Вы находитесь на странице: 1из 44

Petunjuk Praktikum

Modul Sel dan Genetika


Fisiologi-Biokimia-Mikroskop-Mikrobiologi-Histologi-Patologi Anatomi

Andriani
Delima Fajar Liana
Mardhia
Mitra Handini
Muhammad In’am Ilmiawan
Nawangsari
Sari Eka Pratiwi
Virhan Novianry
Willy Handoko

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran


Universitas Tanjungura, Pontianak
Petunjuk Praktikum

Fisiologi
Modul Sel dan
Genetika

Oleh:
dr. Willy Handoko, M.Biomed
dr. Mitra Handini, M.Biomed

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungura
Pontianak
2014
Cell Transport Mechanism
and Permeability

Tujuan praktikum:
1. Mengerti fungsi permeabilitas dari membran plasma
2. Dapat menjelaskan berbagai jenis mekanisme transpor secara pasif
melewati membran plasma
3. Dapat menjelaskan berbagai jenis mekanisme transpor secara aktif
melewati membran plasma
4. Mengerti perbedaan antara transporter membran yang membutuhkan
energi metabolisme sel dan yang tidak memerlukan energi
5. Mampu menjelaskan tentang transpor pasif, transpor aktif, difusi
sederhana, difusi terfasilitasi, osmosis, pompa ion, hipotonik, isotonik
dan hipertonik

Pada praktikum ini, mahasiswa akan menggunakan program simulasi untuk


praktikum fisiologi yaitu Physio Ex 8.0. Program ini akan disediakan oleh
Departemen Fisiologi FK Untan, dan dengan alasan apapun tidak boleh
dikopi, disimpan, atau diperbanyak oleh mahasiswa. Terdapat 6 kegiatan
pada praktikum ini, antara lain: Simulasi difusi sederhana, simulasi membran
dialisis, difusi terfasilitasi, osmosis, filtrasi, dan transpor aktif.

Langkah-langkah praktikum:
1. Unduh petunjuk praktikum (worksheet) PhysioEx 8.0 Exercise 1.
2. Baca petunjuk praktikum tersebut sebelum memulai praktikum
simulasi ini.
3. Jalankan program simulasi PhysioEx 8.0.
4. Pilih Exercise 1:Cell Transport Mechanism and Permeability pada kotak
yang tersedia dan klik Go
5. Lakukan praktikum fisiologi sel sesuai kegiatan simulasi yang tertera
pada lembar kerja (worksheet).
6. Buatlah laporan praktikum dan jawab semua pertanyaan pada lembar
kerja yang diberikan.

Referensi

Stabler T, Zao P. PhysioEx 8.0 for Human Physiology: Laboratory Simulations


in Physiology (Integrated Product). 8 ed: Benjamin-Cummings; 2011.

1
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI
MODUL .........

JUDUL PRAKTIKUM

Disusun Oleh :

Nama NIM
(diurutkan sesuai NIM)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN....

2
FORMAT LAPORAN DISKUSI

Aturan umum
- Ukuran kertas A4
- Margin Top: 3 cm
Left: 4 cm
Bottom: 3 cm
Right: 3 cm
- Font: Arial 10
- Spasi 1,15
- Justify
- Nomor halaman diletakkan pada footer, rata kanan
- Penulisan sitasi mengikuti sistim Vancouver
- Kepustakaan minimal 5, textbook: 5-10 tahun terakhir; jurnal: 5 tahun terakhir
- Dikumpulkan paling lambat satu hari sebelum diskusi dalam bentuk hardcopy, tidak
perlu dijilid
- Dikumpulkan dalam bentuk soft copy (.doc/.docx) setelah perbaikan (jika ada) ke alamat
email groodycloups@yahoo.com, anagram889@yahoo.com

Format isi laporan:


- Pendahuluan
- Tujuan Praktikum
- Alat dan Bahan
- Prosedur
- Hasil
- Pembahasan (jumlah halaman pembahasan setara dengan 5 subjudul sebelumnya)
- Daftar Pustaka Vancouver!!

