Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Melena
Disusun Oleh
SHIKO INDRAWAN M
20184010072
Diajukan Kepada
dr. Hj. Niarna Lusi, Sp.PD
A. Identitas
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 65 tahun
Alamat : Sleman
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 14 Desember 2018
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
BAB berwarna hitam bercampur darah
2. Riwayat penyakit sekarang
Seorang perempuan datang ke IGD RS dengan keluhan BAB berwarna
hitam dengan darah sejak 1 hari SMRS. Konsistensi BAB cair
sebanyak 3 kali dalam sehari, pasien merasa lemas dan gemetar setelah
BAB, tanpa disertai mual, tidak ada muntah, disertai nyeri perut, tidak
ada demam, tidak ada batuk, tidak sesak nafas, BAK tak ada keluhan
3. Riwayat penyakit dahulu
Asma (+), vertigo (+), gastritis (+), Hipertensi (-), DM (-), BAB darah
sebelumnya (-), hemoroid (-), riwayat penggunaan obat voltadex,
riwayat penyakit hepar/kuning (-)
4. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi (-), DM (-)
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Compos mentis, kesadaran baik, tampak lemah, gizi cukup, GCS 15
(E4V5M6)
2. Tanda vital
Tekanan darah : 130/60
Nadi : 97
Respiratory Rate : 18
Suhu tubuh : 36,8o C
3. Kepala
Normocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
suffussion (-/-)
4. Leher
Jejas (-), peningkatan JVP (-), lemfadenopati (-)
5. Pulmo
Inspeksi : dinding dada simetris, ketertinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Palpasi : nyeri tekan (-)
Auskultasi : suara vesikuler +/+; ronkhi -/-; wheezing -/-
6. Cor
Inspeksi : ictus cordis (-)
Perkusi : kardiomegali (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), ictus cordis di SIC V midclavicula kiri
Auskultasi : S1 S2 normal, regular, bunyi tambahan (-)
7. Abdomen
Inspeksi : jejas (-)
Auskultasi : bising usus dbn
Perkusi : timpani, hepatomegali (-), splenomegali (-)
Palpasi : supel, nyerti tekan regio epigastrik (+)
8. Ekstremitas
Akral hangat ; edema ; + CRT < 2 - - detik
+ - -
+ +
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 14 Desember 2018
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Leukosit 10.300 H 4.000-10.000
Basofil 1 0-1
Eosinofil 5 0-5
Neutrofil 74 H 25-60
Limfosit% 27 20-40
Monosit% 3 2-8
Eritrosit 3,5 L 4.5-5.8
Hemoglobin 10,6 L 12-17
Hematokrit 33 L 36-52
MCV 82,1 80-100
MCH 25,5 22-34
MCHC 31,2 32-36
Trombosit 349 150-400
GDS 183 H 70-140
Ureum 45,9 15-45
Kreatinin 0,86 0-1,3
E. Rontgen thorax, dan USG
A. DEFINISI
1. Anamnesis(9)
c. Elektrolit : Na, K, Cl
H. PENATALAKSANAAN
1. Tatalaksana Umum
Tindakan umum terhadap pasien diutamakan airway-breathing-
circulation (ABC). Terhadap pasien yang stabil setelah pemeriksaan memadai,
segera dirawat untuk terapi lanjutan atau persiapan endoskopi(10).
Untuk pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih agresif seperti(10):
a. Pemasangan iv-line
b. Oksigen sungkup/ kanula. Bila gangguan airway-breathing perlu ETT
c. Mencatat intake- output, harus dipasang kateter urine
d. Monitor tekanan darah, nadi, saturasi O2, keadaan lain sesuai komorbid
e. Melakukan bilas lambung agar mempermudah tindakan endoskopi
2. Terapi untuk mengatasi perdarahan
A. Injeksi Kalnex. Digunakan untuk menghentikan perdarahan pada gastritis
erosif. Diberikan 50 mg injeksi. Sehari 1-2 ampul (5-10 mL) disuntikkan
secara intravenous atau intramuskular, dibagi dalam 1-2 dosis. Pada waktu
atau setelah operasi, bila diperlukan dapat diberikan intravenous sebanyak
2-10 ampul (10-50 mL) dengan cara infus.
B. Injeksi Vitamin K. Membantu menyembuhkan luka. Inflamasi, infeksi, dan
sebagai hemostatik. Dapat diberikan oral ataupun intravena. Sediaan tablet
10 mg (4xsehari) atau injeksi 10 mg (4 x sehari).
