Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Nyeri kepala merupakan gejala dan masalah yang cukup sering ditemukan
dalam bidang neurologis. Nyeri kepala terkadang dapat hilang dengan sendirinya saat
penderita beristirahat, atau menghilang saat penderita minum obat yang dapat dibeli
bebas di pasaran, dan umumnya hal ini tidak menimbulkan masalah bagi penderita. 1
Nyeri kepala akan menimbulkan masalah bila penderita benar-benar nyeri
hingga mengganggu keadaan dan pekerjaan sehari-hari, atau jika nyeri kepala
berlangsung berulang-ulang atau menahun. Salah satu jenis nyeri kepala yang
mengganggu tersebut adalah migren. Istilah migren telah dikenal cukup luas oleh
masyarakat, namun masyarakat belum paham benar apakah migren sebenarnya.
Umumnya jika merasakan nyeri kepala satu sisi maka mereka menganggapnya sebagai
migren.1
Migrain kadang kala agak sulit di bedakan dengan sakit kepala jenis lain.
Migrain adalah sakit kepala yang sering kita jumpai di masyarakat. Migrain
merupakan salah satu sakit kepala dengan gejala yang cukup berat dan berulang.
Selain sakit kepala yang khas pada satu sisi kepala ( beberapa kasus bisa menyerang
kedua sisi kepala ), bersamaan dengan itu pasien juga merasakan gejala lain seperti
gangguan pada penglihatan dan mual-mual. Sebelum pasien merasakan sakit kepala
migrain, terlebih dahulu mereka akan merasakan semacam aura ( gejala peringatan
akan timbulnya migrain ) seperti kepala terasa berdenyut-denyut.2
Insidensi migren di Amerika meliputi 10-20% dari populasi umum penduduk
Amerika. Kira-kira 6% laki-laki dan 15-17% perempuan di Amerika menderita
migren. Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984) menunjukkan bahwa di antara
6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan nyeri kepala; 180 di antaranya
di diagnosis sebagai migren.3
Penanggulangan migren memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Terapi
dengan obat-obatan dapat mengatasi gejala dan mencegah serangan migren, namun
bukanlah hal utama. Penanggulangan yang menyeluruh memerlukan pengetahuan
terhadap gejala, pola serangan, obat-obatan yang tepat, dan terutama faktor pencetus
serta faktor yang memperberat migren.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 4
Istilah migren berasal dari kata migraine yang berasal dari bahasa Perancis;
sementara itu dalam bahasa Yunani disebut hemicrania, sedangkan dalam bahasa
Inggris kuno dikenal dengan megrim.
Konsep tersebut telah diperluas oleh The Research Group on Migraine and
Headache of the World Federation of Neurology. Migren merupakan gangguan bersifat
familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala yang berulang-ulang yang
intensitas, frekuensi dan lamanya sangat bervariasi yaitu selama 4-72 jam.
Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah
berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual dan/atau fotofobia dan
fonofobia. Nyeri kepala biasanya unilateral, umumnya disertai anoreksia, mual dan
muntah. Dalam beberapa kasus migren ini didahului atau bersamaan dengan gangguan
neurologik dan gangguan perasaan hati.
2.2 Epidemiologi
Insidensi migren di Amerika meliputi 10-20% dari populasi umum penduduk
Amerika. Kira-kira 6% laki-laki dan 15-17% perempuan di Amerika Serikat menderita
migren, yaitu kira-kira 28 juta orang. Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984)
menunjukkan bahwa di antara 6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena keluhan
nyeri kepala; 180 di antaranya di diagnosis sebagai migren.3 Insidensi migren di
masyarakat cukup besar, diperkirakan 9% dari laki-laki, 16% dari wanita, dan 3-4%
dari anak-anak menderita migren.1
Migraine dapat tejadi dari mulai kanak-kanak sampai dewasa. Migraine lebih
sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan sebelum usia
12 tahun, tetapi lebih sering ditemukan pada wanita setelah pubertas, yaitu paling
sering pada kelompok umur 25-44 tahun. Onset migraine muncul pada usia di bawah
30 tahun pada 80% kasus. Migraine jarang terjadi setelah usia 40 tahun. Wanita hamil
pun tidak luput dari serangan migraine yang biasanya menyeang pada trimester I
kehamilan. Risiko mengalami migraine semakin besar pada orang yang mempunyai
riwayat keluarga penderita migraine.5
2.3 Etiologi
Ada banyak hipotesis tentang migrain. Hipotesis neurovaskular menyatakan
bahwa migrain adalah kepekaan sistem trigeminal vaskular yang diturunkan.
