Вы находитесь на странице: 1из 12

Etika Dokter Muslim

Pendahuluan

Untuk membahas etika dokter Muslim, akan dicoba untuk memahami arti masing-
masing istilah, yaitu etika, dokter dan muslim. Selain itu juga akan disampaikan istilah dari
terminologi Islam yang dekat dengan istilah etika yaitu adab dan akhlak.

Dengan memahami istilah masing-masing kata tersebut diharapkan bisa memotret


sesuatu mendekati objek aslinya yaitu objek etika dokter Muslim. Selanjutnya, pada akhir
pembahasan akan ditulis KODEKI (Kode Etik Dokter Indonesia) dan Kode Etik Profesi
Kedokteran Islam yang diambil dari Islamic Medical Association (1977) disitasi Athar
(2001). Dengan mengerti makna etika, dokter dan muslim di awal tulisan, selanjutnya
membaca KODEKI diteruskan Kode Etik Kedokteran Islam yang telah disusun oleh para ahli
yang berkatan dengan bidang-bidang tersebut, maka diharapkan pembaca dapat menilai
sendiri bagaimana harus bersikap dan berperilaku yang benar sebagai seorang dokter muslim
yang melandaskan segala perilakunya dengan berpegang dua hal yaitu: 1) Al Qur‘an dan
Sunnah, dan 2) kompetensinya sebagai seorang dokter (kognitif, afektif, psikomotor).

Etika, Adab, dan Akhlak

Etika yaitu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta
kewajiban moral. Etika yaitu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etika
yaitu asas perilaku yang menjadi pedoman (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008). Etik (Ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan,
watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1988), etika adalah:

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral.
2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut Kamus Kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan
tentang perilaku yang benar dalam suatu profesi (Hanafiah & Amir, 2009).

Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (singular) yang berarti a system of moral
principles or rules of behaviour, atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara
berperilaku. Akan tetapi, terkadang ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular.
Jika ini yang dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral
principles, suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics
dengam maksud plural (jamak) berarti moral principles that govern or influence a person‘ s
behaviour, prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi (Adib 2014).

Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik. Etika memberikan semacam batasan maupun standar yang mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika ini kemudian dirupakan ke dalam
bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral
yang ada dan pada saat dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala
macam tindakan yang secara logika-rasional (common sense) dinilai menyimpang dari kode
etik (Adib 2014). Dengan begitu etika dapat secara garis besar dipandang sebagai
instrumen/alat untuk menilai/mengukur apakah tindakan orang yang hidup dalam
kelompoknya (termasuk kelompok profesinya) benar-salah atau baik-buruk. Etika berkaitan
dengan instrumen untuk menilai perilaku. Dalam terminologi Islam dikenal istilah adab dan
akhlak, yang keduanya berkaitan dengan perilaku sebagai seorang Muslim.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) dan Kamus Umum Bahasa Indonesia
(1976) susunan W.J.S. Poerwodarminta, disitasi Husaini et al (2013), adab didefinisikan
sebagai: kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, dan akhlak. Sedangakn beradab
diartikan sebagai sopan, baik budi bahasa, dan telah maju tingkat kehidupan lahir dan
batinnya. Dari kajian para ulama, disimpulkan bahwa adab memilki peran sentral dalam
dunia pendidikan. Tanpa adab, dunia pendidikan berjalan tanpa ruh dan makna. Ibn Jama‘ah
mengatakan, “ Mengamalkan satu bab adab itu lebih baik daripada tujuh puluh bab ilmu yang
hanya sekadar dijadikan sebagai pengetahuan.” Artinya, ilmu sedikit yang diiringi dengan
adab itu lebih baik daripada ilmu yang banyak, tetapi kosong dari adab (lost of adab). Ta‘dib
secara etimologi merupakan bentuk masdar kata kerja addaba yang berarti mendidik, melatih
berdisiplin, memperbaiki, mengambil tindakan, beradab, sopan, berbudi baik, mengikuti jejak
akhlaknya (Husaini et al 2013). Sedangkan menurut Syahidin (2001), ada tiga istilah yang
digunakan oleh para ahli pendidikan Islam dalam mengartikan pendidikan, yaitu Ta‘lim,
Ta‘dib, dan Tarbiyah. Menurutnya, kata yang paling tepat untuk mengartikulasikan makna
pendidikan adalah istilah tarbiyah.