Penilaian Laporan:
1. Kerapian : 15%
2. Isi/pembahasan : 60%
3. Kepustakaan : 10%
4. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik : 15%

3
Petunjuk Praktikum

Biokimia
Modul Sel dan
Genetika

Oleh:
dr. Andriani, M.Biomed
dr. Virhan Novianry, M.Biomed

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungura
Pontianak
2014
Fraksinasi Sel



Tujuan:
Memisahkan komponen sel



Alat:
 Sentrifuge
 Pipet transfer
 Tabung mikrosentrifuge
 Mikroskop cahaya
 Pipet 100 ηL, 1000 ηL
 Kaca objek dan gelas penutup



Bahan:
 Homogenat hepar tikus
 PBS
 Methylen blue
 Janus green




















1


Cara Kerja:
Tahap 1
1. Ambil homogenat 1,5 ml → sentrifugasi 5000 rpm 15 menit
2. Pisahkan supernatan
3. Endapan/pellet + 200 μL PBS + methylen blue (1:1)
→ periksa di bawah mikroskop dng perbesaran 40x10




Tahap 2
1. Supernatan di sentrifuge 12.000 rpm 10 menit
2. Supernatan dibuang
3. Endapan/ pellet + 100 μL + janus green (1:1)
→ diperiksa di mikroskop dengan perbesaran 100x (tambah emersi)


2

Petunjuk Praktikum

Mikroskop
Modul Sel dan Genetika

Oleh:
dr. Muhammad In’am Ilmiawan, M.Biomed

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungura
Pontianak
2014
Praktikum mikroskop

Tujuan praktikum

 Memperkenalkan mahasiswa tentang mikroskop


 Melatih keterampilan mahasiswa menggunakan mikroskop

Bagian-bagian
bagian mikroskop

Secara skematis bagian-bagian


bagian bagian mikroskop dapat dilihat di bawah ini
mikroskop

(a) Lensa okuler


(b) Pengatur jarak antar lensa okuler
(c) Pengatur
tur fokus lensa okuler
(d) Revolver untuk memilih lensa objektif
(e) Lensa objektif
(f) Meja objek
(g) Kondensor
(h) Diafragma lampu
(i) Diafragma kkondensor
ondensor
(j) Penggeerak
rak meja objek sumbu x dan y
(k) Pengatur fokus kasar
(l) Pengatur fokus halus
(m) Pengatur intensitas lampu
(n) Tombol
ombol On/Off

1
Langkah menggunakan mikroskop

1. Tekan tombol On (n), maka lampu mikroskop akan menyala. Tanda (I) mengindikasikan ON dan
tanda (O) mengindikasikan OFF.
2. Atur intensitas cahaya lampu dengan memutar tombol pengatur lampu (m)
3. Putar revolver lensa obyektif (d), pilih lensa pembesaran 4X
4. Letakkan preparat di meja objek (f)
5. Putar penggerak meja objek (j) pada sumbu x mapun y sampai preparat berada di lintasan cahaya
lampu mikroskop
6. Amati preparat dengan mata kanan melalui lensa okuler (a) kanan, putar pengatur fokus kasar (k)
untuk memfokuskan sehingga preparat dapat terlihat. Setelah sediaan mulai tampak jelas, putar
pengatur fokus halus (l) sehingga preparat tampak lebih jelas.
7. Amati preparat dengan mata kiri melalui lensa okuler (a) kiri sambil memutar pengatur fokus lensa
okuler kiri sediaan tampak jelas.
8. Amati preparat dengan kedua mata, atur jarak lensa okuler kanan dan kiri sehingga sesuai dengan
jarak antara kedua mata pengamat.
9. Selanjutnya, lensa obyektif dapat diubah ke pembesaran yang lebih besar (10X atau 40X), sambil
mengatur ketajaman objek dan kedalaman fokus dengan cara mengatur pembukaan diafragma di
kondensor (i).
10. Umumnya ada 4 lensa objektif yang terpasang yaitu pembesaran 4x, 10x, 40x dan 100x. Lensa
pembesaran 4x digunakan untuk mencari/menelusuri objek sasaran di preparat, setelah sasaran
ditemukan maka objek kemudian diamati lebih jelas dengan lensa objektif yang pembesarannya
lebih tinggi. Pembesaran total obyek yang diamati dapat dihitung dengan cara mengalikan
pembesaran lensa okuler dengan pembesaran lensa obyektif, misalnya lensa okuler 10 X lensa
obyektif 40 = pembesaran 400 kali.
11. Jika ingin mengamati objek dengan pembesaran lensa objektif 100x maka diperlukan minyak imersi.
Untuk menggunakannya, minyak imersi diteteskan terlebih dahulu pada permukaan preparat. Lensa
objektif kemudian ditempelkan pada minyak imersi tersebut. Minyak menggantikan udara sebagai
medium cahaya yang berjalan melewati preparat dan lensa objektif (preparat-udara-lensa objektif
diganti menjadi lensa preparat-minyak imersi-lensa objektif). Minyak imersi memiliki indeks refraksi
yang lebih besar dari udara sehingga membantu memperjelas objek yang diamati. Setelah selesai
menggunakan pembesaran lensa objektif 100x, segera bersihkan minyak imersi dengan kertas
pembersih lensa yang dibasahi alkohol. Perhatian, DILARANG! menggunakan minyak imersi pada
lensa objektif 4x,10x maupun 40X karena selain tidak bermanfaat juga akan membuat lensa
tersebut kotor, keruh dan sulit dibersihkan.

