Вы находитесь на странице: 1из 6

KONSEP DASAR SPEKTROFOTOMETRI

a. Teknik Spektroskopi

Spektroskopi merupakan metode analisis yang melibatkan pengukuran dan interpretasi radiasi
elektromagnetik yang diserap atau diemisikan ketika molekul, atau atom, atau ion bergerak dari satu
tingkat energi tertentu ke tingkat energi lainnya. Setiap atom, ion atau molekul berinteraksi secara khas
dengan radiasi elektromagnetik. Spektroskopi berkaitan dengan perubahan energi rotasi, energi vibrasi
ataupun energi elektronik sebagai akibat penyerapan radiasi. Ada pula spektroskopi yang berkaitan
dengan perbedaan energi yang terjadi karena suatu contoh ditempatkan dalam medium magnet atau
listrik. Resonansi magnet inti (NMR) dan resonansi spin elektron (ESR) merupakan contohnya.

b. Radiasi Elektromagnetik

Suatu berkas radiasi merupakan gelombang elektromagnetik atau foton yang bergerak dengan
kecepatan cahaya. Foton mempunyai sifat partikel dengan energi tertentu dan pada saat yang sama juga
mempunyai sifat gelombang.

Sebuah foton yang berasal dari suatu titik tertentu dalam ruang bergerak dari titik tersebut dalam
bentuk gelombang yang dicirikan dengan vektor medan listrik yang secara berkala mempunyai titik
maksimum pada arah tegak lurus terhadap arah gelombang. Panjang gelombang (λ) suatu radiasi adalah
jarak dari dua titik maksimum tersebut. Besaran ini biasa dinyatakan dengan satuan Angstrom (1 Ǻ = 10-
8 cm) atau nanometer (1 nm = 10-7 cm). Radiasi juga mempunyai frekuensi (v) yaitu jumlah gelombang
yang melintasi satu titik tertentu selama waktu tertentu. Panjang gelombang dan frekuensi dihubungkan
dengan energi, energi foton, E, menurut persamaan:

Pada persamaan tersebut h ialah tetapan Planck (6,6626 x 10 -27 erg.detik) dan c adalah kecepatan
cahaya (3 x 108 m/detik). Dari persamaan tersebut tampak bahwa energi radiasi berbeda-beda
tergantung pada panjang gelombangnya. Energi semakin kecil dengan semakin besarnya panjang
gelombang radiasi. Sebagai contoh panjang gelombang 5 Ǻ mempunyai energi 3,97 x 10-9 erg
sementara sinar tampak dengan panjang gelombang 500 nm mempunyai energi 3,9 x 10-12 erg.

Ada kalanya digunakan besaran jumlah gelombang ( ) yaitu banyaknya jumlah gelombang per satuan
jarak tertentu. Spektroskopi serapan infra merah sering menggunakan besaran tersebut. Jumlah
gelombang dengan panjang gelombang dapat dihubungkan dengan persamaan:

Sangat jelas bahwa jumlah gelombang semakin besar dengan semakin kecilnya panjang gelombang.
c. Spektrum Elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik mencakup kisaran panjang gelombang yang sangat besar. Sesuai dengan
kisaran panjang gelombangnya maka energi juga beragam sehingga bagian zat yang bisa dipengaruhi
beragam pula.

Gambar 1. Spektrum elektromagnetik

Pada gambar tersebut terlihat bahwa radiasi yang berbeda menyebabkan perubahan tingkat energi
pada bagian yang berbeda, sesuai dengan tingkat energi radiasi tersebut. Dengan panjang gelombang
yang kecil (pendek) maka sinar X mempunyai energi yang besar sehingga dapat mempengaruhi elektron
dalam. Sinar ultraviolet dan sinar tampak yang panjang gelombangnya lebih besar mempunyai energi
yang cukup untuk mempengaruhi elektron valensi, sedangkan sinar infra merah yang panjang
gelombangnya lebih besar dari panjang gelombang sinar tampak, energi hanya cukup untuk
mempengaruhi vibrasi dan rotasi molekul.

d. Eksitasi Elektron

Setiap atom atau molekul mempunyai harga energi dengan diskrit tertentu yang akan menyerap
sejumlah energi sesuai dengan energi yang ada pada atom atau molekul tersebut sehingga akan terjadi
eksitasi dari tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi atom atau molekul
dinyatakan dengan energi translasi (Et), energi rotasi (Er), energi getaran (Ev) dan energi elektronik (Ee).

