Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HARMONI2nd
TEMA :
Peran Mahasiswa dalam Menginterpretasikan 3 Fungsi Mahasiswa untuk Menjaga Persatuan
Bangsa Indonesia berlandaskan Al-Qur’an
SUB-TEME :
Kesehatan
Disusun Oleh ;
Anisa Hanifatin Rahayu 155070501111018 2015
Martina Mulia Dewi 17040100111124 2017
Azatil Ishmah Firdaus 175070500111027 2017
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN NASIONAL
HARMONI2nd
5. Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ika Putri Nurhayati, S.Farm., M.Sc., Apt.
b. NIDN : 0015098901
c. No Tel/HP :-
d. Alamat Rumah :-
Materai 6000
Stroke merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Stroke
iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan
dalam otak yang terserang sehingga suplai darah ke otak terhambat, jika tidak segera
ditangani akan berakhir dengan kematian otak tersebut. Kejadian stroke iskemik sekitar 70-
85% dari total kejadian stroke. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke
iskemik. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar,
karena hipertensi dapat mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat proses
aterosklerosis.
Metode penelitian ini menggunakan kombinasi kegiatan menghafal Al-Qur’an QS. Ar-
Rahman ayat 1-12 dan terapi ekstrak kulit bawang merah secara oral. Pasien stroke
mengkonsumsi ekstrak kulit bawang merah sebanyak 3 gram/ hari secara oral, kemudian
pasien melakukan kegiatan menghafal Al Qur’an QS Ar-Rahman ayat 1-12 . Setiap hari,
pasien menghafal 1 ayat, Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan.
a. Latar Belakang
Al-Quran telah menjadi sumber pedoman atau rujukan bagi umat islam sampai
akhir zaman. Kandungan isinya dapat dipastikan sangat universal dan tidak akan
pernah tergerus oleh zaman. Salah satunya yaitu mengenai pengobatan. Al-Qur’an
sebagai obat telah memenuhi prinsip-prinsip pengobatan, karena di dalamnya
dijelaskan bahwa Allah yang menyembuhkan segala penyakit.
Al Isro’ ayat 82
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.” (QS. Al Isra’: 82)
b. Rumusan Masalah
1. Apakah kombinasi terapi metode menghafal Al Qur’an surat Ar Rahman ayat 1- 12 dan
penggunaan ekstrak ethanol kulit bawang merah dapat digunakan sebagai terapi stroke
iskemik?
c. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengaruh kombinasi terapi metode menghafal Al Qur’an surat Ar Rahman
ayat 1- 12 dan penggunaan ekstrak ethanol kulit bawang merah sebagai terapi stroke
iskemik.
d. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dan metode baru dalam terapi stroke
dengan menggunakan Al-Qur’an sebagai terapi utama dikombinasi dengan penggunaan
ekstrak kulit bawang merah sebagai pendukungnya.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Al Qur’an (Kajian ayat atau landasan Al Qur’an yang menjadi pokok dari
karya.)
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’: 82)
2.2 Stroke (Uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep yang relevan dengan
masalah yang dikaji.)
Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Menurut data South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC), angka kematian
terbesar yang disebabkan oleh stroke terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti oleh
Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Menurut Davenport dan Dennis,
secara garis besar stroke dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.5 Dari seluruh penderita stroke di
Indonesia, jenis stroke yang paling banyak diderita adalah stroke ischemic, yaitu sebesar
1
52,9%. Stroke ischemic dapat disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat gumpalan
pada aliran darah, disebut stroke ischemic karena adanya sumbatan pembuluh darah oleh
thromboembolic yang mengakibatkan daerah di bawah sumbatan tersebut mengalami
ischemic sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada
jaringan otak, ventrikel atau di ruang subaraknoid.6
Terdapat dua faktor yang dapat memicu terjadinya stroke ischemic, yaitu faktor yang
tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi (nonmodifiable risk factors) seperti usia, ras,
gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi,
merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi,
alkohol, hiperkolesterolemia. Hipertensi adalah masalah yang sering dijumpai pada
pasien stroke, dan menetap setelah serangan stroke.3 Hipertensi merupakan faktor risiko
utama terjadinya stroke ischemic. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan
stroke akan semakin besar, karena hipertensi dapat mempercepat pengerasan dinding
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos
sehingga mempercepat proses aterosklerosis.
Salah satu penyebab tertinggi angka stroke adalah hipertensi. Hal-hal yang menyebabkan
seseorang mengalami hipertensi diantaranya karena perubahan gaya hidup,
mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, kolesterol, penurunan aktivitas fisik, stress,
dan lain-lain. Penanganan penyakit ini bisa ditangani secara farmakologis maupun
nonfarmakologis. Secara farmakologis berarti menggunakan obat-obatan, sedangkan
nonfarmakologis bisa dilakukan dengan cara mengurangi atau mencegah faktor pencetus
hipertensi secara psikologis salah satunya adalah stress. Ketika seseorang mengalami
stress, hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress menyebabkan
peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan
sejauh mana kita dapat mengatasinya. (Suhuf,2006).4
Dalam penelitian ini, terdapat dua penanganan yang akan dilakukan. Secara farmakologis
menggunakan ekstrak kulit bawang merah, sedangkan secara nonfarmakologis
menggunakan terapi menghafal alqur’an surat Ar-Rahman ayat 1-12. Penanganan secara
farmakologis ini dengan memanfaatkan kulit bawang merah yang biasanya kurang
termanfaatkan. Padahal di dalam kulit bawang merah ini mengandung senyawa
quercetin. Quercetin ini merupakan senyawa fenolik yang dapat memberikan efek
fungsional diantaranya sebagai antioksidan, antidisplidemik, antidisglisemik, dan
antikoagulan. Aktivitas biologis quercetin telah diteliti oleh para ilmuwan dan telah
diidentifikasi sebagai antioksidan yang kuat. Selain itu dengan mengkonsumsi quercetin
akan mengurangi kadar kolesterol dan akumulasi lemak hati. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Juyeun Park dkk(2006) terlihat bahwa kandungan quercetin pada ekstrak
kulit bawang merah lebih tinggi bahkan 20 kali lipat dari ekstrak daging bawangnya.
Tabel 1. 1
Tipe ekstrak
Polyphenol
13.98 27.96 133.62 288.99
(mg/g ekstrak)
Quercetin
1.12 2.35 20.50 99.68
(g/ekstrak)
.
METODE PENELITIAN
11. Pembahasan merupakan penjelasan dari perumusan masalah dan teori yang
menunjang gagasan yang diangkat.
12. Penutup
a. Simpulan, menjawab tujuan dari penulisan.
b. Saran, berupa kemungkinan transfer gagasan dan lain-lain.
13. Daftar Rujukan
14. Lampiran, Lampiran-lampiran berupa biodata penulis, biodata dosen
pembimbing, dan lain-lain yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar, Jilid ke-6, (Jakarta: Yayasan Nurul
Islam, 1987), hlm. 235-236.
Adri, Zakwan. 201 Pengaruh Menghafal Al Qur’an Surat Ar Rahman Ayat 1-12 Terhadap
Working Memory Pada Pasien Stroke Rawat Jalan dengan Gangguan Memori, Theses dan
Disertasi Universitas Gadjah Mada, 2014
Nishimura M., Ohkawara T., Nakagawa T., Muro T., Sato Y., Satoh H., Kobori M., Nishihira
J., A randomized, double-blinded, placebo-controlled study evaluating the effects of
quercetin-rich onions on cognitive function in elderly subjects. Functional Foods in Health
and Disease 2017; 7(6); 353-374