2
Langkah mematikan mikroskop

1. Putar revolver lensa obyektif (d), pilih lensa pembesaran 4X


2. Ambil preparat dari meja objek (f)
3. Turunkan intensitas cahaya lampu dengan memutar tombol pengatur lampu (m) sampai maksimal
4. Tekan tombol Off (n), maka lampu mikroskop akan mati
5. Cabut kabel listrik mikroskop
6. Tutup mikroskop dengan plastik penutup

Tugas
Amati dan gambar preparat yang disediakan dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran lensa
objektif 4x, 10x dan 40x.

Referensi

Olympus instructions CH30/CH40 biological microscope. Japan, 2000.

3
Petunjuk Praktikum

Mikrobiologi
Modul Sel dan Genetika

Oleh:
dr. Mardhia
dr. Delima Fajar Liana

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungura
Pontianak
2014
MIKROORGANISME

A. Morfologi Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme golongan prokariotik. Sel bakteri berukuran sangat
kecil, kebanyakan diameternya berukuran sekitar 0,5-0,1µm. Secara umum, bakteri terbagi
menjadi tiga bentuk bakteri yaitu coccus, basil dan spiral.

1. Coccus
Coccus berbentuk menyerupai buah beri kecil apabila dilihat di mikroskop. Bakteri ini
terdapat dalam beberapa pola atau kelompok yang berbeda. Beberapa coccus ada yang
tersusun berpasangan (diplococcus), berantai (streptococcus), berbentuk seperti anggur
(staphylococcus), sarcinae. Bentuk dari coccus ini disebabkan oleh pembelahan pada
bakteri.

Gambar 1. Bidang pembelahan bakteri

1
Beberapa contoh bakteri sesuai dengan bidang pembelahannya adalah :
a. Diplococcus : Nesseria gonorrhoeae, Nesseria meningitides
b. Streptococcus : Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes
c. Staphylococcus : Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidemidis
d. Sarcinae : Sarcina sp
2. Basil
Basil merupakan bakteri dengan bentuk menyerupai batang atau silinder. Basil ini
sangat beraneka ragam ukurannya. Tidak seperti kokus, basil hanya melakukan pembelahan
dalam satu bidang. Oleh karena itu, bakteri ini teramati sebagai sel tunggal (monobacil) ,
berpasangan (diplobacil), ataupun berantai (streptobacil). Ada juga yang dikenal sebagai
coccobacil.

Gambar 2. Bidang pembelahan basil

2
Beberapa bakteri sesuai bidang pembelahannya adalah :
a. Monobacil : Escherichia coli, Salmonella thypi, Shigella sp
b. Diplobacil : Bacillus cereus
c. Streptobacil : Bacillus antrachis
d. Coccobacil : Haemophylus influenza
3. Spiral
Bakteri jenis ini terbagi menjadi tiga macam yaitu spirochaeta, spirilum dan koma.
Spirochaeta merupakan bakteri berbentuk heliks dan bentuk badan yang lentur. Bergerak
dengan menggunakan filament axial, yang terlihat seperti flagel pada selubung luarnya.
Contohnya adalah spriochaeta sp, Treponema pallidum. Bentuk spirilum berbentuk heliks,
namun dengan bentuk tubuh yang kaku. Contoh dari bakteri ini adalah spirillum sp. Bakteri
dengan bentuk koma contohnya adalah Vibrio cholerae.

Gambar 3. Jenis bentuk spiral

3
B. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram merupakan salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan
sering digunakan untuk mengidentifikasi morfologi bakteri. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram. Bakteri yang terwarnai
dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri
Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal
violet/gentian violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop.
Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci
dengan alkohol, dan mempertahankan zat pewarna tandingannya yaitu karbol fuchsin atau
safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan
dalam struktur kimiawi dinding selnya.
Adapun tahapan pewarnaan gram adalah sebagai berikut :
1. Object glass yang sudah terdapat specimen pemeriksaan difiksasi di atas api
Bunsen.
2. Pemberian zat Kristal violet ke seluruh permukaan specimen selama 5 menit
3. Bilas dengan air mengalir hingga bersih
4. Pemberian larutan lugol/iodin selam 45-60 detik
5. Bilas dengan air mengalir hingga bersih
6. Cuci atau celupkan dengan Alkohol 96%
7. Bilas dengan air mengalir hingga bersih
8. Pemberian Carbol fuchsin / safranin 1-2 menit
9. Bilas dengan air mengalir hingga bersih
10. Keringkan dengan kertas saring
11. Lihat di mikroskop dengan perbesaran 10x100 (menggunakan minyak imersi)

