Вы находитесь на странице: 1из 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi saat ini, moral generasi muda sudah tergerus
dengan antek - antek modern yang Kerap kali mempengaruhi pemikiran
mereka. Moral generasi muda sangat tidak sejalan dengan dasar negara
(Pancasila) kita yang seharusnya menjadi panutan dalam sikap dan
tindakan sehari-hari. Kini mereka hanya mengenal 5 kalimat Pancasila,
tanpa mengerti dan mengilhami isi dan maknanya, kini mereka hanya
mengenal Pancasila saat upacara hari senin atau saat esok ujian PKn
berlangsung. Terlihat saat generasi muda di test dengan nasionalismenya,
sedih mengetahui, bahwa mereka tidak lagi mengenal lagu Indonesia Raya,
tidak lagi tahu kapan hari pahlawan Indonesia, tidak lagi hafal janji
pemuda Indonesia 1928.

1 Juni 1945, Pancasila di lahirkan dengan hasil pemikiran para


tokoh nasionalis, didasarkan budaya, karakteristik, adat-istiadat, norma,
agama, serta budi perkerti yang luhur. Bukan hanya berisi lima kalimat
panjang, namun juga terkandung nilai-nilai, filsafat, dan makna yang patut
di teladani. Hal ini sangat ironis sekali jika dikembalikan kepada kondisi
generasi muda saat ini. Filsafat Pancasila seharusnya menjadi tonggak
untuk seluruh masyarakat dalam berperilaku bukan sebaliknya.

Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu
kita pelajari yaitu Pancasila dan Filsafat mempelajari Pancasila melalui
pendekatan sejarah supaya akan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang
terjadi dari waktu kewaktu ditanah air kita Indonesia. peristiwa–peristiwa
yang saya maksudkan adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila.

Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa


Indonesia itu sendiri, mulai dari masa kejayaan bahwa Indonesia merdeka
yang kemudian mengalami penderitaan akiba itulah kolonialisme sehingga
timbul perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme tersebut
kemudian bangsa Indonesia berhasil meproklamasikan kemerdekaan dan
berhasil juga menjawab tantangan tersebut serta mengisi kemerdekaan yaitu

1
dengan pembangunan. Dalam seluruh peristiwa tersebut Pancasila
mempunyai peranan penting.

Mengingat hal tersebut pertama-tama secara runtun kita kemukakan


peristwa penyusunan dan perumusan Pancasila agar mengetahui bagaimana
duduk persoalan yang sesungguhnya sehingga masing–masing mendapat
nilai yang wajar dan tidak dilupakan. Di samping itu hal kedua yang kami
anggap penting adalah pengamalan Pancasila. Kami mengkonstatir bahwa
pengamalan Pancasila telah dilakukan pada masa–masa sebelum
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 bahkan juga sebelum masa tersebut.

B. Permasalahan dan Identifikasi


Di makalah ini dibahas :
1. Apa yang dimaksud filsafat ?
2. Apa makna dari filsafat ?
3. Apa manfaat dari filsafat ?
4. Apa fungsi dari filsafat ?
5. Apa cabang dari filsafat ?
6. Bagaimana peran Pancasila sebagai sistem filsafat dan keberadaan
Pancasila ?
7. Bagaimana implementasi Pancasila?
8. Bagaimana Pancasila dalam sejarah ?
9. Bagaimana Pancasila sebagai ideologi negara ?
10. Apa saja ideologi di dunia ?

C. Tujuan Diskusi Kelompok


Tujuan diskusi kelompok mengenai pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. untuk menyatukan pemikiran antar sesama anggota yang berbeda-beda;
2. untuk lebih meningkatkan kerjasama antaraanggota kelompok;
3. sebagai sarana untuk menambah ilmu tentang filsafat Negara; dan
4. sebagai pemenuhan tugas PPKn dari Bapak Bambang Budi Utomo
selaku dosen mata kuliah PPKN.

D. Metode Diskusi

1. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulam data dengan


mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur,

2
catatan-catatan, jurnal-jurnal, danlaporan-laporan yang berhubungan
dengan masalah yang ingin di pecahkan (Nazir,1988:111)

2. Diskusi Kelompok
Diskusi Kelompok adalah aktivitas dari sekelompok siswa,
berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah
topic atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari
jawaban/penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang
ada. (Dept. PendidikandanKebudayaan: 1994)

3
BAB II
MAKNA, MANFAAT, FUNGSI, DAN CABANG
FILSAFAT

A.Makna Filsafat

Filsafat dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam mencari


jawaban atas pertanyaan. Aristoteles menyatakan bahwa “Semua orang
menurut kodratnya ingin mengerti”. Seacara etimologis, filsafat berarti
‘cinta, kebijaksanaan, kearifan’
Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah, kata falsafah berasal dari
bahasa Yunani philosolphia; philien artinya ‘mencari/mencintai’ dan
Sophia berarti ‘kebenaran’. Jadi philoshopia berarti daya upaya pemikiran
manusia untuk mencari kebenaran/kebijaksanaan, berfilsafat adalah orang
yang mencintai kebenaran, bukan memiliki kebenaran.
a. Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli.

b. Aristoteles : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi


kebenaran yang terkandung didalam logika, fisika, etika, politik,
estetika.

c. Rene descartes : filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan


tentang tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

d. Emmanuel Kant : filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi


pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang didalamnya tercakup
masalah epistomologi (teori pengetahuan) yang menjawab
persoalan apa saja yang dapat diketahui.

e. N. Driyarkara : Filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya


tentang sebab-sebab “ada” dan “berbuat” perenungan tentang
kenyataan yang segala-selanya sampai ke “mengapa” yang
penghabisan.

f. Ir. Oedja Wiatna : Filsafat adadlah ilmu yang berusaha untuk


mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan pikiran belaka

g. Sokrates : Filsafat adalah proses pencarian makna terdalam dari


eksistensi manusia dan alam semesta yang dilaksanakan dalam

4
aktivitas dalam menjawab pertanyaan yang meliputi seluruh
kehidupan manusia yang sedalam-dalamnya

Secara umum filsafat didefinisikan sebagai pengetahuan yang


sistematis, metodis, dan koheren menangani seluruh kenyataan dalam segi
yang paling mendalam untuk menjadi prinsip terdalam dalam realitas
(Maren, 1999 :77). Metodis itu berarti menggunakan penalaran tertentu;
sistematis itu berarti pengetahuan yang diperoleh merupakan suatu
keseluruhan yang terpadu ; koheren itu berarti setiap bagian merupakan
bagian yang saling berkesesuaian

B. Manfaat Filsafat

Kegiatan utama filsafat adalah merenung atau olah pikir/merefleksi


“perenungan kefilsafatan adalah percobaan untuk menyusun suatu sistem
pengetahuan yang rasional yang memadai untuk memhami dunia tempat
kita hidupi, maupun untuk memahami diri kita sendiri” (Kattsoff, 1992:6).
Perenungan dapat merupakan karya perorangan, atau beberapa orang
dalam melakukan analisis secara dialog. Pengetahuan dapat dilakukan
dengan pengalaman (empirisme) dan akal (rasional), tetapi keduanya tidak
dapat dipisahkan. Jadi tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan
manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik, menilai pengetahuan,
menemukan hakikatnya, mengatur semuanhya didalam bentuk yang
sistematis. Filsafat akan membawa kita pada pemahaman akan tindakan
yang lebih layak (berpikir secara sistematis).
Untuk merealisasikan manfaat filsafat banyak metode dapat dipakai.
a. Metode Kritis : Socrates, Plato. Berciri analisa istilah dan pendapat.
Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan. Menjalankan metode ini berarti
bertanya (dialog) membedakan, membersihkan, menyisihkan dan
menolak, akhirnya ditemukan hakikat.

b. Metode intuitif : Plotinus, Bergson. Menjalankan metode ini berarti


instrospeksi intuitif, dan dengan pemakaian simbol-simbol
diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan persucian),
sehingga tercapai suatu penerangan pikiran. Apa yang dilakukan
oleh Bergson adalah menjalankan pembauran antara kesadaran dan
proses perubahan tercapai pemahaman langsung mengenai
kenyataan.

5
c. Metode Skolatis : Filsafat Aristoteles, Thomas Aquinas bersifat
sintetis- deduktif . menajlankan metode ini berarti bertitik tolak dari
definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya,
ditarik kesimpulan-kesimpulan.

d. Metode Geometris : filsafat Rene Descrates melalui analisis


mengenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat
“sederhana” (ide terang dan berbeda dai yang lain); dari hakikat-
hakikat itu didedukasikan secara matematis segala pengertian
lainnya.

e. Metode empiris: Hobbes,Locke, Barkeley, David Hume


memandang bahwa hanya pengalamanlah yang menyajikan
pengertian benar. Semua pengertian (ide-ide) dalam instrospeksi
dibandingkan dengan cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian dan
disusun bersama secara sistematis.

f. Metode transendental : Immanuel Kant bertitik tolak dari tepatnya


pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat
apriori bagi pengertian sedemikian.

g. Metode fenomenologis : Filsafat Husserl mendapat sebutan Eksis


tensialisme; dengan jalan meletakkan dalam kurung (reduksi),
refleksi atas fenomen dalam kesadaran mencapai penglihatan
hakikat-hakikat murni.

h. Metode Dialegtis : Upaya Hegel, Marx adalah mengikuti dinamik


pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitesis, sintetis
dicapai hakikat kenyataan

i. Metode Neo-positivistik : kenyataan dipahami menurut hakikatnya


dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada
pengetahuan positif (eksakta).

j. Metode analitik-bahasa : Wittenstein menganalisa pemakaian


bahasa sehari-hari dan menentukan sah atau idaknya ucapan-
ucapan filosofis.

C. Fungsi Filsafat

Filsafat sangat berguna karena dengan belajar filsafat, kita semakin


mampu menangani pertanyaan-pertanyaan mendasar (makna realitas dan

6
tanggung jawab) yang tidak terletak dalam wewenang metode ilmu-ilmu
khusus.
a. Berfilsafat mengajak manusia berpikir arif, berwawasan luas
terhadap berbagai problem yang dihadapi. Manusia diharapkan
mampu memecahkan problem tersebut dengan cara
mengidentifikasikannya agar jawaban-jawaban dapat diperoleh
dengan mudah.

b. Filsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara


lebih kreatif atas dasar pandangan hidup atau ide-ide yang muncul
karena keinginannya.

c. Filsafat dapat membentuk sifat kritis seseorang dalam menghadapi


permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupn kehidupan
lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan hal-
hal lain diluar dirinya) secara lebih rasional, lebih arif, dan tidak
terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.

d. Terutama bagi ilmuwan atau para mahasiswa dibutuhkan


kemampuan menganalisis, yaitu analisis kritis secara komprehensif
dan sintettis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan
dalam suatu riset atau kajian ilmiah lainnya. Filsafat dilaksanakan
dalam suatu suasana pengetahuan yang mementingkan kontrol atau
pengawasan. Oleh karna itu, nilai ilmu pengetahuan timbul dari
fungsinya, sedangkan fungsi filsafat timbul dari nilainya.

