Вы находитесь на странице: 1из 66

CAIRAN TUBUH

Cairan Tubuh
Air beserta unsur-unsur di dalamnya yang dibutuhkan untuk kesehatan sel

Binatang / makhluk 1 sel → milieu exterieur (cairan) → external


environment
contoh : amoeba → terjadi difusi melalui membran : O2, CO2,
makanan

Binatang multisel → external environment : - air


- udara
sel-nya hidup di internal environment / milieu interieur (= fluid
environment)
→ mempunyai susunan tertentu (konstan)
Pembagian cairan tubuh :
1. Cairan Intraselular (ICF)
2. Cairan Ekstraselular (ECF) : - plasma darah
- cairan interstisiil
- limfe
3. Cairan transel : - cairan otak - cairan mata
- cairan sendi - cairan perikard
- cairan pleura - liur pencernaan
→ cairan ekstrasel khusus
→ seluruhnya 1 –2 liter
Tubuh dewasa normal : 60 % air, 18 % protein, 7 % mineral, 15 % lemak
Tanpa air manusia hanya dapat bertahan beberapa hari
kehilangan 20 – 22 % kematian

Cairan Tubuh : 60 % Total Body Weight in adult


45 – 55 % Total Body Weight in older adult
70 – 80 % Total Body Weight in newborn infant
97 % Total Body Weight in human embryo

Adult → 60 % Total Body Weight → 40 % ICF (2/3)


20 % ECF (1/3)

ECF : - plasma 25 % ( = 5 % Total Body Weight)


volume darah total (plasma + selular darah) = 8 % Total Body Weight
- cairan interstisiil 75 % (= 15 % Total Body Weight)

Cairan Tubuh total & hubungannya dengan tingkat obesitas

Lemak Air
Gemuk 30 – 32 % 50 %
BB normal 15 % 60 %
Kurus 7% 67 %
perbandingan lemak dan air dalam tubuh (% dari BB)

Cairan Tubuh total dari BB & hubungannya dengan umur dan jenis kelamin

Umur Pria Wanita


10 – 18 59 % 57 %
18 – 40 61 % 51 %
40 – 60 55 % 47 %
60- 52 % 46 %

Wanita lebih sedikit cairan tubuhnya : Higher body fat & Smaller amount of skeletal muscle
At puberty, sexual differences in body water content arise as males develop greater muscle mass.
- Kadar air di berbagai organ tubuh hampir sama, kecuali rangka
- Kulit
Otot massa relatif besar → kadar air terbanyak
Hati

Persentase air di jaringan tubuh terhadap TBW :


- Otot 50,8 - Otak 2,7
- Rangka 12,5 - Paru 2,4
- Kulit 6,6 - Jaringan lemak 2,3
- Darah 4,7 - Ginjal 0,6
- Intestine 3,2 - Limpa 0,4
- Hepar 2,8 - Sisa bagian tubuh lain 11,0
100,0

Electrolyte Composition of Body Fluids


3 Kompartemen cairan tubuh :
1. Plasma darah (Cairan Intravaskuler)
2. Cairan Interstisiil
3. Cairan Intrasel

Susunan :
- Cairan intrasel → berbeda, tergantung pada sifat & fungsi sel
- Kadar elektrolit berbeda nyata →
- ICF terutama mengandung ion K+, PO4 3- , Mg2+
- ECF : ion Na+, Cl -, HCO3 –
- Protein : - interstisiil → relatif sedikit
- plasma
- intrasel

Ion Na & Cl → ekstrasel


Ion K → intrasel

Fluid Compartments
Continuous Mixing of Body Fluids

Cara menetapkan volume cairan tubuh → cara tidak langsung


dengan prinsip pengenceran

- Plasma darah → penyuntikan zat warna →


- evans blue (berikatan dengan protein plasma
- albumin serum berlabel yodium radioaktif
- Cairan ekstrasel → inulin radioaktif, dsb
- Cairan interstisiil → volume ekstrasel – volume plasma
- Cairan intrasel → Total Body Water – cairan ekstrasel
- Total Body Water → D2O (heavy water)
- Walter Cannon → homeostasis
usaha mempertahankan kondisi statis (konstan) di dalam internal
environment
- Claude Bernard → Fixity of milieu interieur

- paru mengambil O2 yang baru yang diperlukan sel


- ginjal mempertahankan kadar elektrolit pada batas normal
- alat pencernaan mengatur absorpsi makanan, dsb

Water Turnover
→ keseimbangan antara water intake dan water loss

External Fluid Exchange


- Water intake : minum
makanan
oksidasi jaringan
- Water loss : - Ginjal → urine
- Kulit → insensible perspiration
- Keringat
- Paru (udara pernafasan jenuh dengan uap air)
- Feses

Internal Fluid Exchange


→ pertukaran cairan antara berbagai kompartemen cairan tubuh
- Sekresi liur pencernaan & reabsorpsinya
- Filtrasi di kapiler tubuh & reabsorpsinya
- Filtrasi di kapiler glomerulus ginjal + reabsorpsinya
- Pembentukan & absorpsi cairan otak (CSF)
GINJAL
Tergantung :
• Glomerular Filtration Rate (GFR)
• Reabsorpsi Tubulus
• 99% Æ di reabsorpsi

200 liter water + 30.000 mmol Na+

2 liter water + 100 mmol Na+


SALURAN CERNA
Tergantung Sekresi:
• Saliva
• Gaster
• Empedu
• Pankreas
• Usus
10 liter water + 1.500 mmol Na+

100 ml water + 15 mmol Na+

KERINGAT DAN
PERNAPASAN
Keringat Æ tergantung suhu tubuh

Pernapasan Æ tergantung kecepatan


bernapas

900 ml water + 30 mmol Na+


Fungsi Cairan Tubuh :