4
A B

Gambar 4. A. Pewarnaan bakteri Gram Positif, B. Pewarnaan bakteri Gram Negatif

C. Morfologi Jamur
Jamur merupakan mikroorganisme golongan eukariotik. Secara umum jamur terbagi
menjadi dua kelompok yaitu Yeast (Ragi) dan Mold (Kapang).
1. Yeast (Ragi)
Ukuran yeast berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjang 5-30 μm atau lebih.
Biasanya pada agar saboraud, koloni yeast berbentuk bulat, cembung, halus, licin,
berwarna putih kekuningan. Bentuk yeast yang paling sering ditemukan
menginfeksi manusia adalah Candida albicans, Criptococcus neoformans

A B

Gambar 5. Candida albicans dengan pewarnaan gram (A. Pesudohifa; B. Blastospora)

5
2. Mold (Kapang)
Bentuk koloni kapang pada agar saboraud berbentuk kering, padat seperti kapas.
Pada mikroskop sel terlihat memanjang dan bercabang. Contoh kapang antara lain
Aspergillus sp, Rhizopus sp.
D. Pemeriksaan Jamur
Pemeriksaan jamur yang paling sering dan sederhana dilakukan adalah pemeriksaan
dengan KOH dan Lacto Phenol Cotton Blue (LPCB). Adapun mekanisme pemeriksaan
dengan KOH adalah :
1. Letakkan skuama/bahan periksa di bagian tengah kaca objek.
2. Teteskan larutan KOH 10% atau 20% di atas skuama/bahan periksa.
3. Tutup dengan deckglass.
4. Panaskan di atas api hingga timbul gelembung udara yang pertama.
5. Lihat di mikroskop dengan pembesaran objektif 40 kali.

Sedangkan pemeriksaan dengan LPCB adalah :


1. Letakkan skuama/bahan periksa di bagian tengah kaca objek.
2. Teteskan larutan LPCB di atas skuama/bahan periksa.
3. Tutup dengan deckglass.
4. Lihat di mikroskop dengan pembesaran objektif 40 kali.

A B

Gambar 6. Candida albicans dengan pemeriksaan KOH (A); Aspergillus sp dengan


pemeriksaan LPCB (B)

6
Petunjuk Praktikum

Histologi
Modul Sel dan Genetika

Oleh:
dr. Muhammad In’am Ilmiawan, M.Biomed
dr. Nawangsari, M.Biomed

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungura
Pontianak
2014
Empat Jaringan Dasar pada
Manusia
Jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang terorganisasi memiliki satu atau
beberapa fungsi tertentu.

Ada 4 jaringan dasar yang ada di tubuh manusia yaitu


1. Jaringan Epitel
Menyelimuti permukaan tubuh, membatasi rongga tubuh dan membentuk
kelenjar
2. Jaringan Ikat
Mendasari atau menyokong ketiga jaringan tubuh lainnya baik secara
struktural maupun fungsional
3. Jaringan Otot
Tersusun atas sel kontraktil berfungsi dalam pergerakan tubuh
4. Jaringan Saraf
Menerima, menyampaikan dan mengintegrasikan informasi dari luar dan
dalam tubuh untuk mengendalikan aktivitas dalam tubuh

Keempat jenis jaringan di atas digolongkan berdasarkan ciri morfologi dan fungsi
yang dimiliki.

1. Jaringan epitel
Ciri jaringan epitel:
 Sel-sel penyusun terletak saling berdekatan.
 Karena fungsinya sebagai pelapis maka ada permukaan bebas.