D.Cabang-Cabang Filsafat

Cabang-cabang filsafat juga dapat menjawab pertanyaan apa itu filsafat


pada umumnya dikenal 3 bidang studi filsafat, sebagaimana dapat dilihat
dalam gambar berikut

7
Epistemologi
Ontologi
Aksiologi

Keterkaitan Tiga Bidang Filsafat


1) Epistemologi

Epistomologi adalah filsafat tentang pengetahuan, filsafat


pengetahuan. Pelbagai analisis dan spekulasi dalam bidang
epistemologi secara tipikal menghasilkan teori tentang
pengetahuan. Epistemologi berusaha menjelaskan bagaimana
mungkin manusia mengetahui sesuatu dan apa yang
memungkinkan atau membatasi upaya manusia untuk menjelaskan
atau memahami sesuatu. Dalam Epistemologi terkait bidang studi
logika, filsafat ilmu, serta metodologi

2) Ontologi

Ontologi adalah bidang utama kedua dalam diagram diatas.


Pertanyaan “apa itu realitas?” menjadi perhatian utama dari cabang
filsafat ontologi. Apa yang sesungguhnya ada dan bagaimana
segala sesuatu yang ada ini ditata atau diorganisir merupakan
problem-problem khas yang coba dipecahkan oleh para filsuf
ontologi. Persoalan yang dibicarakan dalam filsafat ini adalah
prinsip-prinsip apa yang melatarbelakangi pelbagai realitas fisik
yang ada. Didalam sejarah filsafat terdapat filsuf yang berupaya
mengidentifikasikan hakikat terdalam dari dunia. Para filsuf Yunani
Kuno menjawab tantangan untuk memberi nama dan menjelaskan
“bahan” asali (Arkhe’) yang tak kelihatan yang mendasari
eksistensi alam semesta ini. Ontologi mengkaji keberadaan sesuatu
baik secara konkret, faktual, transendental, ataupun metafisis
seperti alam, manusia, benda-benda, Tuhan, dan lain-lainnya.

8
3) Axiologi

Axiologi atau nilai merupakan tema ketiga yang membahas


kaidah norma dan nilai yang ada pada manusia. Suatu tekanan pada
hakikat dan aplikasi nilai-nilai menandai bidang filsafat axiologi.
“Apa itu benar?” “Apa itu baik?” “Apa itu indah?” itulah sederetan
pertanyaan axiologis. Sistem etika dan kriteria moral merupakan
produktipikal dari upaya axiologis. Selain itu, axiologi berbicara
tentang standar untuk membandingkan dan mengevaluasi “Apa itu
artistik/indah/estetika?” membahas norma-norma perlaku manusia
yang berkaitan dengan “yang baik” dan “yang buruk”. Bagaimana
seharusya menjadi manusia yang baik, apa ukuran dan norma-
norma serta nilai-nilai yang mendasarinya.

BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Berfilsafat seumpama orang yang berpijak di bumi dan menegadah ke


bintang-bintang, ia ingin mengetauhi hakikat dirinya dalam alam semesta
atau seseorang yang dia tas gunung memandang ke bawah, ia ingin
menyimak kehadirannya dengan kesemestaa yang ditatapnya..
Filsafat berciri menyeluruh, seorang ilmuwan tidak puas mengenal
ilmu hanya darisegi pandangan disiplin ilmunya, ia ingin melihat hakikat
ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya, ia ingin tahu kaitan dengan
moral, ilmu dengan agama. Ia inin yakin bahwa ilmu membawa
kebahagiaan. Filsafat tidak dapat dippisahkan, bukan karena sejaranya
yang panjang tetapi lebih karena ajaran filsafat telah menguasai bahkan

9
menjangkau masa depan manusia dalam bentuk ideologi. Manusia, bangsa,
negara, hidup sebagai pengabdi setia nilai-nilai filsafat, demikian juga
bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang sesuai dengan sejarah
perjuangan yang cukup panjang.
Pada 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato membahas dasar negara,
demikian bunyinya: “menurut anggapan saya yang diminta paduka tuan
ketua yang mulia ialah, dalam bahasa belanda, philosofishe grondslag dari
pada Indonesia merdeka. Philosofishe grondslag itulah fondamen, filsafat,
piikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya
untuk didirikan diatasnya gedung Indonesia merdeka yang kekal dan
abadi”.
Pada 18 Agustus 1945 ditetapkan UUD yang diberi nama UUD 1945.
Sekaligus dalam pembukaan 1945, sila-sila Pancasila ditetapkan. Jadi,
Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan bersamaan dengan
ditetapkannya UUD 1945 dan menjadi ideologi bangsa Indonesia.

A. Fungsi Filsafat Pancasila dan Keberadaan Pancasila


1. Fungsi Filsafat Pancasila

Untuk mengetahui fungsi filsafat Pancasila, perlu dikaji ilmu-ilmu yang


berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara yang diikat oleh
filsafat.
a. Memberikan jawaban atas pernyataan fundamental dalam
kehidupan bernegara. Ternyata segala aspek berkaitan erat dengan
kehidupan dan kelangsungan hidup negara. Oleh karena itu, fungsi
Pancasila sebagai filsafat harus memberikan jawaban mendasar
tentang hakikat kehidupan bernegara, yaitu dalam susunan politik,
sistem politik, bentuk negara, susunan perekonomian dan dasar-
dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Semua tadi harus dapat
dijelaskan oleh filsafat Pancasila.

b. Mencari kebenaran tentang hakikat negara, ide negara, tujuan


negara. Dasar negara ada 5 dasar yaitu sila pertama dan yang
lainnya saling berkaitan. Kelimanya merupakan kesatuan utuh dan
tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberi arah dan dasar
kepada sila yang lainnya. Oleh karena itu, pancasila sebagai dasar
negara mampu menjawab pertanyaan tentang “hkikat negara”.

c. Berusaha menempatkan dan menjadikan perangkat dari berbagai


ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan bernegara.
Fungsi filsafat akan terlihat jelas, kalau di negara itu sudah berjalan

10
teratur. Contohnya, didunia barat liberal, kita menemukan
pengembangan ilmu yang didasarkan pada didasarkan pada tujuan
pengembangan liberalisme.

2. Keberadaan Pancasila

Pada sidang Bdan Penyelidik Usah-usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (BPUPKI), seluruh anggota sidang telah bulat berusaha dengan
sekuat tenaga untuk bersam-sama merumuskan dasar Indonesia Merdeka.
Akhirnya, sidang menerima Pancasila sebagai dasar negara dengan suara
bulat. Pada sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
tanggal 18 Agustus 1945, para anggota menerima dengan bulat UUD
Negara Republik Indonesia. Bung Karno sebagai ketua sidang
mengatakan: “Dengan ini tuan-tuan sekalian, UUD Negara Republik
Indonesia serta Peraturan Peralihan telah sah ditetapkan”.
Pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959, bangsa Indonesia menghadapi
pelbagai tantangan terhadap pelaksanaan Pancasila. Bahkan konstituante
yang ditugaskan menyusun UUD tidak berhasil menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Untuk mengatasinya, Presiden Soekarno mengeluarkan
maklumat berikut.
a. Menetapkan pembubaran konstituante.

b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi lagi segenap bangsa


Indonesia, dan tumpah darah Indonesia, terhitung mulai dari
tanggal penetapan Dekrit ini, dan tidak berlaku UUD Sementara.

c. Pembentukan MPR Sementara terdiri atas anggota-anggta dewan


DPR ditambah utusan-utusan dari daerah dan golongan serta DPA.
Sementara akan diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.”

Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945 ini diterima secara bulat
oleh DPR hasil pemilu 22 Juli 1959. Peristiwa ini merupakann konsensus
nasional, suatu perjanjian luhur bangsa Indonesia.

B. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila dan Kesatuan Nilai-nilai


Pancasila
1. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila

Pancasila ditinjau dari kausak Aristoteles:

11
a. Kausal Materialis—Sebab yang berhubungan dengan materi/beban.
Artinya Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada
dalam bangsa Indonesia sendiri.

b. Kausal Formalis—Sebab yang berhubungan dengan bentuknya.


Pancasila yang ada dlam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat
formal kebenaran formal.

c. Kausal Efisiensi—Kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun


dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia.

d. Kausal Finalis—Berhubungan dengan tujuan. Tujuan diusulkannya


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila


a. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.

b. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sendiri.

c. Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong
royong.

d. Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain
yang menjadi haknya.

2. Kesatuan sila - sila Pancasila

Sebagai filsafat, pancasila memiliki karakteristiksistem filsafat


tersendiri yang berbeda dengana filsafat lainnya.
Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh
(sebagai totalitas), jika terpisah namanya bukan pancasila, yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Sila 1 meliputi, mendasari, dan menjiwai sila 2,3,4,5

b. Sila 2 diliputi , didasari, dijiwai sila 1, mendasari dan menjiwai sila


3 ,4,5

c. Sila 2 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2 mendasari dan menjiwai


sila 4, 5

d. Sila 4 diliputi, didasari, dijiwai 1,2,3 dan mendasari, menjiwai sila 5

e. Sila 5 diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4

12
Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer
pancasila sebagai sesuatu yang mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari
dirinya sendiri. Pancasila sebagai realita, artinya ada dalam diri manusia
Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang
tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari

C. Implementasi pancasila
1. Latar belakang pancasila sebagai dasar negara

Penjajah belanda telah berakhir sejak masuknya jepang ke Nusantara,


ternyata jepang membawa bangsa kita semakin menderita, yang akhirnya
menimbulkan kebencian, dan memupuk persatuan. Tetapi jepang
membujuk pemimpin – pemimpin Indonesia agar sedia bekerja sama
untuk melawan sekutu, kesempatan ini juga digunakan untuk menggalang
persatuan sehingga menjadi kokoh untuk menyiapkan perjuangan
selanjutnya. Jepang kalah dari sekutu. Pada saat yang sama, Indonesia
mendesak jepang untuk memerdekakan Indonesia setidaknnya diambil
langkah konkret persiapan kemerdekaan Indonesia
Karena terdesak, untuk menarik hati bangsa Indonesia, jepang
menjanjikan kemerdekaan Indonesia, tetapi masih dalam lingkungan asia
raya di bawah pimpinan pemerintah pusat jepang. Tanggal 17 september
1944 pada sidang teikoku gikai (parlemen jepang) diumumkan hindia
belanda( Indonesia) diperkenankan merdeka. Situasi di negeri jepang
semakin terdesak, moraal masyarakat mulai mundur, produksi perang
merosot sehingga senjata dan amunisi kurang, masalah logistik, serta
hilangnya sejumlah besar kapal angkut dan perang. Faktor yang ini
menyebabkan jatuhnya kabinet PM tojo ( 17 juli 1944) , dan siangkat
jenderal kuniaki koiso. Jenderal baru ini menjanjikan kemerdekaan
Indonesia pada kemudian hari, dalam arti memberikan kesan sekutu akan
menyerbu ke negara merdeka
Dai nipon jatuh, dan angkatan perang jepang di irian timur, kepulauan
solomon dan marshall dipukul mundur oleh angkatan perang sekutu.
Seluruh pertahnan jepang di pasifik terancam. Sementara itu jepang
menghadapi serangan amerika atas kota ambon, makasar, manado,
surabaya, dan balikpapan. Di bawah ancaman tersebut, jepang di bawah
pimpinan saiko syikikan kumakici harada ( di jawa ), pada tanggal 1 maret
1945 mengumumkan BPUPKI yang diketuai oleh Dr. K R T Rajiman
Widyodiningrat. Pengangkatan Rajiman disetujui Ir. Soekarno, karena
Soekarno menganggap kedudukannya sebagai anggota akan lebih leluasa
bergerak.
Tanggal 28 Mei 1945 dimulai sidang I di gedung Cuo Sang In. Pada
saat ini dikibarkan bendera Hinomaru oleh Mrs AG Pringgodigdo, disusul
dengan pengkibaran Sang Saka Merah Putih oleh Tohoyiko Masuda.

13
Peristiwa ini membangkitkan semangat memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. BPUPKI terdiri atas dua bagian.
a. Bagian Perundingan yang diketuai oleh Rajiman,

b. Bagian Tata Usaha diketuai R P Suroso dan bersidang dua kali,


yaitu

1) 29Mei – 1 Juni 1945 menetapkan Dasar Negara Pancasila

2) 10 – 16 Juli 1945 menetapkan Rancangan UUD 1945.

Pada sidang 1, diadakan pembicaraan tentang dasar Negara Indonesia


Merdeka, Ir. Soekarno menegaskan dalam pidatonya akan pentingnya
persatuan , baik saat perjuangan maupun saat Negara Indonesia Merdeka.
Ditegaskan pula bahwa:
Kemerdekaan adalah jembatan emas untuk mencapai tujuan bangsa.
Kita tidak usah menunggu sampai orang pandai cukup banyak, tak usah
pula menunggu sampai alat-alat yang diperlukan untuk berdirinya suatu
negara tersedia lengkap; tetapi kemerdekaan politik itulah harus lebih
dahulu kita peroleh! Lainnya dikejar sesudah kemerdekaan politik
tercapai.
Dasar negara, yakni dasar untuk di atasnya didirikan Indonesia
Merdeka,haruslah kokoh kuat sehingga tak mudah digoyahkan. Bahwa
dasar negara itu hendaknya jiwa, pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnyadidirikan gedung
Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Dasae negara Indonesia
hendaknya mencerminkan kepribadian Indonesia dengan sifat – sifat yang
mutlak keIndonesiaannya dan sekalian itu dapat pula mempersatukkan
seluruh bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, aliran, dan
golongan penduduk.
Berdasarkan pikiran tersebut, Ir. Soekarno mengemukakan dan
sekaligus mengusulkan lima prinsip (asas) yang sebaik-sebaiknya
dijadikan dasar negara Indonesia Merdeka, yaitu :
a. Kebangsaan Indonesia

b. Internasionalisasi atau peri kemanusiaan

c. Mufakat atau demokrasi

d. Kesejahteraan

e. Ketuhanan

14
Kelima asas tersebut sebenarnya telah ada dalam jiwa dan kalbu rakyat
Indonesia berabad-abad sebelumnya, Ir. Soekarno hanya merumuskannya.
Dengan demikian, tanggal 1 Juni 1945 merupakan hari lahir Pancasila.

2. Implementasi Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara dicanangkan Ir. Soekarno, dalam pidato


pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI. Pancasila sebagai dasar
negara berarti Pancasila merupakan suatu dasar/nilai/norma untuk
mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan negara.
Konsekuensinnya, UU dan proses perubahannya, reformasi dalam
segala bidang dewasa ini harus dijabarkan dalam nilai-nilai Pancasila.
Oleh karena itu, Pancasila adalah sumber hukum negara dari segala
sumber hukum. Pancasila mengatur sumber kaidah hukum negara yang
secara konstitusi mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh
unsur-unsurnya.
Sebagai dasar negara , Pancasila merupakan asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan/cita-cita hukum sehungga menjadi
nilai/norma/kaidah baik moral maupun hukum negara dan menguasai
hukum dasar, baik tertulis maupun tidak tertulis( konvensi). Pancasila
menjadi pengikat hukum di Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara dirinci sebagai berikut.
a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala
sumber hukum ( sumber tertib hukum) Indonesia, merupakan asas
kerohanian tertib hukum , seperti yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945.

b. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945

c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara

d. Mengandung norma yang diwajibkan dalam penyelenggaraan


negara (partai,fungsional)untuk memelihara budi pekerti ( moral)
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur

e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggara


negara, bagi pemerintah, sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan semangat yang bersumber dari asas kerohanian negara
sebagai pandangan hidup bangsa, dinamika masyarakat dan negara
menjadi seperti yang dicita-citakan oleh proklamasi.

15
D.Pancasila dalam sejarah
1. Pancasila dalam dokumen sejarah

Pancasila sebagai dasar negara ditemukan di beberapa dokumen


sejarah.
a. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam pidato 1 Juni 1945

Untuk pertama kali Pancasila diusulkan menjadi dasar falsafah


negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutan yang telah
dijelaskan terdahulu.

b. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam naskah politik yang


bersejarah ( piagam jakarta) 22 Juni 1945

Untuk melaksanakan tugasnya, BPPK telah membentuk beberapa


panitia kerja antara lain:
1) Panitia perancang UUD yang berasil menyusun RUUD RI

2) 9 orang menyusun Piagam Jakarta yang kemudian


dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945.

c. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam pembukaan UUD


1945

Setelah menyelesaikan tugasnya, BPPK dibubarkan dan sebagai


gantinya, tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk PPKI. Kemerdekaan
Indonesia diproklamasika pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan
Timur 56 Jakarta disaksikan oleh PPKI. Keesokan harinya, 18
Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang I dan memutuskan
1) Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945

2) Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945

3) Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI


masing-masing menjadi presiden dan wakil presiden.

4) Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah


Komite Nasional Pusat (KNP)

Tanggal 19 Agustus, PPKI memutuskan pembagian wilayah


Indonesia menjadi 8 provinsi dan tiap provinsi dibagi dalam

16
karisidenan-kareidenan. Juga menetapkan pembentukan
departemen-departemen pemerintah.

d. Pancasila sebagai falsafah negara dalam Mukadimah Konstitusi


RIS 1949

Tanggal 23 Agustus sampai 2 september 1949 di kota Den


Haag, Nederland diadakan Konferensi Meja Bundar ( KMB)
delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi Bijeenkomst
voor Federale Overleg (BFO) dipimpin oleh Sultan Hamid
Alkadrie, Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. Van Marseveen.
KMB bertujuan menyelesaikan sengketa senjata antara Indonesia
dan Belanda secepatnya, adil, dan pengakuan kedaulatan secara
nyata, penuh, tanpa syarat kepada RIS. KMB memutuskan bahwa
kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya,
tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali oleh RIS, selambat-
lambatnya pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana
menandatangani piagam pengakuan kedaulatan RIS di Amsterdam.
Bersamaan dengan KMB di kota Den Haag, di kota
Scheveningen disusun konstitusi RIS yang mulai berlaku 27
Desember 1949. Walauoun negara kesatuan Indonesia berubah
menjadi serikat dan ditetapkan di luar negeri, tetapi Pancasila tetap
tercantum sebagai dasar negara. Di alinea ke empat mukadimah
Konstitusi RIS 1949 dengan perumusan sebagai berikut.
1) Ketuhanan yang maha esa

2) Peri kemanusiaan

3) Kebangsaan

4) Kerakyatan

5) Keadilan sosial

e. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam Mukadimah UUDS


RI

Negara RIS tidak sampai satu tahun usianya. Semangat


persatuan meluap-luap. Semenjak Proklamasi, bangsa Indonesia
menghendaki negara kesatuan, negara serikat tidak cocok dengan
cita-cita kebangsaan dan jiwa proklamasi. Dimana-mana di belahan
wilayah Indonesia bergejolak menuntut pembubaran RIS. Beberapa
negara meletakan status kenegaraannya dan menyatakan

17
penggabungan dirinya dengan RI. Atas desakan inilah, 17 Agustus
1950, Presiden Soekarno memproklamasikan terbentuknya negara
kesatuan RI yang berarti pembubaran RIS.
Pada saat itu juga, suatu panitia yang dikenal oleh Prof. Mr.
Dr. Supomo, konstitusi RIS (96 pasal) diubah menjadi UUDS 1950
(147 pasal). Perubahan ini tetap tidak mempengaruhi Pancasila
sebagai dasar falsafah negara. Pancasila tetap tercantum dalam
alinea IV Mukadimah UUDS 1950 dengan rumusan dan tata
Pancasila dalam Mukadimah RIS.

f. Pancasila sebagai dasar falsafah negara dalam pembukaan UUD


1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959

UUDS bersifat sementara, perlu diganti dengan UUD yang


tetap. Untuk itu telah dikeluarkan UU No. 7/1953 tentang
Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR dan Konstituante
yang akan menyusun UUD yang baru. Pemilu (1955) telah
dilaksanakan, anggota konstituante pun telah terbenuk berdasarkan
pemilu. Dalam perjalanan, ternyata Konstituante tidak berhasil
menetapkan UUD yang baru pengganti UUDS 1950. Oleh karena
itu, Presiden RI mengeluarkan Dekrit Presiden.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, dengan sendirinya
Pancasila demi hukum tetap menjadi dasar falsafah negara dengan
rumusan dan tata urut seperti yang terdapat di alinea IV.
Bekenaan dengan perumusan Pancasila dalam berbagai
dokumen sejarah, Prof. AG Pringgodigdo, S.H. dalam bukunya
sekitar Pancasila menyatakan bahwa uraian mengenai dasar-dasar
negara yang menarik perhatian ialah diucapkan pada 29 Mei 1945
oleh Mr. Moh. Yamin, tanggal 31 Mei 1945 oleh Prof, Dr supomo,
dan tanggal 1 Juni 1945 oleh Ir. Soekarno. Ketiga pembicara,
mengusulkan lima hal untuk menjadi dasar – dasar negara
Merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan lima dasar itu
jangan dinamakan Panca Dharma tetapi Pancasila.
Pancasila sebagai nilai adaalah suatu yang bersifat abstrak
yang mungkin sulit dipahami, untuk itu perlu bantuan ahli sejarah
untuk menjembatani jarak, waktu, dan tempat hingga nilai-nilai
tersebut menjadi konkret. Sebagai pedoman yang nyata dan jenis
penuntun sikap dan kegiatan hidup kita, MPR telah mengaturnya
dengan Tap MPR nomor II/MPR/1978 yang dikenal dengan Eka
Prasetya Pancakarsa.

