Вы находитесь на странице: 1из 35

PERBANYAKAN SECARA GENERATIF DAN VEGETATIF

(STEK PUCUK) BALSA (Ochroma bicolor)

YHAN PRASETIA HARFATI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbanyakan secara


Generatif dan Vegetatif (Stek Pucuk) Balsa (Ochroma bicolor) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015

Yhan Prasetia Harfati


NIM E44110017
ABSTRAK
YHAN PRASETIA HARFATI. Perbanyakan secara Generatif dan Vegetatif (Stek
Pucuk) Balsa (Ochroma bicolor). Dibimbing oleh SRI WILARSO BUDI dan
ATOK SUBIAKTO.

Balsa (Ochroma bicolor) merupakan tumbuhan yang tumbuh di dataran rendah


sampai dataran tinggi pada ketinggian 0-1 000 meter di bawah permukaan laut.
Kayunya memiliki berat jenis yang lebih ringan, sehingga banyak digunakan
sebagai isolator, alat-alat olah raga dan juga pulp serat pendek sehingga berpotensi
untuk jenis hutan tanaman industri. Oleh karena itu, perbanyakan tanaman balsa
yang tepat secara generatif dan vegetatif (stek pucuk) perlu dilakukan untuk
ketersedian bibit dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis media yang tepat terhadap kecambah balsa, stek pucuk balsa dan pengaruh
asal bahan tanaman sapih dan ukuran pot. Penelitian I menggunakan rancangan
acak lengkap satu faktor. Penelitian II menggunakan rancangan acak lengkap dua
faktor. Hasil penelitian menunjukan jenis media berpengaruh terhadap keberhasilan
daya kecambah dan stek pucuk balsa. Jenis media arang sekam memliki nilai
tertinggi untuk semua parameter perbanyakan generatif dan vegetatif balsa. Asal
bahan tanaman biji (generatif) berpengaruh terhadap tumbuhan diameter balsa dan
ukuran pot tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter balsa.

Kata Kunci: media tumbuh, Ochroma bicolor, stek pucuk balsa

ABSTRACT
YHAN PRASETIA HARFATI. The Propagation of Balsa (Ochroma bicolor)
Using Generative and Vegetative (Cutting Shoots). Supervised by SRI WILARSO
BUDI and ATOK SUBIAKTO.

Balsa (Ochroma bicolor) is the plant growing well at an altitude of 0-1 000 meters
above sea level. The wood has a lighter specific gravity. Therefore, it is widely used
as isolator, sports equipment, and short fiber pulp that can be used in Timber Estate
Industry. Based on the utilities of its wood, proper plant propagation of balsa both
generative and vegetative (cutting shoots) needs to be done for the long-term
availability of seeds. The purpose of research is to investigate the best media for
germination balsa, rooting of cuttings and zise pot for seedling production. The
design research were completely randomized with one factor and completely
randomized with two factors. The result showed the types of media gave the effect
on the success of germination and rooting of cuttings of balsa. Carcoal is the best
media for seedling production both from generative as well as from generative of
balsa. There was no effect of pot size on the growth of balsa.

Keywords: balsa cutting shoots, growing media, Ochroma bicolor


Judul Skripsi: Perbanyakan secara Generatif dan Vegetatif (Stek Pucuk) Balsa
( Ochroma bicolor)
Nama : Yhan Prasetia Harfati
NIM : E4411 0017

Disetujui oleh

Ci-· -Dt~
ProfDr Ir Sri Wilarso Budi, MS Ir Atok Subiakto, MAppSc
Pembimbing I Pe~bimbing II

MS

Tanggal Lulus: 1 tJ t)
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbanyakan secara Generatif dan Vegetatif (Stek Pucuk) Balsa (Ochroma
bicolor). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi, MS dan Ir
Atok Subiakto, M App Sc selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, perhatian,
dan bantuannya. Ayah (Herman Putro Harsono) dan Ibu (Siti Fatimah) tercinta atas
semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Adik tercinta
Fikri Hermawan; Bakti Hendarman; Muhamad Sakti Herlambang atas segala doa
dan dukungannya kepada penulis, seluruh laboran dan staf Departemen Silvikultur
Kehutanan IPB yang banyak memberikan bantuan kepada penulis. Sahabat
terdekat, yaitu Siti Sadida Hafsyah, Baeti Rohmah, Liana Arhami, dan Renanta
Dhuharesta Kusuma yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Teman-
teman keluarga besar Departemen Silvikultur yang tidak bisa disebutkan satu per
satu atas dukungan dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas
Kehutanan IPB. Semua pihak yang membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dari seluruh pihak yang telah
membantu penulis, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

Yhan Prasetia Harfati


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE PENELITIAN 2
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media terhadap
daya kecambah, laju perkecambahan dan nilai kecambah 8
2 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap daya berkecambah
balsa 9
3 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap laju perkecambahan
balsa 10
4 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap rata-rata nilai
kecambah balsa 11
5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media terhadap
rata-rata persen berakar, berat kering akar, dan berat kering pucuk stek
pucuk balsa 11
6 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap persen berakar stek
pucuk balsa 13
7 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan asal bahan sapih dan
ukuran tempat tumbuh terhadap rata-rata tinggi, diameter tanaman balsa 15
8 Hasil uji Duncan pengaruh asal bahan tanaman terhadap rata-rata
diameter balsa 17

DAFTAR GAMBAR
1 Daya kecambah balsa pada akhir pengamatan (31 hari) 8
2 Laju perkecambahan balsa akhir pengamatan 9
3 Nilai kecambah benih balsa pada akhir pengamatan 10
4 Perkembangan persen berakar stek pucuk balsa setiap minggu 12
5 Persen berakar stek pucuk balsa pada akhir pengamatan (8 minggu
setelah tanam) 12
6 Kondisi perakaran stek pucuk balsa pada akhir pengamatan; (a) jenis
media zeolite; (b) jenis media campuran cocopeat dan sekam padi 2:1;
(c) jenis media arang sekam 13
7 Berat basah akar stek pucuk balsa pada akhir pengamatan (8 minggu
setelah tanam) 14
8 Berat kering akar stek pucuk balsa pada akhir pengamatan (8 mingggu
setelah tanam) 14
9 Pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman balsa pada akhir pengamatan 16
10 Kondisi penyimpanan penyapihan balsa; (a) Kondisi nyimpanan hasil
penyapihan pada polibag dan policap; (b) pertumbuhan tinggi asal biji
(generatif) dengan pot polibag 16
11 Pertumbuhan rata-rata diamter tanaman balsa pada akhir pengamatan 18
12 Persen hidup tanaman balsa pada akhir pengamatan 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rekapitulasi nilai rata-rata daya berkecambah, laju perkecambahan dan
nilai berkecambah 21
2 Sidik ragam pengaruh jenis media terhadap daya berkecambah benih
balsa 21
3 Hasil uji Duncan jenis media terhadap daya berkecambah benih balsa 21
4 Hasil uji Duncan jenis media terhadap laju perkecambahan benih balsa 21
5 Hasil uji Duncan jenis media terhadap nilai perkecambahan benih balsa 22
6 Rekapitulasi nilai rata-rata persen berakar, berat basah akar, berat kering
akar stek pucuk balsa 22
7 Sidik ragam pengaruh jenis media terhadap persen berakar stek pucuk
balsa 22
8 Hasil uji Duncan jenis media terhadap persen berakar stek pucuk balsa 22
9 Hasil sidik ragam pengaruh jenis media terhadap berat basah akar stek
pucuk balsa 23
10 Hasil sidik ragam pengaruh jenis media terhadap berat kering akar stek
pucuk balsa 23
11 Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi dan diameter asal bahan tanaman biji
dan stek pucuk balsa 23
12 Hasil sidik ragam pengaruh asal bahan tanaman dan tempat tumbuh
terhadap pertumbuhan tinggi balsa 23
13 Hasil sidik ragam pengaruh asal bahan tanaman dan tempat tumbuh
terhadap pertumbuhan diameter balsa 24
14 Hasil uji Duncan asal bahan tanaman terhadap rata-rata diameter balsa 24
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kayu dalam kehidupan sehari-hari merupakan bahan yang sangat sering


