Вы находитесь на странице: 1из 18

TUGAS MANDIRI

SISTEM UTILITAS

KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI

DISUSUN OLEH:

Nervi Rita (1607123501)

Dosen Pengampu
Ida Zahrina, ST.,MT.

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
A. Koagulasi

Koagulasi merupakan proses dimana bahan kimia (koagulan) ditambahkan ke


sistem pengolahan air (minum atau limbah) untuk membentuk partikel atau materi
halus menjadi partikel yang berukuran lebih besar sehingga dapat mengendap
dengan cepat. Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan
terpelihara dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang
diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan
sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua, yakni koloid hidrofilik yang bersifat
mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut
dalam air (insoluble). Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang terjadi
antara lain (Suprihanto, 2004) :
 Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga suatu titik
dimana gaya van der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel
yang tidak stabil bergabung serta membentuk flok;
 Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara grup-grup reaktif
pada koloid;
 Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok hidroksida yang
mengendap
Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena konsentrasi koloid yang
rendah sehingga kontak antar partikel tidak memadai, bila digunakan dosis
koagulan yang terlalu besar akan mengakibatkan restabilisasi koloid.
Untuk mengatasi hal ini, agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok
dapat terbentuk dengan baik, maka dilakukan proses recycle sejumlah settled
sludgesebelum atau sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum
dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi antara lain (Suprihanto, 2004):
1. Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan
2. Jumlah dan karakteristik koloid
3. Derajat keasaman air (pH)
4. Pengadukan cepat, dan kecepatan paddle

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 1


5. Temperatur air
6. Alkalinitas air, bila terlalu rendah ditambah dengan pembubuhan kapur
7. Karakteristik ion-ion dalam air

Gambar 1.1 Proses Pengolahan Air dengan Koagulasi

Gambar 1.2 Tahapan proses pengolahan air

Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah


aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu,
seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau
lebih cepat mengendap. Polielektrolit digunakan secara luas, baik untuk pengolahan
air proses maupun untuk pengolahan air limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu nonionik, kationik dan anionik; biasanya bersifat larut air.
Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah: volume lumpur
yang terbentuk relatif lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan
warna, dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur (dewatering) .
Jenis-jenis polielektrolit antara lain:

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 2


Poli Akrilamida : mencakup ko-polimer dari akrilamida atau asam akrilat (acryl
acid), sejauh perbandingan akril amida lebih besar dari asam akrilat. Poliakril amida
adalah koagulan/ flokulan pembantu sintetik
Zat Kimia Pendukung: Kapur : CaO, Ca(OH)2Untuk menaikan pH
- Soda abu (Sodium bikarbonat) : Na2CO3
- Soda api (Sodium hidroksida) : NaOH
- Asam sulfat : H2SO4 , CO2 : Untuk menurunkan pH

Faktor utama yang mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah


kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation
dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan,
dan jika diperlukan, koagulan-pembantu. Beberapa jenis koagulan beserta sifatnya
dapat dilihat pada Tabel 1.1. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat
ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus
(Gambar 1.3) untuk mendapatkan kondisi optimum.

Gambar 1.3 Jar Test


Jar Test Alat yang dipergunakan untuk percobaan menentukan dosis
optimum koagulan yang dilengkapi dengan alat-alat gelas dan pengandukan yang
sempurna, atau dapat dilakukan dengan alat pengaduk yang
lebih sederhana yaitu dengan batang bambu. Bahan koagulan yang biasa dgunakan
untuk koagulasi adalah tawas. Sedangkan untuk pengaturan kondisi pH yang belum
optimum biasa digunakan kapur. Penambahan kapur diperlukan apabila air
bakunya asam atau < 7.

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 3


Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium
hidroksida relatif tidak terlarut.
Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar
menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk
mendapatkan pH pada level di mana ion besi diendapkan sebagi Fe(OH)3. Reaksi
ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang membutuhkan oksigen terlarut dalam air.
Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi dioksidasi menjadi ferri, di
mana akan mengendap sebagai Fe(OH)3.
2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2  2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O
Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang
stabilisasi membutuhkan kapur berlebih.
Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung mengikuti reaksi:
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2  2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika
alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang
pH optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut
dalam rentang pH ini.
Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2  2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2
Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.
2FeCl3 + 3Ca(OH)2  2Fe(OH)3 + 3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang
terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap.