Epitel dapat diklasifikasikan berdasarkan


 Bentuk
o Skuamosa (gepeng)
o Kuboid
o Kolumnar

1
 Jumlah lapisan
o Selapis
o Bertingkat (banyak lapis)

Ciri sel epitel


o Terletak saling berhimpitan (memiliki molekul adhesi, cell junctions)
o Memiliki polaritas (morfologi & fungsional): apeks (tepi bebas), lateral, basal
o Tertambat di membran basal

2. Jaringan ikat
Ciri jaringan: memiliki matriks ekstraseluler
Jaringan ikat diklasifikasikan berdasarkan
o Jenis sel
o Susunan dan komposisi matriks ekstraseluler

 Jaringan ikat longgar


Matriks ekstraseluler mengandung serat kolagen, tersusun longgar, terdapat
sel fibroblas dan sel imun

 Jaringan ikat padat


Matriks ekstraseluler mengandung banyak serat kolagen, tersusun padat,
terdapat sel fibroblas (jumlahnya sedikit)

 Contoh matriks lainnya adalah tulang (matriks kalsium) dan kartilago (matriks
hyaluronan)

3. Jaringan Otot
Ciri: mampu berkontraksi
Ciri sel otot
o Sitoplasma mengandung protein kontraktil (aktin dan miosin)
o Bentuk memanjang, orientasinya (arah) sama
o Inti sel (nukleus) mengikuti orientasi sel

2
4. Jaringan saraf
Ciri: terdiri atas sel neuron (sel saraf) dan sel-sel pendukung

Ciri sel neuron


 Menghantar impuls listrik
 Bagian sel:
o Akson
o Badan sel
o Dendrit
 Mensekresi neuromediator/neurotransmiter

Sel-sel pendukung
 Sistem saraf pusat: sel neuroglia
 Sistem saraf perifer/tepi: sel schwann/neurilema dan sel satelit

Tugas
Amati di mikroskop dan buat gambar contoh jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan
otot dan jaringan saraf.

Referensi

Ross MH. Histology: a text and atlas: with correlated cell and molecular biology. 6th
ed. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins Health; 2011.

3
Petunjuk Praktikum

Patologi Anatomi
Modul Sel dan Genetika

Oleh:
dr. Muhammad In’am Ilmiawan, M. Biomed
dr. Sari Eka Pratiwi

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungura
Pontianak
2014
Pendahuluan

Patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Ilmu ini mendalami tentang
penyebab penyakit, perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat sel, jaringan
dan organ. Perubahan tersebut kemudian dapat memunculkan tanda dan gejala
klinis pada pasien. Patologi menghubungkan ilmu dasar kedokteran dengan ilmu
klinis.

Banyak hal dapat menyebabkan gangguan pada sel dan menimbulkan jejas. Apabila
sel masih mampu beradaptasi dengan gangguan tersebut maka jejas yang timbul
bersifat reversibel. Sedangkan apabila gangguan tersebut melebihi kemampuan sel
untuk beradaptasi maka dapat menimbulkan jejas yang sifatnya ireversibel.

1
Topik Praktikum

A. Contoh Jejas Reversibel


1. Degenerasi bengkak keruh
2. Perlemakan

B. Contoh Jejas Ireversibel


1. Nekrosis Koagulatif
2. Nekrosis Kaseosa

C. Contoh Radang
1. Radang Akut
2. Radang Kronis
3. Radang Kronis granulomatosa

D. Contoh Pemulihan Jaringan


1. Jaringan granulasi
2. Keloid

2
A. Jejas Reversibel

Dua perubahan morfologi sel berhubungan dengan Jejas sel reversibel yaitu
pembengkakan sel dan perlemakan. Pembengkakan sel muncul akibat gangguan
fungsi pompa aktif ion di membran plasma. Gangguan ini menyebabkan
ketidakseimbangan ion dan cairan dalam sel. Perlemakan sel dapat terjadi akibat
hipoksia, toksin atau gangguan metabolik yang bermanifestasi sebagai munculnya
vakuola lemak di dalam sitoplasma.

Pembengkakan sel merupakan manifestasi awal pada hampir semua bentuk jejas
pada sel. Apabila mengenai banyak sel di suatu organ, maka organ tersebut akan
tampak lebih pucat (penekanan kapiler), turgor meningkat dan berat meningkat.
Melalui pemeriksaan mikroskopis, dapat juga terlihat vakuola -vakuola kecil dalam
sitoplasma (distensi retikulum endoplasmik). Pembengkakan sel dapat juga disebut
sebagai perubahan hidropik atau degenerasi vakuolar.

Perlemakan hati manifestasinya adalah munculnya vakuola lipid dalam sitoplasma.


Perubahan ini terutama terjadi pada sel-sel yang berperan dalam metabolisme
lemak (hepatosit dan myokardium). Perlemakan sel bersifat reversibel.

Berbagai perubahan intraseluler yang berhubungan dengan jejas reversibel yaitu (1)
Perubahan membran plasma: blebbing, blunting, kerusakan mikrovili, pengenduran
ikatan interseluler; (2) Perubahan mitokondria: pembengkakan dan munculnya zat
amorf mengandung fosfolipid; (3) Dilatasi retikulum endoplasmik disertai lepasnya
ribosom, pemisahan polisom; dan (4) Perubahan nukleus berupa penggumpalan
kromatin.