- Struktur & Fungsi organ / jaringan


- Transportasi : mengedarkan makanan, oksigen, elektrolit, hormon.
- Eksresi : pembuangan produk sisa hasil metabolisme
- Regulasi : pengaturan suhu tubuh
- Lubrikasi : Pelumas sendi dan membran
- Medium : sebagai medium pencernaan makanan (reaksi kimia sel)

- Tanpa makan → dapat hidup beberapa minggu


Tanpa minum → beberapa hari
- Kehilangan air tubuh (dehidrasi) :
10 % → berbahaya
20 – 22 % → kematian

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerakan Air dan Zat Terlarut


Zat yang terlarut di dalam cairan tubuh
ion K, Na, Ca, Cl, HCO3- ,PO4
protein,asam organik dsb
→ tidak statis→ selalu ada pertukaran antara ruang yang satu dengan yang lain
→ dinamis

Membran
→ membran permeabel selektif
Membantu mempertahankan komposisi unik dari setiap kompartemen,
sementara memungkinkan gerakan nutrien dari plasma ke sel dan gerakan
produk sisa ke luar dari sel dan akhirnya ke dalam plasma.

Meliputi : 1. Membran sel ; memisahkan CIS dari CIT (cairan interstisial),


terdiri atas lipid dan protein
2. Membran kapiler ; memisahkan CIV dari CIT
3. Membran epitelial ; memisahkan CIV dan CIT dari CTS (cairan
transelular). Contoh : epitel mukosa lambung, membran
sinovial, tubulus ginjal.
Membran sel → hanya dapat dilewati air

Membran kapiler → pori > dari pori membran sel → semua


bahan ECF dapat lewat, kecuali protein plasma

selectively permeable (semipermeable)


– Allows some materials to pass.
ÆWater, oxygen, carbon dioxide

– Prevents others from passing.


ÆProteins, carbohydrates

• Different cells may be permeable to different chemicals


or substances.

Osmolalitas
the concentration of osmotically active particles in solution
expressed in terms of osmoles of solutes per kilogram of solvent.
→ pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan tekanan
osmotik dan dengan demikian mempengaruhi gerakan air.

Satuan : miliosmol (satu per seribu osmol) per kilogram air


(mOsm/kg)
1 osmol mengandung 6 x 10 23 partikel.
Osmolaritas → istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan
konsentrasi larutan.
→ menunjukkan jumlah partikel dalam satu liter larutan
Satuan : miliosmol per liter (mOsm/L)

Osmolarity of a solution is number of moles of “active” solutes per


liter of solvent
• A 1 molar solution of glucose equals 1 osmolar
• A 1 molar solution of NaCl is 2 osmolar
– NaCl Æ Na+ + Cl-

• Symbol “M” means moles/liter not moles.


• Physiological concentrations are low.
• millimolar (mM) = 10-3 M
• micromolar (μM) = 10-6 M
• nanomolar (nM) = 10-9 M
• picomolar (pM) = 10-12 M11

Tekanan hidrostatik : tekanan yang dibuat oleh berat cairan


Tekanan osmotik : tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan
osmosis melalui membran semi permeabel.

Tekanan osmotik dipengaruhi :


- kadar zat yang tidak berdifusi
- Ukuran relatif zat
- Ukuran pori

Tekanan onkotik : tekanan osmotik yang terjadi karena adanya zat


koloid dan atau zat kristaloid dalam suatu larutan.
(plasma → protein ; albumin)
Tonisitas (Tonicity)
→ the effective osmotic pressure equivalent
→ osmolalitas efektif

Tekanan osmotik (mmHg) : 19,3 x osmolaritas (miliosmol / liter)

Tekanan osmotik total pada suhu 37 °C :


- plasma darah : 5453 mmHg
- interstisial : 5430 mmHg
- intrasel : 5430 mmHg

Membran antara kedua kompartemen cairan tubuh, intrasel dan


ekstrasel adalah semipermeabel
Proses Transport
1. Pasif : tidak memerlukan energi
2. Aktif : memerlukan energi

1. Diffusion
2. Osmosis
Pasif
3. Facilitated Diffusion
4. Gated Channels
5. Active Transport
6. Endocytosis Aktif
7. Exocytosis

TRANSPORT PASIF
Difusi : Gerakan spontan dan acak dari partikel pada semua arah
melalui larutan atau gas.
Bergerak dari konsentrasi tinggi ke rendah (adanya gradien
konsentrasi)
karena random thermal motion, juga dapat terjadi karena
perubahan potensial listrik yang melalui membran. Tidak
membutuhkan energi.
Partikel cukup kecil dan larut lemak → tidak tergantung
substansi pembawa → difusi sederhana.
Difusi menuruni Gradien Konsentrasi (kimia)
• di atas suhu nol mutlak semua molekul selalu begerak acak akibat
energi termal (Brownian Motion)

Sherwood, Human Physiology, 6th edition

Sherwood, Human Physiology, 6th edition


Faktor-faktor yang meningkatkan difusi :
- peningkatan suhu
- Peningkatan konsentrasi partikel
- Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
- Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
- Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi
→ faktor-faktor yang berlawanan akan menurunkan difusi

Sherwood, Fisiologi
Manusia, edisi 2
Gerakan sepanjang Gradien Listrik

Sherwood, Fisiologi Manusia, edisi 2

Filtrasi : Gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah.
Osmosis : Gerakan air (HANYA AIR) melewati membran
semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut
rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi

Pertukaran cairan melalui membran sel dengan cara osmosis →


sangat cepat
Sedikit perbedaan tekanan osmotik intrasel & ekstrasel → segera
dikoreksi → kembali seimbang
Osmosis
• Difusi netto air menuruni gradien konsentrasinya dari daerah
dengan konsentrasi air tinggi (konsentrasi zat terlarut rendah) ke
daerah dengan konsentrasi air rendah (konsentrasi zat terlarut
tinggi)

