Вы находитесь на странице: 1из 2

Makalah ke 2

KOMUNIKASI DAN KERJASAMA RUMAH SAKIT

pada keadaan BENCANA.

"Fix the roof while the sun shines"(John Keneddy)

Bencana dan akibat yg ditimbulkan adalah sebuah masalah, yg tentunya harus segera
diatasi.

Dalam mengatasi masalah apapun, harus betul-betul dilakukan secara sungguh-sungguh


dan dikenal ada tiga tahapan.

1. Harus diketahui serta difahami betul-betul masalah tersebut, mulai dari penyebab,
hubungan-hubungan yg terkait, dalil-dalil (tennets). yg mendasari dsb. Dikatakan
sebagai ReVisiting the tennets
2. Kemudian didesain system untuk penanggulangan masalah tsb Redesign the
system, tentunya dengan seluruh subsistem-subsistemnya.
3. Ditentukan peran masing-masing subsistem Redifine the role
4. Sosialisasi sistem tsb serta pelatihan-pelatihan bagi semua yg terkait, dari berbagai
subsistem.

Disebut sebagai Retraining people

Rumah Sakit adalah salah satu subsistem dalam sistem penanggulangan bencana. Dengan
demikian penanggulangan bencana memakai sebuah sistem atau tatanan.

Sebagai sebuah subsistem rumah sakit dimaksudkan sebagai rangkaian atau sekumpulan RS
yg harus bekerjasama. Bekerjasama untuk menjadi sebuah subsistem, yg dilaksanakan
sebelum terjadi bencana.

Kerjasama RS-RS melalui organisasi-organisasi rumah sakit yg kemudian menyatu dalam


PERSI. RS RS kemudian melalui MOU*menyepakati kerjasama berbagai hal yg terkait dg
penanggulangan bencana. Salah satu contoh adalah terbentuknya *Tim Aju sampai
menjadi Brigade Siaga Bencana BSB.

Berbagai protap *SOP*disepakati dalam kerjasama tsb.

Hal lain misalnya pelatihan-pelatihan bersama sampai simulasi-simulasi peran RS dalam


berbagai bencana. Juga standard peralatan, SDM. kemampuan para petugas, mulai dari
awak ambulans, petugas UGD, dsb.
Sebelum kesepakatan kerjasama terbentuk didalam rumah sakit harus dibentuk dulu sebuah
Komitte Bencana, yg anggotanya dari berbagai profesi di RS Komite menyusun sebuah
*Disaster Plan*yg kemudian disesuaikan dg RS-RS lain, sehingga terbentuk Disaster Plan
Rumah Sakit disuatu Wilayah, yg juga merupakan Disaster Plan keseluruhan untuk wilayah
tersebut, bahkan bagian dari Disaster Plan Nasional.

Komite bencana dari RS-RS secara berkala bertemu untuk membuat kesepakatan-
kesepakatan baru dalam penanggulangan bencana. Misalnya memenuhi prinsip evakuasi
medik, yaitu korban harus dievakuasi ke RS yg sesuai/tepat.

Yg juga sangat penting dalam kerjasama tersebut adalah informasi ttg kondisi tiap RS yg
segera disampaikan, begitu terjadi bencana. Kemudian disebarkan melalui media Rumah
Sakit sehingga diketahui seluruh RS anggota. Sebelumnya tentu telah ditunjuk dan disetujui
koordinator yg dalam keadaan bencana, menjadi seorang komandan Incident Comander.

Dalam keadaan bencana koordinasi terjadi secara langsung sesuai berbagai SOP yg sudah
disepakati sebelumnya.

Kesiapan Rumah Sakit serta kegiatan pelaksanaan yg sudah dilakukan sesuai dg Disaster Plan
Wilayah, misalnya kerjasama dg POLRI dan instansi-instansi lainnya dilaporkan ke Komando
Pelayanan Bencana Wilayah tersebut.

Komunikasi dalam bencana disiapkan desain yg sesuai dengan wilayah dalam kerjasama dg
KOMINFO, harus berskala nasional. Juga komunikasi antar RS dan antar Unit/ambulans dll,
didesain dan jelas kapan waktu mulai pemakaiannya. Ada perbedaan dg sistem komunikasi
se hari2, diperlukan kesepakatan dan harus difahami betul-betul oleh semua fihak terkait di
RS dan Tim Aju yg keluar.

Вам также может понравиться