Вы находитесь на странице: 1из 5

GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

Maret 15, 2009 admin 1 comment

Jenis Gas Buang

Transportasi telah menjadi sumber utama dari pencemaran udara khususnya di daerah
perkotaan. Terlebih lagi dengan penambahan unit kendaraan bermotor yang melaju di jalan
raya dan buruknya sistem angkutan umum yang jelas memperparah pencemaran udara
yang terjadi. Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

• Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti
sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan
ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan.
Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang
terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.

• Komposisi kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung


karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau
fosfor; contohnya hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain- lain. Polutan inorganik
seperti karbonmonoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.

• Bahan penyusun

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan
cairan seperti debu, asap, abu, kabut dan spray; partikulat dapat bertahan di atmosfer.
Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan
udara bebas.

1. Partikulat

Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa
padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut
berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar minyak yang berkomposisikan
senyawa organik hidrokarbon. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang
merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada
mesin kendaraan. Partikel asap mempunyai diameter m. Asap dapat mengurangi
jarak pandang karena partikel padatanberkisar 0.5 – 1 di dalamnya memencarkan
atau menyerap sinar. Intensitas pengurangan jarak pandang ini tergantung kepada
ukuran dan bentuk dari partikulat. Menurunnya jarak pandang berdampak negatif
terhadap sistem transportasi khususnya pesawat terbang dengan memperlambat
operasi bandara udara karena kebutuhan untuk menambah jarak antar pesawat
guna menghindari kecelakaan. Asap juga menyebabkan kotornya pakaian dan bahan
tekstil, korosi pada bahan bangunan dari logam (khususnya pada kelembaban 75%)
serta merusak cat bangunan.

Partikulat memencarkan dan memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi


intensitas sinar yang jatuh ke permukaan bumi. Hal ini dapat memperlama periode
hujan dan salju. Selain itu asap juga dapat merusak kesehatan mahluk hidup.
Partikulat yang menempel pada permukaan daun dapat merusak jaringan daun jika
terserap ke dalamnya. Selain itu partikulat akan menutup stomata sehingga
mengurangi kemampuan tumbuhan untuk berfotosintesis dan mengganggu
pertumbuhannya. Hewan yang memakan tumbuhan yang terlapisi oleh partikukat
dapat mengalami gangguan pencernaan bahkan kematian karena keracunan zat-zat
berbahaya yang terdapat pada partikulat tersebut.

Efek partikulat pada kesehatan manusia menjadi berbahaya dikarenakan ukuran


partikulat yang sangat kecil dapat menembus system pernapasan sampai ke bagian
paru-paru bagian dalam. Terlebih lagi partikulat dapat mengikat polutan lain yang
terdapat di dalam udara (SOx, NOx, dll) sehingga tertinggal dalam tubuh untuk
waktu yang lebih lama. Penelitian intensif telah dilakukan terhadap efek timbal pada
manusia karena kerusakan jaringan tubuh yang ditimbulkan lebih hebat, terutama
pada sis tem pembentukan darah, sistem saraf dan sistem ekskresi. Termasuk juga
sistem reproduksi, fungsi hati, jantung serta enzim dalam tubuh.

2. Hidrokarbon (HC)

Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang
mengandung hidrokarbon, termasuk di dalamnya senyawa alifatik dan aromatik
yang terdapat dalam bahan bakar. Senyawa alifatik terdapat dalam beberapa macam
gugus yaitu alkana, alkena, alkuna. Alkana merupakan senyawa inert dan tidak
reaktif pada atmosfer terhadap reaksi fotokimia. Alkena atau olefin merupakan
senyawa tak jenuh dan sangat aktif di atmosfer terhadap reaksi fotokimia. Oleh
karena itu penelitian terhadap polutan alkena menjadi sangat penting, terlebih lagi
dengan munculnya polutan sekunder yang berasal dari reaksi fotokimia alkena,
seperti peroksiasetil nitrat (PAN) dan ozon (O3).