Depresi menyebar (spreading depression, SD), suatu bentuk self-propagating
front of depolarization yang dihubungkan dengan penurunan aktivitas bioelektrik
persarafan selama beberapa menit, dikemukakan berperan penting dalam induksi
fase aura. SD tampaknya bertanggung jawab menimbulkan nyeri dan gejala-gejala
lain.
SD dan aura dapat disebabkan oleh kadar glutamat abnormal pada individu
rentan. Hal ini berbeda pada fase awal migrain tanpa aura, dimana platelet
2
activating factor (PAF) dilepaskan dari platelet dan leukosit, menyensitisasi
trigeminalvascular endings. Riset terbaru membuktikan bahwa amina, seperti
tiramin dan oktopamin, berperan penting dalam patogenesis migrain. Trace amine
receptors (TAARs) dijumpai di berbagai jaringan dan organ, termasuk area otak
yang spesifik, seperti rinensefalon, sistem limbik, amigdala, hipotalamus, sistem
ekstrapiramidal, dan locus coeruleus.6
2.5 Klasifikasi 7
Menurut The International Headache Society (2013), klasifikasi migren adalah
sebagai berikut:
1. Migraine tanpa aura
2. Migraine dengan aura
Migraine dengan tipikal aura
Tipical aura dengan sakit kepala
Tipical aura tanpa sakit kepala
Migraine dengan brainstem aura
Hemiplegic migraine
Familial hemiplegic migraine (FHM)
- Familial hemiplegic migraine type 1
- Familial hemiplegic migraine type 2
- Familial hemiplegic migraine type 3
- Familial hemiplegic migraine, other loci
Sporadic hemiplegic migraine
Retinal migraine
3. Chronic migraine
4. Complications of migraine
Status migrainosus
Persistent aura without infarction
Migrainous infarction
Migraine aura-triggered seizure
5. Probable migraine
3
Probable migraine without aura
Probable migraine with aura
6. Episodic syndromes that may be associated with migraine
Recurrent gastrointestinal disturbance
Cyclical vomiting syndrome
Abdominal migraine
Benign paroxysmal vertigo
Benign paroxysmal torticollis
4
pengidap epilepsi. Pendapat ini diperkuat fakta bahwa pada saat serangan
migraine, sering terjadi alodinia (hipersensitif nyeri) kulit karena jalur
trigeminotalamus ikut tersensitisasi saat episode migraine.
Mekanisme migraine berwujud sebagai refleks trigeminal vaskular yang
tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang
memasukkan aferen secara berlebihan yang kemudian akan terjadi dorongan
pada kortibular yang berlebihan. Dengan adanya rangsangan aferen pada
pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri berdenyut.
5
memberi petanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan
migrain.
2. Fase Aura
Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai
serangan migrain. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini dapat
berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura
tersebut. Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala
neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migrain adalah
scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak), gangguan
visual homonim, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi adanya
cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan
visual lainnya adalah adanya scotoma (fenomena negatif) yang timbul pada
salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat muncul bersamaan
dan berbentuk zig-zag. Aura pada migrain biasanya hilang dalam beberapa
menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala,
walaupun ada yang melaporkan tanpa periode laten.
3. Fase nyeri kepala
Nyeri kepala migrain biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya berlangsung
didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar
secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada
orang dewasa, sedangkan pada anakanak berlangsung selama 1-48 jam.
Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang-kadang sangat
mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdromal
Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi
perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria
setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa deperesi dan lemas.