3
A.1. Degenerasi bengkak keruh
Degenerasi albumin tubulus ginjal
Jaringan : ginjal
Kode sediaan: D1

Pada pembesaran lensa obyektif 10 x tampak terdapat beberapa tubulus ginjal yang
lumennya menyempit disebabkan oleh pembesaran sitoplasma sel epitel tubulus.
Jika dilihat pada pembesaran lensa obyektif 40X, semakin tampak jelas sel epitel
tubulus mengalami pembengkakan pada sitoplasmanya (lingkaran merah).
Sitoplasma sel tersebut terlihat berwarna lebih terang dari sel normalnya.

Tugas:
1. Pelajari histologi tubulus ginjal
2. Pelajari bagaimana mekanisme terjadinya pembengkakan pada sel

Pembesaran 10X lensa obyektif:

4
Pembesaran 40X lensa obyektif:

A.2. Perlemakan Hati


Kode sediaan: SG2
Jaringan: Hati

Pada pembesaran lensa obyektif 10 X tampak dengan jelas di jaringan hati terdapat
daerah bulatan-bulatan kosong tersebar merata diantara sel hati. Bulatan tersebut
sebenarnya adalah lemak yang tertimbun di sitoplasma heaptosit. Akibat proses
pembuatan preparat mikroskopis pulasan hematoksilin eosin, lemak tersebut hilang
sehingga yang tersisa adalah ruangan kosong (lingkaran merah).

Pada pembesaran lensa obyektif 40X, tampak jelas hepatosit menyerupai sel lemak.
Pada beberapa hepatosit, timbunan besar lemak (makrovesikel) menyebabkan
nukleus terdorong di tepi sehingga menyerupai cincin seperti yang biasanya terlihat

5
pada sel lemak. Timbunan lemak di hepatosit juga dapat berada dalam ukuran yang
lebih kecil (mikrovesikel) dan nukleus hepatosit tetap berada di tengah.

Tugas:
1. Pelajari histologi hati
2. Pelajari bagaimana mekanisme terjadinya degenerasi lemak pada hepatosit

Pembesaran 10X lensa obyektif:

6
Pembesaran 40X lensa obyektif:

B. Jejas Ireversibel
Nekrosis merupakan kematian sel. Sel tersebut mengalami kerusakan pada
membrannya dan kandungannya bocor. Kandungan sel yang bocor dapat memicu
peradangan. Kerusakan sel umumnya terjadi akibat kerja enzim-enzim yang dapat
merusak komponen sel. Salah satu enzim tersebut adalah lisosom yang berasal dari
sel itu sendiri atau dari sel radang.

Sel yang mengalami nekrosis dapat dilihat cirinya di sitoplasma dan nukleus. Pada
sitoplasma, melalui pulasan hematoksilin eosin tampak berwarna lebih merah
(eosinofilia). Ini akibat terjadi peningkatan ikatan eosin dengan protein sitoplasma
yang mengalami denaturasi. Selain itu sitoplasm kehilangan warna biru (basofilia)
akibat berkurangnya RNA. Sel tampak lebih jernih dan homogen akibat kehilangan
partikel glikogen.

7
Perubahan nukleus sel yang nekrosis dapat berupa: 1) Karyolisis, warna biru
(basofilia) di kromatin menjadi pudar. DNA dan kromatin rusak akibat aktivitas
deoksiribonuklease (DNase); 2) Piknosis, nukleus menyusut dan warna birunya
meningkat, DNA memadat; 3) Karyoreksis, nukleus mengalami fragmentasi. Pada 1-
2 hari selanjutnya, nukleus dapat menghilang. Sel nekrosis dapat ditemukan
menetap sampai beberapa waktu atau terdegradasi oleh enzim dan menghilang. Sel
mati dapat membentuk gambaran mielin yang kemudian difagosit oleh sel lain atau
didegradasi menjadi asam lemak. Asam lemak tersebut dapat berikatan dengan
garam kalsium menimbulkan kalsifikasi.

Pola nekrosis jaringan


Nekrosis koagulatif
Struktur sel masih terjaga. Konsistensi jaringan menjadi lebih keras. Kemungkinan
nekrosis ini terjadi akibat jejas tidak hanya mendenaturasi protein struktural tapi juga
mendenaturasi enzim sehingga tidak terjadi proteolisis. Sel nekrosis tampak
eosinofilik dan tidak memiliki nukleus. Nekrosis koagulatif merupakan ciri infark
(nekrosis iskemik) pada semua organ solid kecuali otak. Beberapa hari selanjutnya
lekosit datang dan mengeluarkan enzim lisosom. Sisa sel mati kemudian difagosit
oleh lekosit.