digunakan untuk bahan kontruksi ringan sampai berat, rangka pintu, rangka jendela,
perabot rumah tangga, lantai, papan, dinding, dan juga tiang (Muslim 2011). Dalam
kondisi tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khas
yang dimilikinya (Kristianingrum 2000). Dengan terus meningkatnya kebutuhan
manusia terhadap kayu maka dibutuhkan pengembangan dan budidaya tanaman
seperti melalui pembentukan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Sebagian besar jenis-jenis pohon yang digunakan untuk HTI merupakan jenis
cepat tumbuh (fast growing species) seperti, Acacia mangium, Shorea leprosula,
dan Ochroma bicolor. Balsa merupakan keluarga Ochroma yang merupakan salah
satu dari famili Bombacaceae yang tersebar di Amerika Tropik dari Meksiko bagian
selatan sampai Brasil bagian selatan dan Bolivia (Kristianingrum 2000). Ochroma
bicolor umumnya hidup di dataran rendah sampai dataran tinggi 0–1 000 meter di
bawah permukaan laut dan yang terbaik pada ketinggian 0-800 meter di bawah
permukaan laut. Balsa mempunyai potensi sebagai salah satu jenis yang dipilih
untuk ditanam di areal HTI. Kayunya ringan sewaktu muda dan dapat dimanfaatkan
untuk bahan baku alat-alat isolasi, kerajinan dan juga pulp serat pendek (Muslim
2011). Pohon ini menghasilkan kayu gabus dengan berat jenis yang ringan berkisar
antara 0.14-0.16 (Heyne 1987). Berdasarkan kegunaan tersebut maka dibutuhkan
informasi mengenai cara budidaya yang tepat untuk dapat memenuhi permintaan
bibit tersebut.
Perbanyakan tanaman balsa dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan secara generatif yaitu melalui perkecambahan biji. Perkecambahan
adalah proses fisiologi pada tahap awal pertumbuhan benih. Pada perkecambahan
benih, kembali aktifnya pertumbuhan embrio ditunjukan oleh munculnya radicula
yang menembus dan mucul dari benih (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan
2004). Salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkecambahan
benih adalah kelembaban media, cahaya, sifat fisik dan kimia media.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan juga dengan perbanyakan vegetatif
yakni suatu cara pembiakan atau perbanyakan tanaman dengan menanam bagian
vegetatif dari tanaman induk yang telah diseleksi, baik berupa akar, batang dan daun.
perbanyakan vegetatif tersebut salah satu nya melalui stek pucuk. Banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dari perbanyakan tanaman secara stek, baik
faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri (internal) maupun faktor yang berasal
dari lingkungan (eksternal). Faktor bahan tanaman meliputi genetik, kandungan
cadangan makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air dan jenis tanaman. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan antara lain media
perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknik penyetekan. Jenis media
yang digunakan untuk media perakaran akan sangat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan perakaran stek (Yasman dan Smits 1988).
Penelitian teknik perbanyakan vegetatif secara stek pada jenis pohon balsa
sampai saat ini belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, penelitian yang berkaitan
dengan teknik perbanyakan vegetatif secara stek sangat penting dikembangkan
2

dalam rangka menunjang kegiatan pengadaan bibit balsa untuk membangun hutan
tanaman balsa.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :


1. Mengetahui pengaruh jenis media yang tepat terhadap daya kecambah balsa.
2. Mengetahui pengaruh jenis media tehadap keberhasilan berakar stek pucuk balsa.
3. Mengetahui ukuran pot yang baik untuk penyapihan bibit balsa asal generatif
dan vegetatif.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai


perbanyakan tanaman balsa yang tepat dalam penyedian bibit untuk Hutan
Tanaman Industri (HTI). Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi media yang tepat digunakan untuk perbanyakan balsa.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca sistem KOFFCO Badan Pusat


Penelitian Pengembangan Kehutanan dan Rehabilitasi Bogor, Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai dari bulan November 2014
sampai dengan bulan Februari 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sungkup propagasi
berukuran 66 x 37 x 33 cm, gunting stek, pot-tray, polibag, policap, sprayer, ember,
bak kecambah, label, kamera digital, alat tulis (buku saku, pensil, penggaris)
timbangan digital, 1 unit perangkat laptop beserta software SAS Portable v9 dan
Minitab v14.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih O. bicolor, hasil stek
pucuk balsa umur satu bulan, semai balsa umur satu bulan, zat pengatur tumbuh
(ZPT) Rootone-F secukupnya, campuran cocopeat (serbuk sabut kelapa) dan
sekam padi (2:1), zeolite, arang sekam (media stek dan perkecambahan benih), dan
campuran top soil dengan sekam padi sebagai media sapih.
3

Prosedur Penelitian

A. Generatif
Prosedur penelitian secara generatif terdiri atas beberapa tahap antara lain:
1. Penyiapan bak kecambah, tempat kecambah benih O. bicolor sebelum
digunakan bak dicuci bersih dengan air mengalir.
2. Penyiapan media adalah dengan masing-masing bak diisi media zeolite yang
telah dicuci bersih, arang sekam dan cocopeat yang dibasahi air.
3. Penyiapan benih O.bicolor, benih balsa berasal dari hasil eksflorasi yang
telah disimpan selama 2 tahun.
4. Perlakuan benih O.bicolor adalah benih terlebih dahulu direndam dalam air
panas selama dengan suhu 100°C selama 6 jam dengan tujuan untuk
pematahan dormansi benih.
5. Penanaman benih O.bicolor dilakukan dengan cara benih ditanam sebanyak
100 biji pada masing-masing media dan diulang sebanyak empat kali.
Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00 WIB.
6. Pemeliharaan, meliputi kegiatan penyiraman dan penyiangan. Penyiraman
menggunakan hand spray agar benih yang berkecambah tidak rusak akibat
pukulan air. Penyiangan dilakukan dengan pencabutan rumput yang tumbuh
disekitar benih. Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00
WIB.