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 4


Tabel 1.1 Beberapa Jenis Koagulan dalam Praktek Pengolahan Air

Operasional dan Pemeliharaan bak koagulasi seperti:


 Pemeriksaan kualitas air baku di laboratorium instalasi sangat diperlukan
untuk menentukan dosis koagulan yang tepat, pemeriksaan yang perlu
dilakukan diantaranya mengukur kekeruhan air (turbidity) dan derajat
keasaman (pH) air baku.
 Dosis koagulan ditentukan berdasarkan percobaan jar-test, sedangkan pH
air baku ditentukan dengan komparator pH;
 Pengontrolan debit koagulan yang masuk ke splitter box dilakukan
setiap jam oleh operator instalasi;
 Pemeriksaan clogging pada saluran/pipa feeding dan pompa pembubuh
larutan koagulan dilakukan setiap harinya oleh operator instalasi,
dan pemeriksaan clogging pada orifice diffuser.
Tujuan pengadukan cepat (koagulasi) dalam pengolahan air adalah untuk
menghasilkan turbulensi air sehingga dapat mendispersikan bahan kimia yang akan
dilarutkan dalam air. Secara umum, pengadukan cepat adalah pengadukan yang
dilakukan pada gradien kecepatan besar (300 sampai 1000 detik-1) selama 5 hingga
60 detik atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 300 hingga 1700. Secara
spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud atau sasaran pengadukan cepat.

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 5


Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan
yang dinyatakan dengan gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi
dari tenaga yang disuplai (P):

𝑃
G = (µ .𝑉)^0,5

dalam hal ini:


P = suplai tenaga ke air (N.m/detik)
V = volume air yang diaduk, m3
µ = viskositas absolut air, N.detik/m2
Persamaan diatas berlaku umum untuk semua jenis pengadukan.
Adapun jenis-jenis pengadukan dalam koagulasi adalah sebagai berikut:
B. Flokulasi
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses
penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-
partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan
proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lamamakin besar
serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam
desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul
akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradient terlalu
rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan
terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan (Dian, 2007).
Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak
flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi
proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan
flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok. Pengadukan lambat
(agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan
pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien
kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding
gradien kecepatan koagulasi (Dian, 2007).

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 6


Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien
kecepatan kecil (20 sampai 100 detik-1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd
(bilangan Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang
baik, gradien kecepatan diturunkan secara bertahap agar flok yang telah terbentuk
tidak pecah lagi dan berkesempatan bergabung dengan yang lain membentuk
gumpalan yang lebih besar.
Tujuan dilakukan flokulasi pada air limbah selain lanjutan dari proses
koagulasi yaitu:
 Meningkatkan penyisihan Suspended Solid (SS) dan BOD dari
pengolahan fisik
 Memperlancar proses conditioning air limbah, khususnya limbah
industri.
 Meningkatkan kinerja secondary-clarifier dan proses lumpur aktif
 Sebagai pretreatment untui proses pembentukan secondary effluent
dalam filtrasi.

Gambar 1.4 Flokulasi (Slow Mixing)

Operasional dan Pemeliharaan bak flokulasi seperti:


 Penyisihan schum yang mengapung pada bak flokulasi dilakukan
setiap hari secara manual menggunakan alat sederhana (jala),
biasanya dilakukan pada pagi hari;
 Pengontrolan ukuran flok yang terbentuk melalui pengamatan visual;
 Pemeriksaan kemungkinan tumbuhnya algae pada dinding tangki
dan baffle;