2. Eka Prasetya Pancakarsa

Pancasila dengan kelima silanya merupakan kesatuan yang utuh, yang


memberikan keyakinan kepada rakyat Indonesia bahwa kebahagiaan hidup

18
akan ercapai bila didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan, baik
pribadi dengan masyarakat dan alam, bangsa dengan bangsa lain, manusia
dan Tuhannya. Dengan keyakinan akan kebenaran Pancasila, manusia
ditempatkan pada keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran untuk mengemban kodratnya
sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.
Penghayatan dan pengalaman Pancasila bertolak dari tekad yang
tunggal, janji yang luhur kepada diri sendiri bahwa saadar akan kodratnya
sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosia. Manusia Indonesia
merasa harus mampu mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat.
Untuk itu, dibuatkan pedoman berikut.

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Dengan sila ini, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan


dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah masalah hubungan pribadi dengan Tuhan Yang
Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya. Maka dikembangkan
sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuaidengan agama dan kepercayaan dan tidak memaksakan suatu
agama dan kepercayaan itu kepada orang lain.

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab

Dengan sila ini, manusia diakui dan diperlukan sesuai dengan


harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
yang satu sama derajatnya, yang sama haknya dan kewajibannya
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, dan
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit. Oleh
karena itu, dikembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,
sikap saling tenggang rasa dan teposalira, serta sikap tidak semena
– mena terhadap orang lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan,
dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia
adalah sederajat. Oleh karena itu, dikembangkan sikap hormat-
menghormati dan berkerja sama dengan bangsa – bangsa lain.

19
c. Sila persatuan Indonesia

Dengan sila ini, manusia Indonesia menempatkan persatuan


dan kesatuan serta kepentingandan keselamatan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi dan golongan. Hal ini berarti bahwa
manusia Indonesia sanggup dadn rela berkorban untuk kepentingan
bangsa dan negara, apabila diperlukan.
Rela berkorban dilandasi oleh cinta kepada tanah air dan
bangsas. Oleh karena itu, dikembangkan rasa berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara dunia yang
didasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan
memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa.

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan / perwakilan

Dengan sila ini, manusia Indonesia sebagai warga negara dan


warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban
yang sama dalam menggunakan hak-haknya, ia menyadari
perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan
negara dan masyarakat. Jadi tidak boleh ada satu kehendak yang
dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama, lebih dahulu musyawarah.
Keputusan diusahakan secara musyawarah untuk mencapai
mufakat, ini oleh semngat kekeluargaan yang merupakan ciri khas
bangsa Indonesia.
Manusia Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi setiap
hasil keputusan musyawarah, karena semua pihak yang
bersangkutan harus menerima dan melaksasnakannya dengan
iktikad baik dan rasa tanggung jawab. Di sini kepentingan bersama
yang diutamakan di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat
dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan yang diambil
harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
serta niali-nilai kebenaran dn keadilan, mengutamakan persatuan
dan kesatuan, demi kepentingan bersama. Dalam melaksanakan
permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil – wakil
yang dipercayainya.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan sila ini, manusia Indonesia menyatakan hak dan


kewajiban yang sama untuk mencuptakan keadilan sosial dalam

20
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong. Intuk itu dikembangkan sikap
adil tehadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban serta menghormatu hak – hak orang lain.
Demikian pula perlu dipupuk sikap suka menolong kepada
orang yang memerlukan agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap
ini, ia tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasaan terhadap orang lain, dan juga tidak untuk hal –
hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah serta
perbuatan- perbuatan lain yang bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
Demikia juga dipupuk sikap suka berkerja keras dan sikap
menhargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai
kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya dilaksanakan
dalam rangka mewujudkan kemajuan merata dan berkadilan sosial.

21
BAB IV
MAKNA PANCASILA DAN PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

A.Makna Pancasila
Makna Pancasila terkandung di dalam UUD 1945. UUD 1945 berarti
konstitusi yang dissahkan oleh PPKI pada tanggak 18 Agustus 1945 dan
diumumkan dalam berita Republik Indonesia tahun 1946 Nomor 7 halaman
45-48 sebagai berikut.
a. Pebukaan (Preambule) yang meliputi empat alenia;
b. Batang Tubuh yang meliputi 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan
Peralihan, 2 Ayat Atursn Tambahan; dan
c. Penjelasan (resmi:auttentiek).
Melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen berarti bahwa
setiap warga negara melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
Pembukaan, Batang Tubuh/Isi, dan penjelasan; yang ketiganya merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Teks Pembukaan UUD 1945 yang terpentng ada dalam alenia IV yang
berbunyi sebagai berikut:
“Kemudian daripada itu untukmembentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial, maka
disusunlah kemerdakaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indinesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesai,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dlaam
permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Dalam Penjelasan resmi, disebutkan bahwa terkandung empat pokok
pikiran dalam teks pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:
1) Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia berdasarkan persatuan.
2) Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3) Negara Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dan
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.
4) Negara Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

22
Secara khusus, pada alenia IV Pembukaan UUD 1945 terkandung Asas
Pokok Pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia.
1) Tentang tujuan negara Indoensia, tercantum dalam kalimat “Kemudian
daripada itu untukmembentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa;dan
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan kedilan sosial.”
2) Tentang ketentuan diadakannya UUD, tercantum dalam kalimat yang
berbunyi “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”.
3) Tentang bentuk negara , tercantum dalam kalimat yang berbunyi “yang
terbentuk dalam suatu susunan negara republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat”.
4) Tentang dasar falsafat negara Pancasila, tercantum dalam kalimat
yang berbunyi “dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha
Esa, ... “.

B. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti pengetahuan, ilmu, paham.
Dalam pengertian sehari-hari, idea diartikan sebagai cita-cita. Dengan
demikian,, ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide, pengertian dasar,
gagasan, dan cita-cita.
Terdapat beberapa definisi ideologi menurut para ahli. Dua di antaranya
adalah menurut W. Whete dan Horal H. Titus. Menurut W . Whete, ideologi
adalah cita-cita politik/ doktrin/ ajaran suatu lapisan masyarakat atau
kelompok manusia yang berbeda-beda. Menurut Horal H. Titus, ideologi
adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai
berbagai macam masalah politik dan ekonomi, filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok masyarakat.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, maka Pancasila
bukan hanya merupakan suatu hasil perundingan seorang atau sekelompok
orang sebagaimana ideologi-ideologi di dunia lainnya. Pancasila diangkat dari
nilai-nilai religius, adat-istiadat, serta kebudayaan yang merupakan
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, atau dalam kata lain bangsa
Indonesia merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara. Hasil pemikiran tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu

23
rumusan yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman,
norma hidup, dan kehidupan bersama, untuk mewujudkan kemerdekaan
Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila merupakan ideologi yang dianut negara,
pemerintahan, dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, sehingga harus
diamalkan dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan.

1. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Sumber semangat ideologi terbuka terdapat dalam Penjelasan Umum UUD
1945 yang menyatakan:
a. Terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar
yang tertulis hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkana aturan-
aturan yang menyelenggarakan aturan pokok ini diserahkan kepada
undang-undang yang lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya,
dan mencabutnya.
b. Yang terpenting dalam pemerintahan dan kehidupan bernegara ialah
semangat, meliputi semangat penyelenggara negara serta semangat para
pimpinan pemerintah.

2. Pengertian Ideologi Terbuka


Ideologi tebuka berarti pandangan hidup bangsa yang selain mempunyai
nilai dasar juga mempunyai kemampuan berkembang secara dinamis. Nilai
dasar adalah Pancasila, yaitu tentang cita-cita, tujuan, serta lembaga
peyelenggaraan negara utama (MPR, DPR, Presiden, DPA, MA, dan BPK)
termasuk tata hubungan antarlembaga serta tugas dan wewenangnya bersifat
tetap sepanjang zaman.
Nilai instrumental (dinamis) adalah UUD mencakup arahan, strategi,
kebijaksanaan, sasaran, serta lembaga pelaksanaannya (departemen, ditjen,
gubernur, dan lain-lain) yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nilai praksis adalah pelaksanaan nyata dari nilai instrumental, seperti
pemilu dan demokrasi.
a. Latar Belakang Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila tidak dijadikan sebagai pandangan hidup yang terbuka
bagi masyarakat Indonesia secara otomatis. Adapun latar belakang
Pancasilasebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:
1) Proses pembagunan nasional dipengaruhi oleh dinamika
masyarakat sehingga peran besar yang diberikan oleh
negara/pemerintah berpindah ke badan usaha swasta;
2) Ideologi tertutup, seperti marxisme, leininisme, dan komunisme,
dilaksanakan secara dogmatis sehingga mengalami kebangkrutan;
3) Pengaruh dari komunisme pada pengalaman sejarah politik
Indonesia sangat besar sehingga mempengaruhi Pancasila menjadi
dogma; dan

24
4) Tekad Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya
asas dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Tap
MPR tentang GBHN dan Referendum). Contoh: Pancasila sebagai
pengayom kegiatan agama.