B. Vegetatif
Prosedur penelitian secara vegetatif terdiri atas beberapa tahap antara lain:
1. Penyiapan sungkup propagasi yakni sungkup yang digunakan dibersihkan
terlebih dahulu dengan cara dicuci. Bagian dasar sungkup diberi zeolite
setinggi 1 cm untuk menjaga kestabilan kelembaban dalam sungkup.
2. Penyiapan media, media perakaran stek yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu zeolite, arang sekam serta campuran cocopeat dan sekam padi (2:1).
Media perakaran yang sudah siap dimasukan ke dalam pot-tray yang telah
dicuci dengan air mengalir, kemudian dimasukan ke dalam kotak propagasi
yang bagian dasarnya diberi zeolit yang telah dicuci dengan air bersih secara
merata. Satu set pot-tray terdiri dari 40 polytube.
3. Pengambilan bahan stek, dilakukan dengan cara diambil secara langsung.
Asal bahan bibit stek berasal dari kebun pangkas yang berumur 6 bulan dan
diperoleh dengan mengambil langsung dari persemaian Pusat Penelitian dan
Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Bogor.
4. Penyiapan bahan stek, pemotongan bahan stek dilakukan dengan cara
memotong bagian pucuk sepanjang 5-7 cm. Pada bagian pangkal disayat
dengan kemiringan 450, kemudian menyisakan 2 helai daun yang
sebelumnya telah dipotong dengan menyisakan 1/3 bagiannya. Segera
setelah dipotong stek dimasukkan ke dalam air, agar tidak terjadi kekeringan.
Kegiatan ini dilakukan pada pukul 07.00-09.00 WIB.
5. Perlakuan bahan stek adalah bagian bawah stek dibubuhi zat pengatur
tumbuh Rootone-F secukupnya sampai menutupi permukaan sayatan.
Kandungan Rootone-F terdiri dari Napthalene Acetamide (NAD) sebanyak
0.0678%, Methyl-I-Napthalene Acetic Acid (MNAA) sebanyak 0.033%,
4

Methyl-I-Napthalene Acetamide (MNAD) sebanyak 0.013%, Indole-3-


Butyric Acid (IBA) sebanyak 0.057% dan Tetramethylthiuram Disulfioda
(Thiram) sebanyak 4%.
6. Penanaman dilakukan dengan cara bahan stek ditanam pada media
perakaran yang sudah dilubangi dengan menggunakan stik berdiameter
lebih besar dari bahan stek, kemudian stek ditanam dalam lubang tersebut
sekitar sepertiga dari panjang stek dan tanah sekitarnya dimampatkan
kearah stek. Stek yang sudah tertanam disiram secukupnya menggunakan
hand spray kemudian pot-tray ditutup dengan sungkup. Kegiatan
penanaman dilakukan pada pukul 07.00-09.00 WIB.
7. Pemeliharaan stek, terdiri atas penyiraman, penyiangan serta pengendalian
hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan hand
sprayer, penyiangan dilakukan dengan cara pengambilan daun yang rontok
dan rumput atau gulma yang tumbuh pada media stek.

C. Tahap Penyapihan
Prosedur penelitian tahap penyapihan terdiri atas beberapa tahap antara lain:
1. Penyiapan policap dan polibag sebanyak 50 buah pada masing-masing
tempat.
2. Penyiapan sukup propagasi dilakukan dengan cara sungkup dicuci bersih
dengan air mengalir untuk menghilangkan lumut dan kotoran.
3. Penyiapan media, yaitu media yang digunakan adalah campuran top soil dan
sekam padi dengan perbandingan 2:1. Untuk polibag 50 buah dan policap
50 buah.
4. Penyapihan dilakukan dengan cara asal bahan stek yang berumur satu bulan
dengan wadah polibag sebanyak 25 dan policap sebanyak 25. Wadah yang
sudah terisi media dikeluarkan sebagian dengan tujuan agar mudah dalam
proses penyapihan, setelah tanaman ditanam kemudian ditutup kembali
dengan media dan ditekan dengan dua jari agar tanaman tidak berubah
tempat saat penyiraman. Setelah itu, penyiapan 25 polibag dan 25 policap
untuk penyapihan semai balsa yang berumur satu bulan. Setelah semua
wadah terisi masukan ke dalam sungkup propagasi, semua tanaman disiram
secukupnya, sungkup ditutup dengan tujuan mengurangi stres pada tanaman
saat proses penyapihan. Kegiatan penyapihan dilakukan pada pagi hari
pukul 07.00-09.00 WIB.
5. Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman, penyulaman selama 3 hari, dan
penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00
WIB.

Rancangan Percobaan

Generatif dan Vegetatif


Rancangan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh media terhadap uji
perbanyakan balsa secara generatif (biji) dan vegetatif (stek pucuk) adalah berupa
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Tahap pertama adalah perbanyakan secara
5

generatif dari biji dengan perlakuan media yaitu zeolite, arang sekam, dan cocopeat.
Tiap perlakuan diulang sebanyak 4, tiap perlakuan terdiri dari 100 benih. Tahap
kedua yaitu vegetatif dengan metode stek pucuk balsa dengan perlakuan pemberian
media zeolite, arang sekam dan campuran cocopeat dan sekam padi (2:1). Tiap
perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan tiap ulangan terdiri dari 20 unit stek pucuk
balsa. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model statistika rancangan
percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut.

Yij = μ + Ti + εij
Keterangan:
Yij = nilai respon pengamatan
μ = nilai rata-rata umum
Ti = nilai pengaruh perlakuan bahan baku ke-i
εij = nilai galat umum (error)

Penyapihan Bibit Tanaman Asal Generatif dan Vegetatif Balsa


Tahap kedua, yaitu menggunakan percobaan faktorial 2x2 dalam Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Setiap kombinasi perlakuan diulang 5 kali dan setiap
ulangan terdiri atas 5 bahan sapih. Faktor yang diteliti meliputi faktor asal bahan
tanaman (A) terdiri atas dua taraf yaitu biji (A1) dan stek pucuk balsa (A2), serta
faktor tempat tumbuh (B) yang terdiri dari dua taraf yaitu polibag ukuran 15 cm x
20 cm (B1) dan policap ukuran 15 cm x 30 cm (B2). Menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2006), model statistika rancangan percobaan yang digunakan adalah
sebagai berikut.