Menurut al Attas, istilah Ta‘dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk
menggambarkan pengertian pendidikan, karena pada dasarnya pendidikan Islam bertujuan
untuk melahirkan manusia yang beradab. Sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena
pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Selanjutnya ia
menjelaskan bahwa ta‘dib merupakan masdar kata keja addaba yang berarti pendidikan.
Kemudian dari addaba ini diturunkan juga kata adabun. Pendapat al Attas tentang ta‘dib
dikuatkan oleh Sa‘dudin Manshur Muhammad. Ia beralasan bahwa istilah ta‘dib merupakan
istilah yang mencakup semua aspek dalam pendidikan baik unsur tarbiyah maupun unsur ta‘
lim (Husaini et al. 2013).

Dalam terminologi Islam dikenal istilah akhlak. Rasululllah diutus untuk


menyempurnakan akhlak. Akhlak yaitu budi pekeri, tabiat, kelakuan, watak. Berakhlak
maksudnya yaitu mempunyai pertimbangan untuk membedakan yang baik dan buruk (Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

Akhlak adalah kondisi yang kuat dalam jiwa yang darinya muncul keinginan berusaha
dalam bentuk kebaikan, keburukan, keindahan dan kejelekan. Secara tabiat, akhlak dapat
dipengaruhi oleh pendidikan yang baik dan buruk. Apabila kondisi tersebut dibina untuk
memilih keutamaan dan kebenaran mencintai kebaikan, antusias terhadap kebaikan, dilatih
untuk mencintai keindahan, serta membenci kejelekan, niscaya itu semua akan menjadi
tabiatnya. Dengan tabiat itu akan muncul perbuatan-perbuatan baik dengan mudah, tanpa
dipaksakan. Itulah yang disebut akhlak yang baik. Contoh dari akhlak yang baik itu seperti:
sikap lembut, sayang, sabar, dermawan, berani, adil, berbuat baik, serta akhlak-akhlak utama
dan kesempurnaan jiwa lainnya. Begitu pula, apabila akhlak itu tidak dibimbing sebagaimana
mestinya, tidak ditanamkan bibit-bibit kebaikan di dalamnya, atau malah dididik dengan
pendidikan yang buruk, niscaya yang jelek akan disukai, sedangkan yang baik akan dibenci.
Maka muncullah darinya perkataan dan perbuatan yang buruk secara otomatis. Inilah yang
dinamakan dengan akhlak yang buruk. Contoh dari akhlak yang buruk itu seperti: berkhianat,
dusta, keluh kesah, tamak, kasar, dengki, keji, tidak sopan, dan lain sebagainya. Dari sinilah
Islam menyerukan kepada kaum Muslimin untuk mempunyai akhlak yang baik,
mengembangkannya dalam jiwa-jiwa mereka. Oleh karena itu Islam mengukur keimanan
seorang hamba berdasarkan keutamaan-keutamaan yang ada pada dirinya, serta akhlak
baiknya. Sedangkan Allah memuji Nabi-Nya dengan kebaikan Akhlaknya (Al jazairi, A.B.J.
2011).

Menurut asal katanya, akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khulq yang berarti
gambaran batin, perangai, tabiat atau karakter. Terdapat beberapa makna akhlak, yakni:

1. Suatu gejala kejiwaan yang sudah meresap dalam jiwa, yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu. Apabila yang timbul darinya berupa perbuatan-perbuatan yang baik
atau terpuji menurut akal dan syara‘ maka dinamakan akhlak yang baik. Begitu pula
sebaliknya.
2. Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan,
tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
3. Kehendak yang dibiasakan, artinya, apabila kehendak itu membiasakan sesuatu maka
kebiasaan itu disebut akhlak.
4. Suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap (perbuatan yang didorong oleh emosi
jiwa, bukan karena tekanan dari luar, serta sudah menjadi kebiasaan), kekuatan dan
kehendak yang saling kombinasi sehingga membawa kecenderungan pada pemilihan
pihak yang benar (sebagai akhlak yang baik) dan pihak yang salah atau jahat (sebagai
akhlak yang salah atau jahat).
Sepuluh induk akhlak yang baik yang melahirkan kebaikan bagi kehidupan manusia,
menurut Imam Al Ghazali, yaitu:
a) Tobat atau suka mengakui dosa dan kesalahan,
b) Takut kepada Allah,
c) Zuhud, yakni menerima apa adanya, tidak mengharapkan apa yang tidak ada,
d) Sabar,
e) Syukur dalam menghadapi karunia Allah,
f) Ikhlas,
g) Tawakal atau berserah diri,
h) Cinta kepada Allah,
i) Ridha atau rela terhadap ketentuan Tuhan, dan
j) Selalu ingat pada kematian

Sementara sepuluh induk akhlak yang buruk yang banyak menimbulkan kejahatan,
menurut Imam Al Ghazali, yaitu:

a) Serakah dalam makan,


b) Serakah dalam berbicara,
c) Sifat pemarah,
d) Sifat pendengki,
e) Sifat bakhil dan gila harta,
f) Ambisi atau gila pangkat atau kehormatan,
g) Cinta keduniaan,
h) Sombong atau takabur,
i) Suka membanggakan diri, dan
j) Riya‘ atau suka pamer (Kamandoko, 2009).

Dokter Muslim

Dokter adalah profesi yang diberikan oleh Allah kepada seseorang, yang dengan
kemampuannya, seseorang tersebut dapat menjadi perantara dengan izin Allah untuk
menyembuhkan penyakit.

Pekerjaan profesi (professio berarti pengakuan) merupakan pekerjaan yang memerlukan


pendidikan dan latihan tertentu, memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, seperti
dokter, dokter gigi, dosen, apoteker, daln lain-lain (Hanafiah & Amir, 2009). Profesi diukur
berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan yang dimiliki. Profesi sebagai bidang usaha
manusia berdasarkan pengetahuan, di mana keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan
oleh masyarakat. Definisi ini meliputi aspek: 1) ilmu pengetahuan tertentu, 2) aplikasi
kemampuan/kecakapan, dan 3) berkaitan dengan kepentingan umum (Karsidi, 2005).

Dalam pekerjaan profesi sangat diandalkan etik profesi dalam memberikan pelayanan
kepada publik. Etik profesi merupakan seperangkat perilaku anggota profesi dalam
hubungannya dengan orang lain. Pengamalan etika membuat kelompok menjadi baik secara
moral. Ciri-ciri etik profesi adalah sebagai berikut: 1) berlaku untuk lingkungan profesi, 2)
disusun oleh organisasi profesi bersangkutan, 3) mengandung kewajiban dan larangan, dan 4)
menggugah sikap manusiawi. Profesi kedokteran dikenal merupakan profesi tertua dan
dikenal sebagai profesi yang mulia karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga
dalam hidup seseorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan (Hanafiah & Amir, 2009).

Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran, profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Tujuan
pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan calon dokter lebih
manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan emosional. Etik profesi kedokteran
merupakan seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi dalam hubungannya dengan
pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat dan mitra kerja. Rumusan perilaku para anggota
profesi disusun oleh organisasi profesi bersama-sama pemerintah menjadi suatu kode etik
profesi yang bersangkutan. Tiap-tiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki Kode Etiknya,
namun Kode Etik tenaga kesehatan tersebut mengacu pada Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) (Hanafiah & Amir 2009).