Salah satu senyawa alkena yang cukup banyak terdapat pada gas buang kendaraan
adalah etilen. Penelitian menunjukkan bahwa etilen dapat mengganggu
pertumbuhan tomat dan lada, juga merusak struktur dari anggrek. Alkuna,
meskipun lebih reaktif dari alkena namun jarang ditemukan di udara bebas dan
tidak menjadi masalah utama dalam pencemaran udara akibat gas buang kendaraan.
Senyawa aromatik juga menjadi pusat perhatian dalam studi pencemaran udara
karena sifatnya yang aktif secara biologis dan dapat menyebabkan kanker
(carcinogenic).
3. Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida yang juga berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar
merupakan gas yang tak berwarna, tak berasa dan tak berbau. Karbon monoksida di
atmosfer bersifat inert pada kondisi normal dan mempunyai waktu tinggal sekitar 2
½ bulan. Pada konsentrasi normal, karbon monoksida di udara bebas tidak
berpengaruh besar terhadap property maupun mahluk hidup. Pada konsentrasi
yang lebih tinggi, karbon monoksida dapat secara serius mempengaruhi
metabolisme pernapasan manusia.

Karbon monoksida mempunyai afinitas terhadap hemoglobin dalam darah (COHb)


yang lebih tinggi daripada oksigen; dengan demikian mengurangi kemampuan
darah untuk membawa oksigen. Kekurangan oksigen dalam aliran darah dan
jaringan tubuh akan menurunkan kinerja tubuh dan pada akhirnya dapat
menimbulkan kerusakan pada organ-organ tubuh. Gejala yang umumnya timbul
akibat pemaparan terhadap karbon monoksida dalam konsentrasi tinggi untuk
waktu yang lama adalah gangguan sistem saraf, lambatnya refleks dan penurunan
kemampuan penglihatan.

4. Sulfur Oksida (SOx)

Sulfur oksida mungkin merupakan polutan yang paling banyak dipelajari karena
senyawa turunannya yang bervariasi. Pada umumnya 2 senyawa sulfur oksida yang
dipelajari adalah sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Sulfur dioksida
merupakan gas yang tak berwarna, tak mudah terbakar dan tak mudah meledak
tetapi mempunyai bau yang menyengat. Sulfur dioksida mempunyai kelarutan yang
tinggi dalam air dengan waktu tinggal sebagai gas dalam atmosfer selama 2 – 4 hari
serta daya transportasi yang tinggi. Oleh karena itu masalah polusi SO2 dapat
menjadi masalah internasional. SO2 relatif stabil di atmosfer dan dapat bertindak
sebagai reduktor maupun oksidator. Namun SO2 dapat bereaksi secara fotokimia
atau katalisis dengan komponen lain dan membentuk SO3, tetesan H2SO4 dan
garam asam sulfat. Reaksireaksi yang mungkin terjadi:

SO2 + H2O —- H2SO3 (asam sulfit)

SO3 + H2O —- H2SO4 (asam sulfat)

Seperti halnya polutan yang lain, sulfur dioksida juga berdampak negative terhadap
lingkungan, material maupun manusia. Pada manusia, asam sulfat (H2SO4), sulfur
dioksida (SO2) dan garam sulfat dapat menimbulkan iritasi pada membrane lendir
saluran pernapasan dan memperparah penyakit pernapasan seperti bronkitis dan
pneumonia. Kondisi ini makin parah di daerah yang berdebu dimana terdapat
partikulat dalam konsentrasi tinggi. Sulfur dioksida dan molekul asam sulfat
cenderung menghentikan kemampuan bulu getar sepanjang saluran pernapasan
yang bertugas menyaring partikel pengotor. Dengan demikian partikulat dapat
dengan mudah masuk ke dalam saluran pernapasan dalam (paru-paru) tanpa
adanya penyaringan terlebih dahulu. Sebagian sulfur dioksida juga terikat dengan
partikulat dan menyebabkan iritasi pada paru-paru. Dalam jangka waktu yang lama,
partikulat dan sulfur dioksida dapat merusak paru-paru dan menyebabkan
kematian karena kerusakan sistem pernapasan. Tumbuhan sangat sensitif terhadap
sulfur dioksida.