Yij = µ + τi + αj + (τα)ij + εij


Keterangan:
Yijk = nilai rata-rata pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai rata-rata umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
αj = pengaruh perlakuan ke-j
(τα)ij = pengaruh interaksi perlakuan ke-i pada faktor τ dan pengaruh
perlakuan ke-j pada faktor α
Εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Pengamatan dan Pengambilan Data

Generatif

1. Daya Berkecambah (DB)


Perhitungan persen kecambah dilakukan dengan menghitung jumlah benih
yang berkecambah dibandingkan dengan jumlah benih yang ditanam pada
waktu awal penelitian, dengan rumus (Sutopo 2010):
6

Daya kecambah = jumlah benih yang berkecambah


jumlah benih yang ditanam X 100%

2. Laju Perkecambahan (LP)


Perhitungan jumlah rata-rata hari berkecambah dilakukan dengan
menghitung jumlah benih yang berkecambah tiap hari ditambah dengan jumlah
hari yang dibutuhkan, dengan rumus (Sutopo 2010):

laju perkecambahan = ∑ benih yang berkecambah+hari yang dibutuhkan


∑ benih yang berkecambah

3. Nilai Perkecambah (NP)


Nilai perkecambahan dihitung berdasarkan rumus berikut (Sutopo 2010):

NP = PV X MDG

PV = % perkecambahan tertinggi
jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapainya

MDG = % perkecambahan pada akhir pengamatan


jumlah hari uji seluruhnya

Vegetatif

1. Persen Berakar (stek pucuk Balsa)


Perhitungan persen berakar stek dilakukan menghitung jumlah stek yang muncul
akarnya dibandingkan dengan jumlah total stek yang ditanam pada awal penelitian,
dengan rumus (Rahmadianto 2014) :

Persen berakar = jumlah semai yang tumbuh pada akhir penelitian


jumlah semai pada awal penelitian X 100%

2. Berat basah akar


Pengukuran berat basah akar dilakukan dengan memotong bagian akar yang
tumbuh pada stek, selanjutnya ditimbang dalam kondisi segar (basah) dengan
menggunakan timbangan digital.

3. Berat kering akar


Pengukuran berat kering stek dilakukan di akhir pengamatan (8 minggu setelah
tanam). Berat kering akar dihitung dengan cara mengeringkan semua akar pada
setiap stek ke dalam oven dengan suhu 70°C selama 24 jam. Pemilihan suhu 70°C
dilakukan agar kandungan nitrogen tidak menguap. Setelah itu, akar yang sudah
kering ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
7

Penyapihan

1. Tinggi
Tinggi semai dan stek pucuk balsa diukur mulai dari leher akar sampai puncak
tertinggi pada pucuk batang dengan menggunakan penggaris. Pengukuran
dilakukan sebanyak 8 kali mulai pada saat penanaman sampai tanaman berumur 2
bulan (8 minggu) tiap 1 minggu.

2. Diameter
Diameter batang semai dan stek pucuk balsa diukur pada ketinggian 3 cm dari
leher akar untuk asal bahan tanaman stek dan 2 cm dari leher akar untuk asal bahan
tanaman semai dengan menggunakan caliper digital. Diameter semai dan stek
diukur setiap satu minggu. Pertambahan diameter semai dan stek pucuk balsa
merupakan selisih antara pengukuran akhir dengan pengukuran awal.

3. Persen tumbuh
Perhitungan persen tumbuh asal bahan tanaman semai dan stek pucuk dilakukan
dengan menghitung jumlah stek atau semai yang hidup dibandingkan dengan
jumlah total semai atau stek pucuk Balsa yang ditanam pada awal penelitian,
dengan rumus (Rahmadianto 2014) :

Persen tumbuh = jumlah tanaman yang hidup pada akhir pnelitian


X 100%
jumlah tanaman pada awal penelitian

Analisis Data
Data yang dihasilkan dari penelitian ini di analisis menggunakan sidik ragam
pada taraf nyata 1%, 5% dengan menggunakan Microsoft Office Excell 2007,
notepad, software SAS 9.1.3. Apabila berpengaruh nyata, analisis dilanjutkan
dengan Uji Jarak Nyata Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf
nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Generatif

Pengamatan pengaruh jenis media dilakukan terhadap parameter


pertumbuhan kecambah balsa yang terdiri atas daya kecambah, nilai kecambah,
laju perkecambahan. Hasil sidik ragam menunjukkan jenis media berpengaruh
terhadap daya kecambah, nilai kecambah, dan laju perkecambahan. Rekapitulasi
hasil sidik ragam yakni pengaruh perlakuan jenis media terhadap rata-rata daya
kecambah, nilai kecambah dan laju perkecambahan disajikan pada Tabel 1.
8

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media terhadap
rata-rata daya berkecambah, nilai kecambah dan laju perkecambahan
balsa
Nilai
Sumber keragaman Daya berkecambah Laju perkecambahan
kecambah
(arcsin%) (hari)
Jenis media 0.0014** <0001** 0.0287*
*= berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01.

Daya Kecambah
Pengamatan terhadap perkecambahan benih balsa dilakukan setiap hari.
Benih balsa dengan jenis media arang sekam memiliki persen kecambah tertinggi
yaitu sebesar 71.5%, sedangkan persen kecambah terendah pada jenis media zeolit
yaitu sebesar 37.75%. Hasil pengamatan persen kecambah balsa pada akhir
pengamatan (31 hari) disajikan pada Gambar 1.

80 71.75
70 61.5
Persen kecambah (%)

60
50
37.75
40
30
20
10
0
A1 A2 A3
Perlakuan

A = Jenis media (A1 : Zeolite A2 : Arang sekam A3 : Cocopeat).

Gambar 1 Daya kecambah balsa pada akhir pengamatan (31 hari)

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa persentase kecambah terbesar yaitu


pada jenis media arang sekam 71.75% dan terendah pada jenis media zeolite
37.75%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media memberikan pengaruh
yang sangat baik terhadap persen kecambah balsa. Hasil uji Duncan pengaruh jenis
media terhadap persentase kecambah balsa disajikan pada Tabel 2.
9

Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap daya berkecambah balsa
Parameter Persentase kecambah (%)
Arang sekam 71.75a
Cocopeat 61.5a
Zeolite 37.75b
ab
Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan daya kecambah pada jenis media arang
sekam yaitu sebesar 71.75% menunjukkan hasil yang relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan media lainnya yaitu media cocopeat sebesar 61.5% dan
zeolite sebesar 37.75%. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rofik dan Muniarti
(2008) yang menyatakan bahwa benih aren yang disemai pada media arang sekam
mampu menghasilkan daya kecambah tertinggi pada berbagai perlakuan skarifikasi
yaitu 85.00%. Hal ini dikarenakan jenis media arang sekam memiliki sifat yang
mudah mengikat air, tidak mudah menggumpal dan mempunyai porositas yang baik
(Prihmantoro dan Indriani 2003). Jenis media cocopeat memiliki daya kecambah
yang tidak berbeda jauh dengan jenis media arang sekam, karena jenis media
cocopeat memiliki sifat daya simpan air yang tinggi serta memiliki kandungan hara
berupa kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan natrium. Daya kecambah pada jenis
media zeolite benih yang berkecambah banyak yang mengalami layu kemudian
daun berubah warna selanjutnya mengalami kematian. Hal ini diduga zeolite
memiliki daya simpan air yang rendah sehinggga benih yang berkecambah menjadi
kering.

Laju Perkecambahan
Pengamatan rata-rata laju perkecambahan dilakukan sampai akhir
pengamatan (31 hari). Hasil pengamatan rata-rata laju perkecambahan pada akhir
pengamatan disajikan pada Gambar 2.
20
15
kecambah (hari)

13
Rata-rata hari

15
10
10

0
A1 A2 A3
Perlakuan

A = Jenis media (A1 : Zeolite A2 : Arang sekam A3 : Cocopeat).