Untuk energi translasi (Et) tidak memberikan informasi dalam spektroskopi, sedangkan energi elektronik
(Ee) akan banyak dibahas pada spekrofotometri UV-Vis dan energi getaran (Ev) serta energi rotasi (Er)
akan banyak berperan pada spektrofotometri infra merah.

Secara umum setiap molekul mempunyai jumlah elektron tertentu dan menempati berbagai orbital
molekul dengan berpasangan. Menurut asal Pauli, kedua elektron yang menempati orbital molekul
dengan berpasangan harus mempunyai spin yang arahnya berlawanan. Tingkat energi elektron dalam
molekul yang berpasangan tadi disebut tingkat nergi elektron singlet. Tingkat Energi singlet ini tidak
terorientasi terhadap medan magnet sehingga bersifat diamagnetik.

Tingkat energi elektron singlet yang berada dalam keadaan dasar (singlet ground state) apabila
dikenakan radiasi elektromagnetik akan mengalami eksitasi (singlet exited state) ke tingkat energi yang
lebih tinggi.

Pada molekul tertentu setelah satu elektron tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi karena terjadi
konversi internal dan eksternal akan mengalami perubahan spin, tidak lagi berpasangan terhadap satu
elektron pasangannya yang masih berada dalam keadaan dasar.
Tingkat energi elektron dalam molekul yang spinnya sama (tidak berpasangan) disebut tingkat energi
elektron triplet (triplet exited state). Pada keadaan ini molekul akan terorientasi terhadap medan
magnetik sehingga dikatakan bersifat paramagnetik.

Gambar berikut menyatakan pasangan elektron singlet dan pasangan elektron triplet.

Keadaan dasar pasangan elektron singlet Keadaan tereksitasi pasangan elektron singlet Keadaan
tereksitasi pasangan elektron triplet

Gambar 2. Eksitasi elektron

e. Interaksi zat dengan radiasi

Ada berbagai cara interaksi antara zat dengan radiasi yang bersentuhan dengannya. Interaksi tersebut
bisa dikaitkan dengan sifat radiasi sebagai gelombang bisa pula sebagai partikel yang berenergi. Jenis
interaksi yang berkaitan dengan sifat gelombang diantaranya ialah difraksi, refraksi dan rotasi optis.
Interaksi yang berkaitan dengan sifat partikel berenergi ialah penyerapan (absorpsi) dan emisi.

Difraksi merupakan modifikasi gelombang yang berjalan melalui ujung benda padat, melalui celah atau
lubang kecil ataupun karena pemantulan oleh suatu permukaan. Fenomena difraksi digunakan dalam
analisis yang berkaitan dengan monokromator kisi untuk memisahkan radiasi polikromatis menjadi
beberapa komponen radiasi. Difraksi juga digunakan dalam spektroskopi sinar X.

Refraksi merupakan pembelokan atau perubahan arah berkas radiasi ketika melintasi batas medium
satu pindah ke medium lainnya yang tidak sama densitasnya. Perubahan arah terjadi karena sedikit
perbedaan laju radiasi dalam kedua media tersebut. Besarnya refraksi tergantung pada jenis media dan
radiasinya. Refraksi dimanfaatkan dalam analisis yang berkaitan dengan penggunaan monokromator
prisma. Fenomena ini secara langsung digunakan untuk analisis kualitatif zat yang menjadi media.

Rotasi optis merupakan fenomena terputarnya (terotasinya) bidang polarisasi sinar selama melalui
media. Jenis dan komposisi media menentukan apakah terjadi rotasi optis atau tidak, dan juga besarnya
rotasi tersebut bila memang terjadi.