b. Landasan Nilai Dasar


Nilai dasar Pancasila yang abadi ditemukan dalam empat pilar
alenia UUD 1945 seperti berikut: (Minto Rahayu, 2007)
1) Dalam alenia I, terdapat keyakinan kita kepada kemerdekaan
sebagai hak segala bangsa, kepada perikemanusiaan, dan
perikeadilan.
2) Dalam alenia II, terdpaat cita-cita nasional/kemerdekaan, yaitu
suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
3) Dalam alenia III, terdapat watak aktif dari rakyat Indonesia
menyatakan kemerdekaan, untuk mencapai kehidupan kebangsaan
yang bebas.
4) Dalam alenia IV, terdapat arahan mengenai tujuan negara, susunan
negara, sistem pemerintahan, dan dasar negara yitu Pancasila.

c. Landasan Nilai Instrumental


Niali dasar memerlukan penjabaran lebih lanjut dalam bentuk nilai
instru-mental agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini dikarenakan nilai dasar sifatnya belum operasional.
Nilai instrumental Pancasila terdapat dalam UUD 1945 (dokumen
konstitusi), yaitu dalam bentuk GBHN yang dilanjutkan dengan
REPELITA (sekarang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN)), Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dilanjutkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), serta Rencana kerja
Pemerintah (RKP). (Minto Rahayu, 2007)

d. Implikasi Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila digunakan sebagai acuan, misalnya sebagai landasan
konseptual untuk kebijaksanaan deregulasi dan debirokrasi, yang tidak
berkonotasi liberalisme.

e. Pembatasan Keterbukaan Ideologi


Ideologi berarti siistem ide masyarakat yang sistematis dan
konsisten dalam gagasan-gagasannya. Keterbukaan ideologi ada batas-
batas yang tidak dapat dilanggar. Adapun batasan tersebut yaitu:
1) Stabilitas nasional yang dinamis;
2) Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, komunisme;
3) Mencegah berkembangnya paham liberalisme;
4) Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan
kehidupan masyarakat; dan
5) Penciptaan norma baru harus melalui konsensus (kesepakatan).

25
BAB V
Macam-Macam Ideologi

A. Liberalisme, Kapitalisme dan Kolonialisme

1. Liberalisme
Paham liberalisme adalah paham yang menghendaki adanya
kebebasan kemerdekaan individu di segala bidang, baik dalam bidang
politik, ekonomi maupun agama. Liberalisme adalah suatu ideologi
dan pandangan falsafat serta tradisi politik yang mendasar pada
kebebasan dan kesamaan hak. Pada umumnya liberalisme mencita-
citakan suatu masyarakat untuk bebas dengan kebebasan berfikir bagi
setiap individu dengan menolak adanya pembatasan bagi pemerintah
dan agama, hal tersebut merupakan paham dari liberalisme. Paham
liberalisme adalah berasal dari kata spanyol yaitu liberales, liberales
merupakan nama suatu partai politik yang berkembang mulai pada
abad ke-20, dimana pada waktu itu memiliki suatu tujuan demi
memperjuangkan pemerintah yang berdasarkan konstitusi. Menurut
paham itu titik pusat dalam hidup ini adalah individu. Karena ada
individu, maka masyarakat dapat tersusun, dan karena ada individu
pula negara dapat terbentuk. Oleh karena itu masyarakat atau negara
harus selalu menghormati dan melindungi kebebasan kemerdekaan
individu. Tiap-tiap individu harus memiliki kebebasan dan
kemerdekaan dalam bidang politik, ekonomi dan agama

1.1 Kebebasan- Kebebasan Dalam Paham Liberalisme


a. Dalam Bidang Politik
Terbentuknya suatu negara merupakan kehendak dari individu-
individu. Maka yang berhak mengatur menentukan segala-galanya
adalah individu-individu itu. Dengan kata lain kekuasaan tertinggi
(kedaulatan) dalam suatu negara berada di tangan rakyat (demokrasi).
Agar supaya kebebasan atau kemerdekaan individu tetap di hormati
dan dijamin, maka harus disusun dibentuk Undang-Undang, Hukum,
Parlemen dan lain-lain. Demokrasi yang dikehendaki oleh golongan
liberal tadi kemudian dikenal sebagai Demokrasi Liberal. Dalam alam
demokrasi liberal itu golongan yang kuat akan selalu memperoleh
kemenangan, sedang golongan yang lemah akan selalu kalah.
Meskipun demikian demokrasi itu hingga sekarang dapat berjalan
dengan baik di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.

b. Dalam Bidang Politik


Liberalisme menghendaki adanya sistim ekonomi besar. Tiap-tiap
individu, tiap orang, harus memiliki kebebasan kemerdekaan dalam
berusaha, memilih mata pencaharian yang disukai, mengumpulkan
harta benda dan lain-lain. Pemerintah jangan mencampuri masalah

26
perekonomian, karena masalah itu adalah masalahnya individu.
Semboyan Kaum Liberal yang terkenal berbunyi adalah "Laisser faire,
laisser passer, ie monde va de lui meme" Artinya produksi bebas,
perdagangan bebas, dunia akan berjalan sendiri. Dalam alam ekonomi
liberal akan terjadi persaingan hebat antara individu satu dengan
individu lainnya. Pengusaha-pengusaha dengan modal besar akan
mudah menelan pengusaha-pengusaha kecil. Akibatnya timbullah
perusahaan-perusahaan raksasa yang dapat menguasai perekonomian
negara dan politik negara. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin
makin lama makin bertambah lebar dan dalam.

c. Dalam Bidang Agama


Liberalisme menganggap masalah agama sebagai masalah indiviu,
masalah pribadi. Tiap-tiap individu harus memiliki kebebasan
kemerdekaan beragama. Oleh sebab itu Liberalisme menolak campur
tangan negara (Pemerintah) dalam bidang agama. Kebebasan
kemerdekaan beragama menurut pendapat liberalisme dapat diartikan:

 Bebas merdeka memilih agama yang disukai

 Bebas merdeka menjalankan ibadah menurut agama yang


dianutnya.

 Bebas merdeka untuk tidak memilih menganut masalah satu


agama.

1.2 Sejarah Liberalisme


Liberalisme pertama kali disuara gelorakan oleh golongan borjuis
perancis pada abad ke-18 sebagai reaksi protes terhadap kepincangan
keganjilan yang telah lama berakar kuat di Perancis. Sebagai akibat
warisan sejarah masa lampau, di Perancis terdapat pemisahan
pembedaan yang tajam sekali antara golongan berhak istimewa dan
golongan tanpa hak. Golongan pertama memiliki segala-galanya.
Seakan-akan golongan inilah yang memiliki negara Perancis. Mereka
terdiri dari kaum bangsawan dan kaum alim atau ulama (padri).
Golongan kedua hanya memiliki kewajiban, tidak mempunyai hak
apa-apa. Mereka itu adalah rakyat Perancis, baik golongan borjius
yang kaya raya maupun golongan rakyat biasa. Ibarat budak belian,
rakyat harus selalu tunduk dan taat kepada tuannya, yaitu kaum
bangsawan dan kaum padri.
Golongan Borjius yang diperlakukan sewenang-wenang tadi lalu
berjuang untuk memperoleh kebebasan kemerdekaan sebagai kaum
penguasa mereka menuntut memperjuangkan kebebasan atau
kemerdekaan berusaha. Jadi kebebasan kemerdekaan dalam bidang
ekonomi. Karena sejak adanya Colbertisme (abad ke-17), pemerintah
Perancis terlalu banyak mencampuri masalah kebebasan ekonomi
perdagangan, sehingga sangat mengekang kebebasan kemerdekaan
berusaha. Lambat laun tuntutan perjuangan golongan borjius tadi tidak

27
terbatas pada kebebasan kemerdekaan dalam bidang ekonomi saja,
melainkan juga dalam bidang politik dan agama. Reaksi protes
golongan borjius terhadap kepincangan atau keganjilan tata masyarakat
dan tata pemerintahan Perancis banyak dipengaruhi oleh karya tulisan
Philosophes, misalnya Voltare, Rousseau, dan Montesquie.

a. Voltare : Voltare (1694-1778), sebagai seorang penganut


Rasionalisme banyak sekali mengemukakan kritikan atau kecaman
terhadap kepincangan dan keganjilan yang terdapat di perancis.

b. Jean Jacques Rousseau : Rousseau (1721-1778) yang menulis Du


Contract Social, membentangkan pendapatnya mengenai tata
negara. Menurut dia kedaulatan dalam suatu negara harus berada
ditangan rakyat.

c. Montesquie : Montesquie (1689-1755) menulis L'esprit des lois


artinya jiwa undang-undang atau jiwa hukum. Dalam buku itu
terdapat teorinya tentang Trias Politica. Ketiga kekuasaan yang
dimaksud ialah : Legeslatif, Eksekutif dan Judikatif harus dipisah-
pisahkan agar tidak terjadi sewenang-wenangan.

Buah pikiran para Philosophes itu bukan hanya mempengaruhi


golongan borjius, melainkan juga mempengaruhi rakyat jelata yang
lebih tertekan dan tertindas. Di Perancis makin lama makin tertimbun
perasaan tidak puas. Pada abad ke-18 golongan borjius merupakan
golongan minoritas. Bila mereka sendirian melancarkan aksi
kebebasan kemerdekaan, maka tidak mungkin akan berhasil. Oleh
sebab itu mereka lalu mengajak golongan rakyat jelata untuk bersama-
sama melawan menantang golongan bangsawan dan padri. Sebagai
akibatnya pada tahun 1789 meletus Revolusi Perancis. Jadi, Revolusi
Perancis itu sebenarnya revolusinya golongan borjius yang menuntut
memperjuangkan kebebasan kemerdekaan. Mereka itu kemudian
disebut Golongan Liberal (Golongan orang-orang yang bebas
merdeka). Gerakan untuk mewujudkan Liberalisme membutuhkan
waktu yang panjang dan lama. Di Perancis Liberalisme baru benar-
benar dapat dilaksanakan pada tahun 1870, yaitu setelah Perancis
menjadi Negara Republik yang ketiga. Dari Perancis gerakan
liberalisme tadi menyebar ke negara-negara lain di daratan Eropa.
Tatkala Eropa dilanda api Perang Koalisi (1792-1815) Napoleon
Bonaparte beserta pasukannya menjelajahi hampir seluruh pelosok
daratan Eropa. Walaupun di negerinya sendiri Napoleon memerintah
sebagai seorang diktator, namun di daerah-daerah yang diduduki atau
dikuasai ia selalu menganjur-anjurkan Pemerintahan yang berdasarkan
Liberalisme. Setelah perang koalisi berakhir dan Napoleon jatuh,
gerakan Liberalisme sudah tersebar luas di luar wilayah
Perancis. Perkembangan Gerakan liberalisme di Perancis selalu di ikuti
oleh negara-negara lain. Ketika di Perancis meletus Revolusi bulan Juli
tahun 1830 dan revolusi bulan Februari tahun 1848, api revolusi itu

28
dengan cepat menjalar ke negara-negara di sekitar Perancis (Belgia,
Italia, Austria, dan Jerman).