Gambar 2 Laju perkecambahanan balsa akhir pengamatan

Berdasarkan Gambar 2 nilai rata-rata laju berkecambah bervariasi. Hasil


sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang baik
10

terhadap rata-rata hari berkecambah. Hasil uji Duncan pengaruh jenis media
terhadap rata-rata hari berkecambah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap laju perkecambahan balsa

Parameter Laju perkecambahan (hari)


Zeolite 15a
Arang sekam 13ab
Cocopeat 10b
ab
Angka pada baris yang dikuti huruf yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Laju perkecambahan benih adalah jumlah hari yang diperlukan untuk


pemunculan radikel atau plumula (Sutopo 2010). Berdasarkan uji Duncan, jenis
media zeolite memiliki nilai rata-rata laju perkecambahan tertinggi sebesar 15 hari
berbeda dengan jenis media arang sekam yaitu sebesar 13 hari dan jenis media
cocopeat yaitu sebesar 10 hari. Hal ini dikarenakan zeolite memiliki kemampuan
menyimpan air yang rendah sehingga media cepat kering dan perkecambahan
menjadi terganggu. Beberapa kecambah benih pada media zeolite bersifat abnormal
dan mati sehingga menghasilkan persentase kecambah yang relatif lebih rendah
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Nilai Perkecambahan
Pengamatan perkembangan nilai kecambah dilakukan setiap hari sampai
akhir pengamatan (31 hari). Nilai kecambah benih balsa pada akhir pengamatan
disajikan pada Gambar 3.

8 6.76
Nilai Kecambah

4 3.12
2 0.65
0
A1 A2 A3
Perlakuan

A = Jenis media (A1 : zeolite A2 : Arang sekam A3 : Cocopeat )

Gambar 3 Nilai kecambah benih balsa pada akhir pengamatan

Berdasarkan Gambar 3 nilai kecambah benih balsa bervariasi. Hasil sidik


ragam menunjukan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang baik terhadap
nilai kecambah balsa. Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap rata-rata
nilai kecambah balsa disajikan pada Tabel 4.
11

Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap rata-rata nilai kecambah
balsa

Parameter Nilai kecambah


Zeolite 0.65a

Arang sekam 6.76b


Cocopeat 3.12b
ab
Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Bramasto et al. (2002) menyatakan bahwa nilai perkecambahan merupakan


indeks untuk menyatakan kecepatan dan kesempurnaan benih untuk berkecambah.
Widajati et al. (2013) menyatakan bahwa kecambah yang sempurna adalah
kecambah yang seluruh struktur pentingnya berkembang dengan baik, lengkap,
proposional dan sehat. Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukan media zeolite
memiliki nilai kecambah terendah yaitu sebesar 0.65 berbeda dengan jenis media
arang sekam yang memberikan hasil tertinggi sebesar 6.76 namun tidak berbeda
jauh dengan nilai kecambah jenis media cocopeat sebesar 3.12. Hal ini dikarenakan
jenis media arang sekam dan cocopeat memiliki kemampuan menyimpan air yang
baik dibandingkan dengan jenis media zeolite yang memiliki kemampuan
menyimpan air yang rendah.

Vegetatif

Pengamatan pengaruh jenis media dilakukan terhadap parameter


pertumbuhan stek pucuk balsa yang terdiri atas persen berakar, berat basah akar,
berat kering akar. Hasil sidik ragam menunjukan jenis media hanya berpengaruh
terhadap pertumbuhan persen berakar dan tidak memberikan pengaruh terhadap
berat basah akar dan berat kering akar. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh
perlakuan jenis media terhadap rata-rata persen berakar, berat kering akar dan
persen hidup stek disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan jenis media terhadap
rata-rata persen berakar, berat kering akar, dan berat kering pucuk stek
pucuk balsa

Sumber keragaman Persen berakar Berat basah akar Berat kering akar
(arcsin%) (gram) (gram)

Jenis media 0.005** 0.20tn 0.75tn


**=berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.05; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05.

Persen berakar
Pengamatan terhadap perkembangan persen berakar stek pucuk balsa
dilakukan setiap minggu. Stek pucuk balsa dengan jenis media campuran cocopeat
dan sekam padi (2:1) mengalami perkembangan akar yang lebih cepat yaitu dari
minggu ke-3 sampai sampai minggu ke-7 dan mulai stabil pada minggu ke-8,
12

sedangkan stek pucuk balsa dengan jenis media zeolite mengalami perkembangan
berakar yang paling lambat yaitu dari minggu ke-5 sampai minggu ke-8. Hasil
pengamatan terhadap perkembangan persen berakar stek pucuk balsa setiap minggu
disajikan pada Gambar 4

100
Persen berakar ( %)

80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8

Minggu ke-
A1 A2 A3

A = jenis media (A1 : zeolite A2 : Arang sekam A3 : campuran cocopeat dan sekam padi
2:1)

Gambar 4 Perkembangan persen berakar stek pucuk balsa setiap minggu

Persen berakar bervariasi antara 29% sampai dengan 93%. Persen berakar
terendah yaitu stek pucuk balsa dengan jenis media zeolit sebesar 29% dan tertinggi
yaitu jenis media arang sekam sebesar 93%. Hasil pengamatan persen berakar dan
kondisi stek pucuk balsa pada akhir pengamatan (8 minggu setelah tanam) disajikan
pada Gambar 5 dan 6.

100 93
Persen berakar (%)

80
61
60
40 29
20
0
A1 A2 A3

Perlakuan

A = Jenis media (A1 : Zeolite A2 : Arang sekam A3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1)

Gambar 5 Persen berakar stek pucuk balsa pada akhir pengamatan (8 minggu
setelah tanam)
13

a b c

Gambar 6 Kondisi perakaran stek pucuk balsa pada akhir pengamatan; (a) jenis media
zeolit; (b) jenis media campuran cocopeat dan sekam padi 2:1; (c) jenis
media arang sekam

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media memberikan pengaruh yang
baik terhadap pertumbuhan persen berakar. Hasil uji Duncan pengaruh jenis media
terhadap persen berakar stek pucuk balsa disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap persen berakar stek pucuk
balsa
Parameter Persen berakar (arcsin %)
Arang sekam 93.00a
Cocopeat+sekam padi (2:1) 61.00ab
Zeolite 29.00b
ab
Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk dengan jenis media arang sekam memiliki
persen berakar paling tinggi yaitu (93.00 %), dan berbeda nyata dengan jenis media
campuran cocopeat dan sekam padi 2:1 yaitu (61.00%), jenis media zeolite memiliki
nilai persen berakar terendah yaitu (29.00%) dan berbeda nyata dengan jenis media
campuran cocopeat dan sekam padi (2:1), serta jenis media arang sekam. Perakaran
stek dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada jenis media arang sekam dan
campuran cocopeat dan sekam padi (2:1). Hal ini dikarenakan jenis media tersebut
memiliki sifat fisik yang memenuhi syarat media dalam mendukung pertumbuhan
dan perkembangan akar seperti bulk density rendah, drainase yang baik serta daya
simpan air yang cukup (Danu et al. 2011). Jenis media zeolite memiliki hasil yang
lebih rendah dibandingkan dengan jenis media arang sekam dan campuran cocopeat
dan sekam padi (2:1) untuk parameter persen berakar. Jenis media zeolite memiliki
porositas tinggi, kerapatan tinggi, drainase baik namun sulit dalam mempertahankan
ketersediaan air. Media zeolite merupakan jenis media yang padat dibandingkan jenis
media arang sekam dan campuran cocopeat dan sekam padi (2:1), sehingga lebih sulit
meneruskan air dan ditembus akar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses
translokasi air dan udara dalam proses metabolisme stek untuk pertumbuhan dan
perkembangan akar stek (Danu et al. 2011).
14

Berat Basah Akar


Pengamatan berat basah akar stek pucuk balsa dilakukan pada akhir
pengamatan (8 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap berat basah akar
stek pucuk balsa pada umur 8 minggu setelah tanam disajikan pada Gambar 7.