Ada 2 macam kerusakan akibat sulfur dioksida. Pertama, tumbuhan yang terpapar
oleh sulfur dioksida pada konsentrasi tinggi untuk waktu singkat mengalami
kerusakan jaringan daun karena terjadi klorolisis, ya itu hilangnya klorofil dan
plasmolisis, yaitu runtuhnya struktur daun. Kedua, kerusakan akibat terpapar oleh
sulfur dioksida pada konsentrasi rendah untuk waktu yang lama yaitu warna daun
menjadi merah kecoklatan atau muncul bercak putih. Kondisi kerusakan semakin
parah pada daerah yang panas dan lembab. Sulfur oksida juga mempunyai daya
rusak yang tinggi terhadap bahan bangunan terutama yang mengandung karbonat
dengan reaksi:

CaCO3 + H2SO4 —- CaSO4 + CO2 + H2O

Kalsium sulfat atau gipsum yang terbentuk dengan mudah terbawa oleh air dan
menimbulkan lubang-lubang pada permukaan bahan, misalnya pada monumen,
ukiran dan gedung. Kabut asam sulfat juga merusak bahan tekstil seperti katun,
linen, rayon dan nilon bahkan kulit. Kertas pun menjadi kekuningan dan menjadi
getas. Sulfur oksida juga mempercepat laju korosi pada logam.

5. Nitrogen Oksida (NOx)

Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan dalam masalah
polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang langsung ke udara
bebas dari hasil pembakaran bahan bakar. NO2 yang mudah larut dalam air dapat
membentuk asam nitrit atau asam nitrat menurut reaksi:

2 NO2 + H2O —- HNO3 + HNO2 (asam nitrat dan asam nitrit)

3 NO3 + HO —- 2 HNO3 + NO (asam nitrat dan nitrogen oksida)

Asam nitrat dan asam nitrit akan jatuh bersama dengan hujan dan bergabung
dengan ammonia (NH3) di atmosfer dan membentuk ammonium nitrat (NH4NO3)
yang merupakan sari makanan bagi tumbuhan. Dengan kemampuan yang tinggi
untuk menyerap sinar ultraviolet, NO2 memainkan peranan penting dalam
pembentukan kontaminan ozon (O3). Tidak seperti gas polutan lainnya yang
mempunyai daya destruktif tinggi terhadap kesehatan manusia, NO merupakan gas
inert dan ‘hanya’ bersifat racun. Sama halnya dengan CO, NO mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap oksigen dibandingkan dengan hemoglobin dalam darah.
Dengan demikian pemaparan terhadap NO dapat mengurangi kemampuan darah
membawa oksigen sehingga tubuh kekurangan oksigen dan mengganggu fungsi
metabolisme. Namun NO2 dapat menimbulkan iritasi terhadap paru-paru.
Pada tumbuhan, NO tidak bersifat merusak namun NO2 menimbulkan sedikit
kerusakan pada tumbuhan. Polutan sekunder dari NOx seperti PAN dan O3 justru
mempunyai daya perusak yang lebih tinggi pada tumbuhan. Konsentrasi NO2 yang
tinggi pada udara bebas dapat memudarkan warna tekstil, memberi warna kuning
pada tekstil berwarna putih, dan mengoksidasi logam.

Edited by : @_pararaja from Peserta Mata Kuliah Teknik Pembakaran Semester Genap
2001/2002. 2001. Portfolio Bahan Bakar Cair. Depok : Program Studi Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.

Categories: kimia

http://smk3ae.wordpress.com

Вам также может понравиться