Penyerapan dan pengemisian radiasi mungkin merupakan fenomena yang paling penting dilihat dari segi
analisis kimia. Penyerapan radiasi merupakan proses terserapnya radiasi oleh zat sedangkan
pengemisian radiasi merupakan proses pengemisian radiasi oleh zat yang menyerap energi atau radiasi.
Bila suatu atom, partikel, molekul apa saja menyerap foton maka partikel tersebut menjadi lebih
energetik. Dua sifat tersebut menjadi dasar penerapan penyerapan atau pengemisian untuk prosedur
analisis.

f. Serapan sinar dan warna zat

Bila suatu zat bertemu dengan radiasi maka akan terjadi interaksi. Sebagian spektrum radiasi tersebut
diserap oleh zat dan sebagian lagi diteruskan ke mata kita. Bagian radiasi yang sampai ke mata kita
itulah yang memberikan gambaran mengenai benda tersebut. Bila zat menyerap sebagian dari sinar
tampak dan meneruskan sinar tampak lainnya, maka akan terlihat warna sinar yang diteruskan tersebut.
Jelasnya bila benda meneruskan sinar merah ke mata kita maka kita akan mellihat benda tersebut
berwarna merah. Bila benda menyampaikan sinar biru ke mata kita maka benda tersebut akan tampak
berwarna biru. Ke mana perginya sinar lainnya? Sinar lainnya diserap walaupun tentu saja tidak
seluruhnya diserap. Sinar yang diserap merupakan komplemen dari sinar yang diteruskan ke mata kita.
Warna kedua sinar tersebut disebut warna komplementer. Bagaimana dengan air, yang tampak tidak
berwarna oleh mata kita? Tidakkah zat tersebut menyerap sinar? Mungkin saja air menyerap sinar,
tetapi yang pasti air tidak menyerap sinar tampak. Inilah yang menyebabkan air tidak berwarna.

g. Prinsip Dasar Spektrofotometri

Gambar 3. Interaksi sinar dengan materi

Ketika suatu berkas sinar masuk ke sistem penyerap, maka laju serapan foton akan berbanding lurus
dengan intensitas sinar tersebut yang biasa disimbolkan dengan I. Terjadinya penyerapan
mengakibatkan penurunan intensitas, -dl yang secara matematis dirumuskan:
(k=tetapan yang tergantung pada zat penyerap dan sinar, I=intensitas sinar, n=jumlah molekul penyerap,
d=perubahan).

Penyusunan ulang rumusan tersebut menghasilkan:

Bila diintegralkan kemudian akan menghasilkan

n = jumlah molekul penyerap sesuai dengan banyaknya molekul yang dilalui sinar yang tergqantung
pada jumlah mol zat tersebut. Jumlah mol zat ditentukan oleh volume larutan (v) dan konsentrasinya (C).
volume zat sesuai dengan volume berkas sinar yaitu perkalian luas penampang berkas (s) dikalikan
panjang berkas yang sama dengan tebal zat yang dilalui berkas (b). Luas penampang berkas akan tetap
selama panjang gelombang sinar tidak berubah, karenanya nilai perkaliannya dengan k juga akan tetap
yaitu a. berdasarkan hal tersebut maka

log I0/I kemudian dikenal sebagai serapan (absorbance) dengan simbol A sehingga rumusannya
kemudian menjadi

Rumusan tersebut dikenal sebagai Hukum Lambert Beer.

Tetapan a dalam rumusan tersebut disebut absortivitas spesifik atau koefisien serapan spesifik yang
menyatakan besarnya serapan sinar yang panjangnya 1 cm oleh zat yang konsentrasinya 1 g/I. Koefisien
serapan sering juga disebut koefisien ekstinsi. Selain absortivitas spesifik dikenal pula absortivitas molar
(έ) yaitu besarnya serapan sinar yang panjangnya 1 cm oleh zat yang konsentrasinya 1 mol /l. Mudah
diduga bahwa

(BM = berat molekul)

Sudah tentu nilai a ataupun έ tergantung dari barat jenis zat dan jenis radiasi. Misalnya nilai a untuk
KMnO4 akan berbeda dengan nilai a untuk Fe(SCN)3 walaupun pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang yang sama. Demikian pula nilai a untuk KMnO4 pada panjang gelombang 525 nm tidak akan
sama dengan nilai a KMnO4 pada panjang gelombang 535 nm.

Вам также может понравиться