0.8
Berat basah akar (gram)

0.68
0.7
0.6
0.5 0.4
0.37
0.4
0.3
0.2
0.1
0
A1 A2 A3
Perlakuan

A = Jenis media (A1 : Zeolite A2 : Arang sekam A3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1)

Gambar 7 Berat basah akar stek pucuk balsa pada akhir pengamatan (8 minggu
setelah tanam)

Gambar 7 menunjukkan berat basah akar bervariasi antara 0.37 gram sampai
dengan 0.68 gram. Berat kering akar terbesar ditunjukkan oleh stek pucuk balsa
dengan jenis media arang sekam yaitu sebesar 0.68 gram. Sedangkan berat basah
akar terendah dengan jenis media zeolite yaitu sebesar 0.37 gram. Hasil rekapitulasi
data menunjukan berat kering akar tidak berpengaruh nyata terhadap jenis media
tanam.

Berat Kering Akar


Pengamatan terhadap berat kering akar stek pucuk balsa dilakukan pada
akhir pengamatan (8 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap berat
kering akar stek pucuk balsa pada umur 8 minggu setelah tanam disajikan pada
Gambar 8.

0.1 0.09
Berat kering akar

0.08 0.07
0.06
0.06
(gram)

0.04
0.02
0
A1 A2 A3
Perlakuan

A = Jenis media (A1 : Zeolite A2 : Arang sekam A3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Gambar 8 Berat kering akar stek pucuk balsa pada akhir pengamatan (8 minggu
setelah tanam)
15

Gambar 8 menunjukkan berat kering akar bervariasi antara 0.06 gram sampai
dengan 0.09 gram. Berat kering akar terbesar ditunjukkan oleh stek pucuk balsa
dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) yaitu sebesar 0.09
gram. Berat kering akar terendah dengan jenis media zeolite yaitu sebesar 0.06 gram.
Hasil rekapitulasi data menunjukkan berat kering akar tidak berpengaruh nyata
terhadap jenis media tanam. Hal ini disebabkan oleh semua jenis media dapat
mendukung pertumbuhan stek. Rochiman dan Harjadi (1973) menyatakan bahwa
perbedaan jenis media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat
memenuhi syarat-syarat pembentukan akar yaitu ringan, mempunyai komposisi
yang seragam, mudah tersedia, mampu menyimpan air dan bebas hama penyakit.

Penyapihan

Pengamatan pengaruh asal bahan sapih dan ukuran tempat tumbuh


dilakukan terhadap parameter tinggi, diameter dan persen hidup bahan sapih. Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa asal bahan sapih tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan
diameter. Pengaruh ukuran tempat tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi, diameter. Interaksi antara asal bahan sapih dan ukuran tempat
tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan tanaman
balsa. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan asal bahan sapih dan
ukuran tempat tumbuh terhadap rata-rata tinggi dan rata-rata diameter disajikan
pada Tabel 7.

Tabel 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan asal bahan sapih dan
ukuran tempat tumbuh terhadap rata-rata tinggi, diameter tanaman balsa
Sumber keragaman Tinggi Diameter
(cm) (mm)
Asal bahan tanaman 0.13tn 0.01**
Ukuran tempat tumbuh 0.81tn 0.37tn
Interaksi 0.48tn 0.18tn
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.05; tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05.

Tinggi
Pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman balsa dilakukan setiap
satu minggu. Berdasarkan pertumbuhan tinggi asal bahan sapih dari semai dengan
tempat tumbuh polibag memiliki pertumbuhan rata-rata tinggi yang lebih besar
yaitu sebesar 3.55 cm, sedangkan pertumbuhan rata-rata tinggi terendah yaitu
dengan jenis asal bahan stek dan tempat tumbuh polibag yaitu sebesar 2.75 cm.
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa asal bahan tanaman, ukuran
tempat tumbuh dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan tinggi
tanaman balsa. Hasil pengamatan perubahan rata-rata tinggi dan kondisi tanaman
balsa pada akhir pengamatan (8 minggu setelah tanam) disajikan pada Gambar 9
dan Gambar 10.
16

4 3.55 3.38
3.5 3.08
3 2.75
Tinggi (cm)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Perlakuan

A = Asal bahan sapih (A1 : Asal bahan semai A2 : Asal bahan stek); B = Ukuran tempat tumbuh
(B1 : Polibag B2 : Policap).

Gambar 9 Pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman balsa pada akhir pengamatan

Gambar 10 Kondisi penyimpanan penyapihan balsa; (a) kondisi nyimpanan hasil


penyapihan pada polibag dan policap; (b) pertumbuhan tinggi asal biji
(generatif) dengan pot polibag

Gambar 9 menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman balsa terendah yaitu


pada asal bahan stek dengan pot polibag sebesar 2.75 cm. Hal ini diduga oleh faktor
lingkungan yaitu cahaya yang kurang optimal dalam rumah kaca sehingga
mempengaruhi proses fotosintesis yang dapat menghambat proses pertumbuhan.
Selain itu, faktor genetis dapat mempengaruhi pertumbuhan masing-masing asal
bahan tanaman. Pertumbuhan semai balsa dapat dipengaruhi juga oleh faktor
lingkungan seperti media tumbuh dan ketersediaan unsur hara. Unsur hara sangat
dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Suatu tanaman akan tumbuh
subur apabila segala unsur yang dibutuhkannya tersedia dan terdapat dalam bentuk
yang sesuai untuk diserap tanaman (Supriyanto dan Fiona 2010). Ukuran tempat
tumbuh dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan
diameter, hal ini diduga karena perbedaan ukuran tempat tumbuh yang tidak
berbeda jauh yang menyebabkan ketersediaan media dalam tempat tumbuh hampir
sama. Selain itu, ukuran tempat tumbuh yang membuat kerapatan lebih tinggi
sehingga sinar matahari yang diterima oleh tanaman menjadi rendah. Gardener et
al. (1985) menyatakan faktor utama yang menentukan perkembangan pertumbuhan
17

tanaman adalah energi radiasi matahari. Fotosintesis akan berkembang dengan baik
apabila mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Diameter
Pengamatan terhadap perubahan diameter tanaman balsa dilakukan setiap
satu minggu sampai akhir pengamatan (8 minggu setelah tanam). Berdasarkan
pertumbuhan rata-rata diameter tanaman balsa perlakuan dengan asal bahan semai
dan jenis tempat tumbuh polibag memiliki nilai terbesar yaitu sebesar 0.87 mm,
sedangkan pertumbuhan diameter terendah yaitu pada perlakuan asal bahan stek
dan ukuran tempat tumbuh polibag yaitu sebesar 0.55 mm. Asal bahan sapih sangat
berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan diameter tanaman balsa. Jenis tempat
tumbuh dan interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap
perubahan diameter tanaman balsa. Hasil uji Duncan pengaruh asal bahan sapih
terhadap perubahan diameter tanaman balsa disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh asal bahan tanaman terhadap rata-rata diameter
balsa

