

3. pada mereka yang usianya telah lanjut, sebagian dari mereka masih mempunyai
kemampuan untuk bekerja. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana
memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja

4. masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami keadaan terlantar. Selain tidak
mempunyai bekal hidup dan pekerjaan atau penghasilan mereka juga mempunyai
keluarga yang sebatang kara.

5. dalam masyarakat tradisional, biasanya lanjut usia di hargai dan di hormati sehinggga
mereka masih dapat berperan dan berguna bagi masyarakat,

6. karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas perumahan
yang khusus.

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rencana studi kasus

Studi kasus ini dilakukan untuk mengambarkan bagimana penerapan kompres hangat terhadap
nyeri pada lansia gout atritis di puskesmas mootilango. Studi kasus ini mengarahkan peneliti
untuk meninjau 3 orang pada pasien yang mengalami nyeri. Hasilnya di oservasi sebelum dan
sesudah kompres hangat.

3.2. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah 3 orang di jadikan sebagai responden mengambil kasus dengan kriteria
hasil :

1.Klien dengan gout atritis

2. Usia >60 tahun

3. Bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas mootilango

3.3 Fokus Studi

Penatalaksanaan penerapan penanganan nyeri dengan menggunakan metode kompres air hangat
di puskesmas mootilango.

Definisi Operasional

a. Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan handuk atau waslap yang di celupkan
kedalam air hangat dan di letakan pada bagian yang nyeri
b. Nyeri adalah perasaan tidak menyenangkan dan menyakitkan yang bersifat subjektif yang
timbul akibat penyakit yang di derita, nyeri dapat di ukur dengan skala nyeri (skala
deskriptif verbal, skala numeric, dan skala wong weber).
c. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun ke atas, lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupan.
d. Gout atritis adalah penyakit radang sendi yang terjadi apabila penumpukan kadar asam urat
dalam darah, penyakit ini biasanya di tandai dengan bengkak, rasa panas, nyeri serta kaku
pada persendian.

3.4. Tempat dan Waktu

Penulis melakukan studi kasus di puskesmas mootilango Kec. Mootilango Kab. Gorontalo waktu
di lakukan 2019

13
3.5. Pengumpulan Data

1. Karakteristik responden terdiri dari umur dan jenis kelamin


2. Jenis instrument yang di gunakan alat dan bahan yang di gunakan seperti tes kadar
asam urat, alat ukur nyeri sebelum dan sesudah di berikan kompres.

3.6. Penyajian Data

Penyajian data di lakukan dengan menyajikan tekstular/narasi yang di tuangkan dengan


penggambaran hasil dan deskripsi dari penatalaksanaan terhadap 3 pasien.

14

Вам также может понравиться