Gambar 2.1. Deskripsi vision loss pada pasien migrain dengan aura
6
Gambar 2.2. Deskripsi vision loss pada pasien migrain dengan aura
Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migrain dengan aura, sementara
pada penderita migrain tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodromal,
fase nyeri kepala, dan fase postdromal.
7
2. Migraine dengan aura
A. Setidaknya dua kali serangan memenuhi kriteria B dan C
B. Terdapat satu atau lebih gejala aura dibawah ini yang bersifat reversibel:
1. Gangguan visual
2. Gangguan sensorik
3. Gangguan bicara dan atau bahasa
4. Gangguan motorik
5. Gangguan brainstream
6. Gangguan retinal
C. Setidaknya terdapat dua dari empat kriteria dibawah ini:
1. Paling sedikit satu gejala aura secara gradual ≥5menit, dan atau dua atau
lebih gejala aura yang terjadi secara berturut-turut.
2. Gejala aura terjadi 5-60 menit
3. Paling sedikit terdapat satu gejala aura yang unilateral
4. Gejala aura diikuti oleh sakit kepala yang terjadi selama 60 menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi migrain lain dan diagnossi TIA
disingkirkan.
8
Migraine with brainstem aura (Migrain tipe basiler)
A. Sekurang-kurangnya dua kali serangan memenuhi kriteria B-D
B. Gejala aura terdiri dari gangguan visual, sensorik dan atau berbicara dan
bahasa, yang terjadi secara reversibel namun tidak disertai gangguan motorik
dan retinal.
C. Paling sedikit terdapat dua dari gejala brainstream dibawah ini:
1. Disartria
2. Vertigo
3. Tinitus
4. Hipacusia
5. Diplopia
6. Ataksia
7. Pernurunan kesadaran
D. Setidaknya terdapat dua dari empat kriteria dibawah ini:
1. Paling sedikit satu gejala aura secara gradual ≥5menit, dan atau dua atau
lebih gejala aura yang terjadi secara berturut-turut.
2. Gejala aura terjadi 5-60 menit
3. Paling sedikit terdapat satu gejala aura yang unilateral
4. Gejala aura diikuti oleh sakit kepala yang terjadi selama 60 menit
E. Tidak berhubungan dengan klasifikasi migrain lain dan diagnossi TIA
disingkirkan.
Hemiplegic migraine
A. Sekurang-kurangnya dua kali serangan memenuhi kriteria B dan C
B. Serangan aura terdiri dari dua gejala:
1. Kelemahan motorik yang reversibel
2. Gangguan visual, sensorik dan atau bicara dan bahasa yang reversibel
C. Setidaknya terdapat satu gejala dari empat kriteria dibawah ini:
1. Paling sedikit satu gejala aura secara gradual ≥5menit, dan atau dua atau
lebih gejala aura yang terjadi secara berturut-turut.
2. Gejala aura terjadi 5-60 menit atau gangguan motorik yang terjadi <72
jam
3. Paling sedikit terdapat satu gejala aura yang unilateral
4. Gejala aura diikuti oleh sakit kepala yang terjadi selama 60 menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi migrain lain dan diagnosis TIA dan
stroke disingkirkan
9
Sporadic hemiplegic migraine
A. Memenuhi kriteria hemiplegic migrain
B. Serangan pertama atau kedua tidak memenuhi kriteria hemiplegic migrain
Retinal migraine
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan memenuhi kriteria B dan C
B. Terdapat phenomena visual positif/negatif monokuler yang reversibel penuh
(skintilasi, skotama, atau kebutaan, yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan
selama serangan atau penderita menggambarkan adanya gambaran defek
lapangan pandang monokuler selama serangan.
C. Paling sedikit memenuhi dua dari tiga kriteria dibawah ini:
1. Serangan aura terjadi ≥ 5 menit
2. Serangan berakhir dalam 5-60 menit
3. Diikuti nyeri kepala yang terjadi dalam 60 menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi lain dan penyebab lain dari amaurosis
fugax dapat disingkirkan.