Pengobatan didefinisikan oleh dokter-dokter Muslim seperti Al Razi (841-926) dan Ibnu
Sina (980-1036) sebagai seni yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan yang baik,
pertarungan dengan penyakit, pemulihan kesehatan dari sakit. Selama beberapa abad, dunia
telah menyaksikan dan mendapat untung dari kemajuan yang dibuat oleh dokter Muslim
dalam bidang ilmu kedokteran. Kemajuan ini bukan hanya karena keahlian non-teknis atau
keunggulan intelektual. Kemajuan tersebut sama-sama dibangun dengan baik dalam
pengertian yang jelas mengenai peran dokter Muslim yang berasal dari ajaran-ajaran filosofi-
filosofi Islam. Selama ribuan tahun, etika telah dikenal sebagai syarat mendasar dalam
pembentukan seorang dokter. Meskipun kode etik yang kuno memiliki syarat yang
ditekankan sampai tingkat tertentu, ia tetap tidak sempurna dan terdapat kesalahan-kesalahan
yang besar. Kode etik sekarang cenderung lebih bebas dan lebih sedikit membatasi. Di lain
fihak, etika dalam Qur ‘an bertahan sebagai contoh paling baik bagi seluruh manusia, semua
profesi dan untuk selamanya (Athar, 2001).

Muslim adalah orang yang beserah diri kepada Allah, penguasa sekalian alam baik alam
lahir maupun alam ghaib. Berserah kepada Allah artinya mengakui, meyakini dan mau
menerima serta menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Rasulullah S.A.W menyabdakan bahwa tidak akan tersesat manusia jika mau berpegang
kepada dua hal yaitu: 1) Al Qur‘an dan 2) sunnah Nabi (Muhahammad S.A.W). Dokter
Muslim artinya seseorang yang berprofesi sebagai dokter, memiliki kompetensi sebagai
dokter, dan sekaligus orang yang mau berserah diri kepada Allah baik dalam menjalani
kehidupannya seperti orang-orang lain (yang memiliki pekerjaan dan atau profesi lain),
maupun ketika menjalani profesinya sebagai seorang dokter. Sehingga jelas seorang dokter
Muslim harus memiliki dua hal sebagai pegangan :1) Al Qur‘an dan sunnah, dan 2)
kompetensi sebagai seorang dokter. Dokter Muslim harus mempelajarai keduanya, termasuk
dalam hal etika, maka dokter Muslim harus senantiasa melihat rujukannya sebagai seorang
Muslim. Sebagai gambaran berikut akan disampaikan Kode Etik Kedokteran Indonesia dan
Kode Etik Kedokteran Islam.
Kode Etik Kedokteran Indonesia

Berikut dituliskan Kode Etik Kedokteran Indonesia (MKEK 2004).

Kewajiban Umum

Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai standar profesi
yang tertinggi

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.

Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati—hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Psa 7a

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien.

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan


masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventiif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien

Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala seuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meningggal dunia.

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan

Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis

Kewajiban dokter terhadap diri sendiri

Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.
Berikut dikutipkan secara ringkas Kode Etik Profesi Kedokteran Islam yang diambil dari
Islamic Medical Association (1977) disitasi Athar (2001):

1. Seorang dokter Islam harus beriman kepada Allah dan ajaran-ajaran Islam dan
mempraktekkannya baik dalam keadaan sendiri atau dihadapan orang lain.
2. Berbakti kepada orang tua; berterima kasih kepada guru-guru dan yang lebih tua;
rendah hati, sederhana, baik hati, pemaaf, sabar, dan toleransi.
3. Mengikuti jalan orang-orang yang benar.
4. Selalu mencari dukungan dari Allah.
5. Selalu mengikuti pengetahuan medis terbaru, selalu meningkatkan keahlian
kedokteran, mencari pertolongan jika diperlukan.
6. Tunduk kepada syarat yang sah yang mengatur pekerjaannya.
7. Sadar bahwa Allah adalah pencipta dan pemilik baik jiwa dan raga pasien, dan
memperlakukannya sesuai kerangka ajaran Allah.
8. Sadar bahwa hidup itu diberikan kepada manusia oleh Allah, bahwa hidup manusia
tidak bisa diambil kecuali oleh Allah atau dengan izin-Nya.
9. Sadar bahwa Allah selalu mengawasi dan memantau setiap niat dan perbuatan.
10. Mengikuti jalan petunjuk Allah sebagai pedoman pokoknya, meskipun berbeda
dengan tuntutan tradisi umum atau keinginan pasiennya.
11. Tidak menyarankan atau memberikan setiap bahan yang berbahaya.
12. Memberikan pertolongan yang dibutuhkan tanpa memikirkan kemampuan keuangan
pasien atau asal suku bangsa dari pasien.
13. Menawarkan saran yang diperlukan dengan pertimbangan untuk jasmani dan rohani
pasien.
14. Melindungi kerahasiaan pasien dan memakai cara komunikasi yang benar.
15. Memeriksa pasien lawan jenis dengan kehadiran orang ketiga jika dimungkinkan.
16. Tidak mengkritik dokter lain di hadapan pasiennya atau petugas kesehatan lain.
17. Menolak pembayaran dari dokter lain atau keluarga dekatnya.
18. Selalu bijak dalam pengambilan keputusan.