Nekrosis kaseosa
Nekrosis ini sering dijumpai di fokus infeksi kuman tuberkulosa. Kaseosa berarti
menyerupai keju. Secara makroskopis, area jaringan yang nekrosis tampak
berwarna putih kekuningan. Secara mikroskopis, area nekrosis tampak sebagai
kumpulan sel-sel yang terfragmentasi atau lisis. Pada pulasan hematoksilin eosin,
area nekrosis tampak sebagai daerah granular amorf berwarna merah muda.
Struktur jaringan tampak rusak dan batas sel sulit dikenali. Tepi area nekrosis
kaseosa umumnya dibatasi oleh peradangan. Gambaran peradangan tersebut
merupakan ciri dari granuloma.

Tugas
Pelajari macam-macam nekrosis beserta mekanismenya.

8
B.1. Nekrosis Koagulatif
Kode sediaan: SG 3
Jaringan: testis

Pada pembesaran lensa obyektif 10 X tampak di semua tubuli seminiferi yang


terlihat megalami nekrosis koagulatif. Struktur tubulus seminiferi masih terjaga dan
bisa dikenali namun sel-sel yang berada di dalamnya nukleusnya menghilang.

Pada pembesaran lensa obyektif 40 X tampak satu tubulus seminiferus strukturnya


tubulus seminiferi masih bisa dikenali bagian-bagiannnya. Tampak semakin jelas
semua sel-sel yang berada di dalamnya nukleusnya menghilang.

Pembesaran 10X lensa obyektif:

9
Pembesaran 40X lensa obyektif:

B.2. Nekrosis Kaseosa/perkejuan


Kode Sediaan PR 5
Jaringan: Paru
Tuberkulosis Paru

Melalui pembesaran lensa obyektif 10 X, sebagian area tampak jaringan paru yang
masih normal. Di bagian tersebut terlihat jaringan paru berupa ruang-ruang kosong
alveolus dibatasi oleh sekat-sekat. Di bagian yang lain terdapat area yang
mengalami nekrosis kaseosa. Di bagian tersebut struktur jaringannya rusak, tidak
dapat dijumpai lagi ruang-ruang alveolus dan dipadati oleh sel-sel, perdarahan dan
area nekrosis. Area nekrosis tampak sebagai area yang berwarna merah muda dan
tidak berbentuk (amorf).

10
Paru normal, pembesaran 10X lensa obyektif:

Nekrosis Kaseosa, pembesaran 10X lensa obyektif:

11
C. Radang
Peradangan merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Melalui proses ini penyebab
jejas atau sel yang nekrosis dapat dihilangkan kemudian proses perbaikan jaringan
yang rusak dapat dimulai. Terdapat dua jenis radang yaitu radang akut dan radang
kronis.
Radang dapat bermanisfestasi sebagai calor (panas), rubor (kemerahan), tumor
(pembengkakan), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan fungsi). Manifestasi
tersebut terutama terjadi akibat perubahan pembuluh darah dan aktivasi lekosit.
Radang akut mucul cepat dan berlangsung dalam hitungan menit sampai hari.
radang akut ditandai oleh eksudasi protein plasma dan akumulasi netrofil. Radang
kronis dapat berlangsung lama dari hari sampai tahunan ditandai oleh peningkatan
limfosit dan makrofag disertai pembentukan pembuluh darah baru dan fibrosis.
Lekosit mampu mensekresi enzim-enzim dan radikal bebas. Enzim tersebut dapat
memusnahkan patogen atau sel nekrosis dan dapat merusak sel maupun jaringan
normal. Pada tuberkulosis, kuman penyebabnya sulit dimusnahkan sehingga
peradangan berlangsung lama dan jaringan yang normal di sekitarnya ikut rusak.
Jika jejas dapat dihilangkan maka radang akut selanjutnya dapat berakhir dengan
proses regenerasi dan perbaikan. Jika penyebab jejas sulit dihilangkan maka radang
akut berakhir dengan proses inflamasi kronis atau berakhir dengan pembentukan
jaringan ikat.

Tugas
1. Pelajari mekanisme radang akut
2. Pelajari mekanisme radang kronis

C.1. Radang Akut


Kode sediaan: SG 4
Jaringan : apendiks
Apendisitis akut

Pada pembesaran 10x lensa obyektif, tampak hampir di seluruh lapisan apendiks
terutama di sub mukosa dipenuhi sel-sel radang. Jika sel-sel radang tersebut dilihat
melalui pembesaran 40x lensa obyektif, maka dapat terlihat dengan dengan banyak
sel-sel radang akut netrofil/PMN(polymorphonuclear). Sel PMN memiliki ciri inti yang
belobus.