3. Chronic migraine
A. Sakit kepala terjadi ≥15 hari dalam satu bulan atau > 3 bulan dan memenuhi
kriteria B dan C
B. Terjadi paling sedikit lima serangan pada kriteria B-D mirgrain tanpa aura dan
atau kriteria B dan C migrain dengan aura.
C. Terjadi ≥ 8 hari dalam satu bulan selama > 3 bulan yang memenuhi kriteria
dibawah ini:
1. Kriteria C dan D pada migrain tanpa aura
2. Kriteria B dan C pada migrain dengan aura
3. Pasien mengaku sakit kepala berkurang dengan pemberian obat golongan
triptipan atau ergot.
D. Tidak terdapat kelainan lain.
4. Komplikasi Migren
Status Migren
A. Serangan sakit kepala yang memenuhi kriteria B dan C
B. Adanya serngan pada pasien dengan kriteria migrain tanpa aura dan atau
migrain dengan aura, seperti serangan sebelumnya kecuali lama
serangannya.
C. Gambaran sakit kepala yang terjadi adalah:
1. Tidak hilang ≥ 72 jam
2. Nyeri kepala intensitas berat
D. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
10
Aura Persisten tanpa Infark
A. Adanya serangan migren tanpa aura yang khas seperti serangan sebelumnya
kecuali satu atau lebih tanda-tanda aura yang berlangsung selama ≥ 1
minggu.
B. Tidak terdapat infark pada pemeriksaan pada neuroimaging
C. Tidak berkaitan dengan ganguan lain.
Migrenous Infark
A. Serangan migren yang memnuhi kriteria B dan C
B. Adanya serangan pada pasien dengan aura yang khas seperti serangan
sebelumnya kecuali satu atau lebih tanda-tanda aura yang menetap >60
menit.
C. Pemeriksaan neuroimaging menunjukkan infark iskemia dengan area yang
sesuai.
D. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
5. Probable migraine
A. Serangan nyeri kepala memenuhi semua kriteria A-D dari migren tanpa aura
atau salah satu dari kriteria A-C dari migren dengan aura.
B. Tidak berhubungan dengan gangguan lain.
11
C. Tidak berhubungan dengan gangguan lain.
Abdominal migraine
A. Sekurang-kurangnya 5 serangan memnuhi kriteria B-D
B. Nyeri abdominal paling sedikit memenuhi dua dari tiga kriteria:
1. Lokasi midline, periumbilikal, atau sulit terlokalisir
2. Nyeri tumpul
3. Intensitas sedang sampai dengan berat
C. Selama serangan, sekurang-kurangnya memenuhi dua dari kriteria
dibawah ini:
1. Anoreksia
2. Nausea
3. Muntah
4. Pucat
D. Serangan akan berakhir dalam 2-72 jam apabila tidak diterapi atau terapi
tidak berhasil.
E. Tidak terdapat gejala diantara dua serangan.
F. Tidak berhubungan dengan kelainan lain
12
Benign paroxysmal torticollis
A. Gejala berulang pada anak-anak, memenuhi kriteria B dan C
B. Kepala yang miring ke salah satu sisi, dengan atau tanpa sedikit rotasi, yang
membaik secara spontan dalam menit hingga hari.
C. Paling sedikit memenuhi satu dari gejala dibawah ini:
1. Pucat
2. Iritable
3. Malaise
4. Mntah
5. ataxia
D. Pemeriksaan neurologis yang normal selama serangan
E. Tidak berhubungan dengan kelainan lain.
Pemeriksaan Fisik 9
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepala. Pada
pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan kepala dan leher serta pemeriksaan
neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi, dan sensasi.
Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan pada bola
mata yang bisa menyebabkan sakit kepala. Pemeriksaan daya ingat jangka pendek dan
fungsi mental pasien juga dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan berbagai penyakit yang serius yang
memiliki gejala nyeri kepala seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya
Pemeriksaan penunjang 9
Dilakukan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit
struktural, metabolik, dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama dengan
migraine. Selain itu, pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan apakah ada
penyakit komorbid yang dapat memperparah sakit kepala dan mempersulit
pengobatannya.