Sumber keragaman Diameter


(mm)
Asal bahan semai (1 bulan) 0.79a
Asal bahan stek (1 bulan) 0.57b
a dan b berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh asal bahan tanaman terhadap


pertumbuhan rata-rata diameter menunjukkan asal bahan tanaman biji (generatif)
memiliki pertumbuhan rata-rata diameter yang tinggi sebesar 0.79 mm berbeda
nyata dengan pertumbuhan rata-rata diameter asal bahan tanaman stek pucuk
(vegetatif) sebesar 0.57 mm, hal ini dikarenakan semai asal biji (generatif)
mempunyai jaringan meristematis yang lebih banyak, sehingga pembelahan akan
berlangsung lebih cepat dan banyak. Selain itu pembentukan akar pada asal bahan
tanaman stek pucuk yang belum sempurna dapat mempengaruhi proses penyerapan
hara pada media sehingga dapat mempengaruhi daya adaptasi dan pertumbuhan
diameter tanaman. Hal tersebut didukung oleh penelitian Prihastanti (2011) yang
menyatakan peningkatan pertumbuhan terbaik semai jarak pagar yaitu asal bahan
tanaman biji dengan jenis media tanam tanah latosol. Hasil pengamatan perubahan
diameter pada akhir pengamatan (8 minggu) disajikan pada Gambar 11.
18

1 0.87
Diameter (mm)
0.8 0.71
0.59 0.55
0.6

0.4

0.2

0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Perlakuan

A = Asal bahan sapih (A1 : Asal bahan semai A2 : Asal bahan stek); B = Ukuran tempat tumbuh
(B1 : Polibag B2 : Policap).

Gambar 11 Pertumbuhan rata-rata diameter tanaman balsa pada akhir pengamatan

Persen Hidup
Persen hidup tanaman balsa yang telah disapih dicirikan dengan
pertumbuhan tanaman yang segar tidak layu, daun hijau dan tidak mengalami gugur
daun. Persen hidup asal bahan sapih disajikan pada Gambar 12.

105
100
Persen hidup (%)

100
96 96
95

90 88

85

80
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
Perlakuan

A = Asal bahan sapih (A1 : Asal bahan semai A2 : Asal bahan stek); B = Ukuran tempat tumbuh
(B1 : Polibag B2 : Policap)

Gambar 12 Persen hidup tanaman balsa pada akhir pengamatan

Berdasarkan dari Gambar 12, asal bahan tanaman stek pucuk balsa dengan
tempat tumbuh polibag dan asal bahan tanaman biji (generatif) balsa dengan tempat
tumbuh polibag memiliki persen hidup yang hampir sama yaitu 100% dan 96%.
Hal ini diduga disebabkan oleh proses penyapihan stek, bongkahan media bersama
dengan perakaran tidak mudah pecah. Menurut Sofyan dan Muslimin (2007) tingkat
keberhasilan pembentukan akar pada stek lebih ditentukan oleh sifat fisik media
dibandingkan dengan sifat kimia yang terkandung dalam media, karena sifat fisik
19

ini berkenaan dengan ketersediaan air dan adanya kelancaran sirkulasi udara dalam
media yang dibutuhkan stek dalam proses pembentukan akar.
Persen hidup terendah yaitu pada asal bahan tanaman semai dengan tempat
tumbuh policap sebesar 88%. Hal ini diduga pada saat proses penyapihan semai
media tanam mudah pecah sehingga menyebabkan beberapa akar terputus atau
patah sehingga semai mengalami cekaman pasca pemindahan tanaman dan
kemudian mempengaruhi kecepatan bibit beradaptasi untuk selanjutnya
meneruskan pertumbuhan dan perkembangan pada lingkungan yang berbeda
dengan lingkungan barunya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Media arang sekam merupakan media terbaik dibandingkan media cocopeat


dan zeolite untuk perkecambahan balsa dengan daya kecambah sebesar 71.75% dan
arang sekam merupakan media terbaik dibandingkan media campuran cocopeat dan
sekam padi 2:1 dan zeolite untuk perakaran stek pucuk balsa dengan persen berakar
sebesar 93%. Bibit tanaman dari generatif dengan jenis pot policap memberikan
respon pertumbuhan diameter sebesar 0.87 mm dan tinggi sebesar 3.38 cm.

Saran

Kegiatan pengadaan bibit balsa dalam mendukung pembangunan hutan


tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan perbanyakan vegetatif dan
generatif. Jenis media arang sekam dapat digunakan dalam perbanyakan secara
generatif dan vegetatif.

DAFTAR PUSTAKA

Bramasto Y, Cahyadi, Siregar UJ. 2002. Pengaruh Pengusangan Dipercepat


Terhadap Viabilitas Acacia mangium. Bul. Tek. Perbenihan (8): 1.
Danu, Subiakto A, Putri KP. 2011. Uji stek pucuk damar (Agathis loranthifolia
Salisb.) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh. Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam 8(3): 245-252.
[DPTH] Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2004. Petunjuk Teknis Pengujian
Mutu Fisik dan Fisiologis Benih. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial.
Gardener FP, Peace RB, Mitchell RL. 1985. Physiology of Crop Plants. USA(US):
Iowa State University Press.
20

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta (ID): Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Depatemen Kehutanan.
Kristianingrum R. 2000. Pengaruh pupuk fosfor dan pengapuran (CaCO3) terhadap
pertumbuhan semai balsa (Ochroma sp.) pada tanah podsolik Darmaga
(dystrudept) serta pembuatan kurva buffer. [skripsi]. Bogor (ID): Istitut
Pertanian Bogor.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Press.
Muslim R. 2011. Pengaruh Pengawetan dengan Wood Injector Terhadap Sifat Fisis
dan Kekuatan Kayu Pada Kayu Balsa (Ochroma bicolor) dan Akasia (Acacia
mangium). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prihmantoro H, Indriani YH. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan
Bisnis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Prihastanti E. 2011. Pertumbuhan semai jarak pagar (Jatropha curcas L.) asal biji
dan stek yang ditanam pada jenis tanah berbeda. BIOMA (1):13.
Rochiman K, Hardjadi SS. 1973. Pembiakan vegetatif. Bogor (ID): Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Rahmadianto S. 2014. Pengaruh asal bahan dan media stek terhadap keberhasilan
stek pucuk tembesu [Fagraea fragrans (Roxb.) Miq]. [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Rofik A dan Murniati R. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media
perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata
(Wurmb.) Merr.). Bul. Agro 36(1):33-40.
Soerianegara I, Djamhuri E. 1979. Pemulian Pohon Hutan. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Sutopo. 2010. Teknologi Benih. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Supriyanto, Fiona F. 2010. Pemanfatan arang sekam untuk memperbaiki
pertumbuhan semai jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) pada media
subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika. 1(1):24-28.
Sofyan A, Muslimin I. 2007. Pengaruh asal bahan dan media stek terhadap
pertumbuhan stek batang Tembesu (Fragraea fragarans ROXB). Prosiding
Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan.
Widajati E, Murniati E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto MR, Qadir A. 2013.
Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press.
Yasman I, Smits WTM. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae.
Samarinda (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen
Kehutanan.
21

