Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAHAYA FORMALIN
Oleh :
Nama : Ria Santa Lina Dewi
No : 33
Kelas : XII MIPA 3
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari Kesehatan Dunia yang jatuh tepat hari ini, 7 April 2015,
mengangkat topik tentang keamanan pangan. Topik ini sangat penting karena berhubungan
dengan kebutuhan hidup dasar manusia, yaitu makan dan minum.
Isu keamanan pangan menjadi penting mengingat banyak masyarakat yang kurang peduli
dan adanya masyarakat lain yang memanfaatkan ketidakpedulian ini dengan menggunakan bahan
pengawet beracun ke dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi. Sebut saja penggunaan
formalin, boraks dan rhodamin dalam makanan dan minuman.
Di sisi lain juga sering ditemukan adanya penggunaan daging celeng untuk bakso atau
menyamarkan daging celeng seperti daging sapi. Terakhir, terjadi penemuan tempat produksi
nata de coco yang menggunakan pupuk untuk campuran pembuatan produk makanan tersebut.
“Beberapa hal yang harus diperhatikan jika bahan beracun masuk ke dalam tubuh cepat
atau lambat akan terjadi dampak yang tidak inginkan dalam tubuh kita,” tulis Ari Fahrial Syam,
dokter spesialis penyakit dalam dari FKUI-RSCM, dalam keterangan tertulis yang diterima CNN
Indonesia, Selasa (7/4).
Dijelaskan Ari, formalin merupakan cairan pengawet mayat yang sampai sekarang masih
digunakan di lingkungan rumah sakit untuk mengawetkan sampel jaringan tubuh manusia dari
hasil biopsi atau sampel langsung yang diambil pada saat operasi sebelum diperiksa di
laboratorium.
Formalin tidak berwarna dan mempunyai bau yang keras dan mempunyai berat jenis 1,09
kg/L dalam suhu 20 derajat Celsius. Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
menunjukkan bahwa formalin terdapat pada makanan yang sehari-hari kita konsumsi, misalnya
mi basah, ikan asin, bakso dan tahu. Bahkan terakhir formalin ditemukan pada kikil, makanan
favorit sebagian masyarakat Indonesia.
“Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen (menyebabkan
kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif,” tulis Ari
menjelaskan. “Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh pernapasan dan juga
sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan oleh manusia.”
Untuk mata, seberapa encer pun formalin tetap bersifat iritatif. Jika sampai tertelan, maka
orang tersebut harus segera diminumkan air putih sebanyak mungkin dan segera diminta untuk
memuntahkan isi lambungnya.
“Dampak buruk bagi kesehatan pada seorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi
akibat paparan akut atau paparan yang berlangsung kronik. Apa yang terjadi pada masyarakat
kita yang mengonsumsi makanan yang mengandung formalin tentunya paparan ini berlangsung
kronik,” tulis Ari.
Dampak buruk bagi kesehatan jika terpapar formalin secara kronik dan berulang-ulang
antara lain sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual-mual, gangguan pernapasan, baik
berupa batuk kronis atau sesak napas kronis. Gangguan pada persarafan berupa susah tidur,
sensitif, mudah lupa, dan sulit berkonsentrasi. Pada perempuan akan menyebabkan gangguan
menstruasi dan infertilitas.
Pada manusia penggunaan formalin jangka panjang dapat menyebabkan kanker mulut
dan tenggorokan. Pada penelitian binatang, ternyata formalin menyebabkan kanker kulit dan
kanker paru.
“Formalin juga dapat diserap oleh kulit dan seperti telah disebutkan di atas juga dapat
terhirup oleh pernapasan kita. Oleh karena itu, melalui kontak langsung dengan zat tersebut
tanpa menelannya juga sudah dapat berdampak buruk bagi kesehatan,” katanya.
Formalin juga dapat merusak persarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang
bersifat racun untuk persarafan tubuh (neurotoksik). Sampai sejauh ini, informasi yang ada
menyebutkan tidak ada level aman bagi formalin jika tertelan oleh manusia.
“Sekali lagi, jelas bahwa zat ini sangat berbahaya jika terpapar pada tubuh manusia baik
kontak langsung, terhirup ataupun tertelan.”