1. Pencitraan
CT scan dan MRI dapa dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti: pasien
baru pertama kali mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi serta
derajat keparahan sakit kepala, pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala
persisten, adanya pemeriksaan neurologis abnormal, pasien tidak merespon
terhadap pengobatan, sakit kepala unilateral selalu pada sisi yang sama disertai
gejala neurologis kontralateral.
2. Pungsi Lumbal
Indikasinya adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala,
sakit kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit
kepala rekuren, onset cepat, progresif, kronik, dan sulit disembuhkan. Sebelum
dilakukan LP seharusnya dilakukan CT scan atau MRI terlebih dulu untuk
menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat meningkatkan tekanan intracranial.
13
2.9 Diagnosis Banding 10
Tipe Nyeri
Epidemiologi Lokasi Tanda dan Gejala Terapi
Kepala
14
2.10 Penatalaksanaan 11
Tatalaksana pengobatan migren dapat dibagi kepada 4 kategori :
A. Langkah umum
B. Terapi abortif
C. Langkah menghilangkan rasa nyeri
D. Terapi preventif
A. Langkah Umum
Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan, stress
dan rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap kelip, perubahan cuaca, berada
ditempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.
B. Terapi Abortif
Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat yang berespon baik
terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik OTCs (Over The Counters),
NSAIDs (oral)
Bila tidak respon terhadap NSAIDs, dipakai obat spesifik seperti: Triptans
(naratriptans, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihydro ergotamin (DHE),
Obat kombinasi (mis.nya : aspirin dengan asetaminophen dan kafein), Obat
golongan ergotamin
Yang tidak respon terhadap obat-obat diatas dapat dipakai opiate dan analgetik
yang mengandung butalbital 30
Pada tabel dibawah ini dicantumkan daftar obat non spesifik untuk serangan
migren ringan sampai sedang. Monitor agar jangan sampai “over use” yang
memicu “rebound headache”.
Tabel Pengobatan Non Spesifik
15
potasium Kontraindikasi : asthma, gangguan hepar, cardiac, renal,
diuretic
Narkotik Analgetik
Meperidine Dosis : 50-150 mg IM or IV/ 3-4 jam
Kontra indikasi : hamil, menyusui, MAOI
Butophanol Dosis : spray (1 mg) sediaan nostril, dapat diulang 1 jam
lagi, Maksimal 4 spray/hr. Penggunaan terbatas 2x
seminggu
Kontraindikasi : gagal ginjal, hepar, pulmonal Adverse
Adjuntive Therapy
Metoclopramide Dosis : 10 mg IV atau oral 20-30 min sebelum atau
bersamaan dengan pemberian analgetik, NSAID, atau
ergotamine derivative
Kontraindikasi : seizure disorder, GI bleeding, GI
obstruction
Prochlorperazine Dosis : 25 mg oral atau suppose.Dosis maks 3 dosis per
24/jam
Kontraindikasi : CNS depression
Isometheptene, Dosis : Maksimal dosis initial: 2 kapsul, diulang 1
acetaminophen, caps/jam sampai maksimal 5 kaps per 12 jam ( 20 caps
dichloralphenazone perbulan), penggunaan terbatas 2 x seminggu
Kontraindikasi : gangguan hepar, renal, diabetes, MAOI
hipertensi, glaukoma, penyakit jantung
16
12/bulan
Kontra indikasi : pengguna triptans, hamil, menyusui,
uncontrolled hypertension, sepsis, coronary, cerebral,
peripheral vascular disease.