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 7


 Pengontrolan kecepatan mixer jika pengadukan dilakukan
menggunakan mechanical mixer. Pengoperasian mixer
membutuhkan perawatan yang lebih besar dari penggunaan flokulator
baffle
C. FILTRASI
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun gas)
yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori lain
untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Pada pengolahan air minum, Filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil
dari proses koagulasi – flokulasi – sedimentasi sehingga dihasilkan air minum
dengan kualitas tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat filtrasi dapat
pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa bau, besi dan
mangan.
Pada filtrasi dengan media berbutir, terdapat tiga phenomena proses, yaitu:
1. Transportasi : meliputi proses gerak brown, sedimentasi, dan gaya tarik antar
partikel
2. Kemampuan menempel : meliputi proses mechanical straining, adsorpsi
(fisik - kimia), biologis
3. Kemampuan menolak : meliputi tumbukan antar partikel dan gaya tolak
menolak
Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, saringan pasir dapat
dibedakan menjadi dua yaitu Saringan pasir cepat dan Saringan pasir lambat.
Saringan pasir cepat dapat dibedakan dalam beberapa kategori :
1. Menurut jenis media yang dipakai
2. Menurut sistem kontrol kecepatan filtrasi
3. Menurut arah aliran
4. Menurut kaidah grafitasi / dengan tekanan
5. Menurut pretreatment yang diperlukan.

 Jenis-jenis Filter Berdasar Sistem Operasi dan Media


I. Jenis media Filter :

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 8


1. Single media : Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit saja
2. Dual media : misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit
3. Multi media : misalnya digunakan pasir silica, anthrasit dan garnet.
Filter single media, filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir
kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi pada lapisan paling atas sehingga
dianggap kurang efektif karena sering dilakukan pencucian. Gambar 2.26
menjelaskan kedalaman pasir, kerikil sebagai media penyangga dan system
pematusan (under drain). Filter dual media, sering digunakan filter dengan media
pasir kwarsa di lapisan bawah dan antharasit pada lapisan atas. Multi media filter
terdiri dari anthrasit , pasir dan garnet atau dolomit, fungsi multi media adalah untuk
memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai penyaring.

Gambar 1.5 Filter aliran secara gravitasi dengan kelengkapannya


II. Sistem kontrol kecepatan :
1. Constant rate : debit hasil proses filtrasi konstan sampai pada level tertentu.
Hal ini dilakukan dengan memberikan kebebasan kenaikan level muka air di
atas media filter.

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 9


2. Declining rate : debit hasil proses filtrasi menurun seiring dengan waktu
filtrasi, atau level muka air di atas media filter dirancang pada nilai yang tetap.
III. Sistem aliran :
1. Aliran down flow (kebawah)
2. aliran upflow (keatas)
3. aliran horizontal.
IV. Kaidah pengaliran :
1. Aliran secara gravitasi
2. Aliran di bawah tekanan (pressure filter)
V. Pretreatment :
1. Kogulasi – flokulasi – sedimentasi
2. Direct filtration

 Jenis-jenis Filtrasi Berdasarkan Kecepatan Penyaringan


Secara umum filtrasi berdasarkan kecepatan penyaringan, dibagi menjadi :
1. Saringan Pasir Lambat (SSF)
2. Saringan Pasir Cepat (RSF)
Tabel 1.2 Perbandingan SSF dan RSF
Deskripsi Slow Sand Filter Rapid Sand Filter
Kecepatan Penyaringan 1-3 mgad (ml/ hr) 100-300 mgad (ml/ hr)
Ukuran Bak Besar (0.5 acre) Kecil (0.01-0.1 acre)
Kedalaman bak Gravel 12 in, pasir 42 Gravel 18 in, pasir 30 in
Ukuran Pasir in, E=0.4-0.55; U=1.35-1.75
Distribusi Pasir E=0.25-0.35; U=2-3 Stratified
Sist underdrain Unstratified 1.Perforated pipe lateral
Split tile laterals 2.Porous plate 3.porous block
Head loss 1 ft-8 at 8 ft
Lama operasi 0.2 ft-4 ft 12-24-72 jm
Penetrsi susp.mat 20-30-60 hr Dalam
Metode puncucian Bag. Atas Back washing
Jml pemakaian air dlm Di keruk bag atas psr 1-4-6 %
pencucian 0.2-0.6 % Sedimentasi, Koagulasi,
Treatment pendahuluan Tidak ada Flokulasi
Treatment lanjutan Klorinasi Klorinasi
Investasi Relatif besar Relatif kecil
Biaya operasi Relatif kecil Relatif besar