Sherwood,
Human
Physiology, 6th
edition

Sherwood, Human Physiology, 6th edition


Sherwood,
Human
Physiology,
6th edition

Sherwood,
Human
Physiology,
6th edition
Sherwood,
Human
Physiology,
6th edition

Sel dalam cairan →


- Isotonik → tidak berubah co. larutan NaCl 0,9 %, Glukosa 5%
- Hipertonik → crenation (keriput) co. larutan NaCl 3 %, Manitol
- Hipotonik → membengkak co. larutan garam (NaCl) 0,45 % (< 0,9%)
• Difusi terfasilitasi → tergantung substansi pembawa (protein
carrier) → sesuai dengan penurunan gradien konsentrasi, tidak
memerlukan energi

Sherwood, Fisiologi Manusia, edisi 2

Transport Aktif : Perpindahan zat terlarut menembus membran sel


pada keadaan tidak terdapatnya perubahan potensial listrik
yang mempermudah atau gradien konsentrasi →
membutuhkan energi.
Melawan gradien konsentrasi
Menggunakan protein carrier & vesikel
- transportasi aktif → melawan gradien konsentrasi →
memerlukan energi → pompa (contoh pompa Na+ - K+ ATP-ase)

Sherwood, Fisiologi Manusia, edisi 2

• sebuah sel saraf mengandung sekitar satu juta pompa Na+ - K+ yang
mampu memindahkan sekitar 200 juta ion/detik

Peran Pompa Na+ - K+ :


1. Menimbulkan gradien konsentrasi Na+ dan K+ di kedua sisi
membran plasma semua sel; gradien ini sangat penting dalam
kemampuan sel-sel saraf dan otot menghasilkan impuls saraf yang
penting bagi fungsi sel-sel tersebut

2. Membantu mengatur volume sel dengan mengontrol konsentrasi zat


terlarut di dalam sel sehingga memperkecil efek-efek osmotik yang
akan menyebabkan pembengkakan atau pengerutan sel.

3. Energi yang digunakan untuk menjalankan pompa Na+ - K+ juga


secara tidak langsung berfungsi sebagai sumber energi untuk
kotransportasi glukosa dan asam amino menembus sel-sel ginjal
dan usus (Na+ coupled co-transport carrier)

Animals need high conc. of Na+ inside & high conc. of K+ outside cells
Sherwood, Fisiologi Manusia, edisi 2

How Does the Na+- K+ Pump Work?

1. 3 Na+ ions bind to carrier protein on cytosol side of memb.; a


phospate group is removed from ATP simultaneously.
2. Phosphate group binds to carrier protein; protein changes
shape.
3. Na+ ions are forced outside cell by new shape.
4. New shape allows 2 K+ ions bind to protein; phosphate group is
released.
5. Protein goes back to original shape, which forces K+ ions inside
the cell.
- 3 Na+ ions are forced out while 2 K+ ions are forced out.
• Transportasi aktif primer
→ energi diperlukan secara langsung untuk memindahkan suatu
zat melawan gradien konsentrasinya

• Tranportasi aktif sekunder


→ energi diperlukan dalam keseluruhan proses, tetapi secara
tidak langsung dibutuhkan untuk menjalankan pompa. Digunakan
energi "bekas pakai" yang disimpan dalam bentuk gradien
konsentrasi ion (contoh, gradien Na+) untuk memindahkan
molekul kotransportasi melawan gradien konsentrasi.

• transport vesikuler
→ dibungkus dalam vesikel bermembran → endositosis (ke
dalam sel) dan eksositosis (ke luar sel)

Endositosis : - pinositosis
- fagositosis
• zat yang dimasukkan endositosis adalah cairan → pinositosis (sel
minum)

• zat yang dimasukkan endositosis adalah partikel multimolekul


besar, misalnya sisa sel atau bakteri → fagositosis (sel makan)
The Microcirculation
• Important in the transport of nutrients to tissues.
• Site of waste product removal.
• Over 10 billion capillaries with surface area of 500-
700 square meters perform function of solute and
fluid exchange.

Tekanan filtrasi
→ tekanan hidrostatik dalam kapiler – tekanan hidrostatik cairan jaringan

Tekanan filtrasi dilawan oleh tekanan osmotik koloid

Normal :
- Tekanan hidrostatik jaringan : ± 1 – 2 mmHg
- Tekanan osmotik koloid : ± 25 mmHg
→ ujung arteriola kapiler → tekanan filtrasi > tekanan osmotik koloid →
cairan mengalir ke ruang interstisiil
Donnan’s Law
• The product of Diffusible Ions is the
same on the two sides of a membrane.

50 K+ 50 K+ Total Volume
Initial 50 Cl- 50 Pr - 100 ml
100 Osmoles 100 Osmoles
67 K+
33 K+ Ions
Step 2 33 Cl-
17 Cl-
50 Pr - Move
66 Osmoles 134 Osmoles
67 K+
33 K+ H2O
Final 17 Cl-
33 Cl-
50 Pr - moves
33 ml 67 ml
Starling-Landis Equation

http://www.bris.ac.uk/Depts/Physiology/Staff/DOB/teaching/lecture1/
Determinants of Net Fluid
Movement Across Capillaries

Πp should be Πc

NFP = (Pc – Pif) – (Πc – Πif)


• Filtration rate = net filtration pressure (NFP)
times filtration coefficient
• Filtration coefficient (Kf) = surface area times
hydraulic conductivity of membrane

Pusat Haus

- daerah sepanjang dinding anteroventral dari ventrikel ketiga (juga


meningkatkan pelepasan ADH)
- Anterolateral nukleus preoptik hipotalamus
→ osmoreseptor

Peningkatan rasa haus Penurunan rasa haus


↑ Osmolalitas ↓ Osmolalitas
↓ Volume darah ↑ Volume darah
↓ Tekanan darah ↑ Tekanan darah
↑ Angiotensin II ↓ Angiotensin II

Kekeringan mulut Distensi lambung


↑ osmolalitas CES → dehidrasi intraselular pusat haus → rasa haus

↓ CES & tekanan darah → mungkin terjadi akibat input neural dari
baroreseptor kardiopulmonar & baroreseptor arterial sistemik di dalam
sirkulasi
→ tidak tergantung pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan
osmolaritas plasma

Angiotensin II
→ distimulasi oleh hipovolemia & tekanan darah rendah → rasa haus →
memulihkan volume darah dan tekanan darah kembali normal, bersama
dengan kerjanya pada ginjal untuk menurunkan eksresi cairan.