Caffeine plus Dosis: 2 tablet (100 mg caffeine/1mg ergot) pada saat onset,
Ergotamine kemudian 1 tab tiap 30 menit, dapat naik sampai 6
tab.(jangan lebih 10 tab/minggu nya) Suppos (2 mg
ergot/100 mg caff), 1 supp saat onset, dapat diulang 1 lagi 1
jam kemudian
Kontra indikasi : idem diatas
Dihydro ergotamine Dosis: 1 mg IM, SC Max initial dose: 0.5 to 1.0 mg; dapat
(DHE) diulang tiap jam sampai dosis maksimal 3 mg IM atau 2 mg
IV per hari, dan 6 mg per minggu. Intranasal: 0.5-mg spray
pada tiap nostril, dosis maksimal 4 spray (2 mg) per hari
Triptans
Sumatriptan Dosis: 6 mg SC, dapat diulang dalam 1 jam, dosis maksimal
12 mg/hr. 25 -100 mg oral /2 jam, dosis maks: 200 mg/hari
Max initial dose: 100 mg Intranasal: 5 -10 mg (1-2 spray)
pada satu nostril; dapat diulang sesudah 2 jam, dosis
maksimal 40 mg/hari
Kontra indikasi : Ergotamine, hemiplegic atau basilar
migraine, hamil, gangguan fungsi hepar, CAD, MAOI
Naratriptan Dosis: 1.0 - 2.5 mg ooral/4 jam, dosis maks 5 mg per hari
Kontra indikasi : Ergot-type medications, kontrasepsi oral,
merokok, CAD
Rizatriptan Dosis: 5 - 20 mg oral/2jam, dosis maks 30 mg per hari
Kontra indikasi : Ergot-type medications, other triptans,
propranolol, cimetidine, CAD
Zolmitriptan Dosis: 2.5-5.0 mg oral/2 jam, dosis maks 10 mg per hari.
Kontra indikasi: Ergot-type medications, other triptans, CAD
17
D. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif :
1) Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan
2) Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan
3) Meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta pengurangan disabilitas
Serotonin receptor
antagonis
Methysergide 2 mg tiap malam, naik Retroperitoneal, cardiac and
secara gradual tid (max pulmonary fibrosis
8mg/hr)
Pizotyline 0.5 mg tiap malam, naik Weight gain, fatigue
(pizotifen) secara gradual tid (max
3-6 mg/hr)
18
Tricyclic analgesics
Amitriptiline 10-150 mg tiap malam Mulut kering, konstipasi, weight
Nortriptiline 10-150 mg tiap malam gain, drowsiness, reduced seizure
threshold, cardiovascular effects
Anti-epileptik
Divalproex 500-1500 mg/d Nausea, tremor, weight gain,
Sodium valproate 500-1500 mg/d alopecia, increased liver enzyme
Valproic acid 500-1500 mg/d levels
Gabapentin 900-1800 mg/hr dosis Dizzines, fatique, ataxia, nausea,
max 2400 mg/hr tremor
Topiramate Dosis Initial 25mg/hr Paresthesia, weight loss, memory
dinaikkan 25 impairment, dizziness
mg/minggu,Maintenance
100 mg/12 jam
2.11 Komplikasi 12
Perlu diperhatikan untuk membedakan tipe-tipe migrain sesuai dengan
klasifikasinya dengan migrain dengan komplikasi. Tipe-tipe migrain sebagaimana
dijelaskan diklasifikasikan berdasarkan migrain dengan aura, migrain tanpa aura,
dan migrain kronis. Berikut ini dijelaskan migrain dengan komplikasi:
a. Status Migrainosus
Serangan migrain dengan fase nyeri kepala lebih dari 72 jam, mendapat
pengobatan atau tidak, dengan interval bebas nyeri kurang 4 jam (tidak termasuk
tidur).
b. Persistent Aura without Infaction
Serangan migrain dengan aura lebih dari satu minggu tanpa dtemukan infark
pada pemeriksaan neuroimaging.
c. Infark Migrainosus
Migrain dengan gejala satu atau lebih migrain dengan aura dibarengi dengan
ischemic brain lesion pada beberapa lapang pandang dalam pemeriksaan
neuroimaging.
d. Migrain Aura-triggered Seizure
Migrain dengan aura yang diikuti dengan kejang. Pada kasus ini diagnosis
migrain perlu diperhatikan diagnosis klinis pada pasien epilepsi sebagai bahan
pertimbangan.
2.12 Prognosis 13
Prognosis migrain masih sedikit dipelajari dan penelitian dalam hal ini masih
dalam tahap awal. Migrain adalah gangguan kronis dengan serangan episodik
dengan prognosis jangka panjang sangat bervariasi. Dalam banyak kejadian,
migrain mungkin memiliki kemungknan membaik (remisi lengkap) atau relatif
19
membaik (parsial remisi). Pada beberapa penderita penyakit ini bisa membaik dan
pada beberapa lainnya memburuk (progresif).