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 10


a. Rapid Sand Filter (RSF)
RSF merupakan salah satu jenis unit filtrasi yang mampu menghasilkan debit
air yang lebih banyak dibandingkan Slow Sand Filter, namun kurang efektif untuk
mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang disaring. Selain itu, debit air yang
cepat menyebabkan lapisan bakteri yang berguna untuk menghilangkan patogen
tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi Slow Sand Filter, sehingga
membutuhkan proses desinfeksi yang lebih intensif. Perbedaan utama dari RSF dan
SSF adalah bahwa pada SSF arah aliran airnya dari atas ke bawah, sedangkan pada
RSF dari bawah ke atas (up flow). Selain itu pada RSF umumnya dapat
melakukan backwash atau pencucian saringan tanpa membongkar keseluruhan
saringan.

Gambar1.6 Rapid Sand Filter (RSF)


Media filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir garnet.
Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk, dan komposisi kimia.
RSF dapat menggunakan media tunggal, media ganda, atau multi media. Pada
media tunggal digunakan pasir kwarsa saja, media ganfa digunakan pasir kwarsa
dan antrasit, multi media digunakan pasir kwarsa, anthrasit, dan karbon aktif. RSF
memiliki ukuran media pasir berkisar antara 0,5-2,0 mm, dengan laju aliran 5-15
m/jam dan waktu operasi berkisar antara 1-3 hari.
Dasar filter dapat terdiri dari system perpipaan yang tersusun dari lateral dan
manifold untuk mengalirkan air terolah, dimana air diterima melalui lubang orifice
yang diletakkan pada pipa lateral. Manifold dan lateral ditujukan agar distribusi
merata

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 11


Selama proses filtrasi berlangsung akan terjadi penurunan debit air produksi
akibat clogging atau pemampatan oleh kotoran yang tersaring dan tertahan pada
media yang menyebabkan diameter pori mengecil. Hal ini ditandai oleh :
1. Penurunan kapasitas produksi
2. Peningkatan kehilangan energi (headloss) yang diikuti oleh kenaikan muka air
di atas media filter.
3. Penurunan kualitas air terproduksi.
Teknik pencucian RSF dapat dilakukan dengan menggunakan back
washing, dengan kecepatan tertentu agar media filter terfluidisasi dan terjadi
tumbukan antar media sehingga kotoran yang menempel pada media akan lepas
dan terbawa bersama aliran air.
b. Slow Sand Filter
Filter pasir lambat adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi lambat.
Dibandingkan filter cepat, kecepatan filtrasi pada filter lambat sekitar 20 – 50 kali
lebih lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini
disebabkan ukuran media pasir juga lebih kecil (effective size = 0,15 – 0,35 mm).
Filter pasir lambat cukup efektif digunakan dalam menghilangkan kandungan
bahan organik dan organisme pathogen dari air baku yang mempunyai kekeruhan
relatif rendah. Filter pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan
kekeruhan air baku di bawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada
distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan
kecepatan filtrasi.
Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan gelatin atau
biofilm yang disebut lapisan hypogeal di beberapa milimeter bagian atas lapisan
pasir halus. Lapisan ini mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan larvae
serangga air. Lapisan hypogeal adalah lapisan yang melakukan pemurnian efektif
dalam pengolahan air minum. Selama air melewati lapisan ini, partikel akan
terperangkap dan organik terlarut akan teradsorpsi, diserap dan dicerna oleh bakteri,
fungi dan protozoa. Proses yang terjadi dalam lapisan hypogeal sangat kompleks
dan bervariasi, tetapi yang utama adalah mechanical straining terhadap kebanyakan
bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori-pori sangat kecil kurang dari

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 12


satu mikron. Ketebalan lapisan ini meningkat terhadap waktu hingga mencapai
sekitar 25 mm, yang menyebabkan aliran mengecil.
Pengujian kualitas air dilakukan secara berkala sampai standar dilampaui.
Ketika kecepatan filtrasi turun sampai tingkat tertentu, filter harus dicuci dengan
mengambil lapisan pasir bagian atas setebal sekitar 25 mm. Keuntungan filter
lambat antara lain:

• Biaya konstruksi rendah

• Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana

• Tidak diperlukan tambahan bahan kimia

• Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu

• Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian, pencucian hanya dilakukan di


bagian atas media, tidak dilakukan backwash
Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu sebagai akibat
dari lambatnya kecepatan filtrasi. Secara umum, filter pasir lambat hampir sama
dengan filter pasir cepat. Filter lambat tersusun oleh bak filter, media pasir, dan
sistem underdrain (Gambar 2.29). Kriteria filter cepat dan filter lambat dapat dilihat
pada Tabel 2.6.

Gambar 1.7 Slow Sand Filter (SSF)

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 13


Tabel 1.3 Kriteria untuk Filter Pasir Cepat dan Filter Pasir Lambat
Kriteria Filter Pasir Cepat Filter Pasir Lambat
Kecepatan filtrasi 4 – 21 m/jam 0,1 – 0,4 m/jam
Ukuran bed Kecil 40 – 400 m2 Besar, 2000 m2
Kedalaman bed 30 – 45 cm kerikil, 60 – 70 30 cm kerikil, 90 – 110 cm
cm pasir, tidak berkurang pasir, berkurang 50 – 80 cm
saat pencucian saat pencucian
Ukuran pasir Effective size >0,55 mm, Effective size
uniformity coefficient <1,5 0,25-0,3 mm, uniformity
coefficient 2-3

Distribusi ukuran media Terstratifikasi Tidak terstratifikasi


Sistem underdrain Pipa lateral berlubang yang
Sama dengan filter cepat
mengalirkan air ke pipa
atau batu kasar dan beton
utama berlubang sebagai saluran
utama
Kehilangan energi 30 cm saat awal, hingga saat awal, hingga 120 cm
275 cm saat akhir 6 cm saat akhir
Filter run (jarak waktu 12 – 72 jam 20 – 60 hari
pencucian)
Metoda pembersihan Mengangkat kotoran dan Mengambil lapisan pasir di
pasir ke atas dengan permukaan dan
backwash mencucinya
Jumlah air untuk 1 – 6% dari air tersaring 0,2 – 0,6% dari air
pembersihan tersaring
Pengolahan pendahuluan Koagulasi-flokulasi- Biasanya tidak ada bila
sedimentasi kekeruhan kurang dari 50
NTU
Biaya konstruksi Relatif tinggi Relatif rendah

Biaya operasi Relatif tinggi Relatif rendah


Biaya depresiasi Relatif tinggi Relatif rendah
Sumber: Schulz dan Okun (1984)

Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir garnet.
Media ini umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia.
Pemilihan media filter yang akan digunakan dilakukan dengan analisa ayakan (sieve
analysis). Hasil ayakan suatu media filter digambarkan dalam kurva akumulasi
distribusi untuk mencari ukuran efektif dan keseragaman media yang diinginkan.
Effective Size (ES) atau ukuran efektif media filter adalah ukuran media filter
bagian atas yang dianggap paling efektif dalam memisahkan kotoran yang besarnya
10 % dari total kedalaman lapisan media filter atau 10 % dari fraksi berat, ini sering
dinyatakan sebagai P10 (persentil 10). P10 yang dapat dihitung dari ratio ukuran

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 14


rata- rata dan standar deviasinya. Uniformity Coefficient (UC) atau koefisien
keseragaman adalah angka keseragaman media filter yang dinyatakan dengan
perbandingan antara ukuran diameter pada 60 % fraksi berat terhadap ukuran (size).
𝜇𝑔
ES = P10 = 𝜎𝑔1.282

UC = P60 / P10 = 𝜎𝑔1.535


Kriteria untuk keperluan filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah :
Single media Pasir :
UC = 1,3 – 1,7.
ES = 0,45 – 0,7 mm
Untuk dual media :
Antrasit UC = 1,4 – 1,9
ES = 0,5 – 0,7.
Pada saat filtrasi berlangsung, media filtrasi akan diliputi oleh flok-flok dari
air yang diolah, yang akan menyumbat rongga di antara butiran-butiran media dan
menyulitkan proses pencucian filter. Proses backwash dilakukan untuk
mengekspansi media sehingga filter dapat dibersihkan. Ekspansi ini akan
menyebabkan butiran filter bergesekan satu sama lain dengan kuat, sehingga flok-
flok yang tertahan sepanjang kedalaman filter bed akan terlepas untuk selanjutnya
dibuang keluar filter. Secara umum proses pencucian filter (backwashing)
dilakukan dengan arah aliran balik ke atas (up flow water wash) dengan
fluidisasi bed secara penuh. Air pencuci melewati media filter melalui sistem
underdrain. Pada awal proses selama 30 detik air pencuci disemprotkan tidak
dengan kecepatan penuh. Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya media
penyangga akibat tekanan kuat yang secara tiba-tiba disemprotkan dari bawah.
Aliran backwash akan melepas partikel tersuspensi yang melekat pada media filter.
Untuk kemudian diberikan kecepatan penuh sampai semua partikel tersuspensi
terlepas dari media filter.
Fasilitas backwash harus dapat menghasilkan kecepatan backwash yang
memadai dan distribusi aliran yang merata. Kecepatan backwash haruslah cukup
tinggi untuk memfluidisasi media filter seluruhnya. Kecepatan aliran backwash ini

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 15


tergantung pada metode yang digunakan untuk pencucian pada filter tersebut,
apakah hanya menggunakan sistem backwash saja dalam proses pencucian ataukah
ada sistem tambahan seperti air wash atau surface wash. Selain itu juga kecepatan
backwash yang sesuai harus ditentukan berdasarkan specific grafity (Sg) media,
ukuran butiran-butiran media, dan temperatur air. Namun kecepatan backwash yang
terlalu tinggi harus dihindari karena merupakan suatu pemborosan air, disamping
itu juga dapat merusak lapisan kerikil sebagai media penyangga. Disamping itu,
kecepatan backwash yang berlebih tidak efektif untuk pencucian filter karena
butiran-butiran pasir terpisah jauh melebihi ekspansi media yang dibutuhkan, dan
ada kemungkinan media filter dapat terbawa keluar sampai ke dalam gutter-gutter
air pencuci (Asrifah, 2015).
Pada umunya durasi pencucian menggunakan sistem backwash
berlangsung antara 10 – 15 menit. Proses pencucian filter akan membersihkan
media filter dari kotoran yang menempel akan tetapi proses pembersihan tersebut
dapat meningkatkan terbentuknya “mud ball”. Mud ball merupakan penggumpalan
dari kekeruhan yang terkoagulasi, flok, pasir, dan bahan pengikat lainnya. Mud ball
menyerupai agar-agar pada permukaan media filter akibat proses pencucian filter
yang kurang sempurna (Asrifah, 2015).
Filter yang bersih merupakan awal yang baik untuk menyaring air dari
sedimentasi. Tindakan lain yang digunakan agar media tidak cepat kotor sehingga
harus melakukan backwash lebih sering adalah dengan penggunaan polimer sebagai
langkah awal. Selain itu pencucian filter juga harus melihat dari segi ekonomisnya
karena air yang digunakan untuk proses pencucian merupakan air bersih yang siap
untuk didistribusikan pada masyarakat. Pada umumnya air yang digunakan untuk
pencucian filter antara 10-15% dari air bersih yang dihasilkan (Asrifah 2015).

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 16


DAFTAR PUSTAKA

Asrifah, D., 2015. Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses
Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi. UPNV. Yogyakarta.
Dian, R., 2007. Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Proses Pengolahan
Air Limbah Industri Jamu. UNDIP. Semarang.
Suprihanto, N., 2004. Kajian Unit Pengolahan Menggunakan Media Berbutir
dengan Parameter Kekeruhan, TSS, Senyawa Organik dan pH. ITB.
Bandung.

SISTEM UTILITAS (KOAGULASI, FLOKULASI, FILTRASI) 17

Вам также может понравиться