3. Tatalaksana Khusus
a. Varises gastroesofageal(10)
1) Terapi medikamentosa dengan obat vasoaktif(9)
a) Glipressin (Vasopressin) : Menghentikan perdarahan lewat efek
vasokonstriksi pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran
darah dan tekanan vena porta menurun. Pemberian dengan
mengencerkan vasopressin 50 unit dalam 100 ml Dextrose 5%,
diberikan 0,5–1 mg/menit/iv selama 20–60 menit dan dapat
diulang tiap 3–6 jam; atau setelah pemberian pertama dilanjutkan
per infuse 0,1–0,5 U/menit
b) Somatostatin : Menurunkan aliran darah splanknik, lebih selektif
daripada vasopressin. Untuk perdarahan varises atau nonvarises.
Dosis pemberian awal dengan bolus 250 mcg/iv, lanjut per infus
250 mcg/jam selama 12–24 jam atau sampai perdarahan berhenti.
2) Terapi endoskopi(9)
a) Ligasi : Mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 1–2
cm. Dilakukan pada varises yang sedang berdarah atau ditemukan
tanda baru saja mengalami perdarahan (bekuan darah melekat,
bilur merah, noda hematokistik). Efek samping sklerosan dapat
dihindari, mengurangi frekuensi ulserasi dan striktur.
b) Skleroterapi : alternatif bila ligasi sulit dilakukan karena
perdarahan masif, terus berlangsung atau teknik tidak
memungkinkan. Yang digunakan campuran yang sama banyak
antara polidokanol 3%, NaCl 0,9% dan alcohol absolute; dibuat
sesaat sebelum skleroterapi. Penyuntikan dari bagian paling distal
mendekati cardia, lanjut ke proksimal bergerak spiral sejauh 5cm.
3) Terapi radiologi(9) : pemasangan transjugular intrahepatic
portosystemic shunting (TIPS)& perkutaneus obliterasi spleno-porta.
4) Terapi pembedahan(10)
a) Shunting
b) Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi
c) Devaskularisasi + splenektomi
b. Tukak peptic(10)
i. Terapi medikamentosa
1. PPI (proton pump inhibitor)(9) : obat anti sekresi asam untuk
mencegah perdarahan ulang. Diawali dosis bolus Omeprazol 80
mg/iv lalu per infuse 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam.
2. Antasida untuk menetralisir asam cukup diberikan 120-240
mEq/hari dalam dosis terbagi
3. Sukralfat 2 x 2 gr/hari atau 4 x 1 gr sehari berfungsi untuk
menghindari iritasi.pengaruh asam-pepsin dan garam empedu.
4. H2 Receptor Antagonis Obat ini berperan menghambat pengaruh
histamine sebagai mediator untuk sekresi asam melalui reseptor
histamine-2 pada sel parietal. Beberapa jenis preparat yang dapat
digunakan adalah: Ranitidin 2 x 150 mg/hari,
5. Antibiotik
ii. Terapi endoskopi(10)
1. Injeksi(9) : penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan dengan
adrenalin (1:10000) sebanyak 0,5–1 ml/suntik dengan batas 10 ml
atau alcohol absolute (98%) tidak melebihi 1 ml
2. Termal : koagulasi, heatprobe, laser
3. Mekanik : hemoklip, stapler
iii. Terapi bedah
Algoritma Penatalaksanaan Penderita Perdarahan SCBA
`
I. KOMPLIKASI(8)
1. Syok hipovolemik
2. Aspirasi pneumonia
3. Gagal ginjal akut
4. Sindrom hepatorenal koma hepatikum
5. Anemia karena perdarahan
LAMPIRAN
Ca-esofagus
Mallory-Weiss syndrom
Esofagogastritis korosiva
Esofagitis &
tukak esofagus
Gastritis erosiva
hemoragika
Tukak lambung
Ca-lambung
Tukak duodeni
Ca-papila Vateri
DAFTAR PUSTAKA
(1) Astera, I W.M. & I D.N. Wibawa. Tata Laksana Perdarahan Saluran Makan
Bagian Atas : dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta :
EGC. 1999 : 53 – 62.
(2) Richter, J.M. & K.J. Isselbacher. Perdarahan Saluran Makanan : dalam
Harrison (Prinsip Ilmu Penyakit Dalam) Jilid I. Jakarta : EGC. 1999 : 259
– 62.
(9) Adi, P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas : Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI. 2006 : 289 – 97