20
BAB III
ILUSTRASI KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 30 tahun
Alamat : Bangkinang
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
2. ANAMNESIS : Autoanamnesis/Alloanamnesis
I. Keluhan Utama:
Nyeri kepala sebelah kanan
II. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang kepoli klinik neurologi RSUD Bangkinang dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kanan yang dirasakan sejak 2 minggu terakhir.
Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut dan disertai mual. Nyeri kepala
dirasakan terus menerus selama 2 hari ini, tidak disertai muntah, takut melihat
cahaya, Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit
berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat. Keluhan nyeri kepala ini
mengakibatkan terganggunya aktifitas pasien sehari-hari. Pasien mengaku akhir-
akhir ini banyak pikiran, tidak ada tanda-tanda khusus sebelum serangan nyeri
datang. Tidak pernah ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Tidak ada riwayat hipertensi.
21
V. Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien tidak bekerja dan sehari-hari dirumah.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Umum
Keadaan umum : Baik
Berat badan : 55 kg
Tanda Vital
Thoraks
c. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, bentuk dada normal.
d. Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak disela iga 4 linea mid clavicularis
sinistra
Palpasi : iktus kordis terba di sela iga 4 linea mid clavicularis sisnistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada sela iga 3 parasternal dextra. Batas
jantung kiri disela iga 4 linea mid clavicularis sisnistra. Batas
jantung atas disela iga 3 linea parasternal sinistra.
22
Auskultasi : Bunyi jantung I & II reguler, gallop (-), Murmur (-)
e. Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar dan lien
Perkusi : Timpani
Korpus Vertebra
f. Status Neurologis
Brudzinski I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
23
Lapang pandang Normal Normal
Kanan Kiri
Pupil :
N. IV (N. Trochlearis)
Kanan Kiri
24
N. V (N. Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik :
Normal Normal
Sensorik :
Divisi Optalmika
Refleks kornea
Normal Normal
Sensibilitas
Divisi Maksila Normal Normal
Refleks masseter
Sensibilitas
Divisi Mandibula
Sensibilitas Tidak dinilai Tidak dinilai
N. VI (N. Abduscen)
Kanan Kiri
Kanan Kiri
25
Menggerakkan dahi Normal Normal
Kanan Kiri
Nistagmus :
N. IX (N. Glossopharingeus)
Kanan Kiri
26
N. X (N. Vagus)
Kanan Kiri
N. XI (N. Assesorius)
Kanan Kiri
Kanan Kiri
27
D. Pemeriksaan Keseimbangan dan koordinasi
Keseimbangan Koordinasi
28
F. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Normal
Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan
Stereognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal
G. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri
Kornea Normal Normal
Berbangkis Normal Normal
Laring Tidak dinilai Tidak dinilai
Maseter Normal Normal
Dinding perut
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
Tengah Normal Normal
Biseps Normal Normal
29
2. Refleks Patologis Kanan Kiri
Lengan
Hoffman Negatif Negatif
Tromner Negatif Negatif
Tungkai
3. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
4. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Normal Reflek glabella Tidak diperiksa
Fungsi intelek Normal Reflek snout Tidak diperiksa
Reaksi emosi Normal Reflek menghisap Tidak diperiksa
Reflek memegang Tidak diperiksa
Refleks palmomental Tidak diperiksa
4.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
5. Diagnosis
30
Diagnosis Sekunder : tidak ada
6. Diagnosis Banding :
a. Cluster headache
b. Tension headache
7. TATALAKSANA
a. Nonfarmakologi
1. edukasi kepada penderita mengenai penyakit yang dialaminya
2. mekanisme penyakit
3. pendekatan terapeutik, dan
4. mengubah pola hidup dalam upaya menghindari pemicu serangan migraine.