Kekeringan pada mulut


→ lega setelah minum walaupun belum diabsorpsi dari saluran cerna

Distensi lambung → penurunan rasa haus hanya berlangsung singkat

Regulation of
Water Intake:
Thirst
Mechanism
Osmotic Thirst
• Loss of H2O
– Perspiration, respiration, urination
• consumption of salty or sugary food
• hypertonic extracellular solution induces cellular dehydration
• Osmoreceptors
– Respond to change in osmotic pressure
• Osmotically-receptive neurons
– POA, anterior hypothalamus, supraoptic nucleus, organum
vasculosum of lamina terminalis (OVLT) - a
circumventricular organ

• vasopressin acts to conserve water


• water consumption increases
• reduced plasma osmolality inhibits thirst and suppresses
vasopressin release

Hypovolemic Thirst

• Low extracellular volume


• by hemorrhage, excessive perspiration or menstrual bleeding
– reduced blood volume
• hypovolemic=thirst based on low volume.
– a. baroreceptors in blood vessels and the heart detect the
initial drop in BP returning to heart.
– b. kidneys release renin--angiotensin I then II--causes blood
vessels to constrict= raises BP.

• water and salts are lost together


• water consumption induces body fluid dilution
– reduced blood osmolality -- stop drinking?
• requires salt to restore body fluid osmolality
• The brain activates responses such as thirst and salt hunger
Two Kinds of Thirst

Reduction in
blood volume
Ambang batas stimulus osmolar untuk minum

the average osmotic threshold for thirst is approximately 295


mosmol/kg and varies among individuals.

konsentrasi natrium yang hanya meningkat sekitar 2 mEq/liter di atas


normal

Mechanisms
and
Consequences
of ADH Release
A More Complete View of Fluid Regulation (I)
A More Complete View of Fluid Regulation (II)

Electrolyte (Na+, K+, Ca++) Steady State.


• Molecules or ions with an electrical charge
• Electrolytes are salts, acids, and bases, but electrolyte balance
usually refers only to salt balance
• Amount Ingested = Amount Excreted.
• Normal entry: Mainly ingestion in food.
• Clinical entry: Can include parenteral administration.
• Lost via perspiration, feces, and urine, Abnormal routes: e.g..
vomit and diarrhea
• Concentration changes only when growing, gaining or losing
weight
• Salts are important for:
– Neuromuscular excitability
– Secretory activity
– Membrane permeability
– Controlling fluid movements
Natrium / Sodium
• Na+ Ions - 136-142 mEq/liter
– Dominant ECF cations
– Responsible for 90-95% of osmotic pressure
– Contribute 280 mOsm of the total 300 mOsm ECF solute concentration
• Average daily intake exceeds normal requirements
• Regulation of Na+ ions
– Kidneys major route of excretion
– 65% of sodium in filtrate is reabsorbed in the proximal tubules, 25% is
reclaimed in the loops of Henle
– Small quantities lost in sweat
• Hormonal controls
– aldosterone causes increased reabsorption Na+
– ADH release ceases if Na+ levels too low--dilute urine lost until Na+
levels rise
– ANP increases Na+ and water excretion if Na+ levels too high
• Terms
– Hypernatremia
– Hyponatremia

Magnesium
• Found in bone matrix and as ions in body fluids
– intracellular cofactor for metabolic enzymes, heart,
muscle & nerve function
• 1.3-2.1 mEq/liter in plasma
• Capacity of kidney to reabsorb is limited
• Excess lost in urine
• Decreased extracellular magnesium results in greater degree
of reabsorption
• Urinary excretion increased in hypercalcemia,
hypermagnesemia, increased extracellular fluid volume,
decreases in parathyroid hormone and acidosis
Regulation of Potassium (K+) Balance
• Potassium ions
intracellular 120-125 mEq/liter
plasma 3.5-5.0 mEq/liter
– Maintained in narrow range
– Affect resting membrane potentials
– Excessive ECF potassium decreases membrane potential
– Too little K+ causes hyperpolarization and
nonresponsiveness
– Aldosterone Î distal nephron P cells Î increases amount
secreted
• Terms
– Hyperkalemia
– Hypokalemia

Regulation of Potassium (K+) Balance


• Hipokalemia Î gradien konsentrasi sel dan CES ↑ Î K+ >
banyak keluar sel Î potensial membran istirahat > - Î
hiperpolarisasi
Î eg. Muscle weakness
• Hiperkalemia Î gradien konsentrasi ↓ Î K+ > banyak di
dalam sel Î potensial membran istirahat > + Î depolarisasi
Îeg. Cardiac arrhythmias

Gangguan :
- Kehilangan K+ pada diare
- Koreksi diare yang tidak tepat Î defisiensi relatif Na+ & K+
- Penyakit ginjal
- Diuretik yang tidak hemat kalium
Regulation of Potassium (K+) Balance
• Hyperkalemia and hypokalemia can:
– Disrupt electrical conduction in the heart
– Lead to sudden death
• Less than 15% of filtered K+ is lost to urine regardless of
need
• K+ balance is controlled in the cortical collecting ducts by
changing the amount of potassium secreted into filtrate
• Excessive K+ is excreted over basal levels by cortical
collecting ducts
• When K+ levels are low, the amount of secretion and
excretion is kept to a minimum
• Type A intercalated cells can reabsorb some K+ left in the
filtrate