Lampiran 1 Rekapitulasi nilai rata-rata daya berkecambah, laju perkecambahan dan


nilai berkecambah
Laju Nilai
No Perlakuan Daya berkecambah
perkecambahan perkecambahan
(%) (hari) (%/hari)
1 A1 37.75 15 0.648340571
2 A2 71.75 13 6.763248847
3 A3 61.5 10 3.119969278
A = Jenis media (A1 : Zeolite A2 : Arang sekam A3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh jenis media terhadap daya berkecambah benih
balsa
Sumber
db Jumlah Kuadrat Fhit Pr (>F)
keragaman
kuadrat tengah
2 2433.5 519.633 ** **
Jenis media 23.5627 0.0014

Galat 6 309.8333 51.639

Total 11 2908
* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn =
tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 3 Hasil uji Duncan jenis media terhadap daya berkecambah benih balsa

Kelompok duncan Rataan Jenis media

B 37.75 Zeolite
A 71.75 Arang sekam
A 61.5 Cocopeat
A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 4 Hasil uji Duncan jenis media terhadap laju perkecambahan benih balsa

Kelompok duncan Rataan Jenis media


A 15.25 Zeolite
AB 13 Arang sekam
B 10 Cocopeat
A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 5 Hasil uji Duncan jenis media terhadap nilai perkecambahan benih balsa

Kelompok duncan Rataan Jenis media


A 0.648340571 Zeolite
B 6.763248847 Arang sekam
B 3.119969278 Cocopeat
A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.
22

Lampiran 6 Rekapitulasi nilai rata-rata persen berakar, berat basah akar, berat
kering akar stek pucuk balsa

No Perlakuan Persen berakar Berat basah akar Berat kering akar


(%) (gram) (gram)
1 A1 0.29 0.37 0.06
2 A2 0.93 0.68 0.07
3 A3 0.52 0.4 0.09
A = Jenis media (A1 : Zeolite A2 : Arang sekam A3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1).

Lampiran 7 Sidik ragam pengaruh jenis media terhadap persen berakar stek pucuk
balsa
Sumber
db Jumlah Kuadrat Fhit Pr (>F)
keragaman
kuadrat tengah
Jenis media 2 1.024 0.211489 14.502** 0.005**
Galat 6 0.2118333 0.035306
Total 12 1.4807692
Data yang diolah sebelumnya ditransformasikan arcsin %; * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05;
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 8 Hasil uji Duncan jenis media terhadap persen berakar stek pucuk balsa

Kelompok duncan Rataan Jenis media

B 0.29 Zeolite
A 0.93 Arang sekam
AB 0.61 Campuran cocopeat+sekam padi (2:1)
A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 9 Hasil sidik ragam pengaruh jenis media terhadap berat basah akar stek
pucuk balsa
Sumber
db Jumlah Kuadrat Fhit Pr (>F)
keragaman
kuadrat tengah
Jenis media 2 0.29857333 0.11458 1.9524tn 0.2039tn
Galat 6 0.6116933 0.076462
Total 12 1.2991733
* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn =
tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.
23

Lampiran 10 Hasil sidik ragam pengaruh jenis media terhadap berat kering akar
stek pucuk balsa
Sumber
db Jumlah Kuadrat Fhit Pr (>F)
keragaman
kuadrat tengah

Jenis media 2 0.00045 0.000546 0.3068tn 0.7467tn


Galat 6 0.0044 0.000733
Total 12 0.00767692
* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn =
tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 11 Rekapitulasi nilai rata-rata tinggi dan diameter asal bahan tanaman
biji dan stek pucuk balsa

No Perlakuan Tinggi (cm) Diameter (cm)

1 A1B1 3.548 0.712

2 A1B2 3.384 0.874

3 A2B1 2.748 0.586

4 A2B2 3.084 0.554


A = Asal bahan tanaman (A1 : Asal biji (Generatif) A2 : Asal stek pucuk (Vegetatif)) B = Tempat
tumbuh (B1 : Polycup B2 : Polybag).

Lampiran 12 Hasil sidik ragam pengaruh asal bahan tanaman dan tempat tumbuh
terhadap pertumbuhan tinggi balsa

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Fhit Pr (>F)


kuadrat tengah
Asal bahan tanaman 1 1.5125 0.62066 2.5384tn 0.1307tn
Tempat tumbuh 1 0.03698 0.59585 0.0621tn 0.8064tn
Asal bahan
tanaman*tempat tumbuh
1 0.3125 0.52346 0.5245tn 0.4794tn
Galat 16 9.5336 0.314
Total 19 11.39558
* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn =
tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.
24

Lampiran 13 Hasil sidik ragam pengaruh asal bahan tanaman dan tempat tumbuh
terhadap pertumbuhan diameter balsa

Sumber keragaman db Jumlah Kuadrat Fhit Pr (>F)

kuadrat tengah

Asal bahan tanaman


1 0.248645 0.105605 10.1219** 0.0058**

Tempat tumbuh
1 0.021125 0.024565 0.86tn 0.3675tn
Asal bahan
tanaman*tempat tumbuh
1 0.047045 0.024131 1.9151tn 0.1854tn

16 0.39304 0.00165
Galat
19 0.709855
Total
* = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn =
tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05.

Lampiran 14 Hasil uji Duncan asal bahan tanaman terhadap rata-rata diameter balsa

Kelompok Duncan Rataan Asal bahan tanaman

A 0.006353 Asal biji (Generatif)

B 0.000778 Asal stek pucuk (Vegetatif)


A dan B berbeda nyata pada taraf uji 0.05.
25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Juni 1994, anak pertama dari
empat bersaudara pasangan Herman Putro Harsono dan Siti Fatimah. Penulis
menempuh pendidikan di SD Negeri Batutulis 3 2dan lulus pada tahun 2006 serta
SMP Negeri 13 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis lulus
dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk
IPB melalui jalur PMDK. Penulis memilih program Studi Silvikultur, Fakultas
Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yaitu sebagai divisi konsumsi acara keluarga silvikultur, divisi
konsumsi acara BELANTARA (pengenalan departemen) dan divisi acara pada
malam penganugrahan Fakultas Kehutanan. Tahun 2013, penulis melaksanakan
Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Slamet, Cilacap Jawa
Tengah. Tahun 2014, penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Hutan (PPH) di
Hutan Penelitian Gunung Walat, Jawa Barat. Penulis menyelesaikan skripsi dengan
judul “Perbanyakan Secara Generatif dan Vegetatif (stek pucuk) Balsa (Ochroma
bicolor)” yang di bimbing oleh Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi MS dan Ir Atok
Subiakto, M App Sc untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB.

Вам также может понравиться