5. Tidur yang teratur
6. Makan yang teratur
7. Olahraga
8. Mencegah puncak stres melalui relaksasi, serta mencegah makanan pemicu.
9. Tindakan pencegahan migrain meliputi tiga hal: menghindari pemicu
migrain, merubah pola hidup, dan mengkonsumsi obat-obatan pencegah
migrain.
b. Farmakologi
a. Ergotamin 2 x 1mg / hari / PO
b. Ibuprofen 3 x 400mg / hari / PO
c. Vit B12 (methylcobalamin) 2 x 500ui / hari / PO
d. Ranitidin 2 x 150mg / hari / PO
8. Komplikasi
a. Status Migrainosus
b. Persistent Aura without Infaction
c. Infark Migrainosus
d. Migrain Aura-triggered Seizure
9. Prognosis :
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad fungsionam : ad bonam
3. Ad sanationam : ad bonam
31
BAB IV
PEMBAHASAN
NO TEORI KASUS
1 migren merupakan gangguan fungsional Pada anamnesa didapatkan pasien
otak dengan manifestasi nyeri kepala mengeluhkan nyeri kepala sebelah kanan
unilateral yang sifatnya mendenyut atau yang dirasakan sejak 2 minggu terakhir.
mendentum yang terjadi mendadak Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut dan
disertai mual atau muntah. Nyeri kepala disertai mual. Nyeri kepala dirasakan terus
berulang dengan manifestasi serangan menerus selama 2 hari ini, tidak disertai
selama 4-72 jam, intensitas sedang atau muntah, takut melihat cahaya, Rasa nyeri
berat, bertambah berat dengan aktivitas semakin terasa berat bila pasien beraktivitas
fisik yang rutin dan diikuti dengan mual dan sedikit berkurang bila pasien berbaring
dan/atau fotofobia dan fonofobia atau beristirahat. Keluhan nyeri kepala ini
mengakibatkan terganggunya aktifitas pasien
sehari-hari.
2 Tidak ada pemeriksaan fisik yang Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien
berarti untuk mendiagnosis nyeri didapatkan semuanya normal, yang meliputi :
kepala. Pada pemeriksaan fisik, tanda keadaan umum, tanda-tanda vital dan
vital harus normal, pemeriksaan
pemeriksaan neurologis.
neurologis normal. Pemeriksaan yang
dilakukan berupa pemeriksaan kepala
dan leher serta pemeriksaan neurologis
yang meliputi kekuatan motorik,
refleks, koordinasi, dan sensasi.
Pemeriksaan mata dilakukan untuk
mengetahui adanya peningkatan
tekanan pada bola mata yang bisa
menyebabkan sakit kepala
32
migraine.
5. Tidur yang teratur
6. Makan yang teratur
7. Olahraga
8. Mencegah puncak stres melalui
relaksasi, serta mencegah makanan
pemicu.
9. Tindakan pencegahan migrain meliputi
tiga hal: menghindari pemicu migrain,
merubah pola hidup, dan
mengkonsumsi obat-obatan pencegah
migrain.
b. Farmakologi
a. Ergotamin 2 x 1mg / hari / PO
b. Ibuprofen 3 x 400mg / hari / PO
c. Vit B12 (methylcobalamin) 2 x 500ui /
hari / PO
d. Ranitidin 2 x 150mg / hari / PO
33
BAB V
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
2005. hal 289-300.
2. Prof.DR. Mahar Marjono & Prof .DR. Priguna Shidharta. 2008. Neurologi Klinis
Dasar, Edisi 12. Dian Rakyat
3. Blanda M, Wright J.T. Headache, Migraine (online)
http://www.emedicine.com/Emerg/Neuro/HeadacheMigraine. Diakses tanggal 21
September 2007.
4. Adams and Victor’s Neurology.
5. Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migraine and related headache.
[Internet]; 2010 Mar 29 [cited 2015 Feb 01]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview
6. Chakravarty A. How triggers trigger acute migrain attacks: A hypothesis. Med
Hypothes 2010;74:750–753.
7. The International Classification of Headache Disorders,3rd edition (beta version)
8. Katzung, Bertram. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. Boston: McGraw
Hill. 2007. p 289
35
36