Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Anggota:
1. Adinda Wigati
2. Bianda Haya Nadinta
3. Fanny Oktaviani
4. Kamilia Farhan
5. Muhammad Rizqi Rachmat Mustofa
6. Musdalifah
7. Shania Maharani Putri
8. Rahma Aulia Dwiani
9. Tadyanisa
1. SEKS BEBAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa puber (13 tahun ke atas) adalah masa di mana mereka
mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masa-masa ini pula remaja memiliki
rasa ingin tahu yang begitu besar. Bisa dibilang karena rasa ingin tahunya
yang besar, semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mereka
berani untuk mengambil resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
Diera gobalisasi seperti yang kita alami saat ini, remaja harus
terselamatkan dari bahaya globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya
kebebasan. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang
masuk dan berkembang sementara budaya tersebut tidak cocok dengan
kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan seks bebas. Sebagian besar
bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka
hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan
dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Selain itu, Banyaknya media remaja yang getol menyajikan budaya Barat
semakin mendekatkan remaja pada kehidupan serba boleh (permissif ) alias
bebas berbuat selama tidak mengganggu orang lain.
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkuatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak
jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka
sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka
merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di
kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
BAB II
PEMBAHASAN
C. Cara Pencegahan
Seks bebas yang terjadi pada remaja dan mahsiswa dapat dicegah
dengan beberapa upaya. Upaya-upaya tersebut antara lain:
1. Mempertebal keimanan dan ketaatan kepada Tuhan YME.
Mendekatkan diri kepada tuhan akan menjauhkan kita dari
perbuatan mungkar, seperti melaksanakan kewajiban kita sebagai
seorang muslim dan melaksanakan sunnah-sunnah Rasul.
2. Menanamkan nilai-nilai agama, moral, etika dan ketimuran.
Pendidikan agama, moral dan etika dalam lingkungan keluarga,
maupun lingkungan sekolah. Meningkatkan nilai ketimuaran
dikalangan remaja yang selalu berkaitan dengan nilai Keislaman yang
juga membentuk akar budaya ketimuran. Termasuk meningkatkan
derajat keimanan dan moralitas pemeluknya.
4. Pendidikan sex (Sex Education).
Hal ini dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi,
fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin. Pendidikan seks
adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti
tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkan
secara baik, benar dan legal.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan
hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi
bahaya akibat pergaulan bebas, Dengan demikian, anak-anak remaja
ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas.
4. Menghindari perilaku yang akan merangsang seksual.
Melalui pakaian, perilaku akan tercerminkan. Perilaku yang
dapat merangkang seksual seperti bergaul sangat dekat dengan orang
yang berlainan jenis.
Melihat fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan
pemudi yang mengaku dirinya muslim tetapi mereka melakukan perbuatan
zina. Jika hal ini dibiarkan, maka akan sangat berabahaya bagi kelanjutan
da’wah Islam. Betapa sedihnya jika umat Islam yang begitu besar tetapi
akhlak para pemudanya penuh dengan kebobrokan. Naudzubillahi min
zaalik.
2. NARKOBA
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku”.
Psikotropika golongan 1 : amat kuat menyebabkan ketergantungan
dan tidak digunakan dalam terapi .
Contoh MDMA ( ekstasi ) , LSD dan STP .
Psikotropika golongan 2 : kuat menyebabkan ketergantungan
digunakan amat terbatas pada terapi .
Contoh ; amfetamin , metamfetamin ( sabu ) , fensiklidin dan ritalin.
Psikotropika golongan 3 : potensi sedang menyebabkan
ketergantungan , banyak digunakan dalam terapi .
Contoh ; pentobarbital dan flunitrazepam.
Psikotropika golongan 4 : potensi ringan menyebabkan
ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi .
Contoh ; diazepam , klobazam , fenobarbital , barbital , klorazepam ,
klordiazepoxide dan nitrazepam ( nifam , piL KB /koplo , DUM , MG ,
Lexo , rohyp , dan lain-lain ).
Bahan adiktif lainnya adalah “zat atau bahan lain bukan narkotika dan
psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan
ketergantungan”
Alkohol : zat yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras .
Inhalansia / solven : yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang
terdapat pada berbagai keperluan pabrik , kantor , dan rumah tangga .
Nikotin : zat yang terdapat pada tembakau .
Kafein : zat pada kopi yang dapat menamah energi dan obat sakit
kepala tertentu .
Menurut UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997, narkotika dan
psikotropika yang termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang
dikategorikan illegal. Akibat dari status illegalnya tersebut siapapun yang
memiliki, memproduksi, menggunakan, mendistribusikan atau mengedarkan
narkotika dan psikotropika Golongan I dapat dikenakan pidana sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Menjaga diri sendiri dan teman terdekat dari hal yang menjurus ke
narkoba
C. Pendekatan pada siswa disekolah
D. Latihan peningkatan percaya diri
E. Melatih remja mengelola situasi sehari-hari melalui pendekatan
pemecahan masalah dan curhat
F. Memberi kegiatan yang cocok pada kehidupan remmaja
G. Mendorong partisipasi pada kegiatan yang positif
H. Memberi kesempatan agar remaja mengembangkan kegiatannya
I. Membentuk perkumpulan dalam gerakan anti narkoba (say no to
drugs)
J. Saling memberi dukungan dan kasih sayang
K. Meningkatkan keterampilan dasar
L. Mencoba mengubah kebiasaan buruk, dan menjauh dari hal-hal yang
negatif
M. Melaporkan ke pihak yang berwajib jika mengetahui pengedar/bandar
narkoba
N. Memberikan program, terapi dan rehabilitasi
O. Menyediakan sarana konseling untuk para pemakai dan pengedar
narrkoba.
DAFTAR PUSTAKA
http://blognarkotika.blogspot.co.id/2013/03/penggolongan-narkoba.html
https://fradifradian.wordpress.com/2014/01/26/pencegahan-dan-
penanggulangan-penyalahgunaan-narkoba/
http://intannm.blogspot.co.id/2015/05/dampak-positif-dan-negatif-
narkoba.html
https://panjiploembond.blogspot.co.id/2015/06/beberapa-modus-baru-
narkoba-yang.html