12
Pembesaran 10X lensa obyektif:

Pembesaran 40X lensa obyektif:

13
C.2. Radang Kronik
Kode Sediaan: RK 3
Jaringan: Kelenjar getah bening
Limfadenitis Kronik (sinus kataral)

Gambar di bawah merupakan kasus radang kronis pada kelenjar getah bening.
Paada pembesaran 4X lensa obyektif tampak folikel-folikel limfoid jumlahnya
meningkat jika dibandingkan dengan jaringan normalnya. Pada pembesaran 10X
lensa obyektif, di bagian sub kapsul dipenuhi oleh banyak sel radang. Jika dilihat
pada pembesaran 40X lensa obyektif, maka banyak ditemukan sel radang kronis
yaitu limfosit. Sel radang kronis memiliki ciri berukuran kecil diameternya hampir
seukuran dengan sel darah merah dan nukleus bulat.

Pembesaran 4X lensa obyektif:

14
Pembesaran 10X lensa obyektif:

Pembesaran 40X lensa obyektif:

15
C.3. Radang Kronik Granulomatosa
Kode sediaan:RK 4
Jaringan: Kelenjar getah bening
Limfadenitis Tuberkulosa

Jika penyebab jejas sel di jaringan sulit dimusnahkan maka peradangan yang terjadi
adalah radang kronis. Pada pembesaran lensa obyektif 4X, tampak struktur jaringan
menjadi rusak. Dengan pembesaran 10X lensa obyektif, di jaringan tersebut dapat
dijumpai banyak jaringan ikat dan terdapat daerah nekrosis. Pada pembesaran 40X
lensa obyektif, tampak semakin jelas jenis sel radang yang terlibat adalah sel radang
kronis yaitu limfosit dan makrofag. Beberapa sel makrofag ada yang berkumpul
menjadi satu sel raksasa, nukleus-nukleusnya berkumpul membentuk gambaran
seperti tapal kuda sel tersebut disebut sebagai sel Datia Langhans. Di sekeliling sel
Datia tersebut dijumpai banyak makrofag, satu dengan lainnya saling berhubungan
membentuk jalinan seperti sel epitel sehingga disebut sebagai sel epiteloid. Di
bagian luarnya dapat dijumpai jaringan ikat dan limfosit-limfosit.

Pembesaran 4X lensa obyektif:

16
Pembesaran 10X lensa obyektif:

Pembesaran 40X lensa obyektif:

17
D. Pemulihan jaringan
Tugas
1. Pelajari tentang proses-proses yang dapat terjadi setelah peradangan akut
2. Pelajari tentang regenerasi sel dan jaringan

D.1. Jaringan Granulasi


Kode Sediaan: SG 12

Berikut ini adalah jaringan yang sedang mengalami peradangan. Peradangan yang
terjadi bertujuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Pada pembesaran 10X
lensa obyektif, dapat terlihat banyak dijumpai pembentukan-pembentukan pembuluh
darah kapiler baru (angiogenesis), stroma jaringan tampak berwarna pucat karena
masih terjadi edema dan dapat dijumpai banyak sel radang. Pada pembesaran 40X
lensa obyektif, dapat ditemukan banyak sel radang akut.

Pembesaran 10X lensa obyektif:

18
Pembesaran 40X lensa obyektif:

D.2. Keloid
Jaringan: Kulit
Kode Sediaan:RP 3

Setelah penyebab jejas dapat dihilangkan maka peradangan reda. Terjadi


penyembuhan pada jaringan yang rusak ditandai dengan tidak adanya lagi
gambaaran peradangan dan bagian yang mengalami kerusakan digantikan oleh
jaringan ikat . Pada individu tertentu, proses pembentukan jaringan ikat terjadi
secara berlebihan. Pada kulit pembentukan jaringan ikat tersebut dapat membentuk
benjolan dan disebut sebagai keloid. Pada pembesaran 10X lensa obyektif terlihat
dibawah lapisan epidermis banyak dijumpai jaringan ikat.

19
Pembesaran 10X lensa obyektif:

Pembesaran 40X lensa obyektif:

Jaringan ikat kolagen

Daftar Pustaka
Kumar V, Abbas AK, Aster JC, Robbins SL, editors. Robbins basic pathology. 9th
ed. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2013.

20

Вам также может понравиться