2. Kapitalisme
Kapitalisme atau Kapitalis adalah suatu paham yang meyakini
bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah
tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi
intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk
kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme
sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara
luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem
yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu
pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana
sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu
badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan
benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia
guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk
mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan
bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan
juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak
ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di
Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal
kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu
pandangan hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan
kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan
kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.

Ciri-ciri Kapitalisme :

a. Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi

b. Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu

c. Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik


bagi dirinya.

d. Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar

e. Pasar berfungsi memberikan “signal” kepda produsen dan


konsumen dalam bentuk harga-harga.

f. Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. “The


Invisible Hand” yang mengatur perekonomian menjadi efisien.

29
g. Motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba

h. Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu


mengejar kepentingann (keuntungan) sendiri.

i. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman


Yunani Kuno (disebut hedonisme).

Kebaikan-kebaikan Kapitalisme :

a. Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan


distribusi barang-barang.

b. Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan


melakukan segala hal yang terbaik dirinya.

c. Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan


biaya yang diperlukan lebih kecil.

Kelemahan-kelemahan Kapitalisme :

a. Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak


sempurna dan persaingan monopolistik.

b. Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien,


karena adanya faktor-faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan
yang menekan upah buruh dan lain-lain).

· Kecenderungan Bisnis dalam Kapitalisme :


Perkembangan bisnis sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang
berlaku. Kecenderungan bisnis dalam kapitalisme dewasa ini:

a) adanya spesialisasi
b) adanya produksi massa
c) adanya perusahaan berskala besar
d) adanya perkembangan penelitian

3. Kolonialisme
Kata ‘koloni’ berasal dari kata ‘colonia’ (latin) yang berarti
tanah atau yang dimaksud disini adalah tanah pemukiman atau
jajahan. Sedangkan kolonialisme adalah suatu usaha perluasan atau
pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia
di luar batas negaranya. Dari segi penguasaan negara penjajah
terhadap negara lain (kolonialisme), mereka (negara penjajah) akan
berusaha menjalin hubungan dengan bangsa atau negara yang
dijajahnya, walaupun mereka tidak pernah memperhatikan
kesejahteraan dan pendidikan rakyat di daerah koloninya. Salah

30
satu contoh dari pelaksanaan kolonialisme adalah penjajahan
bangsa Belanda terhadap Indonesia, terutama masa pemerintahan
gubernur Jenderal Jan Pieterzoon melalui rencana Coen. Dimana
usahanya adalah mendatangkan orang-orang Belanda bersama
keluarganya ke Indonesia. Ini dikarenakan keinginannya
menjadikan Indonesia sebagai tanah air kedua.

Sejarah Perkembangan

a. Yunani Kuno

Diawali karena tanah yang tandus di daerah Yunani. Oleh sebab


itu, para petani berpindah tempat ke wilayah (luar Yunani atau
negara) yang subur tanahnya. Disana, mereka masih tetap
berhubungan dengan negeri asalnya (Yunani) bahkan mereka
memberikan upeti kepada negara asalnya setiap tahun. Pemberian
upeti ini karena negeri asal memandang daerah baru sebagai
daerah koloni atau jajahan.

b. Politik Kolonial modern

Penjelajahan yang dilakukan oleh para pedagang bangsa Eropa,


telah berhasil menjelajahi Samudera luas hingga Amerika, Afrika,
Asia Timur termasuk Indonesia. Penemuan besar ini menimbulkan
politik kolonial modern yang mulai tumbuh semarak sejak abad ke-
16. Politik kolonial modern ini didasarkan hasrat akan nama besar,
kejayaan, dan kekayaan. Portugis dan Spanyol adalah kolonisator
pertama dari bangsa Barat. Inggris, Perancis, dan Belanda (abad
ke-17) juga mulai menguasai beberapa wilayah di dunia,
diantaranya Hindia Barat, Hindia Muka (daerah Asia Selatan),
sebagian Amerika Utara, dan Hindia Timur (Hindia Belanda).

Puncak perkembangan kolonialisme adalah pada abad ke-19,


dimana bangsa-bangsa Barat menguasai hampir keseluruhan
wilayah di benua Afrika. Bangsa Jerman, Italia, dan Belanda juga
ikut peran sebagai bangsa kolonial pada saat itu. Ditambah Jepang
dan Amerika Serikat juga melaksanakan politik kolonial mereka
pada abad ke-20.

c. Tujuan

Pada masa Yunani Kuno, perpindahan para petani Yunani ke


wilayah lain bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup mereka
dengan cara mengolah tanah di daerah yang baru. Namun dalam
perkembangannya, tujuan awal mereka (para petani) disalahgunakan
oleh negara asal. Hal ini dikarenakan negara asal merasa diuntungkan

31
dari pindahnya para petani tersebut. Lambat laun, tujuan para bangsa
kolonial mulai terpengaruh dengan semaraknya penemuan-penemuan
besar oleh para pelaut dan para pedagang bangsa Barat. Negara-
negara kolonial mulai haus akan kekayaan, nama besar, dan kejayaan.
Mereka berusaha untuk mencapai dominasi ekonomi atas sumber
daya, manusia, dan perdagangan di suatu wilayah (negara yang
dijajah). Dan pada akhirnya, mereka akan menguras habis sumber
daya alam dari negara tersebut untuk diangkut ke negara induk.

B. Marxisme, Sosialisme, Fasisme dan Nasionalisme


1. Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan
dari Karl Marx pada abad ke-18. Marx menyusun sebuah teori besar yang
berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik .
Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup
materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada
kehidupan sosial. Negara yang masih menganut marxisme adalah
Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.. Latar Belakang
Ideologi Marxisme
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini
tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan
Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap
paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan
uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat
menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum,
sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.
Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh.
Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan
pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya.
Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham
kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus
dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut
keadilan. Inilah dasar dari marxisme.
Pengaruh Ideologi Marxisme
Salah satu alasan mengapa Marxisme merupakan sistem pemikiran
yang amat kaya adalah bahwa Marxisme memadukan tiga tradisi
intelektual yang masi telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat
Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak
bisa begitu saja dikategorikan sebagai "filsafat" seperti filsafat lainnya,
sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama dan
bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran
filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak
mungkin mengabaikannya.
Anak Hegel

32
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh
Hegel. Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan
terminologi Hegel. Ada baiknya jika di sini disebutkan satu persatu ide
Hegelianisme yang juga menjadi isi penting dari Marxisme:
a. Realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah
proses sejarah yang terus berlangsung.
b. Karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus
berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah
memahami hakikat perubahan sejarah.
c. perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti
suatu hukum yang dapat ditemukan.
d. Hukum perubahan itu adalah dialektika, yakni pola gerakan
triadik yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan
sintesis.
e. Yang membuat hukum ini terus bekerja adalah alienasi-
yang menjamin bahwa urutan keadaan itu pada akhirnya
akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-
kontradiksi dalam dirinya.
f. Proses itu berjalan di luar kendali manusia, bergerak karena
hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia
hanya terbawa arus bersama dengannya.
g. Proses itu akan terus berlangsung sampai tercapai suatu
situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah
terselesaikan.
h. Ketika situasi tanpa konflik ini tercapai, manusia tidak lagi
terbawa arus oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar
kendali mereka. Akan tetapi, untuk pertama kalinya
manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka
sendiri dan tentunya mereka sendiri akan menjadi penentu
perubahan.
i. Pada saat inilah untuk pertama kalinya manusia
dimungkinkan untuk memperolah kebebasannya dan
pemenuhan diri.
j. Bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan
pemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-
pecah atas individu-individu yang berdiri sendiri seperti
dibayangkan oleh orang liberal. Akan tetapi, merupakan
sebuah masayrakat organik, di mana individu-individu
terserap ke dalam suatu totalitas yang lebih besar, sehingga
lebih mungkin memberi pemenuhan daripada kehidupan
mereka yang terpisah-pisah

33
.
Ilmu Ekonomi Sebagai Dasar Negara
Menurut Karl Marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan
manusia agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap
bertahan hidup. Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, dan
papan bagi mereka, serta untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tidak ada
yang bisa menghindar dari tugas memproduksi hal-hal itu.
Namun, ketika cara-cara produksi berkembang dari tahap primitif, segera
muncul kebutuhan agar tiap individu dapat melakukan spesialisasi, karena
menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan cara itu. Lalu,
orang menjadi bergantung satu dengan yang lain. Produksi sarana hidup
kini menjadi aktivitas sosial, bukan lagi aktivitas individu.
Dalam saling ketergantungan ini (masyarakat), setiap orang
ditentukan hubungannya dengan sarana produksi. "Apa yang kulakukan
seorang diri untuk penghidupanku menentukan sebagian besar hal pokok
dalam cara hidupku, dan sekaligus merupakan kontribusiku terhadap
masyarakat secara keseluruhan." Hubungan ini juga menentukan siapa saja
yang punya kepentingan sama denganku dalam pembagian produk sosial
itu dan siapa saja yang bertentangan dengan kepentinganku.
Dengan cara pandang seperti itu, terbentuklah kelas-kelas sosial
ekonomi, yang juga mengakibatkan timbulnya konflik di antara kelas-
kelas itu.

Kelebihan Ideologi Marxisme :

a. Karena perekonomian sepenuhnya ditangani oleh pemerintah, baik


dalam hal perncanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan maka pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi,
pengangguran atau berbagai keburukan ekonomi lainnya.
b. Pemerintah menentukan jenis kegiatan produksi sesuai dengan
perencanaan sehingga pasar barang dalam negri berjalan dengan
lancer.
c. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan. Jarang terjadi
krisis ekonomi karena kegiatan ekonomi direncanakan oleh
pemerintah. Tidak ada pembagian kelas apapun ketimpangan yang
ada
Kelemahan Ideologi Marxisme :
a. Pers dijadikan alat propaganda oleh pemerintah untuk
menyebarkan nilai – nilai komunis

34
b. Mematikan inisiatif individu untuk maju, sebab segala kegiatan
diatur oleh pusat
c. Sering terjadi monopoli yang merugikan masyarakat
d. Masyarakat tidak memiliki kebebasan dalam memiliki sumber
daya.
2. Sosialisme

Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa


Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama
kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan
bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang
berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan
maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau
lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi
semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut
ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat,
(2) komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988).
Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini
belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19
yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu
(seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah
umat manusia.

Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori
sosialisme yang menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan
bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada Negara. Tidak akan
dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan pada metode
pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan
semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan
kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian
society yang didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari
kelompok intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord Passfield,
Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir, 1988:90).

Istilah “ sosialis” atau negara sosial demokrat digunakan untuk


menunjuk negara yang menganut paham sosialisme “ moderat” yang
dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan lain bagi
“komunisme”. Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses
perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya menganut paham
liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat)
( Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling menonjol
antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah
sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi,
persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya
Marxisme-Leninisme melalui revolusi.

35
Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup)
tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta
pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309).
Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah
Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti
politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto
Politik Komunis (1848). Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai
istilah “sosialisme” dan ”komunisme” secara bergantian dalam pengertian
yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin membedakan teorinya
yang disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme utopia” untuk
menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga karena
latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai
ganti “sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo
Adisusilo, 1991: 127).

Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan


negara “komunis”. Istilah “sosialis” lebih disukai daripada “komunis”
karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka
menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah Negara komunis
atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa
transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati istilah
resmi yang mereka pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain
Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh partai
komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya,
sedangkan partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis
demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).

Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai idiologi


politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar
mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-
parlementer dan tanpa kekerasan.

SOSIALISME DAN DEMOKRASI

Pertalian antara demokrasi dan sosialisme merupakan satu-satunya


unsur yang paling penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Ditinjau
dari segi sejarah sosialisme, segera dapat diketahui gerakan sosialis yang
berhasil telah tumbuh hanya di negara-negara yang mempunyai tradisi-
tradisi demokrasi yang kuat, seperti Inggris, Selandia Baru, Skandinavia,
Belanda, Swiss, Australia, Belgia (William Ebenstein, 1994: 213).
Mengapa demikian sebab pemerintahan yang demokratis dan
konstitusional pada umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan
perhatian pada programnya yang khusus, meskipun program itu tampak
terlalu luas yakni: menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-
kelas yang berkedudukan rendah mengakhiri ketidaksamaan yang
didasarkan atas kelahiran dan tidak atas jasa, membuka lapangan

36
pendidikan bagi semua rakyat, memberikan jaminan sosial yang cukup
bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua dan sebagainya.

Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan


dalam satu hal yaitu membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan
memperluas pemakaian prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik
ke lapangan bukan politik dari masyarakat. Sejarah menunjukkan,
masalah kemerdekaan merupakan dasar bagi kehidupan manusia.
Kemerdekaan memeluk agama-kepercayaan, mendirikan organisasi
politik dan sebagainya merupakan sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip
demokrasi telah tertanam kuat dalam hati dan pikiran rakyat, maka kaum
sosialis dapat memusatkan perhatian pada aspek lain. Sebaliknya, di
Negara yang masih harus menegakkan demokrasi, partai sosialis harus
berjuang untuk dapat merealisasikan ide tersebut. Misalnya di Jerman
masa kerajaan kedua (1870-1918) yang bersifat otokratis, partai sosialis
demokratis senantiasa bekerja dengan rintangan yang berat. Lembaga
parlementer hanya sebagai selubung untuk menutupi pemerintahan yang
sebenarnya bersifat diktaktor. Pada masa Bismarck berkuasa, kaum
sosialis demokrasi dianggap sebagai” musuh-musuh Negara”, dan
pemimpin partai yang lolos dari penangkapan melarikan diri ke Inggris
dan Negara Eropa lainnya. Demikian pula pada masa republik Weiner
(1919-1933), partai sosial demokratis Jerman juga tidak berdaya karena
tidak ada pemerintahan yang demokratis.

Di Rusia sebelum 1917, keadaan lebih parah lagi, Rezim Tsar yang
despotis malahan sama sekali tidak berpura-pura dengan masalah
pemerintahan demokratis. Jadi tidak mungkin ada perubahan sosial dan
ekonomi dengan jalan damai, sehingga apa yang terjadi ialah revolusi
oleh kaum komunis.

Perang Dunia (PD) II memberikan gambaran lebih jelas tentang


masalah di atas. Menjelang tahun 1936 partai sosialis di Perancis
merupaksn partai yang terkuat. Selama PD II di bawah kedudukan
Jerman, kaum komunis lebih banyak bergerak di bawah tanah,
mengadakan teror dan bertindak di luar hukum sebagaimana sifatnya
dalam keadaan normal pun juga demikian, memperoleh pengikut yang
lebih banyak, sehingga menjadi partai yang terkuat di Perancis.

Berbeda dengan yang berada di Inggris, kaum sosialis dalam


pemilihan umum tahun 1951, memperoleh suara 6 kali pengikut yang
lebih banyak jumlahnya apabila dibandingkan dengan suara yang didapat
kaum komunis. Bukti tersebut tidak hanya diberikan oleh Inggris Raya,
tetapi juga oleh Negara-negara demokratis lainnya yang mempunyai
gerakan–gerakan sosialis yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
kemerdekaan sipil yang penuh dapat menangkal fasisme dan komunisme .

Apabila orang ingin memberikan tingkat kepada Negara-negara


demokratis dewasa ini, terutama dalam masalah kemerdekaan sipil, maka

37
Inggris, Norwegia, Denmark, Swedia, Belanda, Belgia, Australia,
Selandia Baru dan Israel akan berada di Puncak daftar. Di Negara itu
dalam masa terakhir berada di bawah pemerintahan sosialis atau kabinet-
kabinet koalisi yang di dalamnya kaum sosialis memperoleh perwakilan
yang kuat (William Ebenstein,1994: 215).

Kesejajaran di atas tidaklah rumit untuk ditelusuri, kaum sosialis


demokratis menyadari akan kenyataan bahwa, tanpa kesempatan-
kesempatan yang diberikan oleh pemerintahan konstitusional yang liberal
mereka tidak akan sampai pada tangga pertama. Sekali mereka berkuasa
dalam pemerintahan, kaum sosialis masih tetap mempertahankan
psikologi oposisi. Sebab mereka tahu bahwa dengan memegang
kekuasaan politik belum berarti soal-soal organisasi sosial dan ekonomi
dengan sendirinya akan terpecahkan . Dengan kata lain, sebelum kaum
sosialis mengambil alih pemerintahan, mereka beroposisi terhadap
pemerintah dan kelas-kelas yang berpunya; setelah mereka mendapat
kekuasaan dalam pemerintahan, psikologi oposisi yang ditunjukkan
terhadap status quo ekonomi perlu tetap ada.

Demokrasi dan sosialilsme merupakan dua ideologi yang sekarang


nampak diannut di berbagai Negara yang bukan Fasis dan bukan
Komunis. Dalam keadaan sekarang tidak mudah merumuskan pengertian
demokrasi . Berbagai macam demokrasi telah berkembang menjadi
berbagaai bentuk masyarakat. Demokrasi Inggris modern atau demokrasi
Swedia lebih dekat dalam beberapa hal pada sosialisme Negara di Soviet
Rusia dibandingkan dengan sistim ekonomi Amerika Serikat . Akan tetapi
dalam soal-soal perorangan dan kemerdekaan politik hal sebaliknya yang
berlaku . Berbeda lagi yang ada di Amerika Serikat mungkin dapat
disebut “demokrasi kapitalis”. Disebut demikian karena yang tampak
hanya demokrasi politik, tetapi tidak cukup ada apa yang dinamakan
demokrasi ekonomi dengan tetap adanya freefight ekonomi yang
memungkinkan beberapa gelintir orang menjadi kapitalis yang amat
kaya .

Demokrasi ekonomi dan disamping itu demokrasi sosial dapat


diketemukan dalam idiologi sosialisme, yang pada prinsipnya menjurus
kepada suatu keadilan sosial dengan semboyan : kepada seorang harus
diberikan sejumlah yang sesuai dengan nilai pekerjaanya. Akan tetapi
untuk mencapai itu, pemerintah sering harus campur tangan dengan
membatasi keluasaan gerak-gerik para warganegara. Sampai di mana ini
berlaku, tergantung dari keadaan setempat di tiap-tiap Negara ( Wiryono
P., 1981: 137) .

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sosialisme hanya dapat


berkembang dalam lingkungan masyarakat dan pemerintahan yang
memiliki tradisi kuat dalam demokrasi . Pada saat kaum sosialis berhasil
memegang kekuasaan, pemerintahan masih tetap diberikan kesempatan
kepada pihak lain untuk ikut ambil bagian ( sebagian oposisi) ) dan

38
mereka juga menyadari bahwa kekuasaan yang diperoleh tidak bersifat
permanen .

UNSUR-UNSUR PEMIKIRAN DAN POLITIK SOSIALISME

Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya,


hal ini mungkin karena kaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat
keyakinan dan doktrin tertentu. Apalagi sosialisme telah berkembang di
berbagai Negara dengan tradisi nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada
otoritas pusat yang menentukan garis kebijakan partai sosialis yang
bersifat mengikat, namun garis-garis besar pemikiran dan kebijakan
sosialis dapat disimak dari tulisan-tulisan ahli sosialis dan kebijakan
partai sosialis. Apa yang muncul dari pemikiran dan kebijakan itu
bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan kelemahan utama
sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa system itu tidak memiliki
doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling
bertentangan dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan
sosialisme.

Unsur-unsur pemikiran dan politik sosialis yang rumit dan saling


bertentangan dengan jelas tergambar dalam gerakan sosialis Inggris.
Unsur-unsur yang ada dalam gerakan sosialis Inggris adalah: (1). Agama,
(2) Idealisme Etis dan Estetis, dan (3) Empirisme Fabian

a. Agama
Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan
bahwa dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama
merupakan yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan
bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci. Di dalamnya ia akan
menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai
pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai
ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.

Gerakan sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang biarawan


yaitu frederich Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak
kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan menjadi sumber penting
untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis kemudian.
Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah
konsep yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikrestenkan dan
kristianitas harus disosialisasikan.

Pada tahun 1942, Uskup Agung Centerbury, William Temple dalam


bukunya Christianity and Sosial Order mengemukakan pemikiran
yang sangat dekat dengan sosialisme. Temple beranggapan bahwa

39
setiap setiap system ekonomi untuk sementara atau selamanya
memerlukan memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan
karena itu gereja ikut mempersoalkannya. Apakah pengaruh itu
mengarah pada perkembangan sifat kekristenan dan jika jawabannya
sebagian atau seluruhnya negatif, gereja harus berusaha sedapat
mungkin menjamin perubahan dalam system ekonomi tersebut
sehingga gereja tidak menemukan musuh akan tetapi sekutu dalam
Kristen itu.