Kesimpulan

Telah dibahas secara ringkas tentang makna etika, adab, akhlak, profesi dokter, dokter
muslim, dan etika dokter muslim. Secara ringkas etika dapat dipandang sebagai instrumen
untuk menilai/mengukur perilaku suatu individu dalam kelompok sosialnya (termasuk
kelompok profesinya). Dengan demikian etika dokter muslim dapat dipandang sebagai
instrumen seorang dokter muslim dalam berperilaku terutama ketika menjalani profesinya,
dan umumnya dalam perikehidupan sehari-hari sebagai hamba Allah.

Lazimnya dalam suatu wilayah tertentu, seperti negara, maka telah dirumuskan kode
etik kedokterannya masing-masing. Di Indonesia telah dirumuskan pula KODEKI yaitu kode
etik kedokteran Indonesia. Kebetulan, belum dikenal KODEKI muslim yang dirumuskan di
negara Indonesia. Telah terdapat usaha untuk menyusun suatu kode etik kedokteran Muslim
sebagaimana yang dapat dibaca pada tulisan ini. Sebagai dokter Muslim bagaimana sikap
kita?. Sikap seorang dokter Muslim: 1) berusaha memahami instrumen utama sebagai
seorang muslim yaitu Al Qur‘ an dan sunnah untuk melihat, menilai, mengukur, memotret,
dan memutuskan apapun dalam menjalankan profesinya, 2) memahami ilmu kedokteran dan
mengikuti perkembangannya, 3) berperilaku profesional dalam menjalankan profesinya,
karena dengan begitu ia akan dihargai oleh siapapun, sehingga dapat bermanfaat untuk
da‘wah ilallah, 4) menyadari bahwa, kadang-kadang etika yang berlaku umum terikat oleh
waktu dan tempat sehingga dapat berubah-ubah oleh tempat dan zaman sebagai contoh
praktek eutanasia atau aborsi, 5) nilai-nilai terkait etika yang dilandasi oleh Al Qur‘an dan
sunnah tidak akan pernah berubah oleh perbedaan zaman dan tempat, dan 6) sehingga dengan
demikian, di samping perlu memahami pengertian etika kedokteran yang berlaku secara
umum baik untuk negara maupun antar negara, maka dokter Muslim masih harus
menyaringnya mana-mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Al Islam. Wallahu
a‘lam bishshawab.

Daftar Pustaka

Adib, 2014. Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Al Jazairi, A.B.J.2011. Minhajul Muslimin. Terjemah. Surakarta: Penerbit Insan Kamil.

Athar, S. 2001. Islam dan Etika Kedokteran. Yogyakarta: FK UMY. Terjemahan.

Hanafiah, J & Amir, A. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.

Husaini, A. et al. 2013. Filsafat Iilmu , Perspektif Islam dan Barat. Jakarta: Gema Insani.
Kamandoko, G. 2009. Ensiklopedia Istilah Islam. Yogyakarta: Cakrawala.

Karsidi, R. 2005. Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Era Otonomi
Daerah. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Dewan Pendidikan
Kabupaten Wonogiri.

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. 2004. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: (MKEK)(IDI)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa.

Syahidin. 2001. Metode Pendidikan Qur‘ani, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Misaka Galiza.

Вам также может понравиться