Influence of Aldosterone
• Aldosterone stimulates potassium ion secretion by
principal cells
• In cortical collecting ducts, for each Na+ reabsorbed, a K+
is secreted
• Increased K+ in the ECF around the adrenal cortex causes:
– Release of aldosterone
– Potassium secretion
• Potassium controls its own ECF concentration via
feedback regulation of aldosterone release
Regulation of Calcium
• Ionic calcium in ECF is important for:
– Blood clotting
– Cell membrane permeability
– Secretory behavior
• Regulated within narrow range
– Elevated extracellular levels prevent membrane
depolarization
– Decreased levels lead to spontaneous action potential
generation
– plasma 4.6-5.5 mEq/liter
• Hypocalcemia:
– Increases excitability
– Causes muscle tetany

Regulation of Calcium
• Hypercalcemia:
– Inhibits neurons and muscle cells
– May cause heart arrhythmias
• Calcium balance is controlled by parathyroid
hormone (PTH) and calcitonin
• PTH increases Ca2+ extracellular levels and decreases
extracellular phosphate levels
• Vitamin D stimulates Ca2+ uptake in intestines
• Calcitonin decreases extracellular Ca2+ levels
Regulation of Calcium and
Phosphate
• PTH promotes increase in calcium levels by
targeting:
– Bones – PTH activates osteoclasts to break
down bone matrix
– Small intestine – PTH enhances intestinal
absorption of calcium
– Kidneys – PTH enhances calcium reabsorption
and decreases phosphate reabsorption
• Calcium reabsorption and phosphate
excretion go hand in hand

Regulation of Calcium and Phosphate


• Filtered phosphate is actively reabsorbed in the proximal
tubules
• In the absence of PTH, phosphate reabsorption is
regulated by its transport maximum and excesses are
excreted in urine
• High or normal ECF calcium levels inhibit PTH
secretion
– Release of calcium from bone is inhibited
– Larger amounts of calcium are lost in feces and urine
– More phosphate is retained
Influence of Calcitonin
• Released in response to rising blood
calcium levels
• Calcitonin is a PTH antagonist, but its
contribution to calcium and phosphate
homeostasis is minor to negligible

Phosphate
• Present as calcium phosphate in bones and teeth, and in
phospholipids, ATP, DNA and RNA
• plasma 1.7-2.6 mEq/liter
• HPO4 -2 is important intracellular anion and acts as buffer of H+ in
body fluids and in urine
– mono and dihydrogen phosphate act as buffers in the blood
• Plasma levels are regulated by parathyroid hormone & calcitriol
– resorption of bone releases phosphate
– in the kidney, PTH increase phosphate excretion
– calcitriol increases GI absorption of phosphate
Regulation of Phosphate Ions

• Under normal conditions, reabsorption of phosphate occurs


at maximum rate in the nephron
• An increase in plasma phosphate increases amount of
phosphate in nephron beyond that which can be
reabsorbed; excess is lost in urine

Regulation of Anions
• Chloride - 95-103 mEq/liter
• Most prevalent extracellular anion
• Moves easily between compartments due to Cl- leakage channels
• Helps balance anions in different compartments
• Regulation
– passively follows Na+ so it is regulated indirectly by aldosterone levels
– ADH helps regulate Cl- in body fluids because it controls water loss in urine
• 99% of chloride is reabsorbed under normal pH conditions
• Chloride shift & hydrochloric acid of gastric juice
• When acidosis occurs, fewer chloride ions are reabsorbed
• Other anions have transport maximums and excesses are excreted in
urine
Keseimbangan Asam-Basa
ÎPengaturan ketat konsentrasi ion hidrogen [H+] bebas

Komponen penting
• Kation, suatu partikel ion dengan muatan positif; dalam medan
listrik bergerak ke kutup negatif (katoda)
• Anion, suatu partikel ion dengan muatan negatif; dalam medan
listrik bergerak ke kutup positif (anoda)
• Asam : Memberikan H+
HCl → H+ + Cl-
• Basa : Menerima H+
OH- + H+ → HOH

Tingkat disosiasi suatu


asam selalu konstan Î
konstanta disosiasi (K)
[H+] di CES Î 4 x 10-8 / 0,00000004 ekuivalen per liter
35 – 45 nmol / L

pH
Ä pengukuran kuantitatif tingkat keasaman atau suasana alkali
suatu larutan, mengacu pada air murni
ÄSecara matematika
pH = log 1 / [H+]
pH = -log [H+]
- [H+] Î penyebut Î berbanding terbalik dengan pH
- Log Î perubahan satu satuan pH = 10 x [H+]

• Ä Larutan netral mempunyai pH 7; dalam artian konsentrasi ion


hydrogen adalah 10-7 molar atau 100 nanoequivalents/liter

pH <7 Î asam
pH >7 Î basa

pH darah arteri normal : 7,45


pH darah vena normal : 7,35

pH vena < arteri o.k. adanya H+ yang dihasilkan oleh


pembentukan H2CO3 dari CO2 yang diserap di kapiler jaringan

pH darah < 7,35 Î asidosis


pH darah > 7,45 Î alkalosis
pH darah < 6,8 / > 8,0 Î †
Homeostasis pH Î penting
Fluktuasi [H+] mempunyai dampak pada :
- Eksitabilitas saraf dan otot
asidosis Î penekanan Î eksitabilitas ↓ Î co., disorientasi,
koma
alkalosis Î eksitabilitas ↑ Î co., kedutan dan spasme otot,
sensasi geli, gelisah, kejang
- Aktivitas enzim
sebagian rx kimia menjadi lebih cepat sementara yang lain
melambat
- Kadar K+
sel tubulus ginjal Î reabsorpsi Na+ & sekresi H+ atau K+
kecepatan sekresi K+ >< H+. Normal sekresi K+ > H+
[H+] Î sebagian besar dihasilkan aktivitas metabolik, sebagian kecil
dari makanan
1. Pembentukan asam karbonat (H2CO3) Î sumber utama H+
oksidasi nutrien Î energi + H2O + CO2
ca
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
ca : enzim carbohydrate anhidrase

di kapiler sistemik Î hasil metabolisme Î CO2 ↑ Î rx ke sisi


asam
di paru Î CO2 kapiler berdifusi ke alveolus Î dilepaskan ke
atmosfer Î rx ke sisi CO2

Normal Î sistem pernafasan mengimbangi tingkat metabolisme

2. Asam anorganik
co. sulfur dan fosfor dalam protein makanan diuraikan
menjadi asam sulfat dan asam fosfat
3. Asam organik yang dihasilkan dari metabolisme perantara
co. otot Î asam laktat
metabolisme lemak Î asam lemak

Î Pemasukan H+ bersifat terus menerus, bervariasi dan pada


dasarnya tidak diatur
Sistem penyangga / buffer / dapar kimiawi
Î Larutan buffer adalah larutan yang dapat memperkecil
penyimpangan pH pada penambahan suatu asam kuat atau basa
kuat.
Buffer Î Campuran dari:
• As. Lemah & garamnya dg basa kuat, atau
• Basa lemah dan garamnya dg asam kuat.

Sistem Buffer
• Buffer Bikarbonat
CO2 (larut) + H2O ' H2CO3 ' HCO3- + H+
• Buffer non Bikarbonat
Hbuf ' H+ + Buf-
Penambahan H / OH pada Buffer
• Bila mendapat tambahan H+

HCO3- + H+ ' H2CO3 ' CO2 + H2O

H+ + Buf- ' Hbuf


•Bila mendapat tambahan OH-

H2CO3 + OH- ' H2O + HCO3-

Hbuf + OH- ' H2O + Buf-

Buffers Change Strong Acids


to Weak Acids

HCl + NaOH H2CO3+ NaCl


Strong Base
Weak Acid Salt
Acid
Protein Buffer System
• Plasma and intracellular proteins are the body’s most
plentiful and powerful buffers
• Some amino acids of proteins have:
– Free organic acid groups (weak acids)
– Groups that act as weak bases (e.g., amino groups)
• Amphoteric molecules are protein molecules that can
function as both a weak acid and a weak base

Phosphate Buffer System

• Nearly identical to the bicarbonate system


• Its components are:
– Sodium salts of dihydrogen phosphate (H2PO4¯), a
weak acid
– Monohydrogen phosphate (HPO42¯), a weak base
• This system is an effective buffer in urine and intracellular
fluid
Na2HPO4 + H+ ' NaH2PO4 + Na+
Hemoglobin Buffer System
hBuffer utama dalam eritrosit
h Grup imidazol terdpt ion ferro yg mengikat O2
⇒ peran sebagai buffer
Terdiri dari :
⇒ Sistem oxyhemoglobin (HbO2)
⇒ Sistem reduce hemoglobin (HHb)

O2
Æ
paru – paru

vena HbO2 75% HbO2 95% arteri


Hb 25% Hb 5%

jaringan
Æ
O2

H+ + Hb ' HHb
Sirkulasi vena

HCO3- HCO3- HCO3-

HHb HHb HHb

O2 O2

H+ H+
H2CO3
H2CO3
HbO2 HbO2 HbO2 H2O
CO2
H2O CO2

Sirkulasi Jaringan
Paru-Paru arteri

¨ Cairan interstitial
•Buffer Bikarbonat
¨ Plasma
• Sistem Buffer Bikarbonat
• Protein
• Fosfat anorganik
¨ Eritrosit
• Hemoglobin
• Buffer Bikarbonat
• Fosfat organik
• Fosfat anorganik
Presentasi Sistem Buffer dalam darah:

•Bikarbonat plasma 35%


•Bikarbonat Eritrosit 18%
•Hemoglobin 35%
•Protein plasma 7%
•Fosfat organik 3%
•Fosfat anorganik 2%

Secara keseluruhan:
¨ Sistem Buffer Bikarbonat Terbesar (53%)

¨ Dalam plasma buffer terbesar adalah Sistem


• Buffer Bikarbonat

¨ Dalam Eritrosit buffer terbesar adalah


• Hemoglobin
Σ Buffer secara keseluruhan
→ ”Buffer Base” (BB)
Normal Buffer Base (NBB)
→ BB pada keadaan normal
( pH & HCO3- ) → Normal
NBB dipengaruhi kadar Hb !!!
Hb 20 g/dL → NBB = 50 mM/L
Hb 15 g/dL → = 48 mM/L
Hb 10 g/dL → = 46 mM/L
Hb 5 g/dL → = 44 mM/L

X Base Excess (BE) → BB yang dijumpai – NBB


X Istilah lain Delta base
X BE dapat memberi nilai 0, + atau –
X nilai normalnya adalah –3 sampai +3
X Secara in vitro digunakan untuk menerangkan gangguan asam
basa yang bersifat metabolic, baik berupa metabolik asidosis atau
metabolik alkalosis.
XBE <–3 mengindikasikan defisiensi basa atau kelebihan asam; Ä
metabolik asidosis
X BE >+3 mengindikasikan kelebihan basa atau kekurangan asam
Ä metabolik alkalosis.
XKegunaan BE di klinik untuk pemberian terapi, biasanya terapi
belum diberikan bila kadar belum mencapai –5 atau +5
Henderson-Hasselbalch equation

Konstanta disosiasi H2CO3 :


[H+] [HCO3-] / [H2CO3] = K

pH = log 1 / [H+]

ÎpH = pK + log [HCO3-] / [H2CO3]

H2CO3 CO2 + H2O

ÎpH = pK + log [HCO3-] / [CO2]

pK untuk H2CO3 = 6,1

Keadaan normal rasio [HCO3-] / [CO2] dalam CES Î 20:1

Î pH = 6,1 + log 20/1


= 6,1 + 1,3
= 7,4

[HCO3-] yang dikontrol fungsi ginjal


pH =
[CO2] yang dikontrol fungsi pernafasan

[CO2] ≈ tekanan parsial CO2 (PCO2)


Dehidrasi
→ kehilangan cairan tubuh
terjadi pada : - diare
- muntah kronis
- evaporasi melalui kulit pada luka bakar luas
- pengeluaran Na ginjal ↑ ↑ disertai pengeluaran air

- Intake air kurang → volume ECF ↓

→ osmolalitas ECF ↑ → ICF mengalir ke ECF sampai tercapai keseimbangan


osmotik

Volume ICF & ECF ↓ → dehidrasi

Dehidrasi Isotonik
- Ada kekurangan keseimbangan air dan natrium (dalam proporsi yang sama)
- Konsentrasi natrium serum normal (130 – 150 mmol/L)
- Osmolaritas serum normal (275 – 295 mOsmol/L)
- Hypovolemia terjadi sebagai hasil kehilangan banyak cairan ekstraselular

Dehidrasi Hipertonik (Hipernatremik)


- Terdapat kekurangan air dan natrium, tetapi proporsi kekurangan airnya
lebih banyak
- Konsentrasi natrium serum meningkat ( >150 mmol/L)
- Osmolaritas serum meningkat ( >295 mOsmol/L)
- Sangat haus yang lebih berat derajadnya bila dibandingkan dengan derajad
dehidrasinya
- Kejang mungkin bisa terjadi ; terutama bila konsentrasi natrium lebih dari
165 mmol/L
- Biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare, atau
paparan ke lingkungan panas dengan insensible water loss besar.
Dehidrasi Hipotonik (Hiponatremik)
- Adanya kekurangan air dan natrium, tetapi kekurangan natriumnya
secara relatif lebih banyak
- Konsentrasi natrium serum rendah ( < 130 mmol/L)
- Osmolaritas serum rendah (275 mOsmol/L)
- Dapat terjadi pada penderita diare yang minum air dalam jumlah
besar atau cairan hipotonik yang mengandung konsentrasi garam
atau bahan terlarut lain yang rendah seperti sari buah , cola dan the.
- Terjadi karena air diabsorpsi dari usus sementara kehilangan garam
(NaCl) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium
dan kelebihan air.

Prinsip penanggulangan dehidrasi → mengganti volume cairan yang hilang (oral /


parenteral)

Derajat dehidrasi Jumlah kehilangan cairan


Ringan 2,5 – 5 % BB
Sedang 5 – 10 % BB
Berat > 10 % BB
< = 2,5 % → tidak ada dehidrasi

TBW ♀ < TBW ♂ (Total Body Water)


→ sebab lemak ♀ > ♂
Ratio TBW → bervariasi sesuai jumlah jaringan lemak
Lean body Mass : berat total jaringan tanpa lemak

TBW = ± 73,2 % LBM


Ratio ECF (CES) / ICF (CIS) → lebih besar pada bayi dan anak-anak
dibandingkan dengan dewasa

Absolut ECF anak < dewasa


→ dehidrasi lebih cepat terjadi pada bayi dan anak-anak
Dewasa : 2/3 cairan tubuh adalah CIS. Pada bayi hanya setengahnya

Bayi tidak mampu mengungkapkan rasa haus

Susunan garam oralit (yang dianjurkan WHO)

NaCl 3,5 gram


KCl 1,5 gram
NaHCO3 2,5 gram
Glukosa 20 gram
→ larutkan dalam 1000 cc air

Komposisi Oralit (dalam mmol/L)


Na 90
K 20
HCO3 30
Cl 80
Glukosa 111
SISTEM LIMFATIK
- jalur tambahan di mana cairan dapat mengalir dari ruang interstisial
ke dalam darah ; cairan : limfe (bening)
Cairan yang berdifusi dari membran kapiler → cairan interstisiil →
tidak semua kembali ke pembuluh darah, sebagian masuk ke pembuluh
limfe
- kapiler darah → ruang interstisial ujung vena kapiler darah
kapiler limfe
- dapat mengangkut protein (mencapai 25-50% total protein plasma)
yang beredar dan zat-zat berpartikel besar keluar dari jaringan tubuh
,yang tidak dapat diabsorpsi langsung ke kapiler darah.
- terdapat pada hampir seluruh tubuh, kecuali : permukaan kulit, SSP,
saraf perifer, endomisium otot dan tulang (pembuluh interstisial kecil,
prelimfatik → pembuluh limfatik ; otak → CSF → darah).

- total cairan limfe : 2 – 3 L / hari


- susunan isinya hampir sama dengan susunan cairan jaringan
asalnya, tetapi banyak mengandung limfosit dan fibrinogen
(karena itu cairan limfe dapat membeku), tidak ada CO2,
mengandung sedikit O2, dan cairan limfe yang berasal dari usus
banyak mengandung lemak.
Komponen :
Kapiler limfatik
Sangat halus, berpori-pori ; menuju ke pembuluh limfatik ; mempunyai katup di
ujungnya.
Pembuluh limfatik
Struktur mirip vena ; lebih kecil dan lebih banyak ; mempunyai banyak katup untuk
mencegah aliran balik ; berjalan melewati nodus limfatik.
Nodus limfatik / kelenjar limfatik / limfonodus = filter biologis
Ukuran bervariasi : dari seujung jarum pentol – kacang almond.
Umumnya berkelompok di berbagai bagian tubuh ; banyak pada palatin (langit
mulut), tonsil faringeal, agregat folikel limfatik di usus halus, kelenjar timus,
apendiks, limpa.
Fungsi : - memfiltrasi kuman. Infeksi → radang : bengkak dan nyeri
- memproduksi limfosit
- memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin

Duktus limfatikus
- duktus limfatikus dekstra (sisi kanan kepala, sebagian toraks,
ekstremitas kanan atas), bermuara di vena subklavia kanan.
- duktus limfatikus sinistra / duktus torasikus (ekstremitas bawah,
organ abdomen & pelvis serta sisi kepala kiri, sebagian toraks
sebelah kiri, lengan kiri), bermuara di vena subklavia kiri.
Structure of lymphatic capillaries and a collecting lymphatic, showing also the
lymphatic valves

Cairan Limfe
Fungsi :
- Mempertahankan kadar protein yang rendah dalam cairan
interstisiil
- Mengembalikan protein ke dalam peredaran darah
- Mempertahankan mekanisme counter current di ginjal
- Mengangkut enzim dengan molekul besar (lipase)
- Mengangkut asam lemak rantai panjang & kolesterol dari saluran
pencernaan

(Sistem Limfatik)
- Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi kuman dan bahan-
bahan berbahaya.
- Nodus memproduksi limfosit untuk sirkulasi.
• Aliran Limfe :- tubuh bagian bawah
- kepala kiri
- lengan & thoraks kiri

ductus thoracicus

vena jugularis interna

vena subclavia kiri

• Aliran Limfe :- Leher & kepala kanan


- Lengan & thoraks kanan

ductus limfatikus kanan

vena jugularis interna

vena subclavia kanan


Lihat gambar

Aliran limfe terjadi karena :


- gerakan otot rangka (olah raga, dsb)
- Respirasi, pada inspirasi dan ekspirasi rongga dada →
mengakibatkan adanya perubahan tekanan
- efek hisap akibat aliran kecepatan tinggi dari darah di
dalam vena di tempat pembuluh limfe berakhir (kontraksi
otot jantung)
- kontraksi ritmik dinding saluran limfe besar
Gangguan sistem limfatik
Obstruksi → saluran limfe tersumbat oleh filaria
Bagian tubuh yang terkena terutama ekstremitas dan skrotum
→ Filariasis → Kaki gajah

Cerebro Spinal Fluid (CSF)


Volume rongga yang meliputi otak & sumsum tulang belakang
± 1650 ml
→ ± 150 ml diisi CSF

Cairan otak terdapat di :


- ventrikel otak
- sisterna sekitar otak
- ruangan sub arachnoid yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang
Ruangan tersebut saling berhubungan → CSF dapat mengalir bebas

Dibentuk di ventrikel otak oleh pleksus choroideus pada ke 4 ventrikel otak


(terutama ventrikel lateralis) , sebagian kecil oleh pembuluh darah otak dan
medulla spinalis ; dengan cara sekresi aktif
kecepatan produksi 500 ml/hari ; pertukaran 3 x sehari.
- Dari ventrikel lateralis (vent. I & II) melalui foramen monroi → ventrikel III ,
bersama dengan CSf yang dibentuk di ventrikel III → melalui akuaduktus
Sylvii → ventikel IV, bersama dengan CSF yang dibentuk di ventrikel IV →
melalui foramen Magendi & Luschka → sisterna magna → ruang sub aranoid
yang mengelilingi seluruh otak dan MS (ruang di antara piamater & membran
arachnoidea).
- Diserap melalui vili araknoidalis ke dalam vena, terutama sinus venosus
serebrum.
- Komposisi : air, protein, glukosa, elektrolit, sedikit limfosit
Konsentrasi natrium = plasma ; klorida > 15% ; kalium < 40% ; glukosa < 30%.
- Fungsi utama : fungsi protektif otak dan MS

Susunan CSF tidak sama dengan ECF :


- kadar Na 7 % >
- glukosa 30 % <
- K 49 % <
Fungsi CSF :
melindungi otak terhadap goncangan / benturan (bantalan /
cushion)

Pukulan sangat keras


→ fenomena countrecoup
kerusakan pada otak petinju tidak di daerah frontal tetapi di
daerah occipital

CSF tidak dapat melindungi otak terhadap pukulan rotasi (pukulan


rotasi → uppercut) → KO

Fungsi CSF lain → pengatur isi tengkorak (reservoir)


volume darah otak ↑ → volume CSF ↓

Ruang Perivaskular
Ruangan antara pembuluh daarah yang masuk ke jaringan otak
dan piamater
Fungsi seperti saluran limfe untuk jaringan otak

Fungsi ruang perivaskular


→ - mengangkut protein dari ruang interstisial otak ke CSF
- mengangkut bahan lain dari otak ke ruang sub arachnoid
contoh : pada peradangan otak, sedarah putih yang mati diangkut
keluar melalui ruang perivaskular
Gangguan aliran CSF :
Ada obstruksi → aliran ke ruang sub arachnoid terhambat →
hidrocefalus interna / non-komunikans
Cairan tertimbun di sebelah proksimal sumbatan dan melebarkan
ventrikel apabila foramen Luschka dan Magendie tersumbat atau
terdapat hambatan dalam sistem ventrikel

CSF menumpuk dalam ventrikel atau ruang sub arachnoid


(kapasitas reabsorpsi villi arakhnoidalis menurun) → hidrosefalus
eksterna / komunikans

Sawar darah-otak
(blood-brain barrier & blood-CSF barrier)
- Tempat : pleksus koroideus dan semua endotel kapiler serebrum (tight
junction).
- Kecuali pada : hipofisis posterior, kelenjar pineal, daerah postrema
(permeabilitas baik) → memiliki reseptor sensorik terhadap perubahan
pada cairan tubuh.
- Sangat permeabel : air CO2, O2, sebagian besar substansi larut
lemak (co. alkohol)
- Sedikit permeabel : elektrolit (natrium, kalium, klorida)
- Tidak permeabel : protein plasma, molekul organik ukuran besar yang
tidak larut lemak.
- CSF-otak sangat permeabel

Вам также может понравиться