Adanya perhatian agama Kristen yang bersifat praktis ini sangat


kuat terasa selama pengaruh terakhir abad 19. Kesungguhan moral
dan kejujuran merupakan ciri masa ini. Agama mengakui kesopanan
dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk memperoleh
keselamatan. Akan tetapi tetap menekankan pentingnya perbuatan dan
penyelamatan dengan kerja. Banyak pemimpin sosialis dari generasi
yang lebih tua seperti Attlee dan Sir Staffors Cripps dididik dalam
suasana dimana agama mempunyai pengaruh yang kuat.

b. Idealisme Etis dan Estetis

Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris,
meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara
dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa
penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu
program politik atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan
kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah
kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin
menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain,
karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya
kapitalisme akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan
wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak memperhitungkan
sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh adanya
pemukiman dan pusat pabrik.

Marx melakukan pendekatan terhadap kapitalisme industri dalam


kerangka hukum kosmis seperti perkembangan sejarah dunia menurut
hukum-hukum sosial yang tidak dapat dielakkan, filsafat
materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di
sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang
jelek serta kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan
keindahan dalam kehidupannya. Pusat perhatian Morris adalah
manusia bukan system. Ia merasakan bahwa seni harus dikembalikan
dalam kehidupan sehari-hari dan dorongan yang kreatif pada setiap
orang harus diberi jalan penyalurannya dalam kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari.

Pengaruh Ruskin dan Morris lebih banyak mengandung segi


negatif dibanding positifnya. Mereka menunjukkan apa yang secara

40
fisik dan moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di atas
perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan program
tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun
demikian pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh
yang penting dalam mempersiapkan suatu lingkungan intelektual
dimana nantinya sosialisme mendapatkan tanggapan yang simpatik.

c. Empirisme Febian.

Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris.


Masyarakat Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama
seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator,
Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat
tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat
yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat,
sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak
akan membawa hasil“.

Para pendiri dan anggota pertama masyarakat Febian adalah


George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb,H.G.Wells dan
Grahan Wallas. Dalam penelitian sejarah tentang landasan yang
dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian Esseye
(1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar sosialisme.
Webb menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat
dielakkan dari terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia
menandaskan “ kepastian yang datang secara bertahap” sangat
berbeda dengan kepastian revolusi seperti yang dicanangkan oleh
Marx.

Webb menekankan bahwa organisasi sosial hanya dapat


terbentuk secara perlahan dan perubahan-perubahan organisasi .
Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya empat kondisi:
pertama perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua perubahan itu
harus secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan moral
masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan
menggunakan cara damai.

Kelompok Fabian memusatkan perhatiannya untuk meyakinkan


sekelompok kecil orang yang memenuhi dua kualifikasi : pertama
orang-orang tersebut secara permanent mempunyai pengaruh dalam
kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan yang
dibutuhkan waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya,
kedua mereka harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok
Fabian tidak dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan
kualifikasi seperti itu dapat dijumpai dalam semua partai politik.
Untuk itu kelompok Fabian tidak hanya menggarap kaum konservatif
saja, tetapi juga kaum liberal.

41
Fabianisme sering digambarkan sebagai pembaharuan tanpa
kebencian, pembangunan kembali masyarakat perang kelas,
emperialisme politik tanpa dogma atau fanatisme. Meskipun
organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa pengaruh
yang besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama
kalinya pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam
parlemen 229 dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh berasal
dari kelompok Febian dan lebih dari separuh pejabat pemerintah,
termasuk Attlee (Perdana Menteri 1945-1951) juga orang-orang
Febian.

3. Fasisme

Fasisme berasal dari kata "fascio" yang berarti "kelompok


politik". Dari kata ini muncul istilah Fascio de Combattimento
yang berarti "Barisan Tempur", yang dipraktikkan di Italia pada
zaman kediktatoran Mussolini (1883-1945). Mussolini menjadi
Perdana Menteri Fasis Italia dari tahun 1922-`1943. Dengan
demikian, tahun 1922 merupakan tahun awal dimulainya praktik
fasisme. Secara umum, fasisme adalah sistem kediktotaran yang
menempatkan negara di tangan satu orang dan melarang setiap
oposisi atua perlawanan. Secara lebih khusus, fasisme adalah
sistem pemerintahan diktatorial Italia, yang kemudian terkenal
dengan nasionalisme ekstremnya. Nazisme adalah salah satu jenis
fasisme. Di indonesia banyak yan menganggap Soeharto sebagai
seorang fasisme.
Asal Mula Kata Fasisme
Pada masa Kekaisaran Roma, para magister (para hakim)
membawa seikat tongkat yang ditengah-tengahnya ditempatkan
sebuah kapak yang kepalanya menonjol keluar (fasci dalam bahasa
latin). Fasci ini melambangkan otoritas mereka. Mussolini
menghidupkan kembali kata dan simbol itu di Italia pada tahun
1919. Partai pengikut, dan kelompok pejuangnya memakai nama
Fascist, dan seikat tongkat itu menjadi log partai. Pengikut Hitler di
jerman lebih suka menyebur diri mereka Sosialis Nasional daripada
Fasis. Meski demikian, kedua gerakan itu (Fasisme Italia dibawah
Mussolini dan Sosialisme Nasional Jerman dibawah Hitler) pada
dasarnya sama.

4. Nazisme

Nazi, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman:


Nationalsozialismus), merujuk pada sebuah ideologi totalitarian
Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman, Jerman:
Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP) di
bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Kata ini juga merujuk pada

42
kebijakan yang dianut oleh pemerintahan Jerman pada tahun 1933
—1945, sebuah periode yang kemudian dikenal sebagai Jerman
Nazi atau Reich Ketiga. Kata Nazi jadi merupakan singkatan
Nasional Sosialisme atau Nationalsozialismus di bahasa Jerman.
Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrem kanan dan
rasisme sering disebut sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa
Yunani).

Partai yang semula bernama Partai Pekerja Jerman (DAP)


ini didirikan pada tanggal 5 Januari 1919 oleh Anton Drexler.[1][2]
Hitler kemudian bergabung dengan partai kecil ini pada bulan
September 1919 dan menjadi pemimpin propaganda, mengubah
nama partai itu (1 April 1920), dan menjadi pemimpin partai pada
tanggal 29 Juli 1921.

Nazisme bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan sebuah


kombinasi dari berbagai ideologi dan kelompok yang memiliki
kesamaan pendapat tentang penentangan Perjanjian Versailes dan
kebencian terhadap Yahudi dan Komunis yang dipercaya berada di
balik perjanjian tersebut.

Nazi Jerman
Jerman Nazi atau Reich Ketiga merujuk terutama pada
masa dari tahun 1933 sampai 1945, ketika Adolf Hitler memimpin
negara Jerman sebagai diktator dan menyebarkan ideologi
nasional-sosialisme (Nationalsozialismus). Reich adalah kata
Jerman untuk "kerajaan". Disebut kerajaan ketiga karena kerajaan
pertama adalah Kekaisaran Romawi Suci, sedangkan kerajaan
kedua adalah Kekaisaran Jerman.

Dalam periode ini Jerman tumbuh dari negara yang kalah


Perang Dunia I hingga menjadi salah satu kekuatan militer terbesar
di dunia. Pada saat yang bersamaan juga berlaku politik rasis yang
meninggikan bangsa Arya dan merendahkan ras-ras lain.

Terutama bangsa Yahudi didiskriminasi dan dikumpulkan


untuk dibunuh di kamp konsentrasi. Selain orang Yahudi kaum
Nazi juga mendiskriminasi dan membantai bangsa Gipsi (Rum dan
Sinti) serta bangsa Slavia. Jerman Nazi berakhir ketika mereka
kalah Perang Dunia II melawan Uni Soviet dan kekuatan Sekutu
yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Sebagai hasil dari kekalahan
ini negara Jerman lantas dibagi menjadi Republik Federal Jerman
di barat dan Republik Demokratik Jerman di timur serta
wilayahnya di timur sungai Oder dan Neisse diberikan kepada
Polandia dan Uni Soviet.

43
44
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pancasila sangat dibutuhkan dalam membangun generasi
muda yang memantapkan kepribadiannya dan menjadi insan yang cinta
tanah air. Filsafat Pancasila sangat penting bagi perkembangan bangsa
indonesia, dimana filsafat Pancasila memiliki nilai-nilai pancasila yang
luhur yang menjadi pendorong Generasi muda untuk berbakti kepada
negara, bangsa, tanah air untuk membangun bangsa dengan sepenuh jiwa
sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa.

B. Saran
Menurut kami penerapan filsafat Pancasila di Indonesia belum
diterapkan secara sempurna di kehidupan sehari-hari. masih terlihat jelas
bahwa filsafat Pancasila hanya di pelajari dan dianggap sebagai teori yang
sempurna semata. Saran Kami adalah agar Filsafat Pancasila tidak hanya
menjadi teori saja, namun lebih aplikatif dan bermanfaat bagi
perkembangan bangsa Indonesia.
Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, bagaimana merombak
sistem pembelajaran yang lebih baik, mudah mengerti, dan berdampak
besar bagi diri sendiri dan juga negara.

45
DAFTAR PUSTAKA

Ebenstain, Wiliam. Isme-Isme yang Mengguncang Dunia. hal.103


Ir. Soekarno, Indonesia Menggugat : Pidato Pembelaan Bung Karno di Depan
Pengadilan Kolonial Bandung, 1930. Jakarta : Inti Idayu Press –
Yayasan Pendidikan Soekarno, 1985, hal. 13-14
Kaelan, M dan Achmad Zubaidi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi Berdasarkan SK Dirjen DIKTI No.43/DIKTI/
KEP/2006. Yogyakarta: PARADIGMA. Hal. 7-41
Nugraha, Fachrizal. 2014. Pengertian Nazisme. http://reichindonesia.blogspot.
co.id/2014/06/pengertian-nazisme.html. Diakses tanggal 23 Oktober
2015
Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Perjuangan Menghidupi
Jati Diri Bangsa. Depok: Grasindo. Hal. 25-54
Sopandi, Evi. -. Geliat Pertentangan Fundamentalisme dan Liberalisme:
Liberalisme dan Keniscayaan Sebuah Modernitas Bagian II. hal.14
(dari halaman http://sumut.kemenag.go.id/file/file/halaman14/shai
1332568080.pdf ) Diakses tanggal 18 Oktober 2015
Sutrisno Ph, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, Andi Offset, Yogyakarta, 1984,
hal. 232
Webster’s World University Dictionary. 1965. Washington: Publisher Company
Inc. hal. 212